Anda di halaman 1dari 3

Asuhan Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Koping

Oleh Yustika Rini, 1706978452, Mahasiswa S1 Reguler 2017


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
yustika.rini71@ui.ac.id
Memberikan asuhan keperawatan sebelumnya harus membuat proses asuhan
keperawatan terlebih dahulu agar terstruktur. Proses asuhan keperawatan adalah
metode pemberian asuhan keperawatan pada klien yang logis, sistematis, dinamis,
dan teratur (Depkes, 1998; Keliat, 1999; Yusuf, Fitriyasari, & Nihayati, 2014). Proses
asuhan keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi status kesehatan klien dan
kebutuhan atau masalah kesehatan yang aktual atau potensial dan menyusun rencana
serta memberikan intervensi keperawatan yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan klien (Berman, Synder, & Frandsen, 2016). Dalam proses asuhan
keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian, perumusan diagnosis, kriteria hasil,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Yusuf et al., 2014). Penulis akan
membahas proses asuhan keperawatan jiwa dari pengkajian sampai perencanaan yang
berhubungan dengan kasus remaja.
Tahap proses asuhan keperawatan jiwa yang pertama adalah pengkajian.
Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan objektif serta
peninjauan informasi riwayat pasien yang diberikan oleh pasien atau keluarga untuk
mengidentifikasi peluang promosi kesehatan dan mencegah potensi masalah
((NANDA, 2018). Struktur pengkajian pada proses asuhan keperawatan jiwa pertama
yaitu identitas pasien seperti inisial nama, umur, pekerjaan, status pernikahan, jenis
kelamin, tanggal pengkajian, dan pendidikan. Selanjutnya proses tahapan pengkajian
asuhan keperawatan jiwa yaitu keluhan utama atau alasan masuk. Tahap ketiga faktor
presdisposisi terdiri dari pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, pengobatan
sebelumnya, aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga,
tindakan kriminal, adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, dan
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Tahap keempat mengkaji aspek
fisik seperti tanda-tanda vital, pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta ada
tidaknya keluhan fisik. Tahapan selanjutnya mengkaji status psikososial meliputi
genogram yang menggambarkan silsilah keluarga klien, konsep diri, hubungan sosial,
dan spiritual. Tahap keenam yaitu mengkaji status mental pasien meliputi
penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama
wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi dan berhitung, dan kemampuan penilaian. Tahap ketujuh menkaji
mekanisme koping apakah adaptif atau maladaptif. Tahap akhir pengkajian asuhan
keperawatan jiwa adalah masalah psikososial dan lingkungan serta tingkat
pengetahuan klien (Yusuf et al., 2014).
Tahap proses asuhan keperawatan jiwa yang kedua adalah diagnosis.
Diagnosis adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap gangguan
kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan terhadap respons tersebut dari
seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (NANDA, 2018). Terdapat
kasus “Remaja S (16 tahun) tinggal bersama orangtuanya dan dua saudara
kandungnya. Saat ini S sekolah di SMU kelas XI. S hampir setiap hari kumpul
bersama teman-teman seklah untuk diskusi kelompok atau menyelesaikan tugas
sekolah. S pernah bercerita kepada orang tuanya bahwa teman-temannya
menertawakan postur tubuhnya yang tidak tinggi”. Penulis dan kelompok
menyepakati dari kasus tersebut dapat ditarik sebuah diagnosis yaitu kesiapan
meningkatkan koping. Kesiapan meningkatkan koping adalah suatu pola upaya
kognitif dan perilaku untuk mengatasi tuntutan atau permintaan yang adekuat untuk
kesejahteraan dan dapat ditingkatkan. Batasan karakteristik kesiapan meningkatkan
koping yaitu menunjukkan keinginan meningkatkan manajemen stressor,
menunjukkan keinginan meningkatkan pengetahuan tentang strategi manajemen stres
baru, menunjukkan keinginan meningkatkan penggunaan rentang strategi berorientasi
emosi, menunjukkan keinginan meningkatkan penggunaan rentang strategi
berorientasi masalah, menunjukkan keinginan meningkatkan dukungan sosial,
menunjukkan keinginan meningkatkan penggunaan sumber-sumber spiritual, dan
menyadari kemungkinan perubahan lingkungan (NANDA, 2018).
Tahapan proses asuhan keperawatan jiwa yang ketiga adalah perencanaan
yang terdapat menentukan intervensi keperawatan yang ingin diterapkan dan
menentukan kriteria hasil keperawatan. Interevensi keperawatan adalah berbagai
perawatan yang berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh
perawat untuk meningkatkan kesehatan klien (NANDA, 2018). Berdasarkan
diagnosis kesiapan meningkatkan koping intervensi keperawatan yang disarankan
untuk menyelesaikan masalah adalah bimbingan antisipatif dan pujian. Lalu
peningkatan koping dapat menggunakan cara konseling, dukungan pengambilan
keputusan, dukungan emosional, manajemen lingkungan, membuat jurnal, dan
manajemen alam perasaan (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).
Sebagai intervensi pertama menggunakan konseling. Konseling merupakan
penggunaan proses membantu interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau
perasaan klien, dan klien untuk meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian
masalah, dan hubungam interpersonal. Intevensi keperawatan yang direncanakan
yaitu membangun hubungan terapeutik yang didasarkan pada rasa saling percaya,
menetapkan hubungan lama konseling, menetapkan tujuan, sediakan privasi dan
berikan jaminan kerahasiaan, sediakan informasi faktual yang tepat dan sesuai
kebutuhan, dukung ekspresi perasaan klien, bantu pasien untuk mengidentifikasi
masalah atau situasi yang menyebabkan distress, menggunakan teknik refleksi dan
klarifikasi untuk memfasilitasi ekspresi yang menjadi perhatian, meminta pasien
untuk mengidentifikasi apa yang mereka bisa atau tidak bisa lakukan terkait dengan
peristiwa yang terjadi, membantu pasien membuat daftar dan memprioritaskan
kemungkinan alternatif penyelesaian masalah, dan menentukan perilaku kelurga
mempengaruhi pasien (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).
Perkembangan dan pertumbuhan psikososial pada kasus remaja berfokus
pada meningkatkan mekanisme koping yang adaptif agar mencegah terjadinya
gangguan kesehatan jiwa lainnya seperti harga diri rendah. Perawat membantu klien
untuk dapat meningkatkan koping melalui intervensi keperawatan. Intervensi
keperawatan yang dilakukan adalah konseling terlebih dahulu agar klien dan perawat
dapat membina hubungan saling percaya dan perawat dapat memperoleh data awal
yang di rasakan oleh klien terhadap permasalahn yang klien hadapi.

DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Synder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s fundamentals of
nursing : concepts, practice, and process (10th ed.). New Jersey: Pearson.
Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner. (2016). Nursing Interventions
Classification (6th ed). Singapur: Elvesier.
Depkes RI. (1998). Standar Pelayanan dan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Keliat. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa (1th ed). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
NANDA. (2018). Definitions and Classification NURSING DIAGNOSES (11th ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yusuf, Fitriyasari, R., & Nihayati, H. E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai