Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN

Disusun oleh :

Ayu Apriliana Putri (2008122) Fika Nadia Sari (2008142)


Adi Irawan (2008112) Iga Wardani (2008145)
Adina Kurnia P (2008113) Intan Rahmadhani (2008148)
Endah Widyastuti (2008135) Jannatun Naimah (2008151)
Fani Arga Prastya (2008140)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Laporan
Manajemen Asuhan Keperawatan Di Ruang Wijaya RS Kota Demak.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Ns. Achmad Syaifudin,
M.Kep., selaku dosen pembimbing praktik klinik stase Manajemen Keperawatan STIKES
Karya Husada Semarang yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Laporan Manajemen Asuhan
Keperawatan Di Ruang Wijaya RS Kota Demak ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Semarang, Maret 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana cara menggunakan sumber daya
secara efesien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk
mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proses ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen dengan melibatkan
semua anggota untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan faktor penentu baik buruknya mutu dan
citra dari rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan hingga tercapai hasil yang optimal. Dengan
memperhatikan hal tersebut, proses manajemen yang baik perlu diterapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan keperawatan yang
memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajemen
keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan
dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling terkait
serta saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan
antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang
bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut,
manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan
profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat penting dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah sakit sebagai salah
satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah satunya adalah penyelenggara pelayanan
asuhankeperawatan senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien
maupun keluarganya.
Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan keperawatan yang mengikuti
prinsip-prinsip manajemen. Rumah Sakit Medika Husada sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang
kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi
kepada kepentingan masyarakat, maka rumah sakit perlu didukung dengan adanya
organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan berorientasi pada mutu
pelayanan bagi masyarakat. Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan,
dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami manajerial manajemen keperawatan, baik dalam hal pengelolaan
sarana maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik.
2. Tujuan Khusus
a) Mengaplikasikan keterampilan dalam mengorganisasi dan mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dengan menggunakan fungsi-fungsi
manajemen.
b) Menjalin kerjasama yang baik dalam tim.
c) Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, pendekatan dan strategi untuk
mempengaruhi individu atau kelompok untuk melakukan perubahan yang positif
dan pencapaian tujuan.
d) Menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang efektif dan
konstruktif.
e) Menggunakan konsep penjaminan mutu dan penampilan kerja dalam melakukan
asuhan keperawatan.
C. Manfaat
Dapat meningkatkan kemampuan mengorganiasi dan mengkoordinasi kegiatan
keperawatan secara efektif dengan penerapan gaya kepemimpinan yang tepat dalam
sebuah individu maupun kelompok.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Planning
Perencanaan adalah koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan
menerapkan proses manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan
keperawatan (Huber, 2000). Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan
adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana,
berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan memberikan informasi untuk
mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif (Swanburg, 2000).
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada
dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek serta melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi perencanaan
pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2000)
menyatakan bahwa dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa
klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan di
ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim
dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen pelayanan
kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010)

B. Organizing
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur
berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian
wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan (Muninjaya, 2004).
Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan wadah
kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis
merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk
mencapai tujuan tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan
kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing
anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Huber, 2000). Marquis dan Huston
(2010) menyatakan bahwa pada pengorganisasian hubungan ditetapkan, prosedur
diuraikan, perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan. Prinsip-prinsip organisasi saling
ketergantungan dan dinamis. Kepala ruangan dapat menciptakan lingkungan yang
meransang dalam praktik keperawatan. Prinsip-prinsip pengorganisasian menurut
Swanburg (2000) adalah:
1. Prinsip rantai komando
Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota efektif secara
ekonomi dan berhasil dalam mencapai tujuan. Komunikasi cenderung ke bawah dan
satu arah. Pada organisasi keperawatan, rantai komando ini datar, dengan garis
manajer dan staf teknis serta administrasi yang mendukung perawat pelaksana.
2. Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang perawat pelaksana mepunyai
satu pemimpin dan satu rencana. Keperawatan primer dan manajemen kasus
mendukung prinsip prinsip kesatuan komando ini.
3. Prinsip rentang Kontrol
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perawat harus dapat mengawasi secara efektif
dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi. Pada prinsip ini, makin kurang pengawasan
yang diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki lebih banyak pengawasan
untuk menghindari terjadinya kesalahan. Kepala ruangan harus lebih banyak
mengkoordinasikan.
4. Prinsip spesialisasi
Prinsip spesialisasi menyatakan bahwa setiap orang harus menampilkan satu fungsi
kepemimpinan tunggal, sehingga ada devisi kerja atau pembagian tugas yang
membentuk departement.

C. Staffing
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen
keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan staf keperawatan
merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah
dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada standar yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur
sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000).
Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin,
memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan
organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan cukup atau
tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan
kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan
suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan. Manager harus
merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan asupan pasien.
Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat ada
fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan penjadwalan
harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan penjadwalan tidak
boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja. Kebijakan
ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk menentukan apakah
memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat
menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan Huston,
2010).

D. Actuating
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis dan
Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan
perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber,
2000). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai
tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000).

E. Kontroling
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang
terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan (Swanburg,
2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber
daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Huber, 2006). Selama
fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah ditentukan dan
tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis
dan Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih
efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Muninjaya, 2004).
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam menjalankan
fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
BAB III

Analisa Situasional

Kasus :

Metode penugasan yang diterapkan di Ruang Wijaya kusuma belum ditentukan oleh Kepala
Ruang, complain dari pasien terhadap pelayanan asuhan keperawatan masih banyak antara
lain, obat yang sering terlambat diberikan, pasien yang mengeluh karena ketidaktahuan dalam
proses perawatan. Tingkat pendidikan perawat ruang Wijaya Kusuma D3 keperawatan
sejumlah 16 orang, S1 keperawatan : 1 orang, S1 ners: 3 orang. Perawat masih bekerja sesuai
keterampilannya. Terdapat perawat yang hanya bekerja membagi obat oral dan injeksi,
sebagian perawat lainnya hanya mengerjakan perawatan luka pasien. Pelaksanaan pre/post
conference kadangkala dilaksanakan tetapi pelaksanaan belum sesuai dengan standar karena
belum adanya SOP yang dimiliki ruangan. Evaluasi kondisi pasien (keliling) juga sudah
dilakukan tetapi tidak pada setiap shift. Pengaturan jadwal dinas perawat ditentukan oleh
kepala ruang sesuai dengan shift yaitu shift pagi, siang, malam, dan libur yang disesuaikan
berdasarkan metode tim. Daftar kehadiran perawat dan pegawai di RS Kota Demak masih
menggunakan cara manual. Dengan pembagian shift sebagai berikut: pagi terhitung mulai
pukul 07.00 – 14.00 WIB, siang terhitung mulai pukul 14.00 – 21.00 WIB, dan malam
terhitung mulai pukul 21.00 – 07.00 WIB. Dalam aplikasinya, perawat di ruang Wijaya
Kusuma bisa datang tepat waktu.

A. Pengkajian Manajemen Ruang Keperawatan


1. Perencanaan
a) Kajian Teori
Perencanaan dalam praktik keperawatan membantu menjamin klien atau
pasien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka harapkan dan
meningkatkan kepuasan mereka terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
Perencanaan merupakan suatu proses kontinu dari pengkajian, membuat tujuan
dan sasaran, dan mengimplementasikan serta mengevaluasi dan mengontrolnya.
Elemem perencanaan diantaranya perencanaan jangka pendek dan jangka
panjang, pembuatan keputusan, strategi kebijakan, program, aturan, dan prosedur.
(Alexander dalam Russel, 2000)
Hierarki perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston dalam Sitaresmi, 2010).
1) Visi: pernyataan singkat mengenai terbentuknya organisasi tersebut dan
tujuan organisasi tersebut sebagai landasan perencanaan organisasi
tersebut.
2) Misi: pernyataan untuk menjalankan atau merealisasikan visi yang telah
dibentuk.
3) Filosofi: nilai yang mengakar dan menjadi rujukan semua kegiatan dalam
organisasi tersebut serta landasan sekaligus arahan seluruh perencanaan
jangka panjang.
4) Kebijakan: pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pencapaian
suatu keputusan.
Beberapa model perencanaan yaitu:
1) Reactive planning: manajer langsung melakukan tindakan begitu masalah
muncul.
2) Inactive planning: perencanaan telah dibuat berdasarkan masalah yang
muncul. Pemikiran tentang rencana tersebut sudah tersedia, tetapi dalam
pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan perkembangan masalah
yang muncul.
3) Preactive planning: perencanaan dibuat berdasarkan pemahaman
mengenai rencana ke depan dengan pencapaian target yang sudah pasti.
Cirinya dalah tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat waktu perencanaan,
terdapat indikator pencapaian target, risiko, dan ketidakpastian yang jelas.
4) Proactive planning: perencanaan dengan memperhatikan komponen masa
lalu, sekarang, dan masa depan. Masa lalu untuk pengalaman, masa
sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan sebagai
rencana hasil kajian evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu dan
sekarang.
Beberapa tipe\rencana yaitu :
1) Sasaran (goal), terdiri atas tujuan, anggaran dan batas waktu, serta
sasaran kegiatan.
2) Rencana tunggal (single use plan), terdiri atas program utama (tugas
utama organisasi), proyek (program tersusun), program khusus
(berdasarkan masalah khusus), serta rencana rinci.
3) Rencana induk (standing plan, master plan), terdiri dari kebijakan,
prosedur, dan metode.
b) Kajian Data
Berdasarkan hasil data yang ditemukan, Ruang Wijaya berkomitmen menjadi
bangsal prima dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien
menyebabkan beban kerja yang tinggi dirasakan oleh perawat, sistem
penghargaan dan sanksi yang tidak jelas. Adanya komplain dari pasien dan
keluarga karena pelayanan yang dirasa kurang cepat, salah dalam pemberian
tindakan medis dan keperawatan
Analisa masalah :
Berdasarkan kajian data tersebut, Ruang wijaya kusuma tidak memiliki sistem
perencanaan yang baik, karena kan oleh kepala ruang dan complain dari pasien
terhadap pelayanan asuhan keperawatan maish banyak anatara lain obat yang
sering terlambat diberikan, pasien yang mengeluh karena ketidakpatuhan dalam
proses perawatan, pelaksanan pre post coference kadangkala dilaksanakan tetapi
pelaksaan belum sesuai dengan standart karena belum adanya sop yang dimiliki
ruangan.
Pembenahan manajemen ruangan dapat dimulai dari menyusun kebijakan dan
sasaran 6 benar pemberian obat dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan
demikian, model manajemen ruangan dan asuhan keperawatan dapat tesusun
dengan sistematis.
Saran :
Agar dapat lebih menerapkan model perencanaan discharge planning dan proses
pemberian 6 benar obat
2. Pengorganisasian
a) Kajian Teori
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah
ditetapkan pada proses pelaksanaan pelayanan keperawatan. Szilagji
mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai
tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur,
tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi. Tiga aspek penting dalam
pengorganisasian, yaitu:
1) Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan
secara efektif.
2) Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi
3) Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola
hubungan antar kegiatan yangberbeda, penempatan tenaga yang tepat dan
pembinaan cara komunikasi yang efektif antar perawat.
b) Kajian Data
Rata-rata jumlah pasien ruang wijaya adalah 6 pasien total care, 15 pasien
parsial care dan 9 pasien minimal care. Bed Occupancy Rate (BOR) rata-rata
tiap bulan 90 %. Dengan jumlah perawat di ruang mawar total SDM adalah 18
perawat. Sistem pendokumentasian di ruangan masih dilakukan secara paper
based dengan kelengkapan dokumentasi : pengkajian keperawatan 75%, diagnosa
65 %.
Analisa :
Metode asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Wijaya yaitu metode tim
dan metode fungsional. Pelaksanaan metode penugasan yang kurang berjalan
dengan baik. Pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan sudah berjalan
dengan kurang semestinya (tidak lengkap). Hal tersebut dapat dilihat dari sistem
pendokumentasian asuhan keperawatan yang tidak berjalan semestinya.
3. Ketenagaan
a) Kajian Teori
Dalam penghitungan kebutuhan tenaga perawat di ruangan dengan menggunakan
metode perhitungan ketenagaan perawat dengan rumus Douglas. Douglas (1984,
dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana
masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai
berikut:
Jumlah Klasifikasi Klien
Pasien
Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
Hasil hitungan + (20% x tenaga perawat sehari) + 1 kru + 2 ktim = ......
Perawat
b) Kajian Data
Rata-rata jumlah pasien ruang mawar adalah 6 pasien total care, 15 pasien
parsial care dan 7 pasien minimal care. Bed Occupancy Rate (BOR) rata-rata
tiap bulan 90 %. Dengan jumlah perawat di ruang mawar total SDM adalah 17
perawat dan 1 tenaga administrasi, total 18 tenaga kerja di ruang mawar.
Analisa :
1) Jumlah perawat dinas, siang dan malam
 Dinas pagi : (7 x 0,17) + (15 x 0,27) + (6 x 0,36) = 7,4
 Dinas siang : (7 x 0,14) + (15 x 0,15) + (6 x 0,30) = 5,03
 Dinas malam : (7 x 0,07) + (15 x 0,10) + (6 x 0,20) = 3,19
........................................................................................................... +
Jumlah total 15,62

Komposisi tenaga perawat

 Dinas pagi = 7,4 ( 7 perawat)


 Dinas siang = 5,03 ( 5 perawat)
 Dinas malam = 3,19 ( 3 perawat)
2) Jumlah tenaga perawat di ruang inap penyakit dalam Rs MedikaHusada adalah
Hasil hitungan + (20% x jumlah hitungan) + 1 kru + 2 katim
= 15,62 + (20% x 15,62) + 1 + 2 = 21,74 atau 22 orang
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah sebanyak 22 orang perawat.
Sehingga dapat disimpulkan ketenagaan perawat di ruang masih jauh dari kebutuhan
tenaga perawat sesuai dengan hasil perhitungan rumus dauglas
4. Penggerakkan (Actuating)
a) Kajian Teori
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis
dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan
menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien
mencapai tujuan (Huber, 2000).
b) Kajian Data
Belum optimalnya sistem pengawasan, pengarahan pada staf perawat
berpengaruh pada kinerja perawat, sehingga perawat bekerja tidak sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP).
Analisa :
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penggerakan atau pengarahan
pada proses keperawatan diruang wijaya kusuma, kurang berjalan dengan baik.
Karena fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan perencanaan,
proses dan sumber efektif tidak terealisasikan dengan baik. Hak tersebut
dibuktikan dengan adanya performa kinerja perawat tidak sesuai dengan standart
SOP yang berlaku.
5. Kontroling (Pengendalian, Evaluasi dan Pengarahan)
a) Kajian Teori
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan
yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan
(Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana,
proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Huber, 2006). Selama fase pengendalian, kinerja diukur
menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk
mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston,
2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien
dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Muninjaya, 2004).
b) Kajian Data
Belum optimalnya sistem pengawasan, pengarahan pada staf perawat
berpengaruh pada kinerja perawat, sehingga perawat bekerja tidak sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP).
Analisa :
Belum optimalnya sistem pengawasan dan pengarahan pada staff menunjukkan
adanya proses pengendalian yang tidak efektif. Dalam proses pengendalian,
sebuah kinerja diukur menggunakan standart yang telah ditentukan dari pihak
rumah sakit.
B. Analisa SWOT

Kriteria Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan) Oppurtunity (peluang) Ancaman


(Ketenagaan) - Perawat masih bekerja Daftar kehadiran perawat 1. Daftar kehadiran dapat dilakukan 1. Dikhawatirkan apabila terdapat
sesuai keterampilannya dan pegawai di RS Kota melalui pemantauan kelalaian atau tidaksengajaan dalam
- Pengaturan jadwal dinas Demak masih dari koordinator ruang dengan media daftar kehadiran maka akan
perawat ditentukan oleh menggunakan cara manual alat metode scan/cap jari sehingga berdampak pada penilaian kinerja
kepala ruang sesuai dapat terdeteksi diunit ruangan perawat di ruang tersebut
dengan shift yaitu shift 2. Kegiatan yang dilakukan berkaitan 2. Perencanaan jumlah tenaga
pagi, siang, malam, dan dengan kompetensi dimulai dari saat keperawatan yang dibutuhkan di
libur yang disesuaikan perawat masuk bekerja dengan setiap unit keperawatan bukanlah
berdasarkan metode tim melakukan pengkajian level suatu hal yang sederhana atau
- Perawat di ruang Wijaya kompetensi, menentukan grading mudah dilakukan karena terkait
Kusuma bisa datang tepat kompetensi nya dan setelah 3 bulan dengan banyak faktor diantaranya
waktu orientasi perawat tersebut dilakukan BOR, tingkat
grading kompetensi, dengan ketergantungan pasien dan lain lain.
demikian kemudian dibuat Jumlah tenaga perawat yang berada di
kewenangan klinisnya unit unit perawatan berpengaruh
terhadap pemberian asuhan
keperawatan.
Dengan demikian jumlah tenaga
perawat yang mencukupi kebutuhan
pasien diperlukan
agar pelayanan yang diberikan kepada
pasien menjadi
optimal agar tidak beresiko
terjadinya insiden keselamatan pasien
(Tindakan) Terdapat perawat yang hanya 1. Komplain dari pasien Tindakan keperawatan akan lebih Obat merupakan alat utama terapi untuk
6 benar bekerja memberikan obat oral terhadap pelayanan menjadi efektif jika mengobati klien yang memiliki masalah
pemberian dan injeksi asuhan keperawatan dilaporkan/didokumentasikan dan obat berkerja menghasilkan efek
obat masih banyak anatara dioperkan sesuai SOP terapeutik yang bermanfaat walupun
lain obat yang sering obat menguntungkan klien dalam bnyak
terlambat diberikan hal beberapa obat dapat menimbulkan
pasien sering efek samping yang serius atau
mengeluh karena berpotensi meninmbulkan efek yang
ketidaktahuan proses berbahaya bila kita memberikan obat
keperawatan tersebut tidak sesuai anjuran yang
2. Pelaksaanan belum sebenranya.
sesuai standart karena
belum adanya SOP
yang dimiliki ruangan.
3. Evaluasi kondisi
pasien (keliling) sudah
dilakukan tetapi tidak
pada setiap sift
Metode Metode tindakan dilakukan 1. Metode penugasan 1. Memerlukan monitoring yang lebih Secara signikfikan jika tidak ada
Penugasan secara tim yang diterapkan ketat dari penanggung jawab shift penugasan yang diterapkan secara
diruang wijaya kusuma terhadap pekerjaan yang dilakukan keseluruhan maka kompetensi akan
belum ditentukan oleh oleh perawat pelaksana, berpengaruh terhadap terjadinya insiden
kepala ruang mengaktifkan pelaksanaan keselamatan pasien di RS
2. Pelaksanaan pre atau pendampingan pada perawat yang
post konferensi kadang bekerja di unit khusus tersebut.
kala dilaksanakan 2. Penanggung jawab shift atau
3. RS belum memiliki koordinator akan melakukan
Nursing staff bylaws koordinasi dengan unit lain untuk
yang meminta bantuan tenaga dari unit
mengatur tentang lainnya, kegiatan mobilisasi tenaga
sumberdaya ini juga dilakukan oleh SOD
keperawatan yang (Supervisor On Duty) dimana SOD
mengatur akan melihat kebutuhan tenaga di unit
tentang lisensi unit keperawatan dan mengatur
perawat, pengkajian kecukupan tenaga
kompetensi, penentuan secara keseluruhan pada saat jam
tingkatan kompetensi, berdinasnya agar pelayanan dapat
kewenangan klinis, berlangsung dengan baik
program rekruitmen,
pengembangan
perawat
C. Fishbone

Metode :
Material
Secara manual

Format belum baku/ terdapat


Banyak kegiatan yang dilakukan format tanpa no CM Metode penugasan belum ditentukan Karu
tanpa didokumentasi
Implementasi : obat yang sering terlambat Pelaksanaan pre / post conference jarang dilaksanakan
diberikan, pasien yang mengeluh karena
ketidaktahuan dalam proses perawatan Kurang sosialisasi SOP pelaksanaan metode tim
Format dokumentasi askep belum
dilakukan sesuai dengan SOP
Evalusai kondisi pasien (keliling) Belum optimalnya pelaksanaan
dilakukan tidak setiap sfhift metode penugasan TIM secara optimal
dan sesuai SOP

Kompetensi
Pengelolaan alat medis kurang
Tidak sesuai SOP
Keahlian
Sarana penunjang medis kurang memadai Kepuasan :Reward & punishment

Pengarahan, pengawasan & pengendalian Kenaikan pangkat : poin


Inhouseb training
Daftar kehadiran perawat secara manual

Man :
Mesin
- Tingkat pendidikan perawat ruang Wijaya Kusuma D3 keperawatan sejumlah 16 orang,
S1 keperawatan : 1 orang, S1 ners: 3 orang
- Terdapat perawat yang hanya bekerja membagi obat oral dan injeksi, sebagian
perawat lainnya hanya mengerjakan perawatan luka pasien.
- Perawat di ruang Wijaya Kusuma bisa datang tepat waktu
- Kurang meratanya pemahaman perawat tentang penugasan metode tim
- Masing-masing peran sudah berfungsi perannya da nada yang belum dilakukan sesuai
perannya
- Kurang koordinasi karu dalam pembentukan organisasi keperawatan
D. Menetapkan Prioritas Masalah
Prioritas Masalah dengan metode CARL

No Daftar Masalah C A R L Total Urutan


1 Tingkat pelayanan mutu di ruang Mawar 3 4 4 3 144 II
2 Kurang optimalnya manajemen ruangan: perencanaan, pengorganisasian, 3 3 4 3 108 III
pengarahan, dan pengawasan berhubungan dengan keterbatasan SDM, biaya,
metode, sarana prasarana, dan instrumen
3 Proses pelaksanaan tindakan tidak sesuai SOP 3 4 4 4 192 I
Keterangan:
C : Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana, dan prasarana)
A : Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
R : Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan motivasi.
L : Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Indikator nilai skor CARL :
Nilai 1 : sangat tidak menjadi masalah
Nilai 2 : tidak menjadi masalah
Nilai 3 : cukup menjadi masalah
Nilai 4 : menjadi masalah
Nilai 5 : sangat menjadi masalah
Dari hasil prioritas masalah diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas masalah adalah :
1. Proses tindakan keperawatan tidak sesuai SOP
2. Tingkat mutu pelayanan pasien di ruang mawar
3. Kurang optimalnya manajemen ruangan: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan berhubungan dengan
keterbatasan SDM, biaya, metode, sarana prasarana, dan instrumen
E. Plan Of Action
Plan of action manajemen keperawatan ruang Wijaya Kusuma

No Masalah Kegiatan Tujuan Metodhe Sasaran Waktu Tempat Sumber informasi Penanggung jawab
Meningkatkan
Kegiatan yang
keselamatan pasien
dilakukan
sesuai dengan
berkaitan dengan
ketepatan,
kompetensi Berdasarkan Ruang
konsistensi dan
1 Ketenagaan dimulai dari saat Kasus Pasien pembagian Wijaya Jurnal Kepala Ruang
pencatatan
perawat masuk sift Kusuma
yang komprehensif
bekerja
dari asuhan
keperawatan yang
diberikan
2 Pemberian Mempersiapkan Mengidentifikasi Diskusi Karu, Setiap Ruang Mahasiswa Perawat pelaksana
obat 6 benar perencanaan kebutuhan spesifik katim, melakukang Wijaya
tentang untuk PP pemberian Kusuma
pemberian obat 6 memepertahankan obat 6 benar
benar atau untuk
mengetahui prinsip
benar obat dan untuk
mngetahui rute
pemberian obat
3 Metode Pelaksanaan pre Mengkoordinasi Tim Karu, Berdasarkan Ruang Jurnal Supervisor
Penugasan atau post kebutuhan tenaga di katim, waktu sift Wijaya
konferensi unit keperawatan PP bekerja Kusuma
dan mengatur
Pembentukan kecukupan tenaga
struktur secara keseluruhan
organisasi pada saat jam
keperawatan berdinasnya agar
pelayanan dapat
berlangsung dengan
baik
DAFTAR PUSTAKA

AA Muninjaya, 2004, Manajemen Kesehatan, Kedokteran, Jakarta : EGC


Gillies, D.A. (2000). Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem. Edisi kedua.
Philadelphia: W. B. Saunders.
Huber D., 2000. Leadership and Nursing Care Management 2nd edition. Philadelphia. Wb.
Saunders Company.
Marquis, B & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jakarta:
Salemba medika
Suarli, S dan Bahtiar. (2009). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta:
Erlangga.
Swansburg, R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta :
EGC.

Friyanti, E. S. (2015). Analisis Kualitas dan Kuantitas Tenaga Keperawatan Terhadap


Persepsi Insiden Keselamatan Pasien di RS X Jakarta tahun 2015. Jurnal
Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 1, 43-52.

Anda mungkin juga menyukai