Anda di halaman 1dari 12

TERAPI MODALITAS LANSIA DENGAN DIMENSIA

I. TOPIK KEGIATAN
Terapi Modalitas

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
1. PM mampu memperkenalkan dirinya dengan baik.
2. PM dapat berorientasi pada waktu, tempat, orang dan situasi dengan baik
B. Tujuan Khusus
1. PM mampu menyebutkan namanya sendiri.
2. PM mampu menyebutkan tempat, waktu, orang dan situasi.
3. PM mampu meningkatkan hubungan interpersonal antara anggota kelompok,
berkomunikasi dan saling memperhatikan antar anggota kelompok.

III. LANDASAN TEORI


A. Latar Belakang
Demensia adalah nama lain dari penyakit pikun. Penyakit ini muncul seiring
bertambahnya usia dan biasanya menimpa pada orang-orang tua yang sering kita sebut
kakek/nenek. Secara garis besar keadaan demensia dibagi atas dua golongan, yakni
demensia primer dan sekunder. Demensia alzheimer tergolong dalam demensia
primer. Sedangkan demensia sekunder antara lain disebabkan karena penyakit stroke,
cidera otak berat (pada petinju), infeksi otak, menggunakan narkoba, dan lain
sebagainya. Selain faktor usia, faktor keturunan juga disebut-sebut menyebabkan
munculnya penyakit ini.
Demensian adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemapuan daya ingat dan piker tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Demensia
atau kepikunan sering kali dianggap wajar pada lansia karena merupakan bagian dari
penuaan yang normal. Faktor ketidaktahuan, baik dari pihak keluarga , masyarakat,
maupun oihak kesehatan mengenai tanda gejala demensia, dapat menyebabkan
demensia sering tidak terdeteksi dan lambat ditangani. Seiring dengan meningkatnya
jumlah lansia, masalah demensia ini semakin sering dijumpai. Pemahaman yang benar

1
tentang penyakit ini petng dimiliki agar penyakit demensia dapat dideteksi dan
ditangani sedini mungkin.

Gejala Demensia
Gejala penderita demensia adalah adannya perubahan kepribadian dan tingkah
laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Lansia dengan usia enam puluh
lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang
menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami
proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu
sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu
barang.
Tanda-tanda demensia alzheimer antara lain
1. Lupa akan kejadian yang baru dialami
2. Kesulitan dalam berbahasa
3. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari
4. Sering salah menaruh barang-barang
5. Tidak dapat membuat keputusan
6. Serta kesulitan dalam hitung-menghitung sederhana.
7. Sering mengulang kata-kata
8. Tremor
9. Kurang koordinasi gerakan
10. Risiko kecelakaan
11. Kurang konsentrasi
Gejala gangguan perilaku lain yang sering dialami penderita penyakit ini
adalah mereka jadi mudah tersinggung, sering merasa cemas, sulit tidur, pencuriga,
sering keluyuran, bahkan berperilaku memalukan, misalnya telanjang di depan umum,
pergi ke kantor dengan pakaian tidur, dan sebagainya. Lansia sering kali menutup-
nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada
usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang
tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang
semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia
kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah
masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.

2
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat
saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah
sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Gangguan Orientasi Realita
Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta
hubungannya dengan waktu, ruang, dan terhadap dirinya serta orang lain. Disorientasi
atau gangguan orientasi dapat timbul sebagai gangguan dari kesadaran, mengenai
waktu, tempat, dan orang. Disorientasi dapat terjadi pada setiap gangguan jiwa yang
mana ada kerusakan yang hebat dari ingatan, persepsi, dan perhatian.
Intervensi pada Demensia
a. Orientasi
- Tujuan : Membentuk pm berfungsi dilingkungannya
- Tulis nama petugas pada kamar pasien jelas, besar, sehingga dapat dibaca pasien
- Orientasikan pada situasi lingkungan
- Perhatikan penerangan terutama dimalam hari
- Kontak personal dan fisik sesering mungkin
- Libatkan dalam kegiatan terapi modalitas
- Tanamkan kesadaran :
• Mengapa pm dirawat
• Memberikan percaya diri
• Berhubungan dengan orang lain
• Tanggap situasi lingkungan dengan menggunakan panca indera
• Interaksi personal
- Identifikasi proses pulang
b. Komunikasi
- Membina hubungan saling percaya
• Umpan balik yang positif
• Tentramkan hati
• Ulangi kontrak
• Respek, pendengaran yang baik
• Jangan terdesak
3
• Jangan memaksa
- Komunikasi verbal
• Jelas
• Ringkas
• Tidak terburu buru
- Topik percakapan dipilih oleh pm
- Topik buat spesipik
- Waktu cukup untuk pm
- Pertanyaan tertutup
- Pelan dan diplomatis dalam menghadapi persepsi yang salah
- Empati
- Gunakan tehnik klarifikasi
- Summary
- Hangat
- Perhatian
c. Pengaturan koping
- Koping yang selama dipakai ini yang positif positif dimaksimalkan dan yang
negatif diminimalkan
- Bantu mencari koping baru yang positif
d. Kurangi agitasi
- Didorong melakukan sesuatu yang tidak biasa dan tidak jelas
- Beri penjelasan
- Beri pilihan
- Penyaluran energi :
• Perawatan mandiri
• Menggunakan kekuatan dan kemampuan dengan tepat, misalnya berolahraga
- Saat agitasi :
• Tetap senyum
• Tujukkan sikap bersahabat
• Empati
e. Keluarga dan masyarakat
- Siapkan keluarga untuk menerima keadaan pm
- Siapkan fasilitas dalam berinteraksi dengan dimasyarakat
- Perlu bantuan dalam merawat 24 jam dirumah, yang diprogramkan melalui
4
• Puskesmas
• Pos-pos pelayanan kesehatan dirumah sakit
f. Farmakologi
- Tergantung penyebab gangguan, seperti Penyakit Alzheimer’s
- Pada orang tua harus hati-hati, karena keadaan yang sensitif
g. Wandering
Perilaku yang harus diperhatikan oleh pemberi perawatan
h. Therapeutik Milieu
Melakukan aktifitas yang berfungsi untuk perbaikan kognitif misalnya diskusi
kelompok, stimulasi kognitif
• Dukung perasaan aman
• Situasi yang tenang
• Rancangan fisik konsisten
• Struktur yang teratur
• Fokus pada kekuatan dan kemampuan
• Minimalkan perilaku destruktif
i. Intervensi interpersonal
- Psychotherapi
- Life review therafi
Untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan individu dan kelompok dengan
saling menceritakan riwayat hidup
- Latihan dan terapi kognitif
• Latihan daya ingat
• Memelihara inteligensia
- Therapi relaksasi
• Untuk mengurangi ketegangan dan stres
• Deep Breathing
• Konsentrasi
- Kelompok pendukung dan konseling
• Ekspres filling
• Pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan harga diri
2. Meningktkan percaya diri
3. Meningkatkan simpati
5
4. Meningkatkan empati
j. Gangguan daya ingat :
- Mulai percakapan dengan menyebut nama anda dan panggil nama pm
- Hindarkan konfrontasi atas pernyataan pm yang salah
- Penataan barang pribadi jangan dirubah
- Lakukan program orientasi
k. Gangguan perawatan diri :
- Buat jadwal mandi dengan teratur
- Tempatkan pakaian yang kemungkinan mudah dijangkau pm
- Ajarkan cara mandi secara bertahap :
• Peralatan mandi
• Langkah-langkah mandi
• Perhatikan privacy
- Ajarkan cara berpakaian
• Buat langkah berpakaian yang rutin
• Hindarkan kancing dan resleting
• Beri instruksi yang sederhana
• Lakukan berulang-ulang
• Tetap perhatikan privacy
- Ajarkan BAB dan BAK pada tempatnya

l. Isolasi sosial
- Mulai kotak dengan keluarga
- Teman dekat
- Dorong berhubungan dengan orang lain
- Masukkan dalam kelompok aktifitas
- Buat jadwal kontak sosial secara teratur

6
IV. STRUKTUR KELOMPOK
A. Setting Tempat
Ruangan Terbuka
1. Moderator
2. Leader
3. Fasilitator
4. Observer

B. Hari/tanggal
Kamis, 18 Januari 2018

C. Waktu
± 30 menit
D. Pengorganisasian
1. Jumlah dan nama pm
10 orang : wagiyem, poniah, indah, Maryam, Dewi, Lamiyatun, Nur, Sulasmini,
pawit, sutini
2. Moderator : siti rosadah
Tugas moderator :
1. mempersiapkan pokok masalah yang akan di diskusikan
2. Bertugas membuka kegiatan diskusi serta memberikan penjelasan awal
mengenai topik yang akan di diskusikan
3. Memperkenalkan komponen diskusi terutama pembicara atau penyaji jika ada
3. Leader dan Uraian tugas
Leader : wakhidun
Tugas leader
1. Memimpin jalanya Terapi Modalitas Orientasi Realita
2. Merencanakan, mengontrol dan mengendalikan jalanya terapi
3. Membuka acara
4. Menjelaskan aturan main (cara permainan dan waktu permainan)
5. Memimpin terapi modalitas
6. Menutup acara diskusi

7
4. Fasilitator
Dian, Rindah, Siti Badriah
Tugas :
1. Memfalisitasi pasien dalam terapi modalitas orientasi realita
2. Mengarahkan pasien yang kurang kooperati
5. Observer
Nunung Yasinta, siti badriyah
Tugas:
 Mengobservasi jalannya terapi modlitas orientasi realita, mulai dari persiapan,
proses dan penutup dengan format evaluasi perilaku
 Menilai aspek kemampuan pm dalam memperkenalkan diri

E. Langkah-langkah
Tahap pre interaksi :
1. Melakukan pengecekan program terapi dokter dan validitas data.
2. Mencuci tangan.
Tahap Orientasi :
1. Memberikan salam terapeutik.
2. Klarifikasi perasaan pm.
3. Melakukan kontrak (waktu,tempat, topik)
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Tahap Kerja :
1. Membantu pm mendapatkan posisi yang nyaman.
2. Duduk berhadapan (untuk kelompok disesuaiakan).
3. Leader : memimpin langkah-langkah pelaksanaan terapi orientasi realita.
• Memandu satu pm untuk melihat jam atau kalender, tempat atau ruangan dengan
Tata letak perabotan (meja kursi, ruang tidur dan seterusnya secara satu per satu
dan perlahan - lahan (metode bisa variasi).
• Pertama-tama satu topik dulu, misalnya mengenai waktu, selanjutnya ke orientasi
tempat / orang.
• Mengajurkan pm tersebut untuk menjelaskan kembali waktu yang telah
disampaikan perawat, dan tanggal serta ruang yang tadi telah disampaikan.
• Memandu pada lansia lain secara bergantian untuk memberitahukan jam dan

8
tanggal, orang, tempat, saat ini.
• Secara bergantian juga pada lansia yang lainnya.
4. Fasilisator : memfasilitasi kemampuan hubungan sosial masing-masing klien pada
saat dilakukan terapi.
5. Leader : mengobservasi kemampuan pm dalam terapi modalitas.
6. Observer : Mengobservasi kemampuan pm dalam pelaksanaan terapi. Memberi
penelitian terhadap masing-masing lansia yang dilakukan terapi.
Tahap Terminasi :
1. Mengevaluasi perasaan pm
2. Beri pujian atas keberhasilan pm
3. Rencanakan tindak lanjut yang dapat pm lakukan sehari-hari sesuai dengan kegiatan
4. yang telah dilakukan. Dapat dibuat jadwal kegiatan.
5. Kontrak yang akan datang
 Topik : sepakati kegiatan yang akan datang
 Waktu: sepakati waktu pertemuan yang akan datang
 Tempat : sepakati tempat pertemuan yang akan datang.
F. Perilaku yang diharapkan
1. Persiapan
a. Terapis/perawat
 Identifikasi masalah pm sebelum pelaksanaan
 Eksplorasi perasaaan diri sebelum bertemu pm dan menjalankan terapi aktifitas
Kelompok
 Siapkan alat dan media yang diperlukan
 Tempat dan waktu ditentukan
b. PM
 Siap mengikuti terapi modalitas orientasi realita
 Hadir 5 menit sebelum acara dimulai
 Mengetahui tata tertib yang telah ditentukan
2. Proses
 Perawat melakukan kegiatan terapi modalitas orientasi realita sesuai dengan
Perencanaan
 Perawat dapat mengantisispasi hal-hal yang terjadi saat dilakukan terapi
 PM dapat mengikuti terapi sampai selesai

9
3. Hasil
a. Perawat dapat menjalankan tugasnya terapi sesuai terapi
b. PM dapat memahami tujuan dari terapis dan mencapai kriteria hasil pada setiap
Pertemuan

V. TATA TERTIB
a. PM bersedia mengikuti kegiatan terapi modalitas orientasi realita
b. Berpakaian rapi dan bersih
c. PM tidak diperkenankan makan dan merokok selama terapi
d. PM tidak meninggalkan kegiatan sebelum kegiatan selesai
e. PM hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
f. PM yang ingin mengajukan pertanyaan mengangkat tangan terlebih dahulu dan
berbicara setelah dipersiapkan.
g. Apabila pm akan meninggalkan tempat kegiatan ijin terlebih dahulu pada terapis

VI. ALAT BANTU


a. Pemutar musik
b. Lembar observasi pm

VII. ANTISIPASI MASALAH


a. Penanganan pm yang tidak aktif
Memanggil pm
Memberi kesempatan kepada pm untuk menjawab sapaan perawat
b. Bila pm meninggalkan permainan tanpa pamit
Panggil nama pm
Tanya alasan pm meninggalkan permainan
 Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada pm
bahwa pm dapat melaksanakan keperluannya setelah itu pm boleh kembali
lagi
c. Bila ada pm lain ingin ikut
Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pm yang telah dipilih
Beritahu pm bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh pm
tersebut

10
VIII. PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam proses penulisan. Atas
perhatian dan dukungannya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Budiana, keliat. 1999. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta, EGC

Endang Trianto, S.Kep.Ns.dkk.2007.Modul Skill Lab Semester V.Jurusan Keperawatan


FKIK UNSOED.Purwokerto.

Kaplan & Sadock. 1998. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta : Widya Medika.

Rasmun. 2001. Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga. Jakarta
: Fajar Interpratama
11
Stuart, Gail Wiscart dan Sandra J Sundeen. 1998. Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Yosep Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama.

12

Anda mungkin juga menyukai