Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERWATAN

GAWAT DARURAT PADA


PASIEN TRAUMA KEPALA
DISUSUN OLEH :

DIAN PERMATAHATI 1807112


SETYO YOGA TRAPSILO 1807020
PENGERTIAN

Cedera kepala adalah suatu gangguan


trauma dari otak disertai/tanpa perdarahan
intestinal dalam substansi otak, tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas dari otak
(nugroho, 2011).
ETIOLOGI
Penyebab Cedera Kepala Antara Lain :
1.      Kecelakaan Mobil
2.      Perkelahian
3.      Jatuh
4.      Cedera Olahraga
( ELIZABETH J.CORWIN, 2009 )
TANDA DAN GEJALA
• Hilangnya Tingkat Kesadaran Sementara
• Hilangnya Fungsi Neurologi Sementara
• Sukar Bangun
• Sukar Bicara
• Konfusi
• Sakit Kepala Berat
• Muntah
• Kelemahan Pada Salah Satu Sisi Tubuh (Smeltzer & Bare, 2002: 2211)
PATOFISIOLOGI

• Trauma kepala dapat terjadi pada ekstrakranial, tulang kranial, dan


intrakranial, trauma yang terjadi pada ekstrakranial akan mengakibatkan
terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan vaskuler sehingga berkibat
terjadinya perdarahan, hematoma, gangguan suplai darah, resiko infeksi
dan timbulnya nyeri serta kerusakan integritas kulit. Perdarahan dan
hematoma akan mempengaruhi perubahan sirkulasi cairan serebrospinal
yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial. Pada
keadaan ini akan mengakibatkan girus medialis lobus temporalis tergeser
melalui tepi bawah tentorium serebri.
• Kompresi pada korteks serebri batang otak mengakibatkangangguan
kesadaran,   dan hilangnya reflek batuk. Karena terjadi gangguan
kesadaran maka klien megalami penumpukan sekret akibat sekret yang
statik, hal ini menyebabkan terjadinya bersihan jalan nafas inefektif.
LANJ.
• Trauma kepala yang terjadi pada tulang kranial akan menyebabkan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan hal ini akan merangsang timbulnya rasa nyeri,
sedangkan trauma kepala yang terjadi pada intrakranial, akan merusak jaringan otak
atau sering disebut kontusio, atau terjadi laserasi pada jaringan otak, keadaan
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan outoregulasi, dan suplai O2 ke otak
terganggu, maka terjadi edema serebral, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan. 
• Kerusakan yang terjadi juga menyebabkan rangsang simpatis meningkat, sehingga
tahanan vasikuler, td, tekanan hidrostatik meningkat. Sehingga terjadi kebocoran
pada pembuluh kapiler, dan menyebabkan edema paru yang menyebabkan
penurunan curah jantung dan difusi O2 di alveoli terhambat dan menyebabkan tidak
efektifnya pola nafas. Cidera kepala juga dapat menimbulkan stres bagi klien. Hal ini
direspon juga oleh saraf otonom untuk meningkatkan sekresi hormon. Seperti
katekolamin yang menyebabkan asam lambung meningkat dan membuat mual,
muntah, dan anoreksia. Hal ini menyebabkan resiko pemenuhan nutrisi tidak sesuai
kebutuhan.
PENATALAKSANAAN
• Cedera otak ringan dan sedang biasanya diterapi dengan observasi dan tirah baring.
• Mungkin diperlukan ligasi pembuluh darah yang pecah melalui pembedahan
( pengeluaran benda asing dan sel yang mati ), terutama pada cedera kepala
terbuka.
• Dekompresi melalui pengeboran lebang didalam otak, yang disebut burr hole,
mungkin diperlukan.
• Mungkin dibutuhkan ventilasi mekanik.
• Antibiotik diperlukan untuk cedera kepala terbuka guna mencegah infeksi.
• Metode untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat mencakup pemberian diuretik
dan obat anti inflamasi.
• ( ELIZABETH J.CORWIN, 2009 )
KASUS TRIGER

• Insiden cedera kepala meningkat secara global, sebagian besar karena


meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor di negara-negara
dengan penghasilan rendah dan menengah (maas, stocchetti, & bullock,
2008). Japardi (2002) menj e l a skan s ebaga i dampak da ri kecelakaan
lalu lintas jumlah korban cedera kepala semakin meningkat sebesar 49%
dan angka kematian akibat cedera kepala adalah setengah dari kematian
yang diakibatkan oleh seluruh kasus cedera. Penyebab cedera kepala
terbanyak adalah akibat kecelakaan lalu lintas, disusul cedera kepala
akibat jatuh, terutama pada anak-anak, dan cedera akibat dipukul.
PENGKAJIAN AWAL

• AIRWAY : Klien terpasang ETT ukuran 7,5 dengan pemberian


oksigen 15 liter permenit. FIO2 = 81 %, terdapat sumbatan atau
penumpukan sekret, adanya suara nafars tambahan yaitu ronchi
+/+.
• BREATHING : Frekuensi nafas 20x/menit, irama nafas abnormal,
nafas tidak spontan.
• CIRCULATION : Perubahan frekuensi jantung (bradikardi), 
keluar darah dari hidung dan telinga, perubahan tekanan darah
PENGKAJIAN FISIK

• B1 ( BREATHING )
• B2 ( BLOOD )
• B3 ( BRAIN )
• B4 ( BLADDER )
• B5 ( BOWEL )
• B6 ( BONE )
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan kerusakan


neurovaskuler ( cedera pada pusat pernafasan otak).
• Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
produksi sekret
• Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan edema otak.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DX NOC NIC
I Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien
- Pantau frekuensi, irama, kedalaman, pernafasan.
mampu mempertahankan pola pernafasan efektif
melalui pemasangan ETT. Catat ketidakteraturan pernafasan
- Diposisikan head up 300
Kriteria Hasil :
- Berikan oksigen
- Pola nafas kembali efektif  
 
- Nafas spontan.
LANJ.
D NOC NIC
X
II Setelah dilakukan tindakan - Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan
keperawatan,klien mampu
mempertahankan jalan napas dan napas. Obstruksi dapat disebabkan pengumupulan
mencegah aspirasi sputum atau masalah terhadap tube
Kriteria Hasil :
- - Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap
- Suara napas bersih
- Tidak terdapat suara sekret 1 jam). Pergerakan yang simetris dan suara napas
yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat
dan tidak adanya penumpukan sputum
- Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang
dari 15 detik bilasputum banyak. Pengisapan lendir
tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk
mencegah hipoksia
LANJ.
DX NOC NIC
III Setelah dilakukan tindakan - Tentukan faktor- faktor yang menyebabkan
keperawatan, GCS, tingkat
kesadaran, kognitif, dan fungsi penurunan perfusi jaringan otak dan peningkatan
motorik klien membaik. TIK
Kriteria Hasil :
- Pantau atau catat status neurologis secara
- Tanda vital stabil dan tidak ada
tanda-tanda peningkatan TIK teratur dan bandingkan dengan nilai GCS
- Tingkat kesadaran membaik. - Turunkan stimulasi eksternal dan berikan
- GCS klien meningkat.
kenyamanan, lingkungan yang tenang
EVALUASI

• Evaluasi adalah tahap penilaian dari tindakan


yang telah direncanakan. Untuk malsalah
kegawatdaruratan hipoglikemi ini adalah
kesadaran klien dapat kembali seperti semula,
cairan dalam tubuh terpenuhi dan tanda-tanda
vital klien normal.
TERKAIT JURNAL
• Penyebab terjadinya cedera kepala berat terbanyak
adalah akibat kecelakaan lalu
lintas (KLL), sedangkan yang disebabkan karena jatuh
dari ketinggian hanya 3,5 %. tingginya angka
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan cedera
kepala berat d i d a s a r k a n p a d a k e m a j u a n i l
m u pengetahuan dan teknologi yang semakin banyak
memproduksi dan memasarkan kendaraan bermotor
baik sepeda motor dan mobil (Wibowo, 2008).

Anda mungkin juga menyukai