Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN

TRAUMA KEPALA

Disusun Oleh :
Dian Permatahati 1807112
Setyo Yoga Trapsilo
1807020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cedera otak meliputi trauma kepala, tengkorak, dan otak. Cedera
otak merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas. Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera
otak dan lebih dari 700.000 orang mengalami cedera otak berat yang
memerlukan perawatan di rumah sakit. Dua pertiga dari kasus ini berusia
dibawah 30 tahun dengan jumlah 4x lebih banyak laki-laki daripada wanita.
Resiko utama pasien yang mengalami cedera otak yang mengalami
cedera otak adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakaan
otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial. Maka diperlukan penanganan yang tepat pada seseorang yang
mengalami cedera otak. Tindakan resusitasi, anamnesa, dan pemeriksaan fisik
umum serta neurologis harus dilakukan secara detail. ( http://healthreference-
ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-cedera-kepala.html. )
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada kasus cedera
otak.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian kegawatdaruratan pada kasus cedera otak.
b. Mengetahui diagnosa pada kasus cedera otak.
c. Mengetahui intervensi kegawatdaruratan pada kasus cedera otak.
d. Mengetahui implementasi pada kasus cedera otak.
e. Mengetahui evaluasi pada kasus cedera otak.
C. MANFAAT
a. Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada klien cedera otak.

2
b. Agar mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan cedera otak.
c. Agar mahasiswa mampu merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa
keperawatan.
d. Agar mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuai rencana yang
telah ditentukan.
e. Agar mahasiswa mampu mengevaluasi pelaksanaan tindakan
keperawatan.
f. Agar mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
keluarga.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIS CIDERA OTAK


1. DEFINISI
Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma dari otak
disertai/tanpa perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas dari otak (Nugroho, 2011).
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah
kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik
secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan
Yuliani, 2001).
Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001),
cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat
congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan
fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena
trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Deficit neorologis
terjadi karena robekannya subtansia alba, iskemia, dan pengaruh massa
karena hemorogik, serta edema serebral disekitar jaringan otak
(Batticaca, 2008).
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar
terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.( Mansjoer, dkk, 2000 ).
2. ETIOLOGI
Penyebab cedera kepala antara lain :
1.      Kecelakaan mobil
2.      Perkelahian
3.      Jatuh
4.      Cedera olahraga
( Elizabeth J.Corwin, 2009 )

4
3. TANDA DAN GEJALA

a. Hilangnya tingkat kesadaran sementara


b. Hilangnya fungsi neurologi sementara
c. Sukar bangun
d. Sukar bicara
e. Konfusi
f. Sakit kepala berat
g. Muntah
h. Kelemahan pada salah satu sisi tubuh (Smeltzer & Bare, 2002:
2211)
4. PATOFISIOLOGI
Trauma pada kepala bisa disebabkan oleh benda tumpul
maupun benda tajam. Cedera yang disebabkan benda tajam biasanya
merusak daerah setempat atau lokal dan cedera yang disebabkan oleh
benda tumpul memberikan kekuatan dan menyebar ke area sekitar cedera
sehingga kerusakan yang disebabkan benda tumpul lebih luas. Berat
ringannya cedera tergantung pada lokasi benturan, penyerta cedera,
kekuatan benturan dan rotasi saat cedera. ( http://buku-
sakuku.blogspot.com/2009/cedera-kepla.html )
Trauma kepala dapat terjadi pada ekstrakranial, tulang kranial,
dan intrakranial, trauma yang terjadi pada ekstrakranial akan
mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan vaskuler
sehingga berkibat terjadinya perdarahan, hematoma, gangguan suplai
darah, resiko infeksi dan timbulnya nyeri serta kerusakan integritas kulit.
Perdarahan dan hematoma akan mempengaruhi perubahan sirkulasi
cairan serebrospinal yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan
intracranial. Pada keadaan ini akan mengakibatkan girus medialis lobus
temporalis tergeser melalui tepi bawah tentorium serebri.
Kompresi pada korteks serebri batang otak
mengakibatkangangguan kesadaran,   dan hilangnya reflek batuk. Karena
terjadi gangguan kesadaran maka klien megalami penumpukan sekret

5
akibat sekret yang statik, hal ini menyebabkan terjadinya bersihan jalan
nafas inefektif.
Trauma kepala yang terjadi pada tulang kranial akan
menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan hal ini akan
merangsang timbulnya rasa nyeri, sedangkan trauma kepala yang terjadi
pada intrakranial, akan merusak jaringan otak atau sering disebut
kontusio, atau terjadi laserasi pada jaringan otak, keadaan tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan outoregulasi, dan suplai O2 ke otak
terganggu, maka terjadi edema serebral, sehingga terjadi gangguan
perfusi jaringan. 
Kerusakan yang terjadi juga menyebabkan rangsang simpatis
meningkat, sehingga tahanan vasikuler, TD, tekanan hidrostatik
meningkat. Sehingga terjadi kebocoran pada pembuluh kapiler, dan
menyebabkan edema paru yang menyebabkan penurunan curah jantung
dan difusi O2 di alveoli terhambat dan menyebabkan tidak efektifnya
pola nafas. Cidera kepala juga dapat menimbulkan stres bagi klien. Hal
ini direspon juga oleh saraf otonom untuk meningkatkan sekresi hormon.
seperti katekolamin yang menyebabkan asam lambung meningkat dan
membuat mual, muntah, dan anoreksia. Hal ini menyebabkan resiko
pemenuhan nutrisi tidak sesuai kebutuhan. Dari uraian di atas dapat
dilihat pada skema 2.2 di bawah ini:

6
PATHWAY
Trauma Kepala

Kulit Kepala Tulang Kepala


Jaringan Otak

Kerusakan Integritas Tulang Kepala


Kontusio, Menekan
Kulit
medula oblongata

Nyeri Akut Fraktur linier, Fraktur


Gangguan Kesadaran,
comminited, Faktur TTV,
kelainan neurology
depressed, Fraktur basis

TIK Meningkat Kemampuan


batuk
menurun, kurang
mobilitas fisik dan
Respon Fisiologis Otak produksi sekret

Tidak Efektif
Kerusakan Sel Otak
Bersihan Jalan
Nafas

Gangguan Autoregulasi Rangsangan Simpatis


Stress Lokalis

Aliran darah ke otak Tahanan Vaskuler Sistemik


Katekolamin
Sekresi Asam
O2 Gangguan Metabolisme Tek. Pemb. Darah Pulmonal
Lambung

Edema Otak Tek. Hidrostatik


Mual, Muntah
Penurunan Perfusi Jaringan Kebocoran cairan kapiler
Serebral
Intake nutrisi
tidak adekuat
Edema Paru

Curah jantung menurun


Perubahan
Pemenuhan

7
Disfusi O2 terhambat
Nutrisi

Tidak Efektif Pola Nafas

5. KLASIFIKASI
Cedera otak dapat dibagi 3 kelompok berdasarkan nilai GCS
(Glascow Coma Scale) yaitu:
1. Cedera Otak Ringan (COR)
 GCS 13-15
 Tidak terdapat kelainan pada CT Scan otak
 Tidak emmerlukan tindakan operasi
 Lama dirawat di rumah sakit < 48 jam
2. Cedera Otak Sedang (COS)
 GCS 9-12
 Ditemukan kelainan pada CT Scan otak
 Memerlukan tindakan operasi untuk lesi intracranial
 Dirawat di rumah sakit setidaknya 48 jam
3. Cedera Otak Berat (COB)
 Nilai GCS <8
 Memerlukan tindakan operasi untuk lesi intracranial.
 Bila dalam waktu 48 jam setelah trauma, nilai GCS <8
( George Dewanto, 2009 )
6. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinisnya yaitu:
 Pada cedera otak, kesadaran seringkali menurun
 Pola nafas menjadi abnormal secara progresif

8
 Reson pupil mungkin tidak ada atau secara progresif mengalami
deteriorasi
 Sakit kepala dapat terjadi dengan segera atau terjadi bersama
peningkatan tekanan intracranial
 Muntah dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
 Perubahan perilaku, kognitif, dan fisik pada gerakan motorik dan
berbicara dapat terjadi dengan kejadian segera atau secara lambat.
Amnesia yang berhubungan dengan kejadian ini biasa terjadi.
( Elizabeth J.Corwin, 2009 )

7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi yaitu:
 Perdarahan didalam otak, yang disebut hematoma intraserebral,
dapat menyertai cedera kepala yang tertutup yang berat, atau lebih
sering cedera kepala terbuka. Pada perdarahan diotak, tekanan
intrakranial meningkat,dan sel neuron dan vaskuler tertekan. Ini
adalah jenis cedera  otak sekunder. Pada hematoma, kesadaran dapat
menurun dengan segera, atau dapat menurun setelahnya ketika
hematoma meluas dan edema interstisial memburuk.
 Perubahan perilaku dan defisit kognitif dapat terjadi dan tetap ada.
( Elizabeth J.Corwin, 2009 )
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Radiograf tengkorak dapat mengidentifikasi lokasi fraktur atau
perdarahan atau bekuan darah yang terjadi.
 CT Scan dan MRI dapat dengan tapat menentukan letak dan luas
cedera. CT Scan biasanya merupakan perangkat diagnostik pilihan
diruang kedaruratan walaupun hasil CT Scan mungkin normal yang
menyesatkan. MRI adalah perangkat yang leboh sensitif dan akurat,
dapat mendiagnosis cedera akson difus, namun mahal dan kurang
dapat diakses disebagian besar fasilitas.
( Elizabeth J.Corwin, 2009 )
9. PENATALAKSANAAN

9
Cedera otak ringan dan sedang biasanya diterapi dengan observasi dan
tirah baring.
 Mungkin diperlukan ligasi pembuluh darah yang pecah melalui
pembedahan ( pengeluaran benda asing dan sel yang mati ),
terutama pada cedera kepala terbuka.
 Dekompresi melalui pengeboran lebang didalam otak, yang
disebut burr hole, mungkin diperlukan.
 Mungkin dibutuhkan ventilasi mekanik.
 Antibiotik diperlukan untuk cedera kepala terbuka guna
mencegah infeksi.
 Metode untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat mencakup
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi.
( Elizabeth J.Corwin, 2009 )

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


1. KASUS TRIGER
Insiden cedera kepala meningkat secara global, sebagian besar
karena meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor di Negara-negara
dengan penghasilan rendah dan menengah (Maas, Stocchetti, & Bullock,
2008). Japardi (2002) menj e l a skan s ebaga i dampak da ri kecelakaan
lalu lintas jumlah korban cedera kepala semakin meningkat sebesar 49%
dan angka kematian akibat cedera kepala adalah setengah dari kematian
yang diakibatkan oleh seluruh kasus cedera. Penyebab cedera kepala
terbanyak adalah akibat kecelakaan lalu lintas, disusul cedera kepala
akibat jatuh, terutama pada anak-anak, dan cedera akibat dipukul.

2. PENGKAJIAN
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada
ganguuan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala
tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri, dan adanya komplikasi pada
organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan cedera kepala meliputi

10
anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik,
dan pengkajian psikososial.
a) PENGKAJIAN AWAL
Airway : Klien terpasang ETT ukuran 7,5 dengan pemberian
oksigen 15 liter permenit. FIO2 = 81 %, terdapat
sumbatan atau penumpukan sekret, adanya suara
nafars tambahan yaitu ronchi +/+.
Breathing : Frekuensi nafas 20x/menit, irama nafas abnormal,
nafas tidak spontan.
Circulation : Perubahan frekuensi jantung (bradikardi),  keluar
darah dari hidung dan telinga, perubahan tekanan
darah

b) ANAMNESIS
Identitas klien meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi
pada usia muda ), jenis kelamin ( banyak laki-laki, karena ngebut-
ngebutan dengan motor tanpa pengaman helm ), pedidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register, diagnosa medis. Keluhan utama yang sering menjadi
alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan tergantung dari
seberapa jauh dampak trauma kepala disertai penurunan tingkat
kesadaran.
c) RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian,dan trauma langsung ke
kepala. Pengkajian yang didapat meliputi tingkat kesadaran
menurun ( GCS <15 ), konvulsi, muntah, takipnea, sakit kepala,
wajah simetris atau tidak, lemah, luka dikepala, paralisis, akumulasi
sekret pada saluran pernafasan, adanya liquor dari hidung dan
telinga, serta kejang. Adanya penurunan tingkat kesadaran
dihubungkan dengan perubahan didalam intrakranial. Keluhan
perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan

11
penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma. Perlu
ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien ( bila
klien tidak sadar ) tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan
penggunaan alkohol yang sering terjadi pada beberapa klien yang
suka ngebut-ngebutan.
d) RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hipertensi, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung ,anemia, penggunaan obat-obatan antikoagulan,
konsumsi alkohol berlebih.
e) RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Mengkaji adanya anggota terdahulu yang menderita
hipertensi dan diabetes melitus.
f) PENGKAJIAN PSIKO,SOSIO,SPIRITUAL
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk
menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul ketautan
akan kesadaran, rasa cemas. Adanya perubahan hubungan dan peran
karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat
gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien
merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak
kooperatif. Karena klein harus menjalani rawat inap maka apakah
keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi kilen, karena
biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak
sedikit. Cedera otak memerlukan dana pemeriksaan, pengobatan,
dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga
faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran
klein dan keluarga.
g) PENGKAJIAN FISIK
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada
keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat bergguna untuk

12
mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan persistem ( B1-B6 ).
 Keadaan Umum
Pada keadaan cedera otak umumnya mengalami penurunan
kesadran ( cedera otak ringan GCS 13-15, cedera otak sedang
GCS 9-12, cedera otak berat GCS <8 ) dan terjadi perubahan
pada tanda-tanda vital.
 B1 ( Breathing )
Sistem pernafasan bergantung pada gradasi dari perubahan
jaringan serebral akibat trauma kepala. Akan didapatkan hasil:
 Inspeksi     : Didapatkan klien batuk. Peningkatan produksi
sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan
peningkatan frekuensi pernafasan.
 Palpasi       : Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi
yang lain akan didapatkan apabila melibatkan trauma pada
rongga thoraks.
 Perkusi       : Adanya suara redup sampai pekak pada
keadaan melibatkan trauma pada thoraks.
 Auskultasi : Bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi,
ronkhi pada klein dengan pengingkatan produksi sekret dan
kemampuan batuak yang menuurn sering didapatkan pada
klien cedera kepala dengan penurunan tingkat kesadaran
koma.
Klien biasanya terpasang ETT dengan ventilator dan
biasanya klien dirawat diruang perawatan intensif sampai
kondisi klien menjadi stabil pada klien dengan cedera otak
berat dan sudah terjadi disfungsi pernafasan.
 B2 ( Blood )
Pada sisitem kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik yang
sering terjadi pada klien cedera otak sedang sampa cedera otak
berat. Dapat ditemukan tekanan darah normal atau berubah,
bradikardi, takikardi, dan aritmia.

13
 B3 ( Brain )
Cedera otak menyebabakan berbagai defisit neurologi terutama
disebabkan pengaruh peningkatan tekanan intrakranial akibat
adanya perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma,
subdural hematoma, dan epidural hematoma. Pengkajian tingkat
kesadaran dengan menggunakan GCS.
 B4 ( Bladder )
Kaji keadaan urin meliputi waran, jumlah, dan karakteristik.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi urine dapat
terjadi akibat menurunnya perfusi ginjal. Setelah cedera kepala,
klien mungkin mengalami inkontinensia urinw karena konfusi,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan
kontrol motorik dan postural.
 B5 ( Bowel )
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual, muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
dihubungkan dengan adanya peningkatan produksi asam
lambung. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.
 B6 ( Bone )
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan pada seluruh
ekstremitas. Kaji warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor
kulit. ( Arif Muttaqin, 2008 )

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler ( cedera pada pusat pernafasan otak).
b) Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
sekret
c) Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema
otak.

14
( Doengose, 2000 )

4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


DX NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan - Pantau frekuensi, irama,
keperawatan, klien mampu kedalaman, pernafasan.
mempertahankan pola Catat ketidakteraturan
pernafasan efektif melalui pernafasan
I
pemasangan ETT. - Diposisikan head up 300
Kriteria Hasil : - Berikan oksigen
- Pola nafas kembali efektif
- Nafas spontan.
- Kaji dengan ketat (tiap 15
menit) kelancaran jalan
napas. Obstruksi dapat
disebabkan pengumupulan
sputum atau masalah
terhadap tube
- Evaluasi pergerakan dada
Setelah dilakukan tindakan dan auskultasi dada (tiap 1
keperawatan,klien mampu jam). Pergerakan yang
mempertahankan jalan napas simetris dan suara napas
II dan mencegah aspirasi yang bersih indikasi
Kriteria Hasil : pemasangan tube yang
- Suara napas bersih tepat dan tidak adanya
- Tidak terdapat suara sekret penumpukan sputum
- Lakukan pengisapan lendir
dengan waktu kurang dari
15 detik bilasputum
banyak. Pengisapan lendir
tidak selalu rutin dan waktu
harus dibatasi untuk
mencegah hipoksia

15
Setelah dilakukan tindakan - Tentukan faktor- faktor yang
keperawatan, GCS, tingkat menyebabkan penurunan
kesadaran, kognitif, dan fungsi perfusi jaringan otak dan
motorik klien membaik. peningkatan TIK
Kriteria Hasil : - Pantau atau catat status
III
- Tanda vital stabil dan tidak neurologis secara teratur dan
ada tanda-tanda peningkatan bandingkan dengan nilai GCS
TIK - Turunkan stimulasi eksternal
- Tingkat kesadaran membaik. dan berikan kenyamanan,
- GCS klien meningkat. lingkungan yang tenang

5. IMPLEMENTASI
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

6. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap penilaian dari tindakan yang telah
direncanakan. Untuk malsalah kegawatdaruratan hipoglikemi ini adalah
kesadaran klien dapat kembali seperti semula, cairan dalam tubuh
terpenuhi dan tanda-tanda vital klien normal.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan defenisi cedera kepala diatas maka penulis dapat
menarik suatu kesimpulan bahwa cedera kepala adalah suatu cedera yang
disebabkan oleh trauma benda tajam maupun benda tumpul yang
menimbulkan perlukaan pada kulit, tengkorak, dan jaringan otak yang
disertai atau tanpa pendarahan.

B. SARAN
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam
keadaan darurat secara cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur
tetap yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan , sangat tepat
apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang di
perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J. Elzabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Edisi revisi 3. Jakarta. EGC

Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta. EGC

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta. EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta. EGC

http://buku-sakuku.blogspot.com/2009/cedera-kepla.html diakses tanggal 06


November 2012 pukul 15:07 WIB

http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-cedera-kepala.html
diakses tanggal 06 November 2012 pukul 15:19 WIB

18
19

Anda mungkin juga menyukai