Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PANUM MANAJEMEN KEPERAWATAN

LAPORAN MANAJEMEN RUANGAN WIJAYA KUSUMA


RUMAH SAKIT KOTA DEMAK

Di Susun Oleh :
1. Agung Suranto 1807108
2. Anindita Sarrah Puspitasari 1807109
3. Ayu Dwi Hartanti 1807110
4. Dian Kartika Sari 1807111
5. Dian Permatahati 1807112
6. Evie Fitriyani 1807113
7. Friska Tetelepta 1807114

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER C


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana, dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. (Nursalam, 2008).
Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai
tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan disuatu kegiatan. Manajemen
merupakan serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan, pengambilan keputusan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber–
sumber daya organisasi (manusia, financial, fisik dan informasi) dengan maksud
mencapai tujuan organisasi secara efisiendan efektif (Griffin, 2010).
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata
di rumah sakit, sehingga perawat perlu memahami bagian konsep dan aplikasinya di
dalam organisasi keperawatan itu sendiri Pengertian manajemen adalah
pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran sasaran
dan tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan
rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat. pengorganisasian dalam menajemen
keperawatan mempunyai banyak akivitas penting, antara lain bagaimanan asuhan
keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit
dengan jumlah staf keperawatan dan fasilitas yang ada. Untuk diperlukan pembagian
tugas, kerja sama, dan koordinasi sehingga semua pasien mendpatkan pelayanan yang
optimal. Oleh karena itu manajer keperawatan perlu menetapkan kerangka kerja, yaitu
dengan cara: mengelompokkan dan membagi kegiatan yang harus dlakukan, menentukan
jalinan hubungan kerja antara tenaga dan menciptakan hubungan antara kepala-staf
melalui penugasan, delegasi dan wewenang.
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan faktor penentu baik buruknya
mutu dan citra dari rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan hingga tercapai hasil yang optimal.
Dengan memperhatikan hal tersebut, proses manajemen yang baik perlu
diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan
keperawatan yang memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk
pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, efektif, aman bagi
pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati.
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat penting
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah sakit sebagai
salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah satunya adalah penyelenggara
pelayanan asuhan keperawatan senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan
kepada klien maupun keluarganya. Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan
pelayanan keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen.
Rumah Sakit Kota Demak sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan,
pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan
masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka rumah sakit perlu didukung
dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan berorientasi
pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat dicapai
melalui banyak cara.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan manajerial yang handal
selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan praktek.
Praktik manajemen STIKES Karya Husada Semarang dituntut untuk dapat
mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Kota Demak dengan arahan pembimbing dari rumah sakit dan pembimbing pendidikan.
Dengan adanya praktek tersebut diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang
didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dengan dilaksanakannya praktik klinik manajemen keperawatan di Ruang
Wijaya Kusuma, mahasiswa mampu memahami mengelola pelayanan dan asuhan
keperawatan profesional serta bimbingan praktik klinik di ruang perawatan khusus
dengan menggunakan keterampilan manajemen dan kepemimpinan dalam
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan praktek manajemen dalam keperawatan di ruang perawatan khusus
yang meliputi aspek pelayanan dan asuhan serta bimbingan praktek keperawatan :
1) Mengidentifikasi, menganalisa, menetapkan masalah dan prioritas masalah
serta menyusun POA (Plan of Action)
2) Merencanakan kegiatan berdasarkan prioritas masalah
3) Mengorganisasikan kegiatan berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan
4) Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
5) Melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian dalam upaya
pencapaian hasil yang optimal
6) Memberikan alternatif usulan dan saran sebagai upaya tindak lanjut untuk
perbaikan.
b. Mahasiswa belajar melaksanakan kepemimpinan dalam keperawatan di ruang
perawatan khusus untuk dapat diselenggarakannya pelayanan dan asuhan serta
bimbingan praktek klinik keperawatan profesional :
1) Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi
2) Memilih dan menerapkan gaya pendekatan dan strategi dalam mempengaruhi
orang lain
3) Memperkenalkan perubahan yang bermanfaat bagi ruangan
4) Mengidentifikasi, menganalisa serta menetapkan masalah dan prioritas
masalah.
C. MANFAAT
Hasil praktek stase manajemen diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
manajemen keperawatan baik manajemen oprasional maupun askep yang berkualitas,
sertadapat memberi masukan kepada pihak-pihak yangmembutuhkan, yaitu sebagai
berikut:
1. Bagi Instusi pendidikan
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka bagi Stikes St. Karya Husada
Semarang mengenai konsep dasar kajian situasi dalam proses manajemen di lahan
praktek serta menambah wawasan pengetahuan dalam hal pembelajaran sehingga
dapat dikembangkan lebih lanjut
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dapat memeberikan informasi kepada perawat, mahasiswa dan kepada masyarakat
tentang konsep dasar pentingnya cuci tangan 6 langkah.
3. Bagi Ruang inap Wijaya Kusuma
Dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem manajemen yang sudah di terapkan
sebelumnya diruangan yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Planning
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan dalam
manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer perawat
menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk mengembangkan objektif dan
menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan dan cetak biru yang digunakan dalam
mencapai objektif. Tujuan utama dari perencanaan adalah membuat kemungkinan yang
paling baik dalam penggunaan personel, bahan, dan alat (Swansburg, 2010).
Huber (2006) menyatakan bahwa perencanaan merupakan fungsi manajemen yang
digunakan untuk memilih prioritas, hasil, dan metode yang digunakan untuk sebuah sistem
dan kemudian membimbing sistem untuk mengikuti arahan tersebut.
Robins dan Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup
proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang telah
disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan
mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan perencanaan, yakni
harus  SMART, yaitu Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang
lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis. Measurable artinya program kerja
organisasi atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya. Achievable artinya
dapat dicapai. Jadi bukan hanya sekedar angan-angan dalam merencanakan dan tidak
dapat dilaksanakan. Realistik artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang
ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Time artinya ada batas waktu yang jelas.
Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan
dievaluasi.
Setelah merencanakan aktivitas organisasi secara sistematis dan terukur, maka
perlu juga melakukan perencanaan penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan. Prinsip
dalam melakukan perencanaan penganggaran,adalah mengunakan segala sumber daya
keuangan secara efesien dan se-efektif mungkin. Hal ini perlu direncanakan secara serius,
agar organisasi tidak melakukan pemborosan, keuangan, selain itu sekaligus juga melihat
sumber-sumber daya keuangan yang bisa diperoleh dari luar organisasi.
Langkah-langkah dalam membuat perencanaan :
1. Analisis situasi & identifikasi masalah

Melakukan analisa dan identifikasi terhadap situasi organisasi dengan memperhatikan


tujuan organisasi. dalam melakukan analisa situasi dapat menggunakan teknik analisis
SWOT.

2. Menentukan skala prioritas

Setelah dianalisa dan mengidentifikasi masalah, maka perlu dilakukan penentuan


skala prioritas terhadap pelaksanaan kegiatan. Hal ini agar kebutuhan organisasi yang
mendesak didahulukan untuk menjamin keberlangsungan organisasi

3. Menentukan tujuan program

Agar pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi akan mengarah pada pencapaian tujuan
organisasi, maka dibutuhkan penentuan tujuan program, sehingga nantinya
pelaksanaan program dapat diukur capaiannya.

4. Menyusun rencana kerja operasional (termasuk didalamnya menyusun anggaran).

B. Organizing

Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan


seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana untuk menyelesaikan
pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang
diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan
unit (Swansburg, 2010).
Huber (2006) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen
yang berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan
tujuan yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan,
tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas,
struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer bertanggung
jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran
organisasi (Robins & Coulter, 2007).
Langkah-langkah Pengorganisasian :

1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. (Menjelaskan keseluruh staff tentang
tujuan organisasi yang harus dicapai)
2. Mendistribusi pekerjaan ke staff secara jelas. (Mendudukan orang-orang yang
berkompetensi pada posisi tepat. Dan jangan sampai ada posisi strategis yang kosong,
karena akan berpengaruh pada keseluruan pencapaian organisasi)
3. Menentukan prosedural staf. (Menentukan cara kerja dan evaluasi para staff, serta
punishment dan reward yang diterima. Selain itu juga menjelaskan tentang garis
koordinasi dan sinergitas dalam organisasi, sehingga seluruh posisi dipadukan untuk
menuju tujuan organisasi)
4. Mendelegasikan wewenang. (Berani untuk mendelegasikan wewenang sesuai dengan
tugas dan fungsi tiap-tiap staff).

C. Staffing

Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen


keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis,
rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan
sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu (Swansburg, 2010).
Pengaturan staf memerlukan banyak perencanaan dari manajer. Perencanaan pengaturan
staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan personel
(Swansburg, 2010).

D. Actuating

Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan
pelaksanaan kerja organisasi yang bertanggung jawab. Untuk itu maka semua Sumber
Daya Manusia (SDM) yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang
telah disusun. Setiap pelaku organisasi harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan
peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi yang telah ditetapkan. Inti dari Actuating adalah menggerakkan
semua anggota kelompok untuk bekerja agar mencapai tujuan organisasi.
Dalam mengimplementasikan aktivitas organisasi, pelaku organisasi harus :

1. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,


2. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka sendiri,
3. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau
mendesak,
4. Tugas yang diberikan cukup relevan,
5. Hubungan harmonis antar rekan kerja.
Actuating (penggerakan) meliputi kepemimpinan dan koordinasi. Kepemimpinan
yakni gaya memimpin dari sang pemimpin dalam mengoptimalkan seluruh potensi dan
sumber daya organisasi agar mengarah pada pencapaian tujuan program dan organisasi.
Sedangkan koordinasi yakni suatu aktivitas membawa orang-orang yang terlibat
organisasi ke dalam suasana kerjasama yang harmonis. Dengan adanya pengoordinasian
dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan
kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai
tujuan. Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk
bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan.

Tujuan Actuating (Penggerakan) adalah :

1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien


2. Mengembangkan kemampuan & keterampilan staf
3. Menumbuhkan rasa memiliki & menyukai pekerjaan
4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi & prestasi
kerja staf
5. Membuat organisasi berkembang secara dinamis.

Actuating (penggerakan) meliputi kepemimpinan dan koordinasi. Kepemimpinan


yakni gaya memimpin dari sang pemimpin dalam mengoptimalkan seluruh potensi dan
sumber daya organisasi agar mengarah pada pencapaian tujuan program dan organisasi.
Sedangkan koordinasi yakni suatu aktivitas membawa orang-orang yang terlibat
organisasi ke dalam suasana kerjasama yang harmonis.Dengan adanya pengoordinasian
dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan
kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai
tujuan.Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk
bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan.

a) Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada
tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang menebabkan,
menyalurkan, dan mempertahankan, tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu
(Stoner, Freman 1995) Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu (Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil point penting yaitu kebutuhan, dorongan dan
tujuan. Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yang kurang baik
fisiologis maupun psikologis,dorongan merupakan arahan untuk memenuhi
kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthan).
b) Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah dan
kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Didalam kebanyakan sistem klasifikasi
pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberi
perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang
diperlukan untuk memberikan perawatan tujuan setiap sistem klasifikasi pasien
adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing angkanya mengukur
volume usaha yang diperlikan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan dijaankan,
manager perawat harus menentukan jumlah kaegori pembagian pasien, karakteristik
pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis perawatan yang akan
dibutuhkan oleh jenis pasien didalam masing-masing kategori, dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional
serta memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing kategori.
Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai
perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing sistem memperbolehkan usaha
kualifikasi waktu.
c) Ketenagaan keperawatan dan pasien
1. Jenis Perawatan
Menurut Douglas, 1984 pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Douglas, 1984 mengklasifikasikan derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi
3, antara lain :
a. Perawatan minimal ( minimal care ) memerlukan waktu 1-2 jam per 24
jam.
Kriteria :
- Kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian dilakukan sendiri
- Makan dan minum sendiri
- Ambulasi dan pengawasan
- Pengobatan minimal, status psikologis stabil
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
- Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
b. Perawatan intermediet ( intermediet care ), memerlukan waktu 3-4 jamper
24 jam.
Kriteria :
- Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebh dari sekali
- Foley cateter atau monitor intake dan output
- Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
c. Perawatan maksimal ( total care ), memerlukan waktu 5-6 jam per 24 jam.
Kriteria :
- Segalanya diberikan atau dibantu
- Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
- Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
- Pemakaian suction
- Gelisah atau disorientasi
2. Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Untuk memperkirakan kebutuhan tenaga keperawatan disuatu ruang rawat inap
dapat ditinjau dari :
a) Waktu keperawatan langsung, dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan.
b) Waktu keperawatan tidak langsung, waktu yang dibutuhkan perawat dalam
perawatan tidak langsung adalah 60 menit, meliputi: membaca status,
menulis, membuat rencana, kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c) Waktu penyuluhan atau pendidikan kesehatan, waktu yang dibutuhkan
adalah 15-30 menit, meliputi: aktivitas sehari-hari, obat-obatan, kelanjutan
perawatan dll.
Rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga keperawatan menurut Gillis
untuk RS di Indonesia adalah:
AxBx 365
tenaga Perawat =
( 365−C ) x jam kerja/hari
Keterangan:
A: jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien.
B: sensus harian = BOR× jumlah tempat tidur.
BOR : jumlah pasien × 100%
Jumlah TT
C: jumlah hari libur= 76 hari (52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12 hari libur
nasional).
Proporsi dinas pagi: siang: malam adalah 47%: 36%: 17%.

Formulasi PPNI:
Tenaga Perawat :A×52(minggu) ×7 hari(TT × BOR)
41 ( minggu) ×40 jam / minggu
Keterangan:
A: jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu keperawatan yang dibutuhkan klien.

3. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian adalah
perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi
dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan
libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit seksi atau divisi,
kebijaksanaan penjadwalan (Gillies, 1994)
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personel yang
libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi luas
kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan. Apabila
kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada maka manager perawat
harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun:
a) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal
untuk personel di masing-masing unit.
b) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk atau libur
c) Banyaknya pemberitahuan dimuka yang diberikan pada pekerja menyangkut
jadwal masuk atau libur
d) Waktu masuk atau libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja
perhari perminggu dan perbulan.
e) Hari dimulainya minggu kerja
f) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas
g) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masing pekerja
h) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian
i) Keperluan pergiliran dari satu unit ke unit lain dan frekuensi dari pergiliran
tersebut.
j) Penjadwalan 2 hari libur perminggu atau rata-rata 2hari libur perminggu
k) Frekuensi libur akhir pekan untuk personel tugas malam
l) Definisi dari libur akhir pekan untuk personel tugas malam
m) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tidak berurutan
n) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
o) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas.
p) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing pekerja.
q) Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai harus dijadwalkan
libur kerja.
r) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai mengenai
jadwal tugas liburan masuk atau libur.
s) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari tertentu.
t) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja.
u) Lamanya waktu pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai mengenai
jadwal liburan.
v) Prosedur yang diikuti memohon waktu libur khusus.
w) Pembatasan waktu penjadwalan liburan selama hari libur thanksgiving,
natal, tahun baru,
x) Jumlah personel masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburan atau hari libur pada saat tertentu
y) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personel sehubungan dengan
permintaan waktu libur dan hari libur
z) Prosedur pemprosesan permintaan darurat utuk penyesuaian jadwal waktu.
Biasanya terdapat supervisi permintaan darurat untuk penyesuaian jadwal waktu
dan libur personel perawat karena jadwal kerja harus disiapkan beberapa
minggu sebelumnya dan diperbaiki untuk penyesuaian perubahan dalam sensus
pasien, keadaan pasien yang sakit, permintaan libur dari lebaran, banyak waktu
yang berkaitan dengan kegiatan supervisi diluangkan dalam penyesuaian jadwal.

E. Controlling

Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus menerus dari
manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, dan
pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti
umpan balikyang menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2010). Huber (2006) menyatakan
bahwa fungsi pengendalian adalah fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur
perencanaan, proses, dan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang terakhir di
dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau kinerja staffya,
Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain
diperiksa kembali. Proses pengendalian ini meliputi memantau, memperbandingkan, dan
mengoreksi.
Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan program dan
aktivitas organisasi, namun juga mengawasi sehingga bila perlu dapat mengadakan
koreksi. Dengan demikian apa yang dilakukan staff dapat diarahkan kejalan yang tepat
dengan maksud pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controlling adalah
proses memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.Agar pekerjaan berjalan
sesuai dengan tujuan organisasi dan program kerja maka dibutuhkan pengontrolan, baik
dalam bentuk pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang memiliki
makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat diketahui
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan
maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan
antisipasi, koreksi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan
perkembangan lingkungan sekitar organisasi.
Proses pengawasan sebagai bagian dari pengendalian akan mencatat perkembangan
organisasi kearah tujuan yang diharapkan dan memungkinkan pemimpin mendeteksi
penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif
sebelum terlambat. Melalui pengawasan yang efektif, terhadap aktivitas organisasi, maka
upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Manfaat pengawasan :

1. Dapat mengetahui sejauh mana program telah dilaksanakan


2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan
3. Dapat mengetahui apakah waktu & sumber daya mencukup
4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5. Dapat mengetahu staff yang perlu diberikan penghargaan/promosi

Proses controlling meliputi :

1. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian,


2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai dengan melaksanakan evaluasi
terhadap kinerja serta kompetensi SDM yang dimiliki,
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar (kembali membandingkan
hasil pelaksanaan kegiatan dengan tujuan awal (rencana) kegiatan tersebut
dilaksanakan, dan mengukur capaian keberhasilannya)
4. Melakukan tindakan perbaikan (jika ada kesalahan atau penyimpangan, segera
melakukan perbaikan)
5. Meninjau dan menganalisis ulang rencana (kembali membuat rencana baru jika terjadi
penyimpangan. Namun jika hasilnya sesuai dengan tujuan program, maka perlu
dibuatkan rencana lanjutan untuk melanjutkan program yang berhasil tersebut,
sehingga tujuan organisasi semakin dekat untuk dicapai)

Pengawasan dibedakan menurut sifat dan waktunya :


1. Preventive control
Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Pemimpin mengawasi
perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan hingga persiapan yang dilakukan,
termasuk rekruitmen anggota.
2. Repressive control
Pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan berlangsung, dengan mengawasi hasil
yang dari pelaksanaan kegiatan, serta evaluasi dan laporan yang didapatkan
(melakukan pengukuran capaian hasil).
3. Pengawasan saat proses dilakukan
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan proses, sehingga langsung mengikuti
proses dan mengadakan korkesi jika ada penyimpangan
4. Pengawasan berkala
Pengawasan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan kesepakatan
(bisa 1 bulan sekali, 4Atau 3 bulan)
5. Pengawasan mendadak (sidak)
Pengawasan yang dilaksanakan mendadak untuk melihat kinerja staff sehari-hari dan
menghindari terjadinya penyimpangan.
6. Pengawasan Melekat (waskat)
Pengawasan yang dilakukan secara dekat terhadap staff, hal ini sering dilakukan untuk
tujuan-tujuan yang spesifik dan bersifat khusus, sehingga menghindarkan sekecil-
kecilnya terjadi penyimpangan atau kesalahan.
BAB III

ANALISA SITUASIONAL

A. Pengkajian manajemen Ruang Wijaya Kusuma


1. Perencanaan
a. Metode penugasan yang diterapkan di Ruang Wijaya Kusuma belum
ditentukan oleh kepala ruang
b. Adanya complain dari pasien terhadap pelayanan asuhan keperawatan masih
banyak antara lain, obat yang sring terlambat diberikan pasien yang mengeluh
ketidak tahuan dalam proses perawatan
c. Pelaksanaan pre/post conference kadangkala dilaksanakan tetapi pelaksanaan
belum sesuai dengan standar karena belum adanya SOP yang dimiliki ruangan

2. Pengorganisasian

R. Wijaya
Kb. IRNA
Kusuma

Ka. Ruang

Ka. Tim 1 Ka TIM 2 Ka. Tim 3

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Pelaksana
3. Ketenagaan
Tingkat pendidikan perawat ruang Wijaya Kusuma :
a. S1 Keperawatan : 1 Orang
b. S1 Ners : 3 Orang
c. D3 Keperawatan : 16 Orang
Pengaturan jadwal dinas perawat ditentukan oleh kepala ruang sesuai
dengan shift yaitu shift pagi, siang, malam, dan libur yang disesuaikan
berdasarkan metode tim. Daftar kehadiran perawat dan pegawai di RS Kota
Demak masih menggunakan cara manual. Dengan pembagian shift sebagai
berikut : pagi terhitung mulai pukul 07.00 – 14.00 WIB, siang terhitung mulai
pukul 14.00 – 21.00 WIB, dan malam terhitung mulai pukul 21.00 – 07.00
WIB. Dalam aplikasinya, perawat di ruang Wijaya Kusuma bisa datang tepat
waktu.

4. Penggerakan (acuating)
Di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Demak, kepala ruang melaksanakan
penggerakan dan pelaksanaan dengan upaya meningkatkan motivasi sstaf,
kerjasama dalam kelompok dan komunikasi antar staf melalui pertemuan harian
setiap pagi pada waktu serah terima tugas dan pertemua kelompok pada waktu
rapat rutin di ruangan setiap bulan. Selain itu kepala ruang mengadakan pertemuan
berkala dengan perawat pelaksana di ruangan untuk melakukan penilaian kinerja
dan memberikan arahan sesuai kebutuhan
5. Kontroling (Pengendalian evaluasi, pengarahan)
a. Prinsip Pengawasan
Di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Kota Demak, kepala ruang rawat
melaksanakan pronsip pengawasan dengan cara :
1) Standar kerja ditetapkan sesuai SOP dan SAK
2) Pengawasan dilakukan secara periodic dalam periode tahunan
b. Proses Pengawasan
Di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Kota Demak kepala ruang rawat inap
melaksanakan proses pengawasan dengan cara
a. Mengukur kinerja karyawan yang dicapai
1) Kinerja karyawan diukur menggunakan formulir penilaian kinerja
2) Penjaminan mutu dilakukan dengan melakukan pencatatan kejadian yang
merupakan indicator mutu pelayanan
b. Melakukan investigasi dan melaporkan bila menjumpai insiden berdasarkan
faktor-faktor penyebabnya.
c. Obyek Pengawasan
Di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Kota Demak, kepala ruang melakukan
proses pengawasan pada obyek pengawasan dengan cara
Obyek fisik berupa kuantitas maupun kualitas barang dan jasa
dilakukanpengawasan dalam bentuk
1) Pengawasan dalam bentuk obyek fisik
a) Inventirisasi barang oleh petugas diruangan
b) Pemeliharaan barang dilakukan oleh tim darirumah sakit tetapi tidak
dilakukan secara teratur
2) Pengawasan terhadap mutu pelayanan
Penjaminan mutu dilakukan dengan melakukan pencatatan kejadian yang
merupakan indicator mutu pelayanan:
a) Kepatuhan identifikasi pasien
b) Kepatuhan upaya pencegahan jatuh
c) Angka pasien jatuh
3) Konfirmasi 1x24 jam pada intruksi medis melalui telepon
4) Proses pengawasan keuangan dilakukan langsung oleh pimpinanrumah sakit,
ditingkat ruangan tidak ada transaksi keuangan dalam pelayanan keperawatan
5) Peaksanaan rencana kerja operasional yang dibuat masing-masing staf
dilakukan pengawasan melalui catatan harian yang selanjutnya direkapitulasi
dalam waktu bulanan dan triwulan dan tahunan.
6) Pelaksanaan kerjasama dengan pihak lain dilakukan dalam bentuk menerima
praktikan institusi kesehatan pengawasan praktikan dilakukan oleh pihak
kepala ruang dan pembimbing klinik yang sudah mendapatkan penugasan

d. Cara mendapatkan data pengawasan


Di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Kota Demak kepala ruang rawat
mendapatkan data pengawasan dengan cara :
a. Pengamatan langsung melalui supervisi oleh kepala ruang pada waktu
pelayanan pagi hari pada waktu sore dan malam hari supervisi dilakukan
oleh ketua tim
b. Laporan lisan dilakukan dengan cara keliling pada setiap pasien saat serah
terima jaga dengan memaparkan perkembangan status kesehatan pasien
serta program yang akan dilakukan
c. Laporan tertulis dilakukan delam bentuk buku laporan serah terima pada
setiap shift

Anda mungkin juga menyukai