Anda di halaman 1dari 94

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

1. Karya Tulis Ilmiah ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (Diploma), baik dari Akper Pemkab Indramayu

maupun dari perguruan tinggi lain.

2. Karya Tulis Ilmiah ini, adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya

sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Karya Tulis Ilmiah ini, tidak terdapat pendapat yang telah ditulis atau di

publikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan naskah pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

berlaku di Akademi Keperawatan ini.

Indramayu, 13 Mei 2015


Yang membuat pernyataan,

Mohammad Alfi Zabadi


NIM : 12 024
i
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini disetujui untuk dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Sidang Karya Tulis Ilmiah pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Indramayu

Indramayu, Mei 2015

Menyetujui:

Pembimbing

H. Priyanto, S.Pd., M. Kes.


NIP. 19650223 198412 1 001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Sidang
Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Indramayu
Guna memenuhi sebagai syarat memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan

Tanggal, 13 Mei 2015


Mengesahkan:
Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Indramayu

Ketua Sidang

H. Priyanto, S.Pd., M. Kes.


NIP. 19650223 198412 1 001

Anggota I Anggota II

H. Bachtiar Efendi, S.Kep.,Ns. MH Hasim Asyari, SKM


NIP. 19711123 199403 1 002 NIP. 19710315 199103 1 005

Mengetahui:

Direktur,

Hj. Sri Ratna Amiarsih, S.Pd., S.KM., MM.


NIP. 19610116 198303 2 006

iii
ABSTRAK
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan Keperawatan Tn. W. Dengan
Isolasi Sosial Menarik Diri Di Ruang Sadewa Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. Dr.
Soerojo Magelang Tahun 2015”. Penulisan karya tulis ilmiah ini dilatarbelakangi
adanya kasus Isolasi Sosial: Menarik Diri sebanyak 291 orang (3,04 %).
Tujuan penulis adalah agar Mampu dan mendapatkan pengalaman yang
nyata serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan
komprehensif, meliputi bio-psiko-sosial- spiritual. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif dalam bentuk laporan kasus. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi, wawancara, studi kepustakaan dan studi dokumentasi.
Sistematika penulisan terdiri dari lima bab yaitu: pendahuluan, tinjauan teoritis,
tinjauan kasus, pembahasan serta kesimpulan dan saran. Asuhan Keperawatan
dilakukan mulai tanggal 16 - `18 Februari 2015 dengan diagnosa keperawatan
yang ditemukan adalah: Perubahan Sensori Persepsi (PSP) : Halusinasi
berhubungan dengan Isolasi sosial: menarik diri dan Isolasi sosial : menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah. Kesimpulan: hasil yang diperoleh selama
memberikan asuhan keperawatan sudah dilakukan sesuai standar yang telah
ditentukan. Dari Karya Tulis Ilmiah ini disarankan agar perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan hendaknya melihat kondisi saat ini yang dialami
pasien gangguan jiwa yang mengalami Harga Diri Rendah.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri


Daftar Pustaka: 8 Buku 2007 - 2010

iv
MOTTO

Hidup terlalu singkat jika hanya


menyesal. Hidup hanya sekali, namun
jika digunakan dengan baik, sekali
saja cukup!
Hidup ini bukan hanya mencari yang
terbaik, namun lebih kepada
menerima kenyataan bahwa kamu
adalah kamu. Jadi dirimu sendiri.

“Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk
diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di
manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon”

Karya Tulis Ilmiah ini, kupersembahkan


untuk: Bapak dan Emak, Saudaraku, Sahabatku,
Nusa, Bangsa dan Agama

v
KATA PENGANTAR

Tiada kata terindah selain rasa syukur kehadhirat Allah SWT yang telah

memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Karya Tulis Ilmiah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

tugas akhir program Diploma III Keperawatan Pemerintah Kabupaten Indramayu.

Judul Karya Tulis Ilmiah ini “Asuhan Keperawatan Tn. W. Dengan Isolasi Sosial

Menarik Diri Di Ruang Sadewa Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. Dr. Soerojo

Magelang Tahun 2015.

Oleh karena itu sangatlah tepat kiranya penulis menghaturkan ucapan

terima kasih kepada:

1. Ibu Hj. Sri Ratna Amiarsih, S. Pd., SKM, MM, Direktur Akademi

Keperawatan Pemerintah Kabupaten Indramayu.

2. Bapak H. Priyanto, S.Pd., M.Kes., Pembimbing yang banyak memberikan

masukan dan arahan.

3. Bapak H. Bachtiar Efendi, S.Kep.,Ns. M.H., Penguji yang banyak

memberikan pelajaran berharga buat penulis.

4. Bapak Hasim Asyari, SKM, Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang banyak

memberikan masukan dan arahan.

5. Seluruh dosen dan staf Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten

Indramayu yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan di

AKper Pemkab Indramayu.

vi
6. Bapak dan Emak yang selalu ada dalam suka dan duka dan selalu

memberikan support moril dan materil sehingga penulis bisa mengikuti

pendidikan di Akper Pemkab Indramayu.

7. Seseorang yang selalu ada dan memberi semangat kepada penulis baik dikala

sedih dan gembira.

8. Sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan XVI Akper Pemkab Indramayu

serta semua pihak yang banyak memberikan dorongan baik moril maupun

materil.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

Mohammad Alfi Zabadi


NIM : 12 024

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… :

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………. : i

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………..……………… ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………..… iii

ABSTRAK ……………………………………………………………… iv

MOTTO .... ……………………………………………………………… v

KATA PENGANTAR ……………..……………….…………………. : vi

DAFTAR ISI ……………………………….…………………………. : viii

DAFTAR TABEL .. ……………………..…………………………….. : x

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. : xi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… : xii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. : 1

A. Latar Belakang ………………………………….……... : 1

B. Tujuan …………………………………………………. : 3

C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data ……. : 4

D. Sistematika Penulisan …………………………………. : 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….... : 7

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial: Menarik Diri …………… : 7

B. Asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada Klien :

dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri ………………….. 18

viii
BAB III TINJAUAN KASUS ……………………………………….. 35

A. Pengkajian ……………………………………………... 35

B. Analisa Data …………………………………………… 43

C. Diagnosa Keperawatan ………………………………… 44

D. Perencanaan …………………………………………… 45

E. Pelaksanaan ……………………………………………. 52

BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………..…. : 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………. : 57

A. Kesimpulan …………………………………………….. : 57

B. Saran ……………………………………………………. : 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

2.1. Analisa Data Keperawatan Klien Tn. W dengan Isolasi :

Sosial: Menarik Diri ............................................................... 43

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

2.2. Rentang Respon Isolasi Sosial: Menarik Diri …………….. : 15

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Bimbingan :

2. Daftar Riwayat Hudup

3. LP

4. SP

xii
ASUHAN KEPERAWATAN TN. W. DENGAN ISOLASI SOSIAL:
MENARIK DIRI DI RUANG SADEWA RUMAH SAKIT
JIWA PUSAT PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
TAHUN 2015

Oleh:
Mohammad Alfi Zabadi
NIM : 12 024

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU


AKADEMI KEPERAWATAN
INDRAMAYU
2015
xiii
ASUHAN KEPERAWATAN TN. W. DENGAN ISOLASI SOSIAL:
MENARIK DIRI DI RUANG SADEWA RUMAH SAKIT
JIWA PUSAT PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
TAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
Mohammad Alfi Zabadi
NIM : 12 024

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU


AKADEMI KEPERAWATAN
INDRAMAYU
2015
xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mohammad Alfi Zabadi

Tempat/ Tanggal Lahir : Indramayu, 21 Mei 1993

Agama : Islam

Alamat : Desa Gabus Wetan – Kecamatan Gabus Wetan

Indramayu

Pendidikan :

1. Akper Pemkab Indramayu : Lulus Tahun 2015

2. SMK NU Gabus Wetan : Lulus Tahun 2012

3. MTS NU Gabus Wetan : Lulus Tahun 2009

4. MI Assalamiyah Gabus Wetan : Lulus Tahun 2006

Pekerjaan :

1. RSUD Indramayu 1997 – 2001

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Depkes RI, 2009) Untuk

mewujudkan itu dibutuhkan suatu upaya kesehatan yang menyeluruh dan

komprehensip demi kesejahteraan masyarakat yang dampaknya masyarakat

dapat berperan aktif dalam pembangunnan karena salah satu unsur

pembangunan adalah kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah upaya kesehatan jiwa.

Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan

derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan

masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative

yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, keluarga dan

masyarakat yang didukung oleh sarana pelayanan kesehatan jiwa. Kesehatan

jiwa merupakan suatu kondisi individu yang memiliki kemampuan untuk

berpartisipasi dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, lingkungan dan

sebagai perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupan

1
2

menghadapi masalah yang terjadi biasa terjadi dan menjadikan individu

merasa senang, puas dan mampu.Apabila individu tidak memiliki

kemampuan untuk berpartisipasi, maka akan timbul suatu gangguan

kesehatan jiwa, diantaranya gangguan dalam berhubungan dengan orang lain

atau menarik diri.

Menarik diri atau isolasi sosial menarik diri diartikan bahwa usaha

untuk menghindari interaksi dengan orang lain, karena merasa kehilangan

hubungan dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi rasa dan pikiran,

prestasi atau kegagalan. Kenyataannya di masyarakat masih ditemukan

perilaku yang menyimpang yang dilakukan terhadap individu yang

mengalami gangguan jiwa yang diantaranya pemasungan dan pengucilan baik

oleh keluarga maupun masyarakat.

Diperkirakan bahwa 2 – 3 % dari jumlah penduduk Indonesia

menderita gangguan jiwa berat (WHO, 2012). Bila separuh dari mereka

memerlukan perawatan di rumah sakit dan jika penduduk Indonesia

berjumlah 240 juta orang maka ini berarti bahwa 2.400.000 orang dengan

gangguan jiwa berat memerlukan perawatan di rumah sakit. Padahal yang

tersedia sekarang hanya sekitar kira-kira 10.000 tempat tidur (Yosep, 2010).

Berdasarkan hasil laporan dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa

Pusat Prof. dr. Soerojo Magelang – Jawa Tengah Tahun 2014, pasien yang di

rawat mencapai 9.573 orang dengan perincian kasus: Halusinasi sebanyak

4.979 orang (52,01 %), Perilaku Kekerasan sebanyak 810 orang (8,46 %),

Risiko Perilaku Kekerasan sebanyak 2.443 orang (25,52 %), Risiko Bunuh
3

Diri sebanyak 125 orang (1,31 %), Waham sebanyak 255 orang (2,66 %),

Harga Diri Rendah sebanyak 426 orang (4,45 %), Isolasi Sosial: Menarik

Diri sebanyak 291 orang (3,04 %) dan deficit perawatan diri sebanyak 244

orang (2,55 %),

Respon perilaku individu terhadap stessor bervariasi sesuai dengan

kondisi masing-masing. Salah satu respon perilaku yang muncul adalah

isolasi sosial yang merupakan salah satu gejala negatif pasien psikotik

(Keliat, 2009). Dampak kegawatan yang akan terjadi jika isolasi sosial tidak

ditangani maka akan menyebabkan komplikasi seperti risiko gangguan

sensori persepsi : halusinasi dan risiko mencederai diri sendiri dan orang lain.

Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas penulis tertarik membuat

karya tulis ilmiah dengan judul, “Asuhan Keperawatan Tn. W. Dengan

Isolasi Sosial Menarik Diri Di Ruang Sadewa Rumah Sakit Jiwa Pusat

Prof. Dr. Soerojo Magelang Tahun 2015”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. W.

Dengan Gangguan Isolasi Sosial Menarik Diri secara komprehensip

meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual dengan pendekatan

proses keperawatan.
4

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan diharapkan mampu :

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan isolasi sosial : menarik diri

b. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan isolasi sosial :

menarik diri

c. Melakukan tindakan keperwatan pada klien dengan isolasi sosial :

menarik diri

d. Melakukakn evaluasi keperawatan pada klien dengan isolasi sosial :

menarik diri

e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi

sosial : menarik diri

C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode destriptif yaitu hanya

melihat gambaran yang ada pada saat melakukan studi kasus secara obyektif

Metode pengumpulan data dalam penulisan karya tulis ini menggunakan

teknik:

1. Observasi

Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa,

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.


5

Dari segi proses pelaksanaannya, observasi dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu observasi berperan serta (participant observation) dan

observasi non partisipan (non participant observation).

Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis mengumpulkan data

dengan cara melakukan pengamatan langsung denggan menggunakan

alat pedoman observasi.

2. Wawancara

Menurut Estrberg dalam Sugiyono (2012) mendefinisikan wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukan informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.

Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis

mengumpulkan data dengan melakukan Tanya jawab dengan pasien

maupun perawat di Ruang Sadewa RSJP Prof. dr. Soerojo Magelang

dengan menggunakan alat pedoman wawancara.

3. Pemeriksaan fisik

Data didapat dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi dan pemeriksaan fisik lainnya yang dimulai dari ujung rambut

sampai ujung kaki.

4. Studi kepustakaan

Cara pengumpulan data dari hasil studi buku – buku atau

literature untuk dijadikan sumber penulisan karya tulis ilmiah.


6

Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis mengumpulkan data

dari buku – buku sebagai sumber acuan asuhan keperwatan.

5. Studi Dokumentasi

Cara pengumpulan data, informasi dan identitas tambahan dari

file pasien yang ada di Ruang Sadewa RSJP Prof. dr. Soerojo Magelang.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membaginya

dalam 5 bab, terdiri dari:

Bab I Pendahuluan : Meliputi Latar belakang, tujuan penulisan,

Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Studi kasus secara

rinci dan menyeluruh.

Bab II Tinjauan Teoritis : Meliputi Konsep Dasar dan Konsep

Asuhan Keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial Menarik Diri.

Bab III Tinjauan Kasus meliputi asuhan keperawatan pada klien

Tn. W dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri terdiri dari: Pengkajian, Diagnosa

keperawatan, Perencanaan Implementasi, Evaluasi dan Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan.

Bab IV: Pembahasan yang menjelaskan tentang kesenjangan

antara teori dan praktek keperawatan

Bab V : Kesimpulan dan Saran yaitu suatu kesimpulan atas upaya

keperawatan yang telah dilakukan dengan mengajukan saran dalam upaya

perbaikan untuk dimasa yang akan dating.

Daftar Pustaka dan Lampiran.


7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial : Menarik Diri

1. Pengertian

Menarik diri adalah individu yang mengalami ketidakmampuan

untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan

sekitarnya secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak

relaistis (stuart and Sundeen, 2001). Perilaku menarik diri merupakan

percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain (Rawlin, 2002,

hal 36). Isolasi Sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh

orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,

2002). Isolasi sosial menarik diri adalah keadaan dimana individu atau

kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk

meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk

membuat kontak (Carpenito, 2000).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, isolasi

social: menarik diri adalah usaha yang dilakukan individu untuk

mengindari interaksi dengan orang lain.

7
8

2. Proses Terjadinya Masalah

a. Faktor Predisposisi

1) Tahap perkembangan individu

Menurut Purba, dkk. (2008) tahap - tahap perkembangan

individu dalam berhubungan terdiri dari:

a) Masa Bayi

Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk

memenuhi kebutuhan biologis maupun psikologisnya.

Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan

menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar.

Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi

hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi

yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa

percaya pada masa ini akan mengalamikesulitan untuk

berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.

b) Masa Kanak -Kanak

Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang

mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak

mulai membina hubungan dengan teman - temannya.

Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu

dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih

sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya

komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus


9

anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang

tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah

laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang

harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai

masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,

berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.

c) Masa Praremaja dan Remaja

Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang

intim dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan

mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari

perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya

hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang

menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini

hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih

berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik

akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan

keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali

menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada

remaja.

d) Masa Dewasa Muda

Individu meningkatkan kemandiriannya serta

mempertahankan hubungan interdependen antara teman

sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan


10

kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan

menerima perasaan orang lain serta peka terhadap

kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu

kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan.

Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda

adalah saling memberi dan menerima (mutuality).

e) Masa Dewasa Tengah

Individu mulai terpisah dengan anak - anaknya,

ketergantungan anak - anak terhadap dirinya menurun.

Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk

mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan

pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh

dengan tetap mempertahankan hubungan yang

interdependen antara orang tua dengan anak.

f) Masa Dewasa Akhir

Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik

kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan

hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya

kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan

meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus

dapat dipertahankan.
11

2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Komunikasi yang bermasalah dalam keluarga dapat

menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah

laku.

a) Sikap bermusuhan/hostilitas

b) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek - jelekkan

anak

c) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi

kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.

d) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan

pada pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara

anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang

terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak

diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.

e) Ekspresi emosi yang tinggi

f) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan

saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya

meningkat)

3) Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan

merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan.

Dapat juga disebabkan oleh karena norma - norma yang salah


12

yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif

diasingkan dari lingkungan sosial.

4) Faktor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang

anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil

penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya

menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar

dizigot persentasenya 8%.Kelainan pada struktur otak seperti

atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak

serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan

skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan

oleh faktor internal maupun eksternal, meliputi:

1) Stresor Sosial Budaya

Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam

berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti

perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan

pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat

dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan

isolasi sosial.
13

2) Stresor Biokimia

a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan

mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi

terjadinya skizofrenia.

b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah

akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu

kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan

dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan

indikasi terjadinya skizofrenia.

c) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah

ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin

mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin.

Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan

hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah

laku psikotik.

d) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan

gejala - gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang

dapat merubah stuktur sel-sel otak.

3) Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial

Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia

sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan

maupun biologis.
14

4) Stresor Psikologis

Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya

kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.

Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai

terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan

menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada

tipe psikotik.

Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia

disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan yang

berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada

klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi

stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara

hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga

perkembangan psikologis individu terhambat.

3. Rentang Respon Sosial

Manusia adalah mahluk Sosial untuk mencapai kepuasan dalam

kehidupan mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.

Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat

saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi masih tetap

dipertahankan. Juga perlu untuk membina perasaan saling

ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.


15

Perilaku yang teramati pada respon Sosial maladaptive mewakili

supaya individu untuk mengatasi ansietas yang betrhubungan dengan

kesepian, rasa takut , kemarahan, malu, bersalah dan merasa tidak aman.

Seringkali respon yang terjadi meliputi manipulasi, narkisme dan

impulsive.

Manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari selalu

membutuhkan orang lain dan lingkungan social, tidak ada manusia yang

akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan

dengan lingkungan sosial bila ada dalam rentang yang adaptif dan

maladatif, sebagaimana digambarkan oleh Stuart dan Sundeen dalam

Keliat (2008), dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Rentang Respon Sosial


(Stuart dan Sundeen dalam Keliat, 2008)

Respon Adaptif Respon maladaptif

Menyadari (Solitute) Kesepian Manipulasi

Otonomi Kebersamaan Menarik Diri Impulsive

Saling Ketergantungan Ketergantungan Narkisisme

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh

norma – norma social dan kebudayaan secara umum yang berlaku di

masyarakat dimana individu tersebut masih dalam batas normal

menyelesaikan masalahnya:
16

a. Respon Adaptif , meliputi :

(1) Menyendiri (Solitute) adalah respon yang dibutuhkan untuk

merenungkan apa yang dilakukan di lingkungan sosialnya dan

suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah

selanjutnya.

(2) Otonomi adalah kemampuan individu untuk melakukan dan

menyampaikan ide – ide pikiran perasaan dalam hubungan

social.

(3) Kebersamaan adalah suatu kondisi dalam hubungan

interpersonal dimana individu teresebut mampu untuk saling

member dan menerima

(4) Interdependen adalah saling ketergantungan antara individu

degan orang lain membina hubungan interpersonal

(5) Kesepian terjadi karena hubungan yang intim disebabkan

adanya perbuatan yang menyakitkan pada masa lalu

(6) Menarik diri, terjadi apabila individu menemukan kesulitan

dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain

(7) Ketergantungan, apabila individu gagal mengembangkan

percaya diri atau kemampuan untuk berfungsi secra terbuka.

b. Respon maladaptif, meliputi :

(1) Manipulasi

Terdapat individu yang menganggap orang lain sebagai objek,

individu tidak membina hubungan sosial secara mendalam.


17

(2) Implusif

Individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu

belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk tidak dapat

diadalkan.

(3) Narkisisme

Harga diri rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan

penghargaan dan pujian sikap egosentris, pencemburu.

4. Tanda dan gejala

Isolasi sosial menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan

gejala sebagai berikut : (Towsends, 2001).

Data subjektif :

a. Mengungkapkan rasa tidak berguna, penolakan lingkungan.

b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki.

Data objektif :

a. Tampak menyendiri dalam ruangan

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri

c. Tidak melakukan kontak mata

d. Posisi meringkuk di tempat tidur dengan punggung menghadap ke

pintu.

e. Tampak sedih, afer datar

f. Kegagalan untuk berintetaksi dengan orang lain di dekatnya.

g. Kurang aktifitas fisik dan verbal

h. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya.


18

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Isolasi Sosial:

Menarik Diri

Proses keperawatan merupakan pendekatan yang di sepakati untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan

masalah klien sehingga menjadikan mutu pelayanan keperawatan optimal.

Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan

praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan membantu

perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah

keperawatan klien dan atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah,

logis, sistematis, dan teroganisasi (Keliat, dkk, 2001).

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa

mungkin tidak dapat dilihat lngsung seperti pada masalah kesehatan jiwa

mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada maslah kesehatan fisik,

memperlihatkan masalah yang berbeda, dan muncul berbagai penyebab

(Keliat,dkk, 2001).

Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan yaitu pengkajian,

diagnose keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi

tindakan keperwatan, dan evaluasi tindakan keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

perawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Keliat, dkk,

2001).
19

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, suku bangsa, pekerjaan, jenis kelamin,

agama, tanggal pengkajian, pendidikan dan alamat serta

informen.

2) Keluhan Utama

Keluhan yang paling dirasakan saat dilakukan pengkajian.

Klien dengan isolasi sosial : menarik diri biasanya mengurung

diri di kamar, tidak mau bergaul dengan orang lain, jarang

berbicara, dan kurang beraktifitas.

3) Alasan masuk / faktor perisipitasi

Sebelum timbul gejala, klien mengalami hubungan yang

bermusuhan, tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai

perasaan tidak berguna, putus asa, dan tidak berdaya. Klien

juga mengalami kejadian kehidupan yang penuh stress sperti

kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk

berhubungan dengan orang lainh dan menyebabkan ansietas.

4) Faktor predisposisi

Menceritakan apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa

di masa lalu, pernah mengalami pengobatan terhadap gangguan

jiwanya, mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan

lingkungan, kekerasan dalam rumah tangga baik sebagai

pelaku, korban atau saksi. Adakah anggota keluarga mengalami

gangguan jiwa, dan apakah klien pernah memiliki pengalaman

masa lalu yang tidak menyenangkan.


20

5) Pemerikssaan fisik

Pada klien menarik diri biasanya ditemukan kecacatan fisik,

sehingga klien malu untuk bergaul, tanda - tanda ekspresi

muka menunduk, tidak ada kontak mata, dan tidak ada aktifitas

motorik.

6) Psikologis

a) Genogram

Genogram dibuat dari tiga generasi keatas dari klien.

Bersisi tentang klien anak berapa saudara.

b) Konsep diri

Perlu dikaji dari gambaran diri, identitas, peran, ideal diri

dan harga diri. Pada klien menarik diri biasanyadsitemukan

gangguan pada diri seperti penolakan keluarga, kegagal

yang berulang kali, ideal diri yang tidak realistis, ketidak

percayaan keluarga, tekanan dari lingkungan dan perubahan

struktur sosial.

Masalah keperawtan : ganagguan konsep diri : harga diri

rendah.

c) Hubungan Sosial

Pada klien menarik cendrung bersifat apatis, tidak

berintraksi dengan orang lain, masa bodoh, acuh tak acuh,

menurunnya minat dan selalu menyendiri, yang

menyebabkan individu menarik diri dari pergaulan

lingkungan sosial.

Masalah keperawatan : Distress spiritual


21

7) Spiritual dan keyakinan

Pada klien menarik diri biasanya kurang dalam nilai keyakinan

sehingga kurang dalam kegiatan ibadahnya.

Masalah keperawatan : Distress spiritual

8) Status Mental

a) Penampilan

Pada klien menarik diri penampilan tidak rapih dan kurang

perawatan diri.

b) Pembicaraan

Pada klien menarik diri, klien apatis tidak mampu

membuka pembicaraaan.

c) Aktiivitas motorik

Pada klien menarik diri biasanya aktivitas motoriknya

menurun.

Masalah keperawatan : penurunan motifasi : isolasi sosial

menarik diri.

d) Alam perasaan

Pada klien menarik diri biasanya ditemukan perasaannya

sedih dan tidak berguna.

e) Afek

Pada klien menarik diri biasanya memiliki afek tumpul.

Masalah keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal.


22

f) Interaksi selama wawancara

Pada klien menarik diri akan didapat : kontak mata kurang

dan menjawab pertanyaan “ya” atau “tidak” saja.

Masalah keperawatan : harga diri rendah

g) Presepsi sensori

Pada klien menarik dirinya biasanya terdapat halusinasi

dengar klien selalu sendiri

Masalah keperawatan : perubahan sensori presepsi :

halusinasi

h) Proses fikir

Pada klien menarik diri biasanya ditemukan adanya

kelainan isi piker, terkadang juga tidak ditemukan

kelainan.

Masalah keperawatan : perubahan proses piker

i) Isi pikir

Pada klien menarik diri biasanya ditemukan adanya

kelainan isi lain masalah keperawatan : gangguan pola pikir

j) Tingkat kesadaran

Pada klien menarik diri biasanya tidak ada maslah

Masalah keperawatan : tidak ada masalah


23

k) Memori

Pada klien menarik diri biasanya tidak terdapat masalah.

Klien dapat membedakan mana yang nyata dan tidak nyata,

tidak terjadi penurunan daya ingat.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

l) Tingkat kosentrasi

Pada klien menarik diri dapat berkosentrasi dan berhitung.

Serta perhatian klien tidak mudah dialihkan.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

m) Kemampuan penilaian

Pada klien menarik diri biasanya klien tidak dapat

mengambil keputusan dan evaluasi diri sendiri.

Masalah keperawatan : gangguan penilaian.

n) Daya tilik diri

Pada klien menarik diri biasanya klien mengingkari

penyakit atau gangguan yang di deritanya.

Maslah keperawatan : gangguan konsep diri


24

2. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan

menghubungkan data dengan data yang kognitif yang dimilki sehingga

dapat diketahui kesan jangan atau masalah yang dihadapi klien (Effendy,

2008).

Pada klien dengan Isolasi Sosial: Menarik diri, ditemukan data

senjang seperti berikut ini:

No Data Senjang Masalah


1 2 3
1. DO :
- Klien terlihat sering menyendiri Isolasi sosial : Menarik diri
- Klien menarik diri dari lingkungan
- Klien tidak mau bergaul

2. DO:
- Klien tampak sering menyendiri
- Klien sering terlihat melamun Risiko tinggi PSP :
- Klien terlihat hanya diam dirumah Halusinasi
Saja
3. DO :
- Klien terlihat sedih Gangguan konsep diri : Harga
- Klien tampak putus asa diri Rendah
- Kontak mata kurang

3. Daftar Masalah

a. Isolasi sosial : Menarik Diri

b. Risiko tinggi PSP : Halusinasi

c. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


25

4. Pohon Masalah.

Risiko tinggi Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Gambar.2.2.
Pohon Masalah

5. Diagnosa Keperawatan.

Menurut Carpenito (2007), Diagnosa keperawatan adalah

penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial dari

Individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses

kehidupan.

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan isolasi sosial :

menarik diri :

a) Risiko terjadinya perubahan sensori persepsi : Halusinasi

berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri

b) Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.


26

6. Perencanaan

Perencanaan adalah salah satu dari proses keperawatan termasuk

menentukan prioritas, dan menentukan metode yang digunakan dalam

menyelesaikan masalah yang tujuannya untuk menyusun rencana

keperawatan yang dapat digunakan dalam masalah, aktual, risiko atau

kemungkinan reaksi manusia terhadap masalah kesehatan. Carpenito

(2007).

a. Risiko tinggi terjadinya perubahan sensori persepsi halusinasi

berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

1) Tujuan Umum

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi tidak terjadi

2) Tujuan Khusus

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

b) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

c) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan

orang lain.

d) Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.

e) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah

berhubungan orang lain

f) Klien dapat dukungan keluarga

g) Klien dapat menggunakan obat dengan tepat dan benar.


27

3) Tindakan keperawatan

a) Membina Hubungan Saling Percaya

(1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,

perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan

lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada tiap

pertemuan (topik yang dibicarakan, tempat, waktu)

Rasional : Kesan pertama dalam interaksi akan

menentukan interaksi selanjutnya, kejelasan tujuan dan

kontrak menentukan rasa percaya dan dasar hubungan

saling percaya.

(2) rikan perhatian dan penghargaan

Rasional : memotivasi untuk pengungkapan selanjutnya

(3) Benarkan klien dengan empati : beri kesempatan klien

untuk bicara

Rasional : memberi kesempatan untuk klarifikasi.

b) Menyebutkan penyebab menarik diri.

(1) Bicarakan dengan klien penyebab menarik diri/tidak mau

bergaul dengan orang lain.

Rasional : diskusi bersama tentang penyebab menarik diri

akan memberikan informasi dan mentadarkan klien akan

masalahnya dan akibat yang akan terjadi.


28

(2) Diskusikan akibat yang akan dirasakan dari menarik diri.

Rasional : dengan mengetahui akibat maka akan

meningkatkan motivasi.

c) Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain

(1) Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain

Rasional : Klien mengetahui keuntungan berhubungan

dengan orang lain akan memotivasi.

(2) Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimilki

klien untuk bergaul .

Rasional : Klien bisa menunjukkan keahliannya.

d) Melakukan hubungan secara bertahap

(1) Lakukan interaksi yang sering dan singkat

Rasional : motivasi dengan mendorong klien untuk

melakukan tindakan

(2) Motivasi klien untuk berinteraksi

Rasional : motivasi dengan mendorong klien untuk

melakukan tindakan.

(3) Tingkatkan interaksi klien secara bertahap

Rasional : mencoba dengan berdampingan dengan orang

lain yang dapat dipercaya menghilangkan trauma akan

ketidakpuasan dalam berhubungan sosial.


29

e) Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang

lain

(1) Diskusikan dengan klien setiap selesai berinteraksi

Rasional : diskusi bersama dapat menimbulkan motivasi

untuk mengungkapkan perasaan yang telah dan sedang

dialami.

(2) Beri pujian atas keberhasilan klien

Rasional : pujian akan memungkinkan pergaulan tindakan

yang telah dilakukan.

(3) Memanfaatkan sistem pendukung

Berikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien

melalui pertemuan individu secara rutin dan pertemuan

keluarga.

Rasional : Menambah pengetahuan keluarga dan

mengurangi kecemasan.

f) Menggunakan obat dengan benar dan tepat

(1) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

Rasional : ketaatan klien pada program pengobatan akan

membuat efek therapy akan lebih efektif.

(2) Anjurkan klien membicarakan efek samping obat yang

dirasakan.
30

Rasional : memberikan ketenangan pada klien dan

keinginan klien untuk meminum obat secara teratur.

4) Hasil akhir yang diharapkan

a) Pada Klien

(1) Tidak terjadi perubahan sensori persepsi

(2) Klien mengetahui penyebab menarik diri

(3) Klien mengetahui keuntungan berinteraksi

(4) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain.

b) Pada Keluarga

(1) Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara

terapeutik

(2) Keluarga mampu mengurangi penyebab dari menarik diri

b. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

1) Tujuan Umum

Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawabnya.

2) Tujuan Khusus

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

3) Klien dapat mengidenrifikasi kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki.

b) Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kondisi

sakit

c) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


31

d) Klien dapat mengungkapkan atau merencanakan kegiatan yang

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

e) Klien dapat memanfaatkan dukungan keluarga.

4) Tindakan keperawatan

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

Sikap terbuka, empati, terima klien apa adanya, sapa klien

dengan ramah, tepati janji, jelaskan tujuan pertemuan,

pertahankan kontak mata selama interaksi dan penuhi

kebutuhan dasar klien.

Rasional : kejujuran, kesadaran meningkatkan kepercayaan

hubungan antara klien dan perawat.

(1) Berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

tentang keadaan saat ini.

Rasional : mengurangi beban perasaan yang selama ini di

rasakan

(2) Sediakan waktu untuk mendengar klien

Rasional : perhatian perawat akan meningkatkan perasaan

berarti bagi klien

(3) Katakan pada klien bahwa dia adalah seorang yang

berharga yang tanggung jawab dan mampu untuk

menolong dirinya sendiri.

Rasional : Meningkatkan motivasi perasaan.


32

b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki.

(1) Diskusikan dengan klien kelebihan yang dimiliki

Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih

dimiliki Klien.

(2) Diskusikan kelemahan klien

Rasional : mengingatkan klien bahwa klien manusia biasa

yang mempunyai kekurangan dan menghadirkan realita

pada klien.

(3) Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutupi dengan

kelebihan yang dimilikinya.

Rasional : Memberikan harapan pada klien

(4) Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan klien

Rasional : memberikan kesempatan berhasil lebih tinggi.

c) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

(1) Diskusikan dengan klien ideal dirinya, harapan selama ini,

rencana klien dan cita-citanya yang ingin dicapai.

Rasional : menhindarkan realita dari harapan klien

(2) Bantu klien mengembangkan antara keinginan dan

kemampuan yang dimiliki.

Rasional : membantu klien dalam membentuk harapan

yang Realita.
33

(3) Beri kesempatan klien untuk berhasil.

Rasional : meningkatkan rasa percaya diri

(4) Beri penghargaan terhadap keberhasilan yang telah

dicapai.

Rasional : meningkatkan rasa percaya diri sehingga

meningkatkan harga diri.

d) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang

dimiliki. Bersama klien rencanakan aktifitas yang dapat

dilakukan setia sesuai kemampuan baik dirumah sakit maupun

di rumah

Rasional : dengan rencana yang telah dibuat klien menyadari

kemampuan dirinya sehingga dapat menimbulkan rasa

berharga.

e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan

kemampuan.

(1) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara

merawat klien dengan harga diri rendah.

Rasional : pendidikan kesehatan akan meningkatkan

pengetahuan keluarga dan kemampuan keluarga dalam

merawat klien.

(2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien sakit.


34

Rasional : bantuan dan dukungan dapat meningkatkan

motivasi

(3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan yang tenang

dirumah.

Rasional : lingkungan yang sehat dan mendukung dapat

membuat

f) Klien percaya diri sehingga meningkatkan harga diri.

7. Pelaksanaan.

Menurut Carpenito (2007), Pelaksanaan atau implementasi adalah

insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik dimana

dimulai setelah rencana tindakan yang disusun dan dirujukan pada perawat

untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

8. Evaluasi.

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada

respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Evaluasi dapat dibagi 2, yaitu : evaluasi hasil atau sumatif dilakukan

dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang

telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan SOAP sebagai pola pikir. (Nursalam, 2006)


35

BAB III

TNJAUAN KASUS

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Nama : Tn. W

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan : SMK

Status : Belum kawin

Pekerjaan : Tidak bekerja

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Karang Jambe RT 003 RW 002

Karang Jambe Wanadadi Banjarnegara

Ruang masuk : Sadewa

Tanggal masuk : 16 Februari 2015

No. MR : 111970

35
36

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. J

Umur : 61

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan klien : Ayah

Alamat : Karang Jambe RT 003 RW 002

Karang Jambe Wanadadi Banjarnegara

c. Riwayat kesehatan pasien

- Kira – kira 6 tahun yang lalu (Tahun 2009) pasien pernah

dirawat di RS dengan keluhan menarik diri

- Tahun 2015 klien dibawa ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

oleh keluarga

d. Faktor Predisposisi

Klien mengalami gangguan jiwa kurang lebih 6 tahun yang

lalu. Klien perhan punya pacar tapi gagal menikah, begitupun waktu

melamar pekerjaan selalu gagal, paska kegagalan mencari pekerjaan

dan menikah, klien tidak mau menceritakan masalahnya dengan

perawat. Di lingkungan rumahnya klien sering di ejek.


37

e. Pemeriksaan fisik

1) Penampilan Umum: Kesadaran Compos Mentis, klien tampak

lesu.

2) Tanda-tanda vital

TD : 130/80 S : 37,5 c

N : 80 X/ menit R : 20 X/ menit

3) Fisik

Tinggi badan : 154 cm

Berat badan : 56 kg

f. Data penunjang

THP 2x2 mg

RPD 2x2 mg

Piracetam 2x400 mg

g. Genogram

x x x x

x x x
38

Keterangan :

x : Laki – Laki (meninggal)

x : Perempuan (meninggal)

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Garis perkawinan

: Garis keturunan

: Tinggal 1 rumah

Keterangan :

klien adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara, klien saat di rumah

tinggal bersama ayah dan ibunya

1) Konsep diri

(a) Gambaran diri

Dari semua bagian tubuh klien. Klien paling suka dengan

badannya.

(b) Identitas diri

Klien suka berjenis kelamin laki-laki dan perilaku sesuai

dengan jenis kelaminnya dan belum menikah.

(c) Peran diri

Dalam keluarga klien adalah anak ke-4 dari 5 bersaudara.

Klien mengatakan senang membantu orang tuanya.


39

(d) Ideal diri

Klien berharap cepat mendapatkan pekerjaan untuk

membantu orangtuannya.

Klien mengatakan malu karena telah mengecewakan kedua

orang tuanya.

(e) Harga diri

Klien jarang minder dan diam.

2) Hubungan sosial

(a) Dalam keluarga cuma ibu yang terdekat

(b) Tidak pernah berperan serta dalam kegiatan

(c) Klien tampak malas berkumpul dengan sesama klien dan

perawat.

(d) Keluarga klien mengatakan klien lebih sering diam.

(e) Selama mengobrol, klien selalu menunduk, tidak ada kontak

mata

(f) Klien menunduk saat berkomunikasi.

(g) Klien tidak mampu memulai pembicaraan

3) Spiritual dan keyakinan

Klien beraga islam tetapi sejak klien mengalami gangguan jiwa

klien tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai seorang

muslim
40

4) Status mental

(a) Penampilan fisik

Penampilan klien rapih rambut bersih

(b) Pembicaraan (klien banyak diam dan tidak mau bicara)

Pada saat dikaji klien kurang kooperatif dan tidak fokus

pada pokok pembicaraan

(c) Aktifitas motorik (banyak berdiam di kamar)

Klien lebih suka diam dan menyendiri

(d) Alam perasaan (tidak atau kurang sadar terhadap

lingkungan sekitarnya)

Klien merasa tidak tenang dan sedih

(e) Afek (klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal)

Pada saat di kaji klien hanya menjawab secara singkat dari

pertanyaan

(f) Informasi selama wawancara

Pada saat di kaji kontak mata kurang, klien kurang

kooperatif

(g) Persepsi

Pada saat dikaji, klien tahu siapa dirinya dan kondisinya

(h) Isi pikir

Klien tidak mengalami gangguan isi pikir seperti waham

atau phobia
41

(i) Proses pikir

Pada saat di kaji klien kooperatif dalam menjawab

pertanyaan dan klien banyak diam

(j) Tingkat kesadaran dan orientasi (tidak atau kurang sadar

terhadap lingkungan sekitarnya)

Tingkat orientasi klien terhadap tempat cukup baik

(k) Memori

Jangka panjang : cukup baik, klien mampu mengingat

bahwa klien pernah bersekolah SMK, klien mampu

mengingat nama anggotannya

(l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien konsentrasi dan mampu berhitung

(m) Kemampuan penilaian (apatis, acuh terhadap lingkungan)

Klien dapat membedakan bersih dan kotor

(n) Daya tilik diri

Daya tilik diri kurang baik karena klien tidak menyadari

penyakit

h. Kebutuhan sehari-hari

1) Makan dan minum

Klien dapat mandiri melakukan aktivitas makan dan minum, dan

menghabiskan makanan 1 porsi

2) BAB/BAK

Klien mampu BAB dan BAK secara mandiri


42

3) Mandi dan berhias

Klien tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk mandi dan

berhias

4) Berpakaian

Klien tidak mampu secara mandiri untuk namun bisa berpalaian

secara mandiri

5) Istirahat dan tidur

Pola istirahat dan tidur klien tidak tentu

6) Aktivitas dalam rumah

Klien tidak pernah melakukan kegiatan dalam rumah, seperti

merapihkan rumah atau mencuci pakaian

7) Aktivitas di luar rumah

Klien tidak pernah beraktifitas dengan orang lain di luar rumah.

i. Mekanisme koping

Mekanisme koping klien . dalam menghadapi masalah klien hanya

diam dan tidak menceritakannya pada orang lain

j. Masalah psikososial dan lingkungan

Klien menutup diri dalam keluarga dan jarang berkomunikasi

dengan keluarga dan tetangga


43

2. Analisa Data

Tabel 2.1. Analisa Data Keperawatan Klien Tn. W dengan Isolasi Sosial:
Menarik Diri

No Data senjang Masalah


1 2 3
1. DS :
- Klien malas bergaul
- Keluarga klien mengatakan klien lebih
sering diam.

DO :
- Tidak ada kontak mata Isolasi sosial : Menarik Diri
- Klien menunduk saat berkomunikasi.
- Klien tidak mampu memulai
pembicaraan.
- Klien tampak malas berkumpul dengan
sesama klien dan perawat.
- Klien terlihat sering menyendiri
- Klien menarik diri dari lingkungan
- Klien tidak mau bergaul

2. DS :
Klien mengatakan malu karena telah
mengecewakan kedua orang tuanya.

DO :
- Klien berbicara dengan suara pelan dan
lambat. Gangguan Konsep Diri :
- Klien terlihat sedih Harga Diri Rendah
- Klien tampak putus asa
- Kontak mata kurang
- Klien menunduk saat berkomunikasi.
- Tidak ada kontak mata.
- Klien terlihat lesu.

3. DS :
Klien sebelumnya pernah mengalami
halusinasi

DO :
- Klien tampak sering menyendiri
- Klien sering terlihat melamun Risiko PSP: Halusinasi
- Klien lebih banyak diam.
- Klien menjawab pertanyaan dengan
suara yang pelan dan singkat.
- Klien menjawab jika ditanya.
- Klien tidak mampu memulai
pembicaraan.
44

Berdasarkan tabel 2.1. di atas, maka masalah keperawatan yang

muncul pada Tn. W dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri sebagai berikut:

a. Isolasi sosial : menarik diri.

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

c. Risiko Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi.

3. Pohon Masalah

Risiko PSP: Halusinasi


(Akibat)

Isolasi sosial : Menarik diri (Core problem)

Gangguan konsep diri : HDR (Penyebab)

Gambar 3.1.
Pohon Masalah

4. Diagnosa Keperawatan

Melihat gambar 3.1. pohon masalah, maka diagnose

keperawatan yang muncul pada klien Tn. W dengan Isolasi Sosial:

Menarik Diri, sebagai berikut:

a. Risiko Perubahan Sensori Persepsi (PSP): Halusinasi berhubungan

dengan Isolasi sosial: menarik diri.

b. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.


52

CATATAN PERKEMBANGAN

HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
TANGGAL
1 2 3 4
Kamis 1.1. Salam terapeutik : “Assalamu’alaikum “ S: Alfi
26-02-2015 (menjabat tangan klien) -
10.00 1.2. Perkenalkan nama saya Alfi, saya biasa dipanggil Alfi, saya
mahasiswa Akper Pemda Indramayu, nama mas siapa dan biasa O:
dipanggil apa? - Klien menjabat tangan tanpa membalas
1.3. “Saya akan membantu merawat mas dari tanggal 26 s.d. 28 salam.
Februari 2015. Saya akan coba membantu permasalahan yang - Klien hanya diam
sedang mas hadapi”. - Klien sering menunduk
1.4. “ Baiklah mas kita akan bertemu lagi besok kira-kira pukul - Klien hanya mengangguk dan kontak mata
berapa? 13.00 atau 14.00 WIB dan dimana tempatnya? Kita kurang.
ketemu besok pukul 14.00 WIB di ruangan ini lagi, Baiklah
kalau begitu saya permisi dulu. A:
Hubungan saling percaya perawat dan klien
sudah terbina tetapi belum sepenuhnya.

P:
Lebih lanjut menyepakati kontrak
melanjutkan TUK I pada tanggal 27-02-2015
pukul 14.00 WIB di ruang perawatan
Jum;at 2.1.“Assalamu’alaikum “ (menjabat tangan klien) S:
27-02-2015 2.2. “ Mas masih ingat dengan saya, Nama saya Alfi, saya Klien menjawab salam sambil berjabat tangan
14.00 mahasiswa Akper Pemda Indramayu, nama mas siapa dan biasa dan mengatakan namanya ” nama saya Wisnu,
dipanggil apa? panggil saja saya Wisnu”
53

HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
TANGGAL
1 2 3 4
O:
2.3.“ Baiklah mas kita akan bertemu lagi besok tanggal 28 Februari
- Klien membalas salam dan menjabat tangan.
2015, kira-kira pukul berapa 09.00 atau 10.00 dan dimana
- Klien menyebutkan nama.
tempatnya, dan bagaimana kalau di tempat ini saja? Dan nanti
- Selama interaksi klien menunduk.
kita akan membicarakan tentang penyebab mas tidak
berhubungan dengan orang lain. Apakah mas setuju? Baiklah
kalau begitu saya permisi dulu dan terima kasih atas A :
Hubungan saling percaya perawat dan klien
kerjasamanya”.
sudah terbina .

P:
Lanjutkan ke TUK 2 dengan kontrak Alfi
selanjutnya pada tanggal 28 Februari 2015
pukul 09.00 WIB disini.
54

HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
TANGGAL
1 2 3 4
Sabtu 2.1.“ Assalamu’alaikum, bagaimana khabar mas hari ini, masih
27-02-2015 ingat dengan saya dan masih ingat tentang pembicaraan yang S:
14.00 akan didiskusikan hari ini?” - ” Wa’alaikum salam, baik-baik saja ”
2.2.”Saya senang mas masih ingat dengan saya dan masih ingat - ” Saya masih ingat, namanya mbak Alfi dan
dengan pembicaraan yang akan kita bicarakan. Ada apa dengan akan membicarakan tentang tanda-tanda
mas sehingga mas tidak mau berhubungan dengan orang lain?” orang yang tidak mau berhubungan dengan
2.3.”Bagus....baiklah mas sudah dapat mengungkapkan perasaan orang lain“
mas, seperti janji kita kemarin, saya akan menjelaskan tanda- - ” Saya malu sama orang tua saya mas,
tanda dan penyebab orang yang tidak mau berhubungan dengan karena saya tidak bisa membantu mereka
orang lain. Tanda-tandanya: menyendiri, jarang mengobrol bekerja“
dengan orang lain, berdiam diri di kamar, penyebabnya rasa - ” Pukul 11.00 WIB disini saja“
Alfi
malu dan rendah diri. - ” Saya juga senang”.

2.4.” Saya sangat senang ngobrol dengan mas, apalagi hari ini mas O:
mau ngobrol dengan saya, Mas senang tidak ngobrol dengan - Klien mendengarkan .
saya? Hari ini saya cukupkan sekian, besok kita ketemu lagi, - Klien mengangguk.
kira-kira pukul berapa, 10.00 atau 11.00 dan bagaimana kalau - Kontak mata kurang
tempatnya disini saja? Kita akan mebicarakan tentang
keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain A:
dan cara berhubungan dengan orang lain”. Penyebab menarik diri sudah teridentifikasi.

P:
Melanjutkan ke TUK 3 dan akan
membicarakan keuntungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
45

Nama Klien : Tn. W


Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Karang Jambe Wanadadi Banjarnegara

Diagnosa Perencanaan
No Tanggal Keperawatan Tujuan Kriteria Tindakan keperawatan Rasional
evaluasi
1 2 3 4 5 6 7
1. 26-02-15 Risiko PSP: Tujuan Umum :
Halusinasi Klin dapat
berhubungan berkomunikasi
dengan isolasi verbal
sosial : menarik
diri Tujuan Khusus : Setelah 2 kali 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya
1. Klien dapat pertemuan : Klien percaya melupakan langkah
Membina dapat membina .1. Salam terapeutik pertama untuk menjalin
hubungan hubungan saling .2. Perkenalkan diri hubungan selanjutnya
saling percaya percaya, .3. Jelaskan tujuan
membalas salam,
interaksi
berjabat tangan,
menyebutkan .4. Ciptakan lingkungan
nama, mau yang tenang
mengutarakan .5. Buat kontrak yang
masalah yang jelas pada tiap
dihadapi pertemuan
.6. Selalu kontak mata
selama interaksi
46

1 2 3 4 5 6 7
2. Klien dapat Setelah 2 kali 2. Bantu klien untuk 2. Dengan bantuan perawat
mengenal pertemuan klien mengungkapkan diharapkan klien mampu
perasaan yang dapat penyebab menarik diri mengidentifikasi
menyebabkan menyebutkan 2.1. Kaji pengetahuan penyebab menarik diri.
perilaku penyebab klien tentang
menarik diri perilaku perilaku menarik
dengan menarik diri diri dan tanda-
lingkungan tandanya.
2.2. Beri kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
perasaan penyebab
klien tidak mau
bergaul/menarik
diri.
2.3. Diskusikan bersama
klien tentang
perilaku menarik
diri, tanda-tanda dan
penyebab yang
mungkin terjadi.
2.4. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
47

1 2 3 4 5 6 7
3. Klien dapat Setelah 2 kali 3.1.Kaji pengetahuan klien 3. Dengan mengetahui
menyebutkan pertemuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
keuntungan dapat keuntungan erhubungan dengan orang lain dan
berhubungan menyebutkan dengan orang lain. kerugian tidak
dengan orang berhubungan 3.2.Berikan kesempatan berhubungan dengan
lain dan dengan orang pada klien untuk orang lain dapat
kerugian tidak lain dan mengungkapkan memotivasi klien untuk
berhubungan kerugian tidak perasaan tentang dapat berhubungan
dengan orang berhubungan kerugian bila tidak dengan orang lain.
lain dengan orang berhubungan dengan
lain orang lain.
3.3.Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain

Setelah 2 kali 4. Bantu klien untuk 4. Dengan mengetahui


4. Klien dapat
pertemuan klien berhubungan dengan keuntungan berhubungan
berhubungan
mampu orang lain secara dengan orang lain dan
dengan orang
berhubungan bertahap kerugian tidak
lain secara
dengan orang 4.1. Diskusikan dan beri berhubungan dengan
bertahap
lain secara pendidikan orang lain dapat
bertahap kesehatan tentang memotivasi klien untuk
keuntungan dari dapat berhubungan
berhubungan dan dengan orang lain.
kerugian perilaku
menarik diri
48

1 2 3 4 5 6 7
4.2.Dorong dan bantu untuk
berhubungan dengan
orang lain melalui tahap:
Klien-perawat-perawat
lain
Klien-perawat-perawat
lain-klien lain
Klien –kelompok kecil
Klien—keluarga/
masyarakat
4.3.Beri pujian atas
keberhasilan yang telah
dicapai klien.
4.4.Bantu klien
mengungkapkan
manfaat dari
berhubungan.
4.5.Diskusikan jadual harian
yang dapat dilakukan
klien dalam mengisi
waktu Motivasi klien
untuk mengikuti
kegiatan rumah.
4.6.Beri pujian atas keikut
sertaan klien dalam
kegiatan rumah.
49

1 2 3 4 5 6 7
5. Klien dapat Setelah 2 kali 5.1. Dorong klien untuk 5. Dengan berdiskusi dapat
mengungkapk pertemuan klien mengungkapkan menimbulkan motivasi
an dapat:mengungk perasaannya bila untuk mengungkapkan
perasaannya apkan berhubungan dengan perasaannya.
setelah perasaannya orang lain.
berhubungan berhubungan 5.2. Diskusikan dengan
dengan orang dengan orang klien tentang
lain lain untuk diri perasaannya bila
sendiri dan berhubungan dengan
orang lain. orang lain.
5.3. Beri respon positif atas
penampilan klien
mengungkapkan
perasaan manfaat
berhubungan dengan
orang lain.

6. Klien Setelah 2 kali 6.1. Bina hubungan saling 6.1.Membina hubungan


mendapat pertemuan percaya dengan saling percaya dan
dukungan keluarga dapat: keluarga: kerjasama dengan
keluarga - Menjelaskan - Salam terapeutik, keluarga akan
mengembang cara merawat perkenalkan diri. memudahkan intervensi
kan - Menjelaskan - Sampaikan tujuan. selanjutnya.
kemampuan diri klien - Buat kontrak.
untuk menarik diri - Eksplorasi perasaan
berhubungan keluarga.
dengan orang
lain.
50

1 2 3 4 5 6 7
- Mendemonstra 6.2. Diskusikan dengan 6.2.Memungkinkan keluarga
sikan cara anggota keluarga untuk melakukan
perawatan tentang: penilaian terhadap
klien - Perilaku menarik diri. perilaku menarik diri.
- Berpartisipasi - Akibat yang akan
dalam terjadi bila perilaku
perawatan menarik diri tidak
klien menarik ditanggapi.
diri - Penyebab perilaku
menarik diri.
- Cara keluarga
menanggapi klien
menarik diri.

6.3. Dorong anggota 6.3.Membantu keluarga untuk


keluarga untuk lebih bersemangat dalam
berkomunikasi dengan merawat anaknya untuk
orang lain. bergaul dan
6.4. Anjurkan anggota berkomunikasi dengan
keluarga untuk orang lain
berkomunikasi dengan
orang lain.
6.5. Beri respon positif atas
hal-hal yang telah
dicapai keluarga.
51

1 2 3 4 5 6 7
7. Klien dapat Setelah 2 kali 7.1.Jelaskan jenis-jenis obat
menggunakan pertemuan klien yang diminum klien
obat dengan dapat pada klien dan keluarga.
benar (sesuai menyebutkan 7.2.Diskusikan manfaat
program) obat-obat yang minum obat dan
diminum dan kerugian berhenti
kegunaannya minum obat tanpa seizin
(Jenis, waktu, dokter.
dosis dan efek) 7.3.Anjurkan klien minta
dan klien dapat obta dan minum obat
minum obat tepat waktu.
sesuai program 7.4.Anjurkan klien
pengobatan. melaporkan pada
perawat/dokter jika klien
merasakan efek yang
tidak menyenangkan.
7.5.Beri pujian jika klien
minum obat dengan
benar.
55

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis membahas beberapa kesenjangan antara teori

dan praktek yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi. Adapun tahap-tahap tersebut antara lain:

A. Tahap pengkajian.

Pada tahap pengkajian, penulis menemukan hambatan terutama pada

waktu mengkaji klien dikarenakan klien menjawab hanya ketika ditanya saja,

walaupun begitu dengan beberapa pendekatan terutama teknik komunikasi

masalah tersebut dapat diatasi. Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan

kesenjangan, namun pada status mental klien dengan isolasi sosial menarik diri

yang biasanya klien terlihat kurang bersih, kurang rapih dan kurang dalam hal

perawatan diri tetapi pada kenyataannya klien sebaliknya, yaitu terlihat bersih,

rapih dan mampu dalam merawat dirinya sendiri.

B. Tahap Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan dari beberapa data yang dapat mendukung, maka penulis

adapat menegakan diagnosa keperawatan dengan masalah utama isolasi sosial

berhubungan dengan menarik diri.

55
56

C. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan-hambatan karena

klien dan keluarga menyetujui atas rencana tindakan yang akan dilaksanakan

sesuai dengan masalah yang ada.

D. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, ketika

klien diajak bicara untuk kolaborasi dengan Tim Medis, klien awalnya menolak

sehingga digunakan pendekatan yang lain yaitu perawat sendiri yang kolaborasi

dengan dokter dan mengambil obat sesuai advis dokter. Tindakan yang lain dapat

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan keluarga.

E. Tahap Evaluasi

Dalam tahap ini penulis mengevaluasi masalah berdasarkan rencana

keperawatan yang telah dibuat, dengan hasil evaluasi sebagian besar masalah

dapat teratasi. Dalam pelaksanaan evaluasi ini penulis tidak menemukan

hambatan dan kesenjangan antara teori dan praktek.


57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penulis dapat melakukan pengkajian keperawatan kesehatan mental

psikiatri sesuai dengan pedoman asuhan keperawatan jiwa, walaupun

dalam pelaksanaan pengkajiannya masih ditemukan hambatan, dan pada

saat pengkajian ditemukan beberapa masalah keperawatan, yaitu:

a. Isolasi Sosial : Menarik Diri.

b. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah.

c. Perubahan sensori persepsi: Halusinasi

2. Penulis dapat membuat Diagnosa Keperawatan dengan berdasarkan hasil

pengkajian, adapun diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:

a. Risiko Tinggi PSP: Halusinasi berhubungan dengan Isolasi sosial:

menarik diri.

b. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Penulis dapat membuat rencana keperawatan pada klien dengan Isolasi

Sosial: Menarik Diri dengan berpedoman pada Diagnosa keperawatan

yang telah disusun, Perencanaan Keperawatan yang dibuat mengacu

pada pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Isolasi Sosial:

Menarik Diri yang dikeluarkan oleh Depkes.

4. Pada Tahap Pelaksanaan (Implementasi) penulis mengalami sedikit

kesulitan dalam pencapaian tujuan yang lebih optimal, dikarenakan

57
58

keterbatasan waktu, selain itu karena faktor klien sendiri yang

menghindar dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Walaupun

demikian secara garis besar pelaksanaan (implementasi) ini dapat

dilaksanakan sesuai rencana.

5. Penulis dapat melakukan evaluasi dengan berpedoman pada tujuan yang

hendak dicapai selama pelaksanaan proses keperawatan, walaupun

dalam pelaksanaannya ada beberapa tujuan yang teratasi baru sebagian,

mengingat waktu dan kondisi pasien yang memungkinkan tidak semua

masalah dapat teratasi.

6. Penulis dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien

dengan Isolasi Sosial : Menarik Diri dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan.

B. Saran

Untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan dalam

melakukan asuhan keperawatan mental psikiatri, penulis mengajukan

beberapa saran, yaitu:

1. Perawat dalam melakukan pengkajian apalagi pada pasien gangguan

jiwa, selain sesuai format juga harus melakukan validasi baik pada

perawat lain ataupun keluarga bila ada.

2. Dalam menyusun disgnosa keperawatan jiwa hendaknya melihat faktor

here and now (disini dan saat ini) mengingat kondisi pasien yang

berubah cepat.
59

3. Dalam membuat perencanaan hendaknya dibuat selengkap dan sejelas

mungkin agar bisa dilaksanakan tidak hanya oleh yang membuat asuhan

keperawatan tetapi juga oleh perawat lain.

4. Implementasi hendaknya berpedoman pada rencana yang telah dibuat.

5. Evaluasi hendaknya dilakukan tidak hanya evluasi hasil tetapi juga

evaluasi proses.
60

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta: EGC.

Depkes RI, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang


Kesehatan Tahun 2009, Depkes RI, Jakarta.

.................................., 2000, Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa, Cetakan


I, , Depkes RI, Jakarta.

Farida dan Hartono, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat, Budi Anna, 2008, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Riyadi dan Purwanto, 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stuart, CW dan Sandra J. Sundeen, 2008, Keperawatan Jiwa, Alih Bahasa Achir
Yani, EGC, Jakarta.

Townsend, Marry C, 2008, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada


Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, EGC, Jakarta.
52

CATATAN PERKEMBANGAN

HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
TANGGAL
1 2 3 4
Kamis 1.1. Salam terapeutik : “Assalamu’alaikum “ S: Alfi
26-02-2015 (menjabat tangan klien) -
10.00 1.2. Perkenalkan nama saya Alfi, saya biasa dipanggil Alfi, saya
mahasiswa Akper Pemda Indramayu, nama mas siapa dan biasa O:
dipanggil apa? - Klien menjabat tangan tanpa membalas
1.3. “Saya akan membantu merawat mas dari tanggal 26 s.d. 28 salam.
Februari 2015. Saya akan coba membantu permasalahan yang - Klien hanya diam
sedang mas hadapi”. - Klien sering menunduk
1.4. “ Baiklah mas kita akan bertemu lagi besok kira-kira pukul - Klien hanya mengangguk dan kontak mata
berapa? 13.00 atau 14.00 WIB dan dimana tempatnya? Kita kurang.
ketemu besok pukul 14.00 WIB di ruangan ini lagi, Baiklah
kalau begitu saya permisi dulu. A:
Hubungan saling percaya perawat dan klien
sudah terbina tetapi belum sepenuhnya.

P:
Lebih lanjut menyepakati kontrak
melanjutkan TUK I pada tanggal 27-02-2015
pukul 14.00 WIB di ruang perawatan
Jum;at 2.1.“Assalamu’alaikum “ (menjabat tangan klien) S:
27-02-2015 2.2. “ Mas masih ingat dengan saya, Nama saya Alfi, saya Klien menjawab salam sambil berjabat tangan
14.00 mahasiswa Akper Pemda Indramayu, nama mas siapa dan biasa dan mengatakan namanya ” nama saya Wisnu,
dipanggil apa? panggil saja saya Wisnu”
53

HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
TANGGAL
1 2 3 4
O:
2.3.“ Baiklah mas kita akan bertemu lagi besok tanggal 28 Februari
- Klien membalas salam dan menjabat tangan.
2015, kira-kira pukul berapa 09.00 atau 10.00 dan dimana
- Klien menyebutkan nama.
tempatnya, dan bagaimana kalau di tempat ini saja? Dan nanti
- Selama interaksi klien menunduk.
kita akan membicarakan tentang penyebab mas tidak
berhubungan dengan orang lain. Apakah mas setuju? Baiklah
kalau begitu saya permisi dulu dan terima kasih atas A :
Hubungan saling percaya perawat dan klien
kerjasamanya”.
sudah terbina .

P:
Lanjutkan ke TUK 2 dengan kontrak Alfi
selanjutnya pada tanggal 28 Februari 2015
pukul 09.00 WIB disini.
54

HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
TANGGAL
1 2 3 4
Sabtu 2.1.“ Assalamu’alaikum, bagaimana khabar mas hari ini, masih
27-02-2015 ingat dengan saya dan masih ingat tentang pembicaraan yang S:
14.00 akan didiskusikan hari ini?” - ” Wa’alaikum salam, baik-baik saja ”
2.2.”Saya senang mas masih ingat dengan saya dan masih ingat - ” Saya masih ingat, namanya mbak Alfi dan
dengan pembicaraan yang akan kita bicarakan. Ada apa dengan akan membicarakan tentang tanda-tanda
mas sehingga mas tidak mau berhubungan dengan orang lain?” orang yang tidak mau berhubungan dengan
2.3.”Bagus....baiklah mas sudah dapat mengungkapkan perasaan orang lain“
mas, seperti janji kita kemarin, saya akan menjelaskan tanda- - ” Saya malu sama orang tua saya mas,
tanda dan penyebab orang yang tidak mau berhubungan dengan karena saya tidak bisa membantu mereka
orang lain. Tanda-tandanya: menyendiri, jarang mengobrol bekerja“
dengan orang lain, berdiam diri di kamar, penyebabnya rasa - ” Pukul 11.00 WIB disini saja“
Alfi
malu dan rendah diri. - ” Saya juga senang”.

2.4.” Saya sangat senang ngobrol dengan mas, apalagi hari ini mas O:
mau ngobrol dengan saya, Mas senang tidak ngobrol dengan - Klien mendengarkan .
saya? Hari ini saya cukupkan sekian, besok kita ketemu lagi, - Klien mengangguk.
kira-kira pukul berapa, 10.00 atau 11.00 dan bagaimana kalau - Kontak mata kurang
tempatnya disini saja? Kita akan mebicarakan tentang
keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain A:
dan cara berhubungan dengan orang lain”. Penyebab menarik diri sudah teridentifikasi.

P:
Melanjutkan ke TUK 3 dan akan
membicarakan keuntungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI
DI RSJP Prof. dr. Soerojo Magelang

Oleh:
Mohammad Alfi Zabadi
NIM : 12 024

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU


AKADEMI KEPERAWATAN
INDRAMAYU
2015
PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU
AKADEMI KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN
1. Masalah Utama
Isolasi sosial : menarik diri

2. Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian
Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
 Menghindar dari orang lain (menyendiri).
 Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain/perawat.
 Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
 Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
 Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
 Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
 Posisi janin saat tidur.
b. Penyebab
Menurut Budi Anna Keliat (2009), salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan Gejala :
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
 Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
 Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
c. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi
realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu
yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.
Tanda dan gejala ;
 Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
 Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
 Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
 Tidak dapat memusatkan perhatian.
 Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.
 Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

3. Pohon masalah:

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri


Core Problem

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
a. Masalah keperawatan:
 Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
 Isolasi sosial: menarik diri
 Gangguan konsep diri: harga diri rendah

b. Data yang perlu dikaji


Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata.
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
 Klien merasa makan sesuatu.
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
Data Objektif:
 Klien berbicara dan tertawa sendiri.
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
 Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
 Disorientasi

Isolasi Sosial : menarik diri


Data Subyektif:
 Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
 Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:
 Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.

5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


 Isolasi sosial: menarik diri
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

6. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman
bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat
sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya


Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah, menyBapakkkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum
obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri


Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Tindakan:
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,
marah, menyBapakkkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial


Tindakan:
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
▪ Klien – Perawat
▪ Klien – Perawat – Perawat lain
▪ Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
▪ K – Keluarga atau kelompok masyarakat
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Tindakan:
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
▪ Salam, perkenalan diri
▪ Jelaskan tujuan
▪ Buat kontrak
▪ Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
▪ Perilaku menarik diri
▪ Penyebab perilaku menarik diri
▪ Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
▪ Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu
kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Diagnosa 2 : harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.2 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
2.3 Utamakan memberikan pujian yang realistik

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan


Tindakan:
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki
Tindakan:
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
▪ Kegiatan mandiri
▪ Kegiatan dengan bantuan sebagian
▪ Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya


Tindakan:
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan:
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah.
6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

Referensi:
Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECG
Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG
Lampiran
PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU
AKADEMI KEPERAWATAN

STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI

1. Kondisi Klien
Klien dengan isolasi sosial menarik diri jarang bahkan tidak mampu melakukan interaksi
dengan orang lain (Rawlins, 1993). Klien sering menunjukan tanda dan gejala seperti
kurang spontan, apatis, akspresi wajah kurang berseri, afek datar, kontak mata kurang,
komunikasi verbal menurun, mengisolasi diri (menyendiri), posisi a(ceritakan kondisi
klien , gambaraan pasienny seperti apa)
2. Diagnosa keperawatan: Isolasi Sosial Menarik Diri
3. Tujuan
 Mampu membina hubungan saling percaya dengan klien
 Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial menarik diri
 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
 Klien mampu berkenalan dengan orang lain.
4. Strategi pelaksanaan:
Orientasi :
Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Muhammad Alfi Saya senang dipanggil Alfi … Saya mahasiswa keperawatan Akper
Pemda Indramayu, saya yang akan membantu merawat Bapak dari sekarang sampai 2 hari
kedepan
“Siapa nama Bapak? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan Tn. W.. hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman Tn. W.. ? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Mau berapa lama Tn. W.. ...? Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Tn. W.. ? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan Tn. W.. ? Apa yang membuat Tn. W.. jarang bercakap-cakap
dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang Tn. W.. rasakan selama S dirawat disini? Apakah Tn. W.. merasa sendirian?
Siapa saja yang Tn. W.. kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Tn. W.. lakukan dengan teman yang Tn. W.. kenal?”
“Apa yang menghambat Tn. W.. dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?”
”Menurut Tn. W.. apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Tn. W.. ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah Tn. W.. belajar bergaul dengan orang lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho Tn. W.. , untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil
Si. Asal saya dari Bireun, hobi memasak”
“Selanjutnya Tn. W.. menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:
Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Tn. W.. berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan Tn. W.. bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi,
tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

Terminasi:
”Bagaimana perasaan Tn. W.. setelah kita latihan berkenalan?”
” Tn. W.. tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya Tn. W.. dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada. Sehingga Tn. W.. lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Tn. W.. mau
praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal
kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak Tn. W.. berkenalan dengan
teman saya, perawat Alfi. Bagaimana Tn. W.. mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
55

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis membahas beberapa kesenjangan antara teori

dan praktek yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi. Adapun tahap-tahap tersebut antara lain:

A. Tahap pengkajian.

Pada tahap pengkajian, penulis menemukan hambatan terutama pada

waktu mengkaji klien dikarenakan klien menjawab hanya ketika ditanya saja,

walaupun begitu dengan beberapa pendekatan terutama teknik komunikasi

masalah tersebut dapat diatasi. Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan

kesenjangan, namun pada status mental klien dengan isolasi sosial menarik diri

yang biasanya klien terlihat kurang bersih, kurang rapih dan kurang dalam hal

perawatan diri tetapi pada kenyataannya klien sebaliknya, yaitu terlihat bersih,

rapih dan mampu dalam merawat dirinya sendiri.

B. Tahap Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan dari beberapa data yang dapat mendukung, maka penulis

adapat menegakan diagnosa keperawatan dengan masalah utama isolasi sosial

berhubungan dengan menarik diri.

55
56

C. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan-hambatan karena

klien dan keluarga menyetujui atas rencana tindakan yang akan dilaksanakan

sesuai dengan masalah yang ada.

D. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, ketika

klien diajak bicara untuk kolaborasi dengan Tim Medis, klien awalnya menolak

sehingga digunakan pendekatan yang lain yaitu perawat sendiri yang kolaborasi

dengan dokter dan mengambil obat sesuai advis dokter. Tindakan yang lain dapat

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan keluarga.

E. Tahap Evaluasi

Dalam tahap ini penulis mengevaluasi masalah berdasarkan rencana

keperawatan yang telah dibuat, dengan hasil evaluasi sebagian besar masalah

dapat teratasi. Dalam pelaksanaan evaluasi ini penulis tidak menemukan

hambatan dan kesenjangan antara teori dan praktek.

Anda mungkin juga menyukai