Anda di halaman 1dari 123

STASE MANAGEMENT

LAPORAN HASIL PENGKAJIAN, ANALISA


DAN PELAKSANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH :

RETNO AJENG WULANDARI


NOPERDI
META PUSPITA DEWI ANTU ZEES
SOLEHA MEI UTARI
AIS HASAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2023/2024

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,kemauan teknologi dan kehidupan
social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terangkau oleh masyarakat agar terwujud kesehatan
yang setinggi-tingginya (UU RI, 2009) dan supaya tujuan tersebut dapat
tercapai maka diperlukan suatu cara pengelolaan pelayanan keperawatan yang
mengikuti prinsip-prinsip manajemen. Hal inilah yang turut mendorong
pentingnya jaminan mutu pelayanan keperawatan dengan tata kelola dan
manajemen yang baik.
Peran perawat tidak dapat dipisahkan dari tingkat kualitas pelayanan
kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan, dimana fungsi manajemen
yang di terapkan dalam organisasi keperawatan sangat berpengaruh terhadap
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien (Sudarta, Rosyidi,
& Susilo, 2019). Perawat berperan dalam berbagai ruang dan instalasi dalam
sebuah rumah sakit yang merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat jalan,rawat inap, dan gawat darurat (Kemenkes RI, 2010).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui
oranglain. Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen
secara umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengcontrolan
(Pengawasan dan Evaluasi). Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada
komponen 5 M (Man, Money, Material, Method, Mutu) (Mugianti, 2016)
Klasifikasi manajemen dalam keperawatan dibagi dalam beberapa
tingkatan yaitu : top manager, middle manager, dan nursing low manager,
kepala ruang keperawatan merupakan bagian dari nursing low manager yang
mempunyai peranan penting dalam pelayanan di suatu bangsal atau ruangan.

2
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muntilan Kabupaten magelang
sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan
penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Agar dapat terlaksana tujuan tersebut makan rumah sakit perlu didukung
dengan adanya organisasi dan manajemen yang baik dengan berorientasi pada
mutu pelayanan masyarakat.
Ruang ICU/PICU merupakan salah satu instusi yang terdapat di RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang. Ruangan ICU/PICU merupakan bagian dari
ruang di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang. Ruangan ini merupakan ruang
perawatan yang ditunjukkan untuk pasien dengan berbagai jenis penyakit.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki manajeral yang tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajeral yang dimiliki perawat
dapat dicapai melalui banyak cara. Salah satu untuk dapat meningkatkan
keterampilan manajeral yang handal selain Mahasiswa Program Studi Profesi
Ners Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dituntut untuk dapat mengaplikasikan
langsung pengetahuan manajeralnya di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang dengan arahan dari perceptor klinik maupun dari
perceptor pendidikan yang intensif. Adanya praktik manajemen ini diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang di dapatkan dan mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dengan dukungan teori dan
pengamatan yang ada, maka rumusan masalah yang muncul yaitu “ Bagaimana
proses manajemen pelayanan keperawatan di Ruang ICU/PICU RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang?”

3
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik klinik keperawatan profesi ners studi kasus di Ruang ICU/PICU
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan selama tiga
minggu di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang,
mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan baik pengelolaan
saran maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik.
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan dalam hal manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana
maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik. Kemampuan
manajemen diantaranya meliputi:
a. Mengaplikasikan keterampilan dalam mengorganisasi dan
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dengan
menggunakan fungsi-fungsi manajemen.
b. Menjalin kerja sama yang baik dalam tim
Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, pendekatan dan strategi
untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk melakukan
perubahan yang positif dan pencapaian tujuan.

E. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup proses manajemen pelayanan keperawatan yaitu
manajemen pelayanan yaitu manajemen pelayanan keperawatan di Ruang
ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.
F. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberikan data-data untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
ilmu keperawatan dalam menelaah proses manajemen pelayan
keperawatan di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.

4
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang
didapatkan dalam perkuliahan di lapangan praktik.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kepustakaan tentang proses manajemen pelayanan
keperawatan.
c. Bagi Lahan Praktik
Memberikan informasi dan masukkan terhadap tenaga kesehatan
untuk mempertahankan dan menguatkan serta meningkatkan proses
manajemen pelayanan keperawatan yang berdampak terhdapat mutu
pelayanan rumah sakit.

G. Cara Pengumpulan Data


Proses penghimpunan data dalam rangka memotret kondisi nyata
manajemen keperawatan di Ruang Keperawatan di Ruang ICU/PICU RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang dilaukan dengan cara:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi Dokumentasi
4. Kuesioner

H. Kategori Penilaian
Mutu asuhan keperawatan dinilai menggunakan standar penilaian dengan
instrumen A, Instrumen B, dan Instrumen C. Kriteria penilaian dengan
menggunkan klasifikasi penilaian menurut Arikunto (2006), dengan rentang
nilai sebagai berikut:
1. Kategori Baik (76-100%)
2. Kategori Cukup (65-75%)
3. Kategori Kurang (0-64%)

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Perencanaan
1. Pengertian
Aspek utama dalam manajemen adalah pengaturan dan penggerakan
karyawan melalui proses kepemimpinan. Untuk dapat melakukan
pengaturan yang baik maka perlu perencanaan, pembagian tugas dan
koordinasi tugas-tugas, oleh karena itu perencanaan merupakan aspek
utama dan pertama kali harus dilakukan oleh seorang manajer atau
pimpinan organisasi. Hasil dari perencanaan adalah sebuah rencana kerja
yang harus berisi alternatif terbaik untuk mencapai tujuan. Rencana kerja
yang baik mengarahkan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien,
sehingga faktor-faktor produksi (resources) yang ada digunakan sebaik-
baiknya. Perencanaan adalah upaya manusia secara sadar memilih
alternatif masa depan yang dikehendaki dan kemudian mengarahkan
sumberdaya untuk mewujudkan tujuan (Gito Sudarmo, 2001) dalam buku
Mugianti, S 2016.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan
dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2010) menyatakan bahwa
dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien
akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan.
Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi
petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di
ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat
pelaksana, ketua tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat,
proses manajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston,
2010).
Perencanaan dalam lingkup manajemen keperawatan yaitu proses
pengambilan keputusan manajer tentang upaya pencapaian tujuan
keperawatan melalui analisa situasi, perkiraan sumber daya alternatif,

6
tindakan dan pelaksana tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan
memusatkan perhatian pada masa yang akan datang. Manajemen
keperawatan harus mempersiapkan ruang keperawatan dan perawat dalam
menghadapi tantangan yang akan datang, baik yang dapat diramalkan
maupun yang tidak terduga. Perencanaan menspesifikasikan pada
apa yang akan dilakukan dimasa akan datang, serta bagaimana hal itu
dilakukan dan apa yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan dalam manajemen:
a. Meningkatkan keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan
b. Mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia
c. Membantu koping dengan situasi kritis
d. Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan yang akan datang.
f. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
g. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

Kepala ruangan perlu membuat perencanaan karena dapat :


a. Meningkatkan keberhasilan pencapaian tujuan
b. Meningkatkan analisa kepala ruangan tentang kondisi yang ada
c. Membuat kerangka kerja berdasarkan misi rumah sakit
d. Mempersiapkan staf untuk melakukan kegiatan
e. Mencegah terjadinya situasi krisis
f. Memberi pedoman manajemen penampilan kerja individu
g. Meningkatkan keterlibatan staf dan meningkatkan komunikasi
h. Membuat pembiayaan efektif

3. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap
yang dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai

7
dari perawat pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan. Sebelum
melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem, strategi
organisasi, sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas
spesifik dan prioritas (Swanburg, 2010). Kepala ruangan harus melibatkan
seluruh individu dan unit organisasi terkait perencanaan (Marquis dan
Huston, 2010).
Perencanaan kepala ruang di ruang rawat inap meliputi perencanaan
kebutuhan tenaga dan penugasan tenaga, pengembangan tenaga, kebutuhan
logistik ruangan, program kendali mutu yang akan disusun untuk
pencapaian tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Disamping itu
kepala ruang merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan dengan
staf pada permulaan dan akhir minggu.
Tujuan pertemuan adalah untuk menilai atau mengevaluasi kegiatan
perawat sudah sesuai dengan standar atau belum, sehingga dapat dilakukan
perubahan-perubahan atau pengembangan dari kegiatan tersebut
(Swanburg, 2010).
Menurut Douglas (dalam Swansburg 2010), manfaat dari fungsi
perencanaan yaitu:
a. Memperkenalkan tujuan perencanaan sebagi alat untuk mencapai
keberhasilan tujuan dan sasaran. Oleh karena itu seorang
kepalaruangan harus membuat perencanaan yang terdokumentasi
dengan baik.
b. Perencanaan berguna menilai efektifitas suatu pekerjaan dan juga
efisiensi dalam penggunaan sumber daya manusia dan alat.
c. Tujuan perencanaan adalah membantu kepala ruangan ketika terjadi
situasi kritis sehingga kepala ruangan mampu melihat prioritas
tugas yang akan didahulukan atau tidak.
d. Perencanaan membantu kepala ruangan dalam mengatur biaya
operasional di ruangan keperawatan. Sehingga bermanfaat membantu
kepala ruangan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan pada
waktu lampau dan yang akan datang sehingga melalui perencanaan
yang baik membantu situasi perubahan dan inovasi.

8
e. Perencanaan sebagai alat pengontrol yang baik, melihat
penyimpangan- penyimpangan dari awal dan mengarahkan pada
alternatif pemecahan masalah.
Fungsi perencanaan membantu kepala ruangan dalam mengatur para
staf untuk mengenalkan tujuan yang akan dicapai, menilai efektifnya suatu
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan sebagai pengatur dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan.

4. Unsur-Unsur Perencanaan
Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan menurut Suarli dan
Bahtiar (2010), yaitu:
a. Meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan kecenderungan
masa depan (peluang dan tantangan)
b. Menetapkan tujuan (estabilishing objektive), seperti menyusun acara
yang urutan kegiatannya menurut skala prioritas.
c. Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling), misalnya
menetapkan/memperhitungkan waktu dengan tepat
d. Menyusun anggaran (budgeting), misalnya mengalokasikan sumber
yang tersedia (uang, alat, manusia) dengan memperhitungkan waktu
dengan tepat
e. Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata cara yang
paling tepat
f. Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interpreting and
estabilishing policy), misalnya menafsirkan kebijakan atasan dan
menetapkan kebijakan operasional.
Menurut Douglas dalam Swansburg (2010), unsur-unsur
perencanaan adalah unsur-unsur yang dapat menjawab What, Why, Where,
When, Who dan How. Secara lengkap pertanyaan-pertanyaan yang
dimaksud adalah:
a. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
Penjelasan dan rincian kegiatan yang dibutuhkan, sumber daya yang
diperlukan dalam melaksanakan kegiatan agar apa yang menjadi

9
tujuan dapat dicapai.
b. Apa sebabnya tindakan itu harus dilaksanakan ?
Penjelasan mengapa rencana itu harus dikerjakan dan mengapa tujuan
tersebut harus dicapai.
c. Dimana tindakan itu harus dikerjakan ?
Penjelasan tentang tempat/ lokasi secara fisik dimana rencana
kegiatan harus dikerjakan sehingga tersedia sumber daya yang
dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan itu.
d. Kapan rencana itu harus dikerjakan ?
Penjelasan kapan dimulainya tindakan dan kapan selesainya disetiap
unit organisasi berdasarkan standar waktu yang telah ditetapkan.
e. Siapa yang akan mengerjakan tindakan itu?
Petugas yang akan melakukan kegiatan baik jumlah maupun
kualifikasi keahlian, pengalaman maupun pendidikan.
f. Bagaimana cara melaksanakan tindakan itu ?
Penjelasan secara rinci teknik-teknik pelaksanaan kegiatan yang
ditetapkan, sehingga tindakan yang dimaksud akan dapat dijalankan
dengan benar.
Unsur perencanaan mengarahkan para manajer menjawab apa yang
harus dikerjakan, mengapa tindakan tersebut harus dilaksanakan, dimana
tindakan dikerjakan, kapan dikerjakan, siapa yang mengerjakan,
bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.

5. Hirarki Perencanaan
Peran kepemimpinan yang berhubungan dengan hierarki
perencanaan menurut Marquis dan Huston (2010), antara lain:
a. Mengkaji lingkungan eksternal dan internal
b. Berpikir kreatif dan inovatif dalam perencanaan
c. Mempengaruhi dan menginspirasi anggota agar berperan aktif dalam
perencanaan jangka panjang
d. Secara periodik melakukan klarifikasi nilai guna meningkatkan
kesadaran diri

10
e. Mengarahkan untuk mendengarkan aktif dan memberikan umpan
balik
f. Mengkomunikasikan tujuan organisasi kepada anggota
g. Memotivasi anggota untuk terlibat aktif dalam mengambil keputusan
h. Terbuka untuk ide baru dan berbagai ide
i. Menjadi model peran dalam menetapkan metode perencanaan

6. Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan


Perencanaan manajemen keperawatan diawali dengan perumusan
tujuan institusi atau organisasi yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi
dan tujuan sebagai arah kebijakan organisasi. Sebagai perawat, harus
memahami tujuan organisasi supaya dapat bersinergi untuk mencapai cita-
cita atau harapan organisasi.
a. Perumusan Visi
Visi adalah pandangan jauh mengenai suatu perusahaan ataupun
lembaga dan lain-lain, visi juga dapat di artikan sebagai tujuan
perusahaan atau lembaga dan apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuannya tersebut pada masa yang akan datang atau masa
depan. Visi tidak dapat dituliskan secara lebih jelas karena
menerangkan mengenai detail gambaran sistem yang di tujunya, ini
disebabkan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama
masa yang panjang. Di bawah ini beberapa persyaratan yang
hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan Visi, diantaranya meliputi:
1) Berorientasi ke depan.
2) Tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini.
3) Mengekspresikan kreativitas.
4) Berdasar pada prinsip nilai-nilai yang mengandung penghargaan
bagi masyarakat.
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi adalah dasar
guna membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun secara
singkat, jelas, dan mendasar, serta harus ada batasan waktu
pencapaiannya. Visi merupakan suatu keadaan dimasa yang akan

11
datang yang menjadi impian atau diharapkan akan terjadi merupakan
pandangan jauh kedepan jadi landasan keyakinan yang harus dianut.
Contoh visi ruang perawatan “Menjadi Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam yang Mampu Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan
secara Profesional Tahun 2020”.
Visi yang baik antara lain mengilhami, menantang, berorientasi
pada manusia, bersifat jangka panjang, berorientasi pada perubahan,
menyatakan masa depan yang menjanjikam, dan memberi kekuatan.
b. Perumusan Misi
Misi adalah suatu pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan
oleh perusahaan atau lembaga dalam usaha mewujudkan Visi tersebut.
Misi perusahaan di artikan sebagai tujuan dan alasan mengapa
perusahaan atau lembaga itu dibuat. Misi juga akan memberikan arah
sekaligus batasan- batasan proses pencapaian tujuan. Pernyataan misi
merupakan pernyataan singkat yang mengidentifikasi alasan
keberadaan organisasi dan tujuan serta fungsi organisasi di masa
depan. Contoh misi ruang perawatan: Memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif.
c. Perumusan Filosopi
Filosofi keperawatan di Country Hospital dibuat berdasarkan
pada sikap menghormati martabat dan harga diri individu. Semua
pasien mempunyai hak untuk menerima asuhan keperawatan yang
efektif. Pelayanan yang diberikan besifat personal yang didasarkan
pada kebutuhan pasien dan penyakit atau kondisi klinisnya.
d. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan
memberikan arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus
dilakukan, bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara
menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan
keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk
merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan yang
baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan.

12
1) Tujuan Umum
Merupakan hasil yang akan diinginkan melalui usaha yang
dilakukan secara terarah.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus lebih spesifik dibandingkan tujuan umum dan
dapat diukur dari kriteria yang diperinci.
e. Kebijakan
Kebijakan adalah rencana dalam bentuk pernyatan atau
instruksi yang mengarahkan organisasi dalam pengambilan
keputusan. Kebijakan menjelaskan pencapaian tujuan umum dan
menuntun kegiatan secara umum dan lingkup aktivitas organisasinya.
Kebijakan juga mengarahkan perilaku individu sesuai misi organisasi
dan mendefinisikan batasan yang luas dan hasil yang diinginkan dari
situasi yang biasa terjadi berulang, sekaligus memberi kebebasan dan
inisiatif kepada pelaksana kebijakan tersebut. Kebijakan ada yang
tersurat dan tersirat. Kebijakan tersurat dinyatakan secara verbal atau
dalam bentuk tulis. Sedangkan kebijakan tersirat dibuat bukan dalam
bentuk tertulis tetapi tidak juga dalam verbal dan biasanya telah lama
dikembangkan serta menyertai preseden.
f. Prosedur
Prosedur adalah rencana yang menghasilkan metode yang
mudah diterima dalam melaksanakan tugas spesifik dalam bentuk
urutan suatu tindakan. Prosedur mengidentifikasikan proses atau
langkah yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kebijakan
biasanya terdapat pada manual di tingkat unit organisasi.
g. Aturan
Aturan atau regulasi adalah rencana yang membatasi tindakan
spesifik atau sesuatu yang bukan tindakan. Sebagai bagian pernyataan
kebijakan dan prosedur, aturan menjelaskan situasi yang
memungkinkan hanya satu pilihan tindakan. Karena aturan adalah
jenis perencanaan yang paling kurang flesibel dalam hirarki
perencanaan, sebaliknya jumlah aturan dalam organisasi dibatasi.

13
B. Ketenagaan
1. Unsur Input
a. Pasien
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan medis/keperawatan yang terganggu
kondisikesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO). RSUD
Muntilan ditetapkan menjadi rumah sakit kelas C pada tahun 1988
melalui keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 105/ Menkes/ SK/
1988.
RSUD Muntilan Pada tahun 1988 berkembang dan ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Tipe C berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No:105/Menkes/SK/1988. Kemudian pada tahun 2002
ditetapkan sebagai Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum
Kabupaten Magelang melalui Perda No.14 tahun 2022 tentang
Pembentukan Badan Pelayanan Kesehatan Kabupaten Magelang.
Pada tahun 2011 mendapat status akreditasi penuh tingkat lanjut
melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI YM.01.10/III/504/2011
tentang pemberian status akreditasi penuh tingkat lanjut kepada
RSUD Muntilan. Pada tahun 2013 ditetapkan sebagai RS dengan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PKK-BLUD)
secara penuh. Pada tahun 2016 mendapat predikat lulus akreditasi
“Tingkat Madya (Bintang Tiga)” dan tahun 2019 mendapat predikat
lulus akreditasi “Tingkat Paripurna (Bintang Lima)” dari Komisi
Rumah Sakit yang berlaku sejak 20 November 2019 sampai 19
November 2022.
b. Peserta Didik
Pendidikan dan praktik keperawatan profesional merupakan
aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon
perawat profesional secara komprehensif dalam hal pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. RSUD Muntilan merupakan rumah sakit tipe
C yang menyediakan wahana pendidikan, pelatihan dan penelitian di
bidang kesehatan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas seperti

14
khususnya untuk Residen, Mahasiswa, dan Kepaniteraan Magang
yang akan melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan di RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang. Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia
(IRSPI) yang dikutip oleh Aditama (2003) menyatakan bahwa untuk
menjadi rumah sakit pendidikan perlu memiliki sumber daya yang
profesional seperti:
1) Organisasi
2) Sarana dan fasilitas medik maupun penunjang
3) Jumlah dan variasi theaching material
4) Budaya profesional dan atmosfer akademik
5) Transformasi perilaku pada peserta didik
6) Perpustakaan
7) Komitmen segenap pihak yang terkait
c. Tenaga Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses
membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga yang
butuhkan dan dengan kriteria seperti apa pada suatu unit untuk setiap
shiftnya. Untuk penetapan ini ada beberapa rumus yang
dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk menetapkan rumus ini juga
dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga
yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih. Rumus tersebut antara
lain:
1) Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawatn secara kuantitatif dapat dirumuskan
dengan perhitungan sebagai berikut :
Tenaga Perawat (TP) =
Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/tahun
Jumlah hari kerja perawat/tahun x jam kerja perawat/hari
Atau

Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365

(365 – C )x jam kerja /hari

15
Keterangan :
A: Jam kerja efektif/24 jam waktu perawatan yang dibutuhkan
pasien/hari
B: Rata – rata jumlah pasien per hari BOR x Jumlah tempat tidur
C: Jumlah hari libur, 365 = jumlah hari kerja dalam 1 tahun
2) Menurut Depkes, 2005
Menurut Depkes, modal pendekatan yang dapat digunakan
dalam kerja yang ada pada rumah sakit. Penetapan didasarkan
klasifikasi pasien penghitungan tenaga keperawatan di rumah
sakit memperhatikan unit dengan cara penghitungan adalah:
a. Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan kasus
b. Rata-rata pasien/hari
c. Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
d. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
e. Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari
Dirumuskan sebagai berikut:
- Tenaga keperawatan rawat inap bedah :

Jumlah jam perawatan/ ruangan / hari


Jam kerja efektif/ shift

- Tenaga keperawatan rawat jalan :


Jumlah jam perawatan efektif x rata-rata
jumlah pasien setiap hari
Jam kerja efektif/shift

Perhitungan tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)


yang terdiri dari:
- Loss day (Hari libur/cuti/hari besar):

Jumlah hari minggu/th + cuti + hari besar x keb.tenaga


Jumlah hari kerja efektif/th

16
- Non nursing job
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan seperti contohnya membuat perincian pasien
pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat makan pasien, dll.
Diperkirakan 25 % dari jumlah jam pelayanan keperawatan

Kebutuhan tenaga + loss day x 25 %

a. Asuhan keperawatan minimal, kriterianya:


1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
b. Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
c. Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria:
1) Sebagian besar aktivitas dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 - 4 jam sekali
3) Terpasang volley cateter, input output dicatat
4) Terpasang infuse
5) Pengobatan lebih dari sekali
6) Persiapan pengobatan perlu prosedur
d. Perawatan maksimal (total), dengan kriteria:
1) Segala aktivitas diberikan perawat
2) Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, terapi intravena
4) Penggunaan suction
5) Gelisah / disorientasi

17
C. Perorganisasian
1. Pengertian
Pengorganisasian adalah pengelompokan atau pengaturan kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi,
komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertical atasan
atasan dan horizontal atau bawahan ( Depkes RI, 2001). Menurut Hersey
dan Blanchard (1997) dalam La Monica (1998) pengorganisasian adalah
kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan individu,
menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok manajer
mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik.
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan
kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi
kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini
mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus
melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang
melaporkan ke siapa, dan di mana serta kapan keputusan harus diambil oleh
seorang perawat. Berbicara tentang siapa yang harus melakukan apa maka
analisis kebutuhan tenaga harus tepat baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Hal yang harus menjadi pertimbangan guna menjawab pertanyaan
siapa yang harus melakuakan apa diantaranya menurut Siagian (2007)
adalah 1) merumuskan klasifikasi jabatan, 2) analisis pekerjaan, 3)
diskripsi pekerjaan agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkanKoordinasi dalam sebuah organisasi sangatlah penting,
baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Untuk menciptakan
koordinasi antar pos yang harmonis dan tidak sampai tumpang tindih
kegiatan, struktur harus di buat dengan jelas dan dapat menggambarkan
pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing pos
Siapa berhubungan dengan siapa, dan dalam hal apa. Interaksi antar
individu menjadi salah satu kunci yang menentukan lancar tidaknya roda
organisasi pelayanan keperawatan.

18
Melalui interaksi akan terjadi komunikasi antar anggota yang dapat
dijadikan alat untuk menyampaikan informasi, instruksi, perintah, teguran,
berbagi pengalaman, koordinasi, kerjasama dan lain lain. Interaksi dalam
suatu organisasi pelayanan keperawatan dapat terjadi secara horisontal,
vertikal maupun diagonal. Interaksi secara horizontal dapat terjadi pada
level yang sama, misal antar antar kepala ruang, antar ketua tim atau antar
perawat primer. Interaksi secara vertikal dapat terjadi antara ketua tim
/perawat primer dan kepala ruang, perawat pelaksana dan ketua
tim/perawat primer. Interaksi secara diagoanl dalam ruang keperawatan
dapat terjadi antara perawat dan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, ahli
gizi, analis, dan lain lain).

2. Tipe Pengorganisasian
Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan
metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan. Beberapa tipe
organisasi dilihat dari strukturnya. Secara umum struktur organisasi dibagi
menjadi tiga macam yaitu:
a. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia,
organisasi lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang
terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan
satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan, segala
kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan
yang diutamakan adalah wewenang dan perintah. Organisasi lini lebih
cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah karyawan sedikit,
sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan dan kegiatan organisasi
yang sederhana. Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan
pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat, kesatuan
arah dan perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan
lebih mudah. Kelemahannya adalah keputusan sering kurang
sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar benar dapat memegang
kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan.

19
b. Organisasi Staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini.
Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan
satuan organisasi sataf yang berperan sebagai pembantu pimpinan.
Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah individu ahli sesuai
dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang
mampu membantu memecahkan masalah organisasi. Pengambilan
keputusan berada di tangan pimpinan.
Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih baik,
kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih
lama.
c. Organisasi Lini dan Staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk
organisasi ini, staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf
juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut.
Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat
kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide tetapi juga harus
melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan
keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab
pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan
perhatian pada masalah yang lebih penting serta pengembangan bakat
dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung
jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan
memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan
pelaksana jika staf tidak mengetahui batas batas wewenangnya.

3. Kegiatan Pengorganisasian
Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen
keperawatan yang biasa dilakukan oleh manajer keperawatan adalah
seperti berikut ini:
a. Mengelompokkan dan membangi kegiatan yang harus dilakukan oleh
staf dibagi habis sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya.

20
b. Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar
komunikasi baik dan mendukung kegiatan sehari hari.
c. Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan
secara sukarela dan optimal tanpa ada rase curiga antar perawat

4. Tujuan Pengorganisasian
Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan pengorganisasian dalam
manajemen keperawatan sebagai berikut:
a. Pencapaian tujuan organisasi.
b. Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien.
c. Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang efektif
antara perorangan dan kelompok.
d. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui
penyusunan struktur organisasi yang baik.
e. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat.
f. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif
melalui supervisi.
g. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin
terjadi dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting.
(Swansburg & Swansburg, 1999).

5. Prinsip Pengorganisasian
Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam
mencapai tujuan organisasi, ada empat prinsip yang harus Anda perhatikan.
Ada empat prinsip tersebut adalah: Pembagian kerja, pendelegasian tugas,
koordinasi, dan manajemen waktu. Berikut ini penjelasan masing-masing
prinsip dalam pengorganisasian yang penting Anda perhatikan, yaitu:
a. Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis
kepada semua staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk
mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk menghindari kesalahan maka
manajer perawat hendaknya mengerti karakteristik tugas, tanggung
jawab dan wewenang stafnya. Job description, pengembangan

21
prosedur dan deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu
pembagian kerja
b. Pendelegasian, menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung
jawab kinerja atas suatu tugas dari satu individu kepada individu lain
sedangkan pertanggung jawaban tetap tergantung hasilnya.
Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas
kewenangan tertentu, Dalam pendelegasian mengandung unsur
mentoring dan regenerasi yang baik atau alami serta memiliki nilai
bagaimana mengelola sumber daya yang efektif dan efisien dengan
kemampuan terbatas, Menurut Rose K.N (2008) dalam Kurniadi,
2013 pendelegasian yang baik harus melihat The five right of
delegation meliputi : tugas/pekerjaan, lingkungan sekitarnya, orang
yang ditunjuk, adanya pengarahan/ komunikasi yang baik dan
dilakukan supervisi atau evaluasi.
c. Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan
hubungan dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan
agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi keselarasan
tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada di
tempat kerja. Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara: 1)
membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun
bawahan, 2) membiasakan melakukan rapat formal (rapat resmi, pre
dan post conferent), 3) melakukan pelaporan dan pencatatan yang
teratur dan berkelanjutan, 4) membuat pembakuan formulir–formulir
yang dipakai dalam semua kegiatan sebagai bukti tanggung jawab
dan tanggung gugat.
d. Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk
melakukan aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu
merupakan capaian keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil
dalam mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang
efektif dengan cara:
1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan

22
kategori kegiatan,
2) Memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada,
3) Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan,
mendesak, dan tidak mendesak/rutin,
4) Mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan.

6. Metode Pelayanan Keperawatan


Pengorganisasian pelayanan di Ruang perawatan mengacu pada
metode asuhan keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa metode yang digunakan dan bentuk struktur pengorganisasian
kerja yang digunakan supaya efektif dan efisien.
a. Metode Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan
kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk semua
klien yang ada di unit tersebut. Metode ini berkembang ketika perang
dunia II, akibat kurangnya perawat profesional, maka banyak direkrut
tenaga pembantu perawat. Mereka dilatih minimal cara merawat,
diajarkan tugas yang sederhana dan berulang seperti menyuntik, ukur
tekanan darah, mengukur suhu, merawat luka dan sebagainya.
Awalnya hal tersebut bersifat sementara, karena keterbatasan tenaga
perawat yang ada, namun dalam kenyataannya hal tersebut tetap
bertahan sampai saat ini, khususnya di Indonesia. Contoh: Perawat A
tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital serta penyuapi pasien, dan perawat C bertugas untuk
merawat luka dan sebagainya.
Kelebihan:
1) Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu.
2) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
tugas.
3) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas sederhana

23
4) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian:
1) Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak memungkinkan
untuk melakukan keperawatan secara holistic
2) Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan
klien danmelaksanakan pekerjaan non keperawatan.
3) Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit
diidentifikasikontribusi terhadap pelayanan
4) Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai
keterampilan saja.

Gambar 2. 1 Struktur Model Asuhan Keperawatan Fungsional


b. Model Asuhan Keperawatan Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat kepada sekelompok klien yang dipimpin oleh
perawat teregistrasi dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan
dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh
pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua Tim bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan.
Keuntungan:
1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif

24
2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
3) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui
rapat tim. Cara ini efektif untuk belajar
4) Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang
berbeda-bedadengan aman dan efektif.
Kelemahan:
1) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat
tim ditiadakan atau terburu-buru, sehingga dapat mengakibatkan
komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelancaran tugas terhambat
2) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman
cenderung tergantung atau berlindung kepada anggota tim
yangmampu atau ketua tim
3) Akuntabilitas dalam tim kabur
Berikut ini bentuk pengorganisasian manajemen keperawatan
dengan metode tim di ruang perawatan.

Gambar 2. 2 Struktur Model Asuhan Keperawatan Tim

Dalam Struktur pengorganisasian kerja dengan model Tim


tergambar bahwa sekelompok pasien diasuh oleh 1 tim perawat.
Setiap tim akan memiliki anggota tim yang terdiri dari beberapa

25
perawat untuk mengasuh beberapa pasien yang menjadi kelolaan yang
konsisten mulai masuk sampai keluar RS.
c. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk
satu atau beberapaklien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama
periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan
bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima laporan
tentang pelayanan keperawatan klien.
Berikut ini keuntungan dengan kerugian metode tim dalam
pengelolaan pelayanan/ asuhan keperawatan:
Keuntungan:
1) Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
2) Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang
komprehensif
3) Memotivasi perawat selalau bersama klien selama bertugas,
tugas nonkeperawatan dapat dilakukan oleh bukan perawat
4) Mendukung penerapan proses keperawatan
5) Kepuasan kerja secara keseluruhan dapat dicapai
Kerugian:
1) Beban kerja tinggi terutama jika klien banyak sehingga tugas
yang sederhana terlewatkan
2) Peserta didik sulit untuk memperoleh ketrampilan khusus yang
tidak dilakukan pada klien yang menjadi kelolaannya : misal
kateterisasi, NGT dsb.
3) Pendelegasian tugas tertentu
4) Kelanjutan perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien bertugas

26
Gambar 2. 3 Struktur Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien

Dalam gambar terlihat bahwa satu perawat bertanggung jawab


mengasuh beberapa pasien, contoh perawat B mengelola 3 pasien dan
bertanggung jawab kepada Kepala Ruang demikian juga perawat A
dan C akan mempunyai pasien kelolaan. Sedikit berbeda dengan tim,
perawat anggota mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan
kepada ketua tim. Model alokasi memungkinkan perawat
bertanggungn jawab langsung kepada kepala ruang.
d. Model Asuhan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat profesional bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24
jam/hari. Metode ini dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung
jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, Implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit
hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat
primer yang dibantu oleh perawat asosiet. Keperawatan primer ini
akan menciptakan kesempatan untukmemberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada
pasien. Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatanpasien
dibawah tanggung jawab perawat primer, dan perawat assosiet yang
akan melaksanakan rencana asuhan keperawatan dalam tindakan
keperawatan.

27
Keuntungan:
1) Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab
dan tanggunggugat meningkat
2) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan
3) Meningkatnya hubungan antara perawat pasien
4) Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan
5) Metode ini mendukung pelayanan professional
6) Terciptanya kolaborasi yang baik
Kelemahan:
1) Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana
harus perawat profesional
2) Biaya yang diperlukan mahal

Gambar 2. 4 Struktur Model Asuhan Keperawatan Primer


Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan
kualifikasi tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat
profesional (Register Nurse) yang mengasuhpasien mulai pengkajian,
penentuan diagnosa, membuat rencana, melakukan implementasi dan
evaluasi. Dalam kegiatan implementasi perawat primer dibantu oleh
perawat assosiet. Jadi peran perawat assosiate adalah membantu saat
pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6
klien/pasien selama 24 jam.

28
e. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model asuhan
keperawatan primar dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (perawat
trampil) untuk sekelompok kliendari mulai masuk rumah sakit sampai
pulang, disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode
ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, trampil dan memiliki
kemampuan memimpin. Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien.
Semua model di atas dapat digunakan untuk mengorganisasikan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai situasi dan kondisi ruangan,
jumlah perawat serta kemampuanperawat yang ada. Jumlah perawat
yang ada harus seimbang sesuai dengan jumlah klien. Selain itu
kategori pendidikan tenaga keperawatan yang ada perlu diperhatikan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang akan dibebankan.

D. Pengarahan
1. Pengertian
Sumber daya manusia menjadi modal utama dalam terselenggaranya
roda organisasi pelayanan kesehatan. Seorang manajer keperawatan harus
dapat mengelola SDM agar dapat bekerja efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui fungsi penggerakan. Henry
Fayol dalam Siagian (2007) menyebut penggerakan sebagai commanding
atau directing, sedangkan George R Terry (1993) menggunakan istilah
actuating yaitu sebagai upaya atasan untuk menggerakkan bawahan.
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang
mengikat. Para bawahan digerakkan supaya mereka bersedia
menyumbangkan tenaganya untuk secara bersama- sama mencapai tujuan
suatu organisasi. Pengarahan dalam organisasi bersifat sangat komplek
karena menyangkut manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang
berbeda- beda (Muninjaya, 1999).

29
2. Makna Pengarahan
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:
a. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat
pelaksana.
b. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan.
c. (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai
jam pulang.
d. (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frequensi
seharusnya dikerjakan.
e. (Why) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan.
f. (Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing.

3. Tujuan Pengarahan
Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada lima yaitu :
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik,
efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalam
menggerakkan bawahannya, misalnya melalui supervisi tindakan
keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada
minimalnya kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat
bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat dari
tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruang.
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf
Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait dengan
fungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi
bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya
secara mandiri.
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan
kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi
apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan
menyukai pekerjaan.

30
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staf. Pemimpin yang baik adalah yang
mampu menciptakan suasana lingkungan yang kondusif dan
menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis, kepemimpinan
yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja
dan meningkatkan prestasi kerja perawat pelaksana.
e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal
yang bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah
semua perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan
membuat organisasi berkembang lebih dinamis.

4. Unsur Pengarahan
Pengarahan atau disebut juga penggerakan merupakan upaya
mempengaruhi staf agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, agar dapat mengarahkan dan menggerakan bawahan maka
ada beberapa unsur yang perlu dipahami dan diperhatikan oleh manajer
keperawatan. Unsur-unsur tersebut adalah: kepemimpinan, motivasi,
komunikasi.
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang
mengerjakan apa yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya
(Truman dalam Gillies, 1996). Kepemimpinan merupakan
penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain untuk
melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah
serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok
bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily, Lancoster
& Lancoster, 1989). Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana
satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan
kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996). Sedangkan

31
menurut Ngalim Purwanto (1993: 26). "Kepemimpinan sebagai suatu
bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu,
biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga
tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting
tulang memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-
tujuan organisasi”.
b. Motivasi
Motivasi menjadi unsur penting fungsi pengarahan dalam
keperawatan, karena kita tahu bahwa pelayanan keperawatan
memiliki kontribusi yang besar terhadap mutu layanan kesehatan.
Rendahnya kinerja perawatan akan mempengaruhi mutu pelayanan
keperawatan, sebaliknya bila kinerja perawat baik maka akan dapat
meningkatkan mutu layanan.
Kinerja perawat baik, bukan hanya karena perawat bersedia
melakukan dan menyelesaikan tindakan keperawatan secara rutin saja,
tetapi yang terpenting adalah perawat melakukan tindakan didasari
dorongan atau motivasi diri. Motivasi internal yang kuat akan
memberikan dampak yang langgeng bagi seorang perawat dalam
melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien. Hal ini didukung
oleh Hasibuan (2005) yang menyatakan bahwa motivasi adalah hal
yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia
supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang
optimal. Lebih lanjut Wlodkowski (1985) menyatakan bahwa
motivasi merupakan kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence)
pada tingkah laku tertentu. Seorang manajer perawat harus mengenali
motivasi dan kebutuhan staf supaya dapat memicu kinerja perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang efisien dan efektif.
c. Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Penerapan komunikasi yang baik antara
manajer dan pelaksana keperawatan dapat menghindari persepsi salah

32
(missperception). Komunikasi bisa dilakukan secara vertikal (atas–
bawah) maupun horisontal (samping). Komunikasi yang baik adalah
komunikasi yang dilakukan secara terbuka antar dua orang atau lebih
untuk menyampaikan dan meneruskan pesan yang berharga dari dan
keluar organisasi. Komunikasi bisa dilakukan secara verbal maupun
non verbal. Seorang manajer perawat diharapkan dapat mengikuti
perkembangan teknologi informasi dengan menggunakan berbagai
media modern sebagai sarana mendapatkan informasi dan melakukan
komunikasi secara efektif, walaupun pada saat pimpinan tidak berada
di tempat. Implementasi komunikasi di dalam ruang rawat inap
dilakukan melalui kegiatan operan/timbang terima, conference (pre,
middle, post), diskusi kasus, ronde keperawatan, rapat-rapat dan
aktivitas lainnya.

5. Kegiatan Pengarahan
Berikut di bawah ini akan diuraikan 10 rambu-rambu kegiatan
pengarahan yang penting Anda ketahui menurut Douglas, yaitu:
a. Tentukan tujuan pengarahan yang realistis
b. Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgen
c. Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain
d. Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerja
dengan benar dan adil
e. Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan
berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan
mutakhir
f. Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikan
reward and punishment yang jelas dan tegas
g. Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dan
dimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf
h. Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasien
maupun situasi gawat lainnya
i. Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat

33
j. Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas
layanan secara teratur dan rutin

E. Pengendalian
1. Pengertian Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol (1998) mendefinisikan pengontrolan adalah
“Pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana
yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip
yang ditentukan”. Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi
kekurangan dan kesalahan agar dapat dilakukan perbaikan. Pengontrolan
penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul
isue dapat segera direspons dengan cepat dengan cara duduk bersama.
Menurut Mockler ( 1984 ), pengendalian dalam manajemen adalah
usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja agar sesuai
dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik
informasi, untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan
standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada deviasi dan
untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara
yang efektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan.
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang
dilakukan adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi
untuk menjamin mutu serta evaluasi kinerja.

2. Prinsip Pengendalian
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan dan
pengembangan fungsi pengawasan:
a. Pengawasan yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat
dimengerti oleh staf, hasilnya dapat diukur
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang penting
untuk meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi tercapai dengan

34
baik
c. Standar unjuk kerja (standart of performance) harus dijelaskan kepada
semua staf pelaksana. Kinerja staf dinilai oleh manajer sebagai bahan
pertimbangan memberikan reward kepada mereka yang mampu
bekerja profesional.

3. Manfaat Pengendalian
a. Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh
staf dalam kurun waktu tertentu,
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang
melaksanakan tugas
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah
digunakan dengan tepat dan efisien
d. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan?
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)

4. Karakteristik Pengendalian Yang Baik


Proses pengendalian yang dilakukan seorang manajer dikatakan
berhasil bila mengandung beberapa karakteristik seperti di bawah ini:
a. Menggambarkan kegiatan sebenarnya
b. Melaporkan kesalahan dengan tepat
c. Berpandangan ke depan
d. Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis dan penting
e. Bersifat obyektif
f. Bersifat fleksibel
g. Menggambarkan pola kegiatan organisasi
h. Bersifat ekonomis
i. Bersifat mudah dimengerti
j. Menunjukkan kegiatan perbaikan

35
5. Langkah-Langkah Pengendalian
Supaya kegiatan pengendalian/pengontrolan dapat berjalan secara
efektif, seorang manajer harus memperhatikan langkah-langkah
pengendalian. Berikut ini adalah langkah-langkah pengendaalian/
pengontrolan:
a. Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi
kerja
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
d. Mengambil tindakan korektif

6. Audit
Audit merupakan penilaian atau evaluasi dari pekerjaan yang telah
dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan.
Peralatan atau instrumen yang dipilih digunakan untuk mengumpulkan
bukti dan untuk mengevaluasi apakah standar yang telah ditetapkan telah
dilaksanakan dengan baik atau belum. Terdapat tiga kategori audit
keperawatan yaitu: Audit struktur, Audit proses, dan Audit hasil. Berikut ini
uraian dari ketiga kategori tersebut:
a. Audit Struktur
Adalah audit yang berfokus pada sumber daya manusia;
lingkungan perawatan (termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi,
kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medik); serta pelanggan
(internal maupun eksternal). Standar dan indikator diukur dengan
menggunakan cek list.
b. Audit Proses
Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan
untuk menentukan apakah standar keperawatan telah tercapai.
Pemeriksaan dapat bersifat restropektif, concurrent, atau peer review.
Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan
asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan
keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan

36
keperawatan sedang berlangsung. Peerreview adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
c. Audit Hasil
Adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa
keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa
efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum
dapat berupa BOR, aLOS, TOI, angka infeksi nosokomial (NI) dan
angka dekubitus.
Pada ruang perawatan yang menerapkan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP), pengendalian dapat diukur dalam
bentuk kegiatan pengukuran yang menggunakan indikator umum,
indikator mutu pelayanan, indikator pasien dan SDM seperti berikut
ini:
1) Indikator mutu umum:
a) Penghitungan lama hari rawat (BOR)
b) Penghitungan rata-rata lama di rawat (ALOS)
c) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (TOI)
2) Indikator mutu pelayanan keperawatan:
a) Keselamatan pasien (patient safety)
b) Keterbatasan perawatan diri.
c) Kepuasan pasien
d) Kecemasan
e) Kenyamanan
f) Pengetahuan
3) Kondisi Pasien:
a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan
b) Survey masalah baru
c) Kepuasan pasien dan keluarga
d) Penilaian kemampuan pasien dan keluarga
4) Kondisi SDM
a) Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter

37
b) Penilaian kinerja perawat
Berikut ini uraian tentang masing-masing indikator:
1) Indikator mutu Umum:
a) Penghitungan Tempat Tidur Terpakai ( BOR ) Bed
occupancy rate adalah presentase pemakaian tempat tidur
pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik
adalah 80 – 90 % sedangkan standar nasional BOR adalah
70 – 80 %. Rumus penghitungan BOR sbb:

Keterangan:
- Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien
dirawat dalam satu hari kali jumlah hari dalam satu
satuan waktu
- Jumlah hari per satuan waktu.
Kalau diukur per satu bulan, maka jumlahnya 28 – 31
hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
b) Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS) Average
Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini di samping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa tertentu yang
dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut).
Secara umum ALOS yang ideal antara 6 – 9 hari Di ruang
MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruangan
yang dibuat setiap bulan dengan rumus sbb:

38
Keterangan:
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari
perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu
periode waktu.
- Jumlah pasien keluar(hidup atau mati): jumlah pasien
yang pulang atau meninggal dalam satu periode waktu.
c) Penghitungan TOI (Tempat Tidur Tidak Terisi)
Turn Over Interval ( TOI ) adalah rata-rata hari tempat tidur
tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
hanya dalam waktu 1-3 hari. Di MPKP pengukuran TOI
dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap bulan
dengan rumus sbb :

Keterangan:
- Jumlah TT: jumlah total kapasitas tempat tidur yang
dimiliki
- Hari perawatan: jumlah total hari perawatan pasien yang
keluar hidup dan mati
- Jumlah pasien keluar: jumlah pasien yang dimutasikan
keluar baik pulang, mutasi lari, atau meninggal.
2) Indikator mutu pelayanan keperawatan:
a) Keselamatan pasien (patient safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman
dari kejadian jatuh, ulkus dekubitus, kesalahan pemberian
obat dan cidera akibat restrain.
b) Keterbatasan perawatan diri.
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar
manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain

39
sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut,
misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran
kemih, dll. Pelayanan keperawatan bermutu jika pasien
terpelihara perawatan dirinya dan bebas dari penyakit yang
disebabkan oleh hygiene yang buruk.
c) Kepuasan pasien
Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan
keperawatan yang bermutu adalah kepuasan pasien.
Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan
pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang
diharapkan.
d) Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak
nyaman yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan
sebagai ancaman. Kecemasan yang masih ada setelah
intervensi keperawatan, dapat menjadi indikator klinik.
e) Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau
nyeri terkontrol. Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika
pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa nyeri dan
menyakitkan
f) Pengetahuan
Indikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah
satunya diimplementasikan dalam program discharge
planning. Discharge planning adalah suatu proses yang
dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal
memenuhi kebutuhan pasien dari suatu tempat perawatan ke
tempat lainnya. Dalam perencanaan kepulangan, pasien
dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga,
fasilitas rehabilitasi, nursing home atau tempat tempat lain
diluar rumah sakit.

40
3) Indikator kondisi pasien
a) Survey Masalah Keperawatan
Survey masalah keperawatan adalah survey masalah
keperawatan yang dibandingkan dengan standar NANDA
untuk pasien baru/her opname yang dilakukan untuk satu
periode waktu tertentu (satu bulan).
b) Audit Dokumentasi
Asuhan Keperawatan Audit dokumentasi adalah kegiatan
mengevaluasi dokumen asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan oleh perawat pelaksana. Di MPKP kegiatan
audit dilakukan oleh kepala ruangan, pada status setiap
pasien yang telah pulang atau meninggal dan hasil audit di
buat rekapan dalam satu bulan.
c) Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, survey kepuasan pelanggan adalah
tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan
hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk
yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan
seseorang. Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang
MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan
tenaga kesehatan lain. Di ruang MPKP survey kepuasan
pasien dilakukan setiap pasien pulang, diberikan saat selesai
menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan pulang
dengan cara pasien dan keluarga mengisi angket yang
disediakan.

7. Standar
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal
sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan
sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding
(Marr dan Biebing, 2001). Menurut Asrul Azwar (1994) standar
menunjukan pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan diukur dalam

41
bentuk minimal dan maksimal, penyimpangan masih dalam batas atas yang
dibenarkan toleransi. Menurut Nursalam (2002) standar merupakan
pernyataan yang abash, model yang disusun berdasarkan wewenang,
kebiasaan, atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat
diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang
mutu pekerjaan seorag perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang
dirumuskan sebagi pedoman pemberian asuhan keperawatann serta sebagai
tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam,
2002). Menurut Gillies (1994) Standar Asuhan Keperawatan mempunyai
tiga tujuan, yaitu:
a. Meningkatkan mutu asuhan keperawatn dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan
b. Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan
asuhan keperawatan yang tidak penting.
c. Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan
dengan mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar
asuhan keperawatan serta menntukan bahwa kegaggalan dari perawat
untuk memenuhi standar, membahayakan pasien.
Standar Keperawatan yang dipakai di Indonesia sebagai dasar
pedoman dan instrumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan
disusun oleh DepKes (1997), yaitu:
a. Standar I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatn adalah data anamnesis, obserbvasi yang
paripuna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus tentang
keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan sehingga data
keperawatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim, data
pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokan data,
perumusan masalah.
b. Standar II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dan komponennya terdiri

42
dari masalah, penyebab, dan gejala (PES), bersifat aktual dan potensial
dan dapat ditanggulangi perawat.
c. Standar III. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan,
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan
dan rencana tindakan.
d. Standar IV. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawtan adalah pelaksanaan tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta
pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga.
e. Standar V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis, terencana
untuk menilai perkembangan pasien.
f. Standar VI. Catatan Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dialakukan secara individu oleh perawatn
selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan, digunaan sebagai
informasi, komunikasi, dan laporan, dilakukan setelah tindakan
dilakukan, sesuia dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap
mencatat harus mencantumkan atau paraf nama perawat, menggunaan
formulir yang baku, simpan sesuai peraturan yang berlaku.
Panduan asuhan keperawatan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau
masalah keperawatan, perencanaan, implementasi evaluasi dan
pencatatan asuhan keperawatan.

STANDAR I: Pengkajian
a. Pernyataan standar
Perawat mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

43
b. Kriteria pengkajian
1) Data tepat, akurat, dan lengkap
2) Terdiri dari data subjektif

STANDAR II: Perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan


a. Pernyataan Standar
Perawat menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
mengintepretasikan nya secara akurat dan logis untuk menegakan
diagnose dan masalah keperawatan yang tepat.
b. Kriteria perumusan diagnose dan atau masalah
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur keperawatan
2) Masalah dirumuskan sesaui dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan keperawatan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.

STANDAR III: Perencanaan


a. Pernyataan standar
Perawat merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan diagnose
dan masalah yang ditegakan.
b. Kriteria perencanaan
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan
secara komprehensif.
2) Melibatkan klien dan keluarga.
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, social budaya klien.
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada.

44
STANDAR IV: Implementasi
a. Pernyataan standar
Perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan secara
komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/ pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan
rujukan.
b. Kriteria
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
atau keluarganya
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privacy klien
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan
sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai standar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

STANDAR V: Evaluasi
a. Pernyataan standar
Perawat melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang telah diberikan sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

45
4) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien

STANDAR VI: Pencatatan asuhan keperawatan


a. Pernyataan standar
Perawat melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan
jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Kriteria pencatatan asuhan keperawatan
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah hasil analisis, mencatat diagnose dan masalah
keperawatan
P adalah penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti
tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensi:penyuuhan, dukungan, kolaborasi evaluasi/
follow up dan rujukan.

46
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISIS MANAJEMEN
PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG ICU/PICU RSUD
MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

A. Perencanaan
1. Profil dan Gambaran Umum RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
a. Profil RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan awalnya didirikan sebagai
Balai pengobatan oleh Pastor Vanlith yang dipimpin oleh Sr. Alfrida
Smulder pada tahun 1925. Pada tanggal 1 Juni 1946 Balai pengobatan
mulai dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan
dokter satu-satunya dr. Gondo Sumekto. Setelah itu pada tanggal 3
Februari 1977 Rumah Sakit tersebut dibeli oleh Bupati Magelang saat
itu Bp. Ahmad untuk dijadikan Rumah Sakit Umum. Pada tahun 1988
berkembang dan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe C berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No:105/Menkes/SK/1988. Kemudian
pada tahun 2002 ditetapkan sebagai Badan Pelayanan Kesehatan Rumah
Sakit Umum Kabupaten Magelang melalui Perda No.14 tahun 2022
tentang Pembentukan Badan Pelayanan Kesehatan Kabupaten
Magelang. Pada tahun 2011 mendapat status akreditasi penuh tingkat
lanjut melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI YM.01.10/III/504/2011
tentang pemberian status akreditasi penuh tingkat lanjut kepada RSUD
Muntilan. Pada tahun 2013 ditetapkan sebagai RS dengan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PKK-BLUD)
secara penuh. Pada tahun 2016 mendapat predikat lulus akreditasi
“Tingkat Madya (Bintang Tiga)” dan tahun 2019 mendapat predikat
lulus akreditasi “Tingkat Paripurna (Bintang Lima)” dari Komisi Rumah
Sakit yang berlaku sejak 20 November 2019 sampai 19 November 2022.
Nama RS : RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Pemilik : Pemerintah Kabupaten Magelang
Alamat : Jl. Kartini, No.13 Muntilan

47
Kode/Telp/Fax : (0293) 587004, (0293) 587017.
Fax. (0293) 587017
b. Visi
“Menjadi Rumah Sakit Pilihan Pertama dan Utama”
c. Misi
1) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang profesional bagi
semua lapisan masyarakat Kabupaten Magelang dan sekitarnya
termasuk pelaku wisata dengan berorientasi pada mutu dan
keselamatan pasien serta kepuasan masyarakat.
2) Menyediakan wahana pendidikan, pelatihan dan penelitian
dibidang kesehataan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas.
3) Menyelenggarakan tata kelola Rumah Sakit yang profesional,
efektif, efisien dan akuntabel.
4) Menyediakan sarana, prasarana yang tepat, aman, nyaman dan
berwawasan lingkungan.
d. Motto
Motto RSUD Muntilan dalam meningkatkan kinerjanya adalah
“Bermutu dalam bekerja, amanah dalam melayani”
e. Nilai Dasar Organisasi
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang dalam penyelenggaraan
kesehatan menjalankan nilai-nilai:
1) Keikhlasan,
2) Kejujuran,
3) Kedisiplinan,
4) Kebersamaan,
5) Kepedulian, dan
6) Integritas
f. Budaya Kerja Pelayanan
1) Profesional
Budaya kerja profesional adalah budaya kerja yang sesuai dan
mengacu pada standar yang sudah ditetapkan dengan berorientasi
pada mutu dan keselamatan serta kepuasan pasien.

48
2) Inovatif
Budaya kerja inovatif adalah bagaimana setiap karyawan RSUD
Muntilan dapat menghasilkan produk yang baru untuk pelayanan,
baik berupa solusi ataupun gagasan dengan mendayagunakan
pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulasi dan
lingkungannya.
3) Kompetitif
Perkembangan kondisi Rumah Sakit dan regulasi yang mengatur
pelayanan pasien di Rumah Sakit, mengharuskan RSUD Muntilan
mempersiapkan diri untuk berkompetisi dan bersaing dengan
Rumah Sakit sekitarnya. Budaya kerja kompetitif adalah budaya
kerja yang harus dimiliki oleh semua karyawan RSUD Muntilan
untuk bisa unggul dalam persaingan dan kompetisi tersebut.
4) Humanis
Budaya kerja yang humanis adalah budaya kerja yang
mengedepankan nilai dan kedudukan manusia. Budaya kerja
humanis di RSUD Muntilan diimplementasikan melalui pola 5 S
(Senyum, salam, sapa, santun, sabar). Selalu tersenyum saat
melayani dalam situasi apapun, mengucapkan salam saat
membuka komunikasi dengan pasien dan keluarga, menyapa
pasien dan keluarga, santun dan selalu sabar dalam melayani
pasien dan keluarga.
g. Gambaran Ruang ICU/PICU
Pelayanan Ruang ICU/PICU di RSUD Muntilan diperuntukkan
dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis dewasa dan anak
yang bertujuan untuk memberikan pelayanan medik tertitrasi dan
berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan berdasar
orientasi organ.
Ruang ICU/PICU memiliki tempat tidur 10 bed, memiliki nursing
station, ruang rapat, ruang kepala instalasi, ruang dokter jaga, ruang
perawat pria/wanita, pentry staf, ruang apotik satelit, ruang alat BSB,

49
ruang linen, dapur, ruang spoel hoek, ruang APD dan alat bersih, toilet
pria/wanita, dan ruang tunggu keluarga pasien.
Analisa Data:
Dari gambar 3.1 Struktur organisasi ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
merupakan struktur organisasi terbaru. Namun yang ada diruang
ICU/PICU masih struktur organisasi yang belum diperbaharui (lama).

Gambar 3. 1 Gambar Denah Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan


Kabupaten Magelang Tahun 2023
3.1

Analisa Data:
Dari gambar 3.1 merupakan Denah ruang ICU/PICU RSUD Muntilan.
Namun diruang ICU/PICU tidak terdapat gambar denah ruangan.

50
2. Sarana dan Prasarana
Tabel 3. 1 Standart Fasilitas Peralatan di Ruang ICU/PICU RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang
No Jenis Kelengkapan Jumlah Yang Kondisi Keterangan
Alat Dimiliki
1 Ventilator Ruangan 10 Baik -

2 Ventilator Transport 3 Baik -

3 Alat Hisap Lendir 3 Baik -

4 Alat Monitor Tekanan 10 Baik -


Darah, ECG, Saturasi
Oksigen
5 Suhu/Termometer 5 Baik -

6 Defibrillator 1 Baik -

7 Alat Pengatur Suhu 1 Baik -


Pasien
8 Infus Pump 11 Baik -

9 Syringe Pump 11 Baik -

10 Double Track 4 Baik -

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

Tabel 3. 2 Standart Alat Keperawatan di Ruang ICU/PICU RSUD


Muntilan Kabupaten Magelang
No Nama Alat Jumlah Kondisi Alat Keterangan

1 Bed Pasien 10 Baik -

2 Sentral Monitor 2 Baik -

3 Alat Ukur Kelembaban Udara 1 Baik -


di Ruang
4 Troly Emergency 2 Baik -

5 Standart Infus 10 Baik -

6 Suction 3 Baik -

7 Expilator valve set Hamilton 4 Baik -


(Neo)
8 expilator valve set Hanilton 4 Baik -
(adult)
9 Flow senso Hamilton (pedi) 4 Baik -

51
10 Breathing set neonat Hamilton 4 Baik -

11 Expilatory bacterial filter 6 Baik 1 masih di


bennet cssd

12 Humidifier thamber maguate 1 Baik -

13 Manometer oksigen 25 Baik -

14 Conector oksigen 13 Baik -

15 EKG 1 Baik -

16 Tabung oksigen besar 1 Baik -

17 Tabung oksigen kecil 1 Baik -

18 Laringoscope 7 Baik -

19 Oximetri portable 2 Tidak baik Rusak

20 Stetoskop Anak 1 Baik -

21 Stetoskop Dewasa 5 Baik -

22 Bengkok 8 Baik -

23 Kom besar 4 Baik -

24 X-Ray 1 Baik -

25 Ambu Bag 6 Baik -

26 Troly tindakan 4 Baik -

27 Meja operan 10 Baik -

28 Lemari pasien 10 Baik -

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

Tabel 3. 3 Standart Alat Rumah Tangga di Ruang ICU/PICU RSUD


Muntilan Kabupaten Magelang
No Jenis Linen Jumlah Kondisi Keterangan

1 Seprei 23 Baik -

2 Stik Laken 25 Baik -

3 Sarung Bantal 26 Baik -

4 Bantal 17 Baik -

52
5 Selimut 18 Baik -

6 Perlak pasien 15 Baik -

7 Handuk 10 Baik -

8 Baju pasien 23 Baik -

9 Jas petugas 44 Baik -

10 Baju kerja 37 Baik -

11 Ciput 13 Baik -

12 Cap 10 Baik -

13 Jilbab 30 Baik -

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

Tabel 3. 4 Standart Alat Rumah Tangga di Ruang ICU/PICU RSUD


Muntilan Kabupaten Magelang
No Nama Alat Rumah Jumlah Kondisi Keterangan
Tangga
1 Gelas 10 Baik -

2 Sendok 10 Baik -

3 Kitchen Set 1 Baik -

4 Galon Aqua 3 Baik -

5 Rak Jemuran 1 Baik -

6 Ember Bak 3 Baik -

7 Gayung 3 Baik -

8 Panic Bascom 2 Baik -

9 Keset 1 Baik -

10 Kapstok/Hanger 3 Baik -

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

53
Tabel 3. 5 Peralatan Kantor di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang
No Nama Alat Jumlah Kondisi Keterangan

1 1 set komputer : 2 Unit Baik -


keyboard
2 CPU 2 Baik -

3 Meja Komputer 3 Baik -

4 Meja Kerja 6 Baik -

5 Kursi Pegawai 14 Baik -

6 Kursi Pasien 6 Baik -

7 ATK Sesuai Sesuai -


Kebutuhan Kebutuhan
8 Lemari Instrumen 2 Baik -

9 Lemari Kaca 3 Baik --

10 Almari Etalase 4 Baik -

11 Rak Kayu 2 Baik -

12 Dispenser 2 Baik -

13 Printer Canon 1 Baik -

14 AC 10 Baik -

15 Kursi Kantor 14 Baik -

16 Locker Pegawai 2 Baik -

Sumber : Data inventaris ICU

Tabel 3. 6 Standart Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang


ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
No Jenis Alat Pencatatan Jumlah Kondisi Keterangan
dan Pelaporan
1 Buku Laporan Pasien 1 Baik -
2 Buku Register 1 Baik Pengisian sudah
dilakukan secara
online/Google Drive
3 Buku Sensus Inos 1 Baik -
4 Form Sensus Harian 35/Bulan Baik Dalam sehari
menerima ± 4 pasien
5 Buku Invenstaris Alkes 1 Baik -
6 Buku Mutasi Alkes 1 Baik -

54
7 Form Permintaan Logistik 1 Baik -
ATK
8 Buku Monitong Saffty 1 Baik -
9 Buku Bantu Rice Resiko 1 Baik -
10 Form Flow Chart 240/Bulan Baik Dalam sehari
menghabiskan ± 10
form
11 Form Konsultasi 60/Bulan Baik Dalam sehari
menghabiskan ±5
form
12 Form Keluar ICU 40/Bulan Baik Dalam sehari
menghabiskan ± 3
form
13 Form Transport dan Serah 40/Bulan Baik Dalam sehari
Terima Pasien menghabiskan ± 5
form
14 Form Assesemen Pasien 40/Bulan Baik Dalam sehari
Tahap Terminal menghabiskan ± 8
form
15 Form Askep Tahap 20/Bulan Baik Sesuai dengan
Terminal Kebutuhan/tidak
menentu
16 Form Pre Operasi 20/Bulan Baik Perbulan
menghabiskan ±10
form
17 Form Infom Consen 40/Bulan Baik Sehari menghabiskan
Tindakan ±10
18 Form Infom Consen 20/Bulan Baik Tidak menentu, biasa
Tindakan Tranfusi Darah perbulan
mengahabiskan ±7
form
19 Form APS 10/Bulan Baik Tidak menentu, karna
pasien mengikuti SOP
perawatan di ruang
ICU

20 Form Rujukan 10/Bulan Baik Tidak menentu


21 Form Surat Kematian 20/Bulan Baik Tidak menentu
22 Form Permintaan 60/Bulan Baik Sehari mengahabiskan
Laboratorium ±10 form
Sumber : Data inventaris ICU

Analisa Data :
Ruang ICU/PICU sudah memiliki kelengkapan alat medis ataupun alat non
medis yang cukup. Namun, masih perlu diperhatikan dengan kesesuaian
standart minimal alat non medis dan medis yang harus dimiliki ruangan dan
memiliki ruangan khusus dan tertata rapi agar tidak tercampur dengan
peralatan lainnya seperti baju/jas kerja yang bisa di gabungkan diruangan

55
linen dengan lemari yang berbeda. Terkhusus alat-alat yang sudah rusak
atau dalam masa perbaikan bisa dimasukkan kedalam ruang khusus alat-
alat/gudang. Beberapa ruang kurang tertata rapi,meletakkan barang dan alat
yang bukan pada tempatnya.
Ruang linen memiliki beberapa perlengkapan yang cukup tetapi kurang
tertata rapi. Kebutuhan kursi yang kurang untuk pasien dan pegawai, lebih
baik ditambah.

Tabel 3. 7 Kajian Planning di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan


Kabupaten Magelang
No Standar Dilakukan Metode Dokumen Keterangan
Ya Tidak
1 Pembuatan Studi dokumen Ada Jadwal dinas
jadwal dinas dan dicatat di buku
wawancara permintaan
sebelum tanggal
19 setiap
bulannya,
kemudia jadwal
dapat diliat oleh
perawat dan staf.

2 Perencanaan Wawancara Ada Koordinasi


koordinasi dilakukan dengan
lisan dan bersifat
accidental serta
melakukan
pengurusan
hingga bagian
SDM.

3 Perencanaan Wawancara Ada Pengajuan


tahunan kepala dan studi pengadaan
ruang: dokumen perlatan dilakukan
Pengajuan sesuai kebutuhan.
peralatan Jika ada peralatan
Perencanaan yang rusak akan
pengembangan dilaporkan.
staf dan Perencanaan
kebutuhan pengembangan
tenaga staf (pelatihan
Pengajuan cuti bagi perawat)
dilakukan setiap
tahunnya yang
sudah tertulis
dalam RKT (
Rencana Kerja
Tahunan) saat
dilakukan
wawancar,

56
kebutuhan tenaga
telah tercukupi
tidak ada
pengajuan tenaga
tambahan. Jadwal
pembagian massa
cuti (cuti Panjang,
cuti melahirkan,
cuti bebas tugas)
bagi perawat
dibagi dengan
melihat kondisi
ruangan dan
waktu
pengambilan cuti.
Disusun per tahun
dan bisa diajukan
paling tidak 2
minggu sebelum
cuti, kecuali bila
ada alasan khusus.

Jumlah 5 0

Presentase : 5/5 x100 % 100%

Sumber : Hasil observasi, wawancara dan studi dokumen

Analisa Data :
Perencanaan yang telah dilakukan oleh kepala ruang meliputi rencana
dinas masing-masing perawat dengan ketentuan jadwal bulan selanjutnya,
pada proses pembuatan jadwal, staff diperbolehkan mengajukan permintaan
terbatas mengenai jadwalnya yang ditulis dalam buku tukar dinas. Setelah
jadwal selesai dibuat oleh kepala ruang, dokumen tersebut diserahkan ke
bidang keperawatan untuk diinputkan secara online. Kepala ruang
mengumpulkan jadwal dinas ke Instalasi ICU sebelum tanggal 19 setiap
bulannya. Setelah itu, jadwal dinas tersebut diinputkan oleh penanggung
jawab SDM di bidang keperawatan. Akan tetapi, perawat diberi keringanan
berupa dalam satu bulan diperbolehkan tukar jaga dan harus melaporkan
kepada kepala ruang dengan tidak mendadak dan menuliskannya dalam
buku tukar dinas.
Hal-hal yang berkaitan dengan koordinasi dilakukan secara terencana
ataupun tanpa perencanaa terlebih dahulu. Pengajuan kebutuhan logistic
dan peralatan ruangan diatur melalui perencanaan ke bagian logistic

57
instalasi, kepala ruang akan mengajukan bahan medis habis pakai apabila
stok sudah tinggal sedikit. Apabila terdapat alat yang rusak, makan akan
dilaporkan. Pengembangan staf dilakukan setiap adanya sesi pelatihan yang
diadakan oleh pihak rumah sakit.
3. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit (K3RS)
Tabel 3. 8 Laporan Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit (K3RS) Instalasi Intensive Care Unit (ICU) & Pediatric
Intensif Care Unit (PICU) RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Tahun
2022
No Kegiatan Target Hasil Capaian
Capaian Oktober November Desember
1 Identifikasi jenis Teridentifikasi Terlampir, Daftar Terlampir, Daftar Terlampir, Daftar
resiko yang ada beberapa jenis resiko keselamatan risiko keselamtan risiko
di instalasi ICU resiko kerja di dan Kesehatan dan kesehatan keselamatan dan
Instalasi ICU kerja di Instalasi kerja di Instalasi kesehatan kerja di
ICU ICU Instalasi ICU
2 Pelayanan Kesehatan Kerja
Pengobatan SDM Nol kejadian 4 karyawan sakit 4 Karyawan sakit 0 karyawan sakit
yang menderita sakit
sakit/covid
Pemberian 1 x sepekan 4 kali dalam 4 kali dalam 4 kali dalam
makanan sebulan terlaksana sebulan terlaksana sebulan
tambahan terlaksana
Pemberian Semua 20 karyawan 20 karyawan 20 karyawan
vaksinasi covid karyawan tervaksinasi tervaksinasi tervaksinasi
instalasi ICU booster ke 2 booster 2, 4 booster ke 2
tervaksin 4 karyawan belum karyawan belum 4 karyawan
tervaksinasi tervaksinasi belum
booster ke 2 booster ke 2 tervaksinasi
booster ke 2
Pengelolaan Nol kejadian 0 kejadian 0 kejadian 0 kejadian
kejadian KAK KAK
(Kecelakaan
akibat kerja)
Pengelolaan Nol kejadian 0 kejadian 0 kejadian 0 kejadian
kejadian penyakit PAK
akibat kerja
Pemeriksaan 1 x setahun Belum terlaksana Belum terlaksana Belum terlaksana
Usap hidung bagi
staf ICU
3 Pengelolaan kesehatan Lingkungan
Ketersediaan air Selalu mengalir Terlaksana Terlaksana Terlaksana
bersih dan bersih
Pengelolaan air Tidak pernah Terlaksana Terlaksana Terlaksana
limbah ada sumbatan
saluran
Pengelolaan limbah padat

58
Pengelolaan Setiap hari Terlaksana Terlaksana Terlaksana
sampah umum tempat sampah
dikosongkan
Pengelolaan Sesuai SOP nya Terlaksana Terlaksana Terlaksana
limbah infeksius
Pengelolaan Sesuai SOP nya Terlaksana Terlaksana Terlaksana
limbah B3
infeksius
Pengelolaan Sesuai SOP nya Terlaksana Terlaksana Terlaksana
limbah covid
Pengelolaan Sesuai SOP nya Terlaksana Terlaksana Terlaksana
limbah B3 obat
kadaluarsa
Pengelolaan Sesuai SOP nya Terlaksana Terlaksana Terlaksana
limbah B3
4 Penanggulangan kebakaran
Kelistrikan Tidak ada Tidak ada Tidak ada kejadian Tidak ada
kerusakan kejadian kejadian
kelistrikan
contoh : kabel
listrik
terkelupas,
lampu jatuh,
arus pendek, dll
Penjadwalan Ada jadwal Terjadwal dan Terjadwal dan Terjadwal dan
petugas pada code red staf terdokumentasi terdokumentasi terdokumentasi
papan code red instalasi ICU
Jalur evakuasi Memahami jalur Karyawan Karyawan Karyawan
dan evakuasi dan memahami memahami memahami
penyelamatan penyelamatan
dari kebarakan dari kebakaran
5 Keamananan dan keselamatan
Fisik bangunan Fisik bangunan Aman Tgl 26/11/2022 Aman
misalnya lantai tidak berlumut, engsel pada pintu
licin, plafon plafon tidak lemari nurse
berlobang berlobang, stasion ICU rusak
lantai tidak licin
Potensi bahaya Kabel listrik Aman Tgl 24/11/2022 Aman
listrik misalnya tidak terkelupas lampu atap di
kabel yang dan tersusun setiap bed pasien
terkelupas rapi mati 2 lampu
secara bersamaan
hanya tersisa 1
lampu setiap 1 bed
pasien
Monitoring Tidak ada yang Termonitor aman Termonitor aman Termonitor aman
larangan merokok di
merokok instalasi ICU
Tindak pencurian Tidak ada 0 kejadian 0 kejadian 0 kejadian
pencurian
Tindak kekerasan Tidak ada 0 kejadian 0 kejadian 0 kejadian
kekerasan
6 Pengelolaan Alkes ICU
Pendataan Seluruh alkes Terdokumentasi Terdokumentasi Terdokumentasi
peralatan tercatat
Kesehatan di ICU

59
Pencatatan Mutasi alkes Terdokumentasi Terdokumentasi Terdokumentasi
mutasi alkes tercatat
Pencatatan Peminjaman Terdokumentasi Terdokumentasi Terdokumentasi
peminjaman alkes tercatat
alkes
Pemeliharan 1 x sebulan Teraksana oleh Terlaksana oleh Terlaksana oleh
preventif alkes petugas ICU dan petugas icu dan petugas icu dan
Ipsrs iprs Ipsrs
Kalibrasi alkes 1 x setahun Terlaksana tgl 20 Terlaksana tgl 20 Terlaksana tgl 20
sept 2022 september 2022 September 2022
Pemeliharaan Alkes Terlaksana Terlaksana Terlaksana
harian alkes terpelihara
setiap hari dan
atau setelah
dipergunakan
7 Penguasaan Memahami jalur Tersosialisasi Tersosialisasi Tersosialisasi
penyelamatan evakuasi dan
diri dan penyelamatan
Evakuasi dari bahaya
terhadap bencana
Darurat
Bencana
8 Pemelihara Utilitas
Kelistrikan Selalu hidup, Ya Ya Ya
tidak pernah
mati
System AC Selalu dingin, Ya Ya Ya
tidak ada
kerusakan
System telepon Selalu hidup, Ya Ya Ya
tidak ada
kerusakan
9 Pelatihan K3RS 1 x setahun Terlaksana bulan Terlaksana bulan Terlaksana bulan
umum untuk sept 2022 sept 2022 sept 2022
karyawan

60
B. Ketenagaan
1. Unsur Input
a. Pasien
Kajian Data
Tabel 3. 9 Jumlah Pasien Yang Dirawat Selama Periode Oktober - Desember
2022 di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Ruang Cara pembayaran

Jumlah
No Bulan pasien BPJS Non Jasa
Umum
dirawat PBI Raharja
ICU PICU

ICU PICU ICU PICU ICU PICU

1. Oktober 56 42 14 5 1 37 13 0 0

2. November 58 43 15 6 4 37 10 0 1

3. Desember 50 38 12 4 4 32 8 2 0

Jumlah 164 123 41 15 9 106 31 2 1


Sumber : Database register pasien ruang ICU/PICU RSUD Muntilan 2022

Tabel 3. 10 Data 10 Penyakit Terbanyak Yang Terdapat di


Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Selama Periode Januari - Desember 2022
No. Jenis Penyakit Kode ICD Jumlah Kasus

1. COVID-19, virus non identified U07.2 61

2. Bronchopneumonia, unspecified J18.0 26

3. COVID-19, virus identified, COVID-


19 NOS U07.1 23

4. Acute Respiratory Distress Syndrome


(ARDS) J80 11

5. Congestive Heart Failure I50.0 11

6. Sepsis A41.9 10

61
7. Pneumonia Unspecified J18.9 7

8. Chronic Kidney Diseases N18.9 7

9. Acute Myocadial Infarction I21.9 7

10. Demam Berdarah Dengue (DHF) A91 6

Jumlah 169

Sumber : Database Instalasi Rekam medis untuk ruang ICU/PICU RSUD


Muntilan 2022

Analisa Data :
Rata- rata jumlah pasien yang di ruang ICU/PICU mulai Januari –
Desember 2022 sebanyak 169 orang. Semua data pasien masuk sudah
tercatat di dalam buku register ruang ICU/PICU dan direkap setiap
bulan. Kasus terbanyak (diagnose utama) di ruang ICU/PICU
berdasarkan database instalasi rekam medis dari Januari-Desember
2022 adalah COVID-19, virus non identified sebanyak 61 kasus dan
kasus terendah adalah Demam Berdarah Dengue sebanyak 6 kasus.

Tabel 3. 11 Data 10 Besar Penyakit/Diagnosa Kematian di Ruang


ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Selama Periode
Januari - Desember 2022
No. Jenis Penyakit Jumlah Kasus

1. Shock Sepsis 21

2. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) 21

3. CoronaVirus Infection 11

4. Pneumonia 10

5. Stroke Haemorrhage 10

6. Dengue Shock Syndrome 8

7. Chronic Kidney Diseases 6

8. Congestive Heart Failure 5

9. Bronchopneumonia 4

10. Tetanus 4

62
Jumlah 100

Sumber : Database Instalasi Rekam medis untuk ruang ICU/PICU RSUD


Muntilan 2022

Analisa Data :
Rata- rata jumlah penyakit/diagnosa kematian pasien yang ada di ruang
ICU/PICU mulai Januari – Desember 2022 sebanyak 100 orang. Semua
data pasien masuk sudah tercatat di dalam buku register ruang
ICU/PICU dan direkap setiap bulan. Kasus kematian terbanyak
(diagnose utama) di ruang ICU/PICU berdasarkan database instalasi
rekam medis dari Januari-Desember 2022 adalah Shock Sepsis dan
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) sebanyak 21 kasus,
sedangkan jumlah kasus kematian terendah adalah Bronchopneumonia
dan Tetanus

b. Tenaga Keperawatan
1) Menurut Gillies
Jumlah rata-rata pasien per hari tahun 2022
 ICU
= BOR (1 tahun) x jumlah TT
= 61,68 % x 8
= 4,93 = 5
 PICU
= BOR (1 tahun) x jumlah TT
= 51,23 % x 2
= 1,02
Jadi jumlah pasien rata-rata perhari di Ruang ICU/PICU adalah 6
pasien
a) Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari
yaitu:
 Keperawatan Langsung
Keperawatan Mandiri 0 pasien x 2 jam = 0 Jam
Keperawatan Sebagian 0 pasien x 3 jam = 0 jam

63
Keperawatan Total1 6 pasien x 6 jam = 36 jam
36 jam
 Keperawatan Tidak langsung
6 pasien x 1 jam = 6 jam
Pendidikan Kesehatan
6 pasien x 0,25 jam = 1,5 jam
Total Kesehatan = 43,5 jam
b) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan
perpasien per hari adalah: 43,5 jam ÷ 6 pasien = 7,25
c) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan pada ruangan, menurut rumus Gillies:
A xBx365
Tenaga Perawat (TP) =
(365−C)x jam kerja /hari

7,25 x 6 x 365
=
(365 − 84)x 7

15877,5
=
1967

= 8,07 = 8 perawat

Keterangan:
A: Jam efektif / 24 jam
B: Rata-rata jumlah pasien per hari
C: Jumlah hari libur (84 hari)
365 = jumlah hari kerja dalam 1 tahun
Jadi Kebutuhan tenaga perawat dibutuhkan untuk tugas per hari
untuk rata-rata 6 pasien adalah 8 perawat.
2) Menurut Douglas
Jumlah rata-rata pasien per hari tahun 2022
 ICU
= BOR (1 tahun) x jumlah TT
= 61,68 % x 8
= 4,93 = 5
 PICU

64
= BOR (1 tahun) x jumlah TT
= 51,23 % x 2
= 1,02
Jadi jumlah pasien rata-rata perhari diruang ICU/PICU adalah 6
pasien
Rata-rata pasien 6:

Tabel 3. 12 Jumlah Tenaga Menurut Douglas


Kualifikasi pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
P S M
Peningkatan Pasien
Minimal 0
Parsial 0
Total 6 6 x 0,36 = 2,16 6 x 0,3 = 1,8 6 x 0,20 = 1,2
Jumlah 2 2 1
Total tenaga perawat:
Pagi : 2 orang
Siang: 2 orang
Malam: 1 orang
Total : 5 orang
Jumlah perawat lepas dinas per hari:
= Loss day x total tenaga
Jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun
= 84 x 5
281
= 1,49 = 2 perawat
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari
diruang ICU/PICU rata-rata pasien 6 adalah 5 perawat + 2 orang
lepas dinas = 7 perawat
3) Menurut Depkes RI Tahun 2005
Pasien rata-rata 6

65
Tabel 3. 13 Kategori Kebutuhan Tenaga Perawat
Rata-rata Jumlah jam
Kategori Jumlah
pasien per hari perawatan per hari
Minimal 0 2 0
Sedang 0 3,08 0
Agak Berat 0 4,15 0
Maksimal 6 6,16 36,96
Total 36,96
Jumlah jam perawatan diruangan/hari = 36,96
Jumlah jam kerja perawat/shift = 7 jam
Jumlah jam perawat/hari (cxd) = 36,96 = 5,28 = 5 perawat
Jam efektif perawat 7
Keterangan:
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut ditambah (faktor koreksi
dengan hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
Lostday = (jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar) x
jumlah perawat tersedia Jumlah hari kerja efektif

= 84 x 5,28 = 443,52 = 1,57


281 281
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan (non nursing jobs). Membuat perincian pasien pulang,
kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dll
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
Non Nursing Job
= Jumlah tenaga perawat + loss day x 25
100
= 5,28 + 1,57 x 25 = 6,85 x 25 = 171,25 = 1,71
100 100 100
Jumlah tenaga
= tenaga tersedia + faktor koreksi
= 5,28 + 1,71
= 6,99
= 7 perawat

66
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk rata-rata 6
pasien yaitu 7 perawat.
4) Rumus Pedoman HCU dan ICU Indonesia (Kemenkes RI, 2010)
Jumlah Perawat ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur
dan ketersediaan ventilasi mekanik.
Perbandingan Perawat : Pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik = 1 : 1
Perbandingan Perawat : Pasien yang tidak menggunakan ventilasi
mekanik = 1 : 2

Tabel 3. 14 Hasil Perhitungan Tenaga Keperawatan Di Ruang


ICU/PICU
Metode Hasil Jumlah Perawat Keterangan
Gillies Rata-rata pasien 6
24 Lebih 16
yaitu 8 perawat
Douglas Rata-rata pasien 6
24 Lebih 17
yaitu 7 perawat
Depkes Rata-rata pasien 6
24 Lebih 17
yaitu 7 perawat
Pedoman ICU Rata- rata pasien 6 Jika 1: 1 = VM
2010 yaitu 5 perawat 24 Jika 1: 2 = Non VM
Hasil nya = Kurang
Analisa Data:
Berdasarkan perhitungan menurut Gillies, jumlah perawat yang
dibutuhkan rata-rata pasien 6 yaitu 8 perawat, menurut Douglas rata-rata
pasien 6 yaitu 7 perawat, menurut Depkes rata-rata pasien 6 yaitu 7
perawat, sedangkan jumlah tenaga perawat ICU/PICU saat ini sebanyak
24 perawat dan menurut pedoman ICU 2010 ratarata pasien 6 yaitu 5
perawat dengan 1: 1 = VM, 1:2 = Non VM.

67
Tabel 3. 15 Hasil Penggunaan Ventilasi Mekanik / Non VM
Bulan November di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang
Non
Ventilator Perawat Perawat
No. Ventilator Total
Mekanik VM Non VM
Mekanik
1 2 3 2 1,5 3,5
2 2 8 2 4 6
3 3 8 3 4 7
4 3 6 3 3 6
5 2 7 2 3,5 5,5
6 2 5 2 2,5 4,5
7 2 8 2 4 6
8 2 6 2 3 5
9 2 11 2 5,5 7,5
10 3 6 3 3 6
11 3 7 3 3,5 6,5
12 4 6 4 3 7
13 4 4 4 2 6
14 5 7 5 3,5 8,5
15 4 5 4 2,5 6,5
16 3 5 3 2,5 5,5
17 3 6 3 3 6
18 2 7 2 3,5 5,5
19 2 5 2 2,5 4,5
20 3 3 3 1,5 4,5
21 4 5 4 2,5 6,5
22 3 6 3 3 6
23 3 7 3 3,5 6,5
24 3 5 3 2,5 5,5
25 2 4 2 2 4
26 0 3 0 1,5 1,5
27 0 5 0 2,5 2,5
28 0 7 0 3,5 3,5
29 0 7 0 3,5 3,5
30 0 6 0 3 3
Analisa Data:
Berdasarkan hasil tabel diatas bahwa modus jumlah perawat per shift
yang dibutuhkan adalah 6 perawat.

68
Tabel 3. 16 Hasil Penggunaan Ventilasi Mekanik / Non VM
Bulan Desember di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang
Non
Ventilator Perawat Perawat
No. Ventilator Total
Mekanik VM Non VM
Mekanik
1 0 5 0 2,5 2,5
2 0 4 0 2 2
3 0 8 0 4 4
4 1 6 1 3 4
5 1 5 1 2,5 3,5
6 1 5 1 2,5 3,5
7 1 6 1 3 4
8 1 9 1 4,5 5,5
9 0 9 0 4,5 4,5
10 4 6 4 3 7
11 3 7 3 3,5 6,5
12 5 7 5 3,5 8,5
13 5 5 5 2,5 7,5
14 5 5 5 2,5 7,5
15 2 9 2 4,5 6,5
16 1 7 1 3,5 4,5
17 0 6 0 3 3
18 0 6 0 3 3
19 0 6 0 3 3
20 0 8 0 4 4
21 0 10 0 5 5
22 0 9 0 4,5 4,5
23 0 9 0 4,5 4,5
24 0 8 0 4 4
25 0 8 0 4 4
26 0 9 0 4,5 4,5
27 0 9 0 4,5 4,5
28 0 9 0 4,5 4,5
29 0 10 0 5 5
30 0 7 0 3,5 3,5
31 0 6 0 3 3
Analisa Data:
Berdasarkan hasil tabel diatas bahwa modus jumlah perawat per shift
yang dibutuhkan adalah 4-5 perawat.

69
Analisisis Beban Kerja Perawat
Ny.S menggunakan VM
1) Operan jaga pagi = 10menit
2) Memandikan pasien = 30menit
(minjam wkt prw lain 30mnt)
3) Vital sign = 70menit (7x 10)
4) Nulis Resep (dilakukan oleh DPJP)
5) Pemberian obat (menyiapkan-pemberian) = 40 menit (10mnt x4)
6) Visite = 10 menit
7) Pemberian Sonde = 10 menit (pagi-
sore) 2x10menit
8) Oral hygiene = 10 menit (pagi-sore)
2x10menit
9) Sikat gigi = 10 menit (1x)
10) Tirah baring = 30 menit (3x10mnt)
(minjam wkt prw lain 30mnt)
11) Edukasi = 10 menit
12) Operan jaga siang = 10 menit
13) Suction = 15 menit (3x5mnt)
14) Pasang DC = 10 menit
15) Pasang NGT = 10 menit
16) Pasang Infus = 10 menit
17) Syring pump = 10 menit
18) Infus pump = 10 menit
19) menulis SOAP = 10 menit
20) Observasi VM = 35 menit (7x5mnt)
Lain-lain:
21) Sholat = 10 menit
22) Makan = 10 menit
23) Minum = 5 menit
24) BAK/BAB = 10 menit
= 385 menit = 6,41

70
(6 jam, 41 menit)
Waktu yg dipinjam ke perawat lain 1 jam
7,41 menit.

Analisa Data :
Berdasarkan jam efektif per shift/24 jam di ruang ICU/PICU, jika
shift pagi yaitu 6 jam 30 menit maka setelah dilakukan observasi di
dapatkan beban kerja perawat pada shift pagi adalah 7 jam 41 menit, hal
ini dapat disimpulkan beban kerja perawat melebihi jam kerja per shift.

c. Kualitas Tenaga
Tabel 3. 17 Distribusi Jenis Pelatihan Tenaga Keperawatan
Di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
No Nama Jenis Pelatihan

1. Megawati S.Kep, Ns BTCLS Tahun 2019

2. Yoko Nugroho Amd, Kep ICU Tahun 2018 dan BTCLS 2018

3. NanikPamungkas L, S.Kep ICU Tahun 2018 dan BTCLS Tahun


2019

4. NasriyatudinniyahS.Kep. Ns ICU Tahun 2022, BTCLS Tahun


2021 dan Pelatihan Ventilator Tahun
2021

5. SenjaNaylusysyarifah, AMK PICU Tahun 2023 dan Pelatihan


Ventilator 2008

6. Veronika Setyasih, SST PICU Tahun 2015, Pelatihan BTCLS


2009 dan Pelatihan Cardiologi Dasar
Tahun 2013

7. Sri YuliAstuti, AMK BTCLS Tahun 2019

8. WiwikIkawati, AMK BTCLS Tahun 2008 dan Pelatihan


Ventilator 2022

9. AlfiFarkhatis S, AMK ICU Tahun 2021 dan Pelatihan


BTCLS Tahun 2017

10. Dewi Maya Rukmini, AMK PICU Tahun 2018 dan Pelatihan
Ventilator Tahun 2017

71
11 Hendra Prabana, AMK BTCLS Tahun 2012 dan Pelatihan
Cardiologi Dasar Tahun 2016

12 Yustina Asri, Amd, Kep PICU Tahun 2015

13 Ike Arifta D, Amd, Kep ICU Tahun 2015 dan BTCLS Tahun
2019

14 Eris Sulistina, AMK Pelatihan Ventilator 2019

15 TriaKurniasari, AMK ICU Tahun 2021 dan BTCLS Tahun


2022

16 Nasichun Anas, AMK ICU Tahun 2021 dan BTCLS Tahun


2015

17 Rizki Nur Anggraheni, Amd, ICU Tahun 2020 dan BTCLS Tahun
Kep 2019

18 AtikMayasari, AMK BTCLS Tahun 2021 dan Pelatihan


Ventilator 2018

19 Nur Ariyani W, AMK ICU Tahun 2015 dan BTCLS Tahun


2014

20 Purwanti, AMK BTCLS Tahun 2021 dan Pelatihan


Ventilator Tahun 2022

21 Imam Taufik, Amd, Kep ICU Tahun 2019, BTCLS Tahun


2017 dan Pelatihan ACLS Tahun
2019

22 Agus Kurniawan, AMK BTCLS Tahun 2018 dan Pelatihan


Ventilator Tahun 2022

23 Sri Madyaningsih, AMK BTCLS Tahun 2018 dan Pelatihan


Ventilator Tahun 2022

24 Muntamah, AMK BTCLS Tahun 2022

Sumber: Database Ruang ICU/PICU 2023

Analisa Data :
Salah satu indikator keberhasilan RS dalam memberikan
pelayanan kesehatan ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan
yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas didukung oleh
sumber daya berkualitas dan professional dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya.

72
Menurut Kemenkes 2010 klasifikasi pelayanan ICU Primer
pemberian pelayanan di ICU/PICU adalah dokter spesialis yang telah
mengikuti pelatihan dasar-dasar ICU, mengikuti pelatihan Basic Life
Support dan perawat yang telah mengikuti pelatihan Basic Life Support
dan dapat melakukan pemantauan menggunakan peralatan monitor.
d. Modalitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu yaitu dengan memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas, sehingga SDM khususnya tenaga
keperawatan dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan proporsinya
dengan menjaga dan meningkatkan profesionallitas keperawatan dalam
rangka mempertahankan akuntabilitas dan standar kinerja yang tinggi,
dan salah satu dari kegiatannya adalah dengan mengikuti beberapa
kegitan ilmilah seperti pelatihan, seminar, workshop, CPD dan CNE,
berikut data kualifikasi perawat ICU/PICU.

Tabel 3. 18 Distribusi Jumlah SDM Ruang ICU/PICU


No Kategori Tenaga Jumlah Keterangan

1 1.1 Dokter 2 Jumlah dokter ahli di ruang


ICU/PICU tidak dapat di hitung
Dokter DPJP Tidak dengan pasti disetiap waktunya
terhitung karena jumlah dokter
Dokter ahli disesuaikan dengan kasus yang
terjadi.

2 1.2 Keperawatan

D3 Keperawatan 21 orang

D4 Keperawatan 2 orang

S1 Keperawatan + 2 orang
Ners

3 Tenaga Non Medis 0

4 ASPER 0

Sumber : Administrasi ICU/PICU

73
Tabel 3. 19 Level Karir Kompetensi Perawat Klinis
Level Karir Kompetensi
No Keterangan
Perawat Klinis
1 Pra Perawat Klinis -

2 Perawat Klinis I PK I (Novice) memiliki latar belakang


pendidikan D-III keperawatan dengan
pengalaman kerja >1 tahun dan menjalani
masa klinis level I selama 3-6 tahun atau
Ners dengan pengalaman kerja >1 tahun
dan menjalani masa klinis level I selama 2-
4 tahun. Perawat PK I harus mempunyai
sertifikat Pra Klinis.

3 Perawat Klinis II PK II (advence beginner) memiliki latar


berakang pendidikan D-III keperawatan
denganpengalaman kerja >4 tahun dan
menjalani masa klinis level II selama 4-7
tahun. Perawat klinis II harus mempunyai
sertifikat PK I.

4 Perawat Klinis III PK III (competent) memiliki latar belakang


pendidikan D-III keperawatan dengan
pengalaman kerja >10 tahun dan menjalani
masa klinis level III selama 9-12 tahun
atau ners dengan pengalaman kerja >7
tahun dan menjalani masa klinis level III
selama 6-9 tahun atau atau Ners Spesialis I
dengan pengalaman kerja 0 tahun dan
menjalani masa klinis level III selama 2-4
tahun. Perawat Klinis III lulusan D-III
keperawatan dan Ners harus memiliki
sertifikat PK II.

5 Perawat Klinis IV PK IV (Proficient) memiliki latar belakang


pendidikan Ners dengan pengalamann
kerja >13 tahun dan menjalani masa klinis
level IV selama 9-12 Tahun atau Ners
spesialis I dengan pengalaman Kerja >2
tahun dan menjalani masa klinis IV selama
6-9 tahun. Perawat Klinis IV harus
mempunyai sertifikat PK III

6. Perawat Klinis V PK V (Expert) memiliki latar belakang


pendidikan Ners Spesialis I dengan
pengalaman kerja >4tahun dan
mempunyai sertifikat PK IV atau Ners
spesialis II (konsultan) dengan
pengalaman Kerja 0 Tahun. Perawat Klinis
V menjalani masa klinis level 5 sampai
memasuki usia pensiun.

74
Tabel 3. 20 Distribusi Nama, Jabatan, Pendidikan dan Golongan
SDM ICU/PICU
No Nama Jabatan Pendidikan PK

1. Megawati, S.Kep, Ns PJ Ners IV

2. Yoko Nugroho, Amd. Kep Sekretaris D3 III

3. Nanik Pamungkas L, S.Kep SDM S1 III

4. Nasriyatudinniyah, S.Kep. PP/ Mutu Ners III


Ns

5. SenjaNaylusysyarifah, AMK PP/ Sarpras D3 III

6. Veronika Setyasih, SST PP/Sarpras/ C D4 III

7. Sri Yuli Astuti, AMK PJ D3 III

8. Wiwik Ikawati, AMK PA D3 II

9. Alfi Farkhatis S, AMK PA D3 I

10. Dewi Maya Rukmini, AMK PJ D3 III

11 Hendra Prabana, AMK PA D3 I

12 Yustina Asri, Amd, Kep PA D3 II

13 Ike Arifta D, Amd, Kep PA D3 Pra Pk

14 Eris Sulistina, AMK PJ D3 III

15 Tria Kurniasari, AMK PA D3 I

16 Nasichun Anas, AMK PA D3 I

17 Rizki Nur Anggraheni, Amd, PA D3 Pra Pk


Kep

18 Atik Mayasari, AMK PJ D3 II

19 Nur Ariyani W, AMK PA D3 I

20 Purwanti, AMK PA D3 II

21 Imam Taufik, Amd, Kep PA D3 Pra Pk

22 Agus Kurniawan, AMK PJ D3 III

23 Sri Madyaningsih, AMK PA D3 II

24 Muntamah, AMK PA D3 III

Sumber : Administrasi ICU/PICU 2023

75
Tabel 3. 21 Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Pendidikan Jumlah Persen (%)

Profesi Ners 2 Orang 8,34

D4 Keperawatan 1 Orang 4,16

D3 Keperawatan 21 Orang 87,5

Jumlah 24 Orang 100%

Sumber: Database Ruang ICU/PICU 2023

Analisa Data:
Dari data diatas tenaga perawat ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut, 21 orang (87,5%) yang
berpendidikan D3 keperawatan, 1 orang (4,16 %) yang berpendidikan D4
keperawatan dan 2 orang (8,34%) yang berpendidikan Ners Dari kajian data
diatas dapat dilihat bahwa kualitas tenagakeperawatan di ruang ICU/PICU.
Akan tetapi, menurut rancangan kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2020 menyatakan bahwa jumlah tenaga keperawatan lulusan ners
minimal 40 %.
Disisi lain, hal ini sudah sesuai UU Keperawatan yang masyarakat
bahwa perawat Pendidikan minimal diploma 3 ( D3). Data yang didaptkan
bahwa 8,34% tenaga perawat berpendidikan D3. Dengan demikian, kualitas
Pendidikan tenaga keperawatan di ruang ICU/PICU sudah sesuai dengan
standar pelayanan terendah yang dimiliki oleh perawat di ruang ICU/PICU
adalah D3.

C. Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, didapatkan
bahwa belum dilakukan pembaharuan (update) terkait papan struktur
organisasi di ruang ICU/PICU.

76
Tabel 3. 22 Model Keperawatan Tim Metode Kasus

2. Penerapan MPKP di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan


Metode kasus merupakan metode yang berdasarkan
pendekatanholistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab
terhadap asuhandan observasi pada pasien tertentu. Rasio pasien perawat
adalah 1:1. Setiap pasien ditugaskan kepadasemua perawat yang melayani
seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Peran dan Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus :
a. Kepala Perawat
1) Memimpin rapat
2) Evaluasi kinerja perawat
3) Membuat daftar dinas
4) Menyediakan material
5) Perencanaan, pengawasan, pengarahan
b. Perawat Primer
1) Membuat perencanaan asuhan keperawatan
2) Mengadakan tindakan kolaborasi
3) Memimpin timbang terima
4) Mendelegasikan tugas
5) Memimpin ronde keperawatan
6) Evaluasi pemberian asuhan keperawatan

77
7) Bertanggung jawab terhadap klien
8) Memberi petunjuk jika klien akan pulang
9) Mengisi resume keperawatan
c. Perawat Associate
1) Memberikan asuhan keperawatan
2) Mengikuti timbang terima
3) Melaksanakan tugas yang didelegasikan
4) Mendokumentasikan tindakan
5) Melaporkan asuhan keperawatan yang dilaksanakan

Tabel 3. 23 Kajian Organizing di Ruang ICU/PICU RSUD


Muntilan Kabupaten Magelang
No Standar Dilakukan Keterangan
Ya Tidak
1. Pembagian Tugas √ Pembagian tugas ditentukan oleh
kepala ruangan

2. Pendelegasian √ Pendelegasian tugas dilakukan


secara lisan kemudian masing-
masing delegasi mencatat
sendiri

3. Koordinasi Tugas √ Koordinasi tugas


dilaksanakan secara lisan,
kemudian masing-masing
delegasi mencatat sendiri

4. Pengaturan/Manajemen √ Manajemen waktu dilaksanakan


Waktu secara mandiri sesuai dengan shift.

5. Pengaturan dan √ ICU RSUD Muntilan


Pengendalian Situasi
Tempat Praktik

6. Memberi wewenang √ Terdapat staf khusus untuk


kepadatata usaha administrasi di ruangan
untuk mengurus
administrasi klien

7. Pengembangan MPKP
dengan MPM

78
a. Pelaksanaan Tugas

1) Pelaksanaan tugas √
kepala ruang
keperawatan

2) Pelaksanaan tugas √
primary nurse

3) Pelaksanaan tugas √
associate nurse

b. Hubungan Profesional

1) Hubungan √
professional antara
staf keperawatan
dengan pasien

2) Hubungan √
professional antar
staf keperawatan

3) Hubungan √
professional/kemitra
anantara staf
keperawatan
dengan dokter/tim
kesehatan lain

4) Hubungan √
professional anatara
staf keperawatan
dengan peserta
didik dengan MPM

5) Pelaksanaan serah √
terima tugas jaga
(operan)

6) Pelaksanaan √
meeting morning

7) Pelaksanaan pre √
conference

8) Pelaksanaan post √
conference

9) Pelaksanaan √
komunikasi

79
terapeutik

10) Pelaksanaan √ Pemberian informasi pada pasien


informasi pasien baru kurang optimalkarena hanya
baru disampaikan secara lisan tanpa
media yang lain

11) Pelaksanaan √ Pasien pulang diberikan edukasi


discharge planning terkait obat dan perawatan di
rumah namun kurang optimal

Jumlah 18 2

Presentase 18/20 x 100% = 90%


Sumber :Hasil Observasi Mahasiswa Pokesyo

Analisa Data
Berdasarkan hasil pada tabel di atas didapatkan bahwa organizing
berjalan denganbaik (90%) namun masih diperlukan evaluasi terkait
kegiatan pre conference dan post conference yang belum dilaksanakan
sesuai pedoman.

Tabel 3. 24 Pelaksanaan Meeting Morning di Ruang ICU/PICU


RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

OBSERVASI
NO VARIABEL YANG DINILAI
YA TIDAK
1 Kepala ruang menyiapkan tempat untuk √
melakukan meeting morning

2 Kepala ruang memberikan arahan kepada staf √


dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya

3 Kepala ruang melakukan klarifikasi apa yang √


telah disampaikan kepada staf

4 Memberikan kesempatan staf untuk √


mengungkapkan permasalahan yang muncul
diruangan

5 Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan √


masalah yang dapat ditempuh

80
6 Kepala ruang memberi motivasi dan √
reinforcement kepada staf

7 Meeting morning diikuti oleh seluruh staf √

Jumlah 7 0

Presentase 7/14x100% 100%

Sumber : Data Primer tanggal 15 Maret 2023

Analisa Data:
Pelaksanaan meeting morning di Ruang ICU/PICU sudah baik dengan
presentase hasil 100 %, kepala ruang sudah melaksanakan semua
tugasnya ketika melakukan meeting morning dan harus dipertahankan.

Tabel 3. 25 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang ICU/PICU


RSUD Muntilan
Observasi
No Uraian Tugas
Ya Tidak
1 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan ketua √
tim

2 Menyampaikan permasalahan pasien dan ruangan √


yang ada pada hari tersebut termasuk laporan
permasalahan dinas malam

3 Kepala ruang melakukan meeting morning untuk √


menindaklanjuti masalah yang ada diawali dan
diakhiri dengan doa

4 Membagi pasien dalam grup MPM sesuai √


kemampuan dan beban kerja

5 Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas √


PN dan AN

6 Melakukan supervise dan memberi motivasi √


kepada semua staf keperawatan untuk mencapai
kinerja yang maksimal.

7 Memberikan reinforcement positif kepada semua √


staf termasuk pada saat mengakhiri meeting
morning kepada dinas malam dan dinas pagi

8 Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga √


sore,malam,libur

9 Berperan sebagai konsultan √

81
10 Melakukan pengawasan kedisplinan tugas staf √
melalui daftar hadir yang ada diruangan

11 Memberikan Pendidikan kesehatan pada pasien √


dan keluarga

12 Mengadakan CNE (Controlling nursing √


education)

Jumlah 11

Presentase 11/12x100% 91,6%

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

Analisa Data
Berdasarkan hasil pada tabel di atas didaptakn kesimpulan
bahwa pelaksanaan tugas kepala ruang tergolong sangat baik (91,6%).
Kepala ruang dinilai sudah cukup optimal dalam melakukan
pembagian tugas, memberika informasi kepada semua staf dan dapat
berperan sebagai konsultan. Belum diadakan CNE yang dilakukan
secara terencana dikarenakan tidak terprogram dan itu hanya
dilakukan atas kainginan masing masing perawat berdarkan hasil
wawancara.

Tabel 3. 26 Pelaksanaan Tugas PPJA di Ruang ICU/PICU RSUD


Muntilan Kabupaten Magelang
Observasi
No Uraian Tugas
Ya Tidak

1 Penerimaan pasien baru √

2 Melakukan pengkajian komplehensif √

3 Merumuskan diagnosa keperawatan √

4 Membuat rencana keperawatan (Kriteria hasil √


& Tindakan)

5 Memberikan instruksi keperawatan √

6 Melakukan evaluasi asuhan setiap hari √

7 Memberikan manajemen asuhan keperawatan √

8 Melakukan edukasi Kesehatan √

82
9 Melaksanakan perencanaan pemulang pasien √
(P3)/discaherge plan dan bekerja sama dengan
MPP

10 Memimpin hand over (operan shift) √

Jumlah 10 0

Presentase 10/10x100% 100%

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

Analisa Data
Berdasarkan hasil pada tabel di atas didaptakan kesimpulan bahwa
pelaksanaan tugas PPJA tergolong sangat baik (100%). PPJA dinilai
sudah cukup optimal dalam melakukan asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian hingga evaluasi.
Tabel 3. 27 Pelaksanan Serah Terima Tugas Jaga ( Operan) di
Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
1 Karu/Pj Shift membuka acara dengan salam √

2 Ketua tim/anggota tim mengoperkan Dx √

3 Ketua tim/anggota tim mengoperkan TUK yang √


sudah dilaksanakan

4 Ketua tim/anggota tim mengoperkan tindakan √


yang sudah melakukan

5 Ketua tim/anggota tim mengoperkan hasil √


Asuhan Keperawatan

6 Ketua tim/anggota tim mengoperkan Tindak √


Lanjut

7 Pj tim berikutnya mengklarifikassi √

8 Karu memimpin ronde √

9 Karu merangkum informasi operan √

10 Karu memimpin doa dan menutup acara √

Jumlah 7 3

Presentase 7/10x100% 70 %

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

83
Analisa Data :
Berdasakan hasil observasi pelaksanaan serah terima tugas jaga
(operan) di ruang ICU/PICU masuk dalam kategori baik (70%). Karu
tidak memimpin ronde dikarenakan belum diadakkan kegiatan ronde di
ruangan.

Tabel 3. 28 Pelaksanaan Pre Conference di Ruang ICU/PICU


RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Observasi
No Aspek Yang Dinilai
Ya Tidak
1 Menyiapkan ruang/tempat √

2 Menyiapkan rekam medis pasien yang akan √


menjadi tanggungjawabnya

3 Menjelaskan tujuan dilakukanya pre conference √

4 Memandu pelaksanaan pre conference √

5 Menjelaskan masalah keperawatan pasien, √


keperawatan dan rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawabnya

6 Membagi tugas anggota tim sesuai kemampuan √


yang dimiliki dengan mempertimbangkan
keseimbangan kerja

7 Mendiskusikan cara kerja dan strategi √


pelaksanaan asuhan keperawatan pasien

8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan √


penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan

9 Mengklarifikasi kesiapan anggota tim untuk √


melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya

10 Memberikan reinforcemen positif pada anggota √


tim

11 Menyimpulkan hasil pre conference √

Jumlah 0 11

Presentase 11/11x100% 100%

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

84
Analisa Data :
Pelaksanaan pre conference di ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
masuk dalam kategori kurang baik dan tidak melakukan pre
conference saat melakukan kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara itu
dikarenakkan waktu yang kurang dan beban kerja yang besar.

Tabel 3. 29 Pelaksanaan Post Conference di Ruang ICU/PICU RSUD


Muntilan Kabupaten Magelang
Observasi
No Aspek Yang Dinilai
Ya Tidak
1 Menyiapkan ruang/tempat √

2 Menyiapkan rekam medis pasien yang menjadi √


tanggungjawabnya

3 Menjelaskan tujuan dilakukan post conference √

4 Menerima penjelasan dari anggota tim tentang √


hasil Tindakan/hasil asuhan keperawatan yang
telah dilakukan anggota tim

5 Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam √


memberikan asuhan keperawatan pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalahnya

6 Memberikan reinforcement pada anggota tim √

7 Menyimpulkan hasil post conference √

8 Mengklarifikasi pasien sebelum melalukan operan √


tugas jaga pada shift jaga.

Jumlah 0 8

Presentase 8/8x100% 100%

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

Analisa Data
Pelaksanaan post conference di ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
masuk dalam kategori kurang baik dan tidak melakukan post
conference setelah melakukan kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara
dikarenakkan waktu yang kurang dan beban kerja yang besar.

85
Tabel 3. 30 Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru di Ruang
ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Observasi
No Aspek Yang Dinilai
Ya Tidak

1 Melihat jumlah pasieb baru √

2 Memperhatikan jumlah pasieb baru yang ada di √


ruangan

3 Perawat sudah siap √

4 Pasien dan keluarga sudah siap di ruang perawatan √

5 Buku catatan dan lembar balik disipakan √

6 Salam teraupetik diucapkan dengan benar √

7 Struktur perawat pendamping yang akan merawat √


selama perawatan diberitahu dengan benar.
Peraturan rumah sakit dan ruang perawatan
diberitahukan dengan benar

8 Ruang perawatan dan ruangan lain diorientasikan √


oleh perawat dengan benar.

9 Pasien dan keluarga diberi kesempatan untuk √


bertanya

10 Rangkuman informasi disampaikan kepada pasien √


dan keluarga dengan cermat

11 Upaya tindak lanjut dirumuskan sesuai kondisi √


klien

12 Tugas dilanjutkan tim perawat berikutnya

13 Semua Tindakan keperawatan terdokumentasi √


dengan jelas

14 Adanya paraf/tanda tangan dan nama terang √


penyusunan rencana perawatan

Jumlah 14 0

Presentase 100%

Sumber Data observasi tanggal 15 Maret 2023

86
Analisa Data
Pelaksanaan orientasi pasien baru di ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
masuk dalam kategori sangat baik dengan presentase 100%. Perawat
sudah melaksanakan tugas nya dengan baik dan harus dipertahankan.

Tabel 3. 31 Pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruang


ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Observasi
No Aspek Yang Dinilai
Ya Tidak
1 Klien yang mempunyai masalah √
keperawatan yang komplek dikaji dengan
benar.

2 Kebutuhan perawat tentang informasi √


keperawatan terhadap klien yang dikelola
dikaji dengan benar.

3 Kelengkapan personal/anggota tim telah √


siap

4 Catatan pasien (status) lengkap pada √


pasien yang menjadi bahan ronde

5 Konsultan/karu siap √

6 Waktu ronde keperawatan diidentifikasi √


dengan mempertimbangkan kepadatan
kegiatan ruangan saat ini.

7 Laporan asuhan keperawatan klien √


diperiksa dengan seksama
kelengkapannya.

8 Salam teraupetik diucapkan dengan benar √

9 Klien diberitahu tujuan ronde keperawatan √

10 Kondisi klien disampaikan lengkap beserta √


Tindakan yang telah dilakukan.

11 Perawat associate diberikan masukan √


tentang modifikasi rencana perawatan.

12 Memberi re-inforcement pada hasil √


presentasi yang dilakukan Perawat
Assosiate

87
13 Upaya tindak lanjut dirumuskan √

14 Merencanakan Tindakan keperawatan √


sesuai dengan masalah klien

15 Tugas didistribusikan kepada anggota tim. √

16 Semua rencana keperawatan √


terdokumentasi dengan jelas.

17 Adanya paraf/tanda tangan dan nama √


terang penyusun rencana perawatan.

Jumlah 0 17

Presentase 17/17x100% 100%

Sumber : Data observasi dan wawancara tanggal 15 Maret 2023

Analisa Data
Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
masuk dalam kategori kurang baik , dikarenakan di ruangan tidak
dilakukan ronde keperawatan. Berdasarkan hasil wawancara kegiatan
ini tidak dilakukan karena waktu yang kurang dan beban kerja yang
besar.

3. Pelaksanaan Pencegahan Infeksi


a. Kajian Teori
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
di dunia, termasuk Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi
dapat berasal dari komunitas (Community acquired infection) atau
berasal dari lingkungan rumah sakit (Hospital acquired infection) yang
sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Tindakan medis
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertujuan untuk perawatan
atau penyembuhan pasien, apabila dilakukan tidak sesuai prosedur maka
berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien yang
lain atau bahkan pada petugas kesehatan itu sendiri. Karena tidak dapat
ditentukan secara pasti asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi
nosokomial (Hospital acquired infection) diganti dengan istilah baru
yaitu “Healthcare-associated infections” (HAIs) dengan pengertian

88
yang lebih luas tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, serta tidak terbatas infeksi pada pasien
saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat pada saat
melakukan tindakan perawatan pasien (Akib et al, 2008)
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan
kesehatan memerlukan penerapan prosedur dan protokol yang disebut
sebagai "pengendalian". Secara hirarkis hal ini telah ditata sesuai
dengan efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection
Prevention and Control– IPC), yang meliputi: pengendalian bersifat
administratif, pengendalian dan rekayasa lingkungan, dan alat
pelindung diri (Slamet et al, 2013). Program yang termasuk pencegahan
dan pengendalian infeksi yaitu, (1) Tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi; (2) Surveilans (HAIs dan Proses: audit kepatuhan
petugas untuk cuci tangan dan memakai APD); (3) Penerapan
kewaspadaan isolasi; (4) Pendidikan dan pelatihan PPI; (5) Penggunaan
antimikroba rasional; (6) Kesehatan karyawan (Rosa, 2015).
Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah untuk
membantu mengurangi penyebaran infeksi yang terkait dengan
pelayanan kesehatan, dengan penilaian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi oleh National Infection Control Policies. Tujuan utamanya
adalah untuk mendukung promosi kualitas pelayanan kesehatan yang
aman bagi pasien, petugas kesehatan, dan orang lain dalam perawatan
kesehatan dan lingkungan dengan cara yang hemat biaya (WHO, 2014).
1) Kewaspadaan Isolasi
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau
pengendalian infeksi yang disusun oleh CDC dan harus diterapkan
di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan
isolasi diterapkan untuk menurunkan resiko trasmisi penyakit dari
pasien ke pasien lain atau ke pekerja medis. Kewaspadaan isolasi
memiliki 2 pilar atau tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar
(Standard/Universal Precautions) dan Kewaspadaan berdasarkan
cara transmisi (Transmission based Precautions) (Akib et al, 2008).

89
2) Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions)
Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan
terhadap semua pasien di semua fasilitas kesehatan. Kewaspadaan
standar/universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang
dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko
penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan
cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasaldari
pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Tindakan
dalam kewaspadaan standar meliputi:
a) Kebersihan tangan.
b) APD : sarung tangan, masker, goggle, face shield , gaun.
c) Peralatan perawatan pasien.
d) Pengendalian lingkungan.
e) Penatalaksanaan Linen.
f) Pengelolaan limbah tajam/ Perlindungan & Kesehatan
karyawan.
g) Penempatan pasien
h) Hygiene respirasi/Etika batuk
i) Praktek menyuntik aman
j) Praktek pencegahan infeksi unt prosedur lumbal pungs
Berdasarkan Association for Professionals in Infection
Control and Epidemiology (APIC) kepatuhan kewaspadaan
standard terdapat 8 indikator yang terdiri dari:
a) Mencuci tangan sebelum memberikan perawatan kepada
pasien.
b) Gunakan sarung tangan apabila kontak dengan darah/cairan
tubuh, membrane mukosa atau kulit yang tidak utuh pada semua
pasien.
c) Lepas sarung tangan sebelum meninggalkan area perawatan
pasien.
d) Mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan.

90
e) Buang jarum pada tempat pembuangan tanpa menutup kembali.
f) Gunakan gaun, kacamata atau pelindung wajah ketika adanya
percikanatau semprotan dari cairan tubuh.
g) Ketika menggunakan sarung tangan kotor jangan menyentuh
areabersih dari ruangan/pasien. Needleboxes tidak terisi dengan
penuh.
h) Kewaspadaan berdasarkan transmisi (Transmission based
Precautions).
3) Kewaspadaan berdasarkan transmisi (Transmission based
Precautions)
Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan
untuk kewaspadaan standar, yaitu tindakan pencegahan atau
pengendalian infeksi yang dilakukan setelah jenis infeksinya sudah
terdiagnosa atau diketahui (Akib et al, 2008). Tujuannya untuk
memutus mata rantai penularan mikroba penyebab infeksi, jadi
kewaspadaan ini diterapkan pada pasien yang memang sudah
terinfeksi kuman tertentu yang bisa ditransmisikan lewat udara,
droplet, kontak kulit atau lain-lain (Muchtar, 2014). Berdasarkan
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008, jenis
kewaspadaan berdasarkan transmisi:
a) Kewaspadaan transmisi kontak
Transmisi kontak merupakan cara transmisi yang terpenting
dan tersering menimbulkan HAIs. Kewaspadaan transmisi
kontak ini ditujukan untuk menurunkan resiko transmisi
mikroba yang secara epidemiologi ditransmisikan melalui
kontak langsung atau tidak langsung.
b) Kontak langsung
Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang
rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi.
Misal perawat membalikkan tubuh pasien, memandikan,
membantu pasien bergerak, dokter bedah dengan luka basah

91
saat mengganti verband, petugas tanpa sarung tangan merawat
oral pasien HSV atau scabies.
c) Transmisi kontak tidak langsung
Terjadi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang
terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen
yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan
belum dicuci atau sarung tangan yang tidak diganti saat
menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan melalui mainan
anak. Kontak dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang
ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda mati
dilingkungan pasien. Petugas harus menahan diri untuk
menyentuh mata, hidung, mulut saat masih memakai sarung
tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan. Hindari
mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak
berhubungan dengan perawatan pasien misal: pegangan pintu,
tombol lampu, telepon.
d) Kewaspadaan transmisi droplet
Diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar terhadap
pasiendengan infeksi diketahui atau suspek mengidap mikroba
yang dapat ditransmisikan melalui droplet (> 5μm). Droplet
yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan akan jatuh
dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet melibatkan
kontak konjungtiva atau mukus membran hidung/mulut, orang
rentan dengan droplet partikel besar mengandung mikroba
berasal dari pasien pengidap atau carrierdikeluarkan saat batuk,
bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction, bronkhoskopi.
Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus
membrane atau terinhalasi. Transmisi droplet ke kontak, yaitu
droplet mengkontaminasi permukaan tangan dan
ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membran. Transmisi
jenis ini lebih sering terjadi daripada transmisi droplet
langsung, misal: commoncold, respiratory syncitial virus

92
(RSV). Dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara,
intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi dada,
resusitasi kardiopulmoner.
e) Kewaspadaan transmisi melalui udara (Airborne Precautions )
Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai
tambahan kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga
atau telah diketahui terinfeksi mikroba yang secara
epidemiologi penting dan ditransmisikan melalui jalur udara.
Seperti transmisi partikel terinhalasi (varicella zoster)
langsung melalui udara. Ditujukan untuk menurunkan resiko
transmisi udara mikroba penyebab infeksi baik yang
ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5μm
evaporasi dari droplet yang bertahan lama di udara) atau
partikel debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi.
Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber,
dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan
jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor
lingkungan, misal penanganan udara dan ventilasi yang penting
dalam pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau
sisik kulit luka terkontaminasi (S. aureus).

b. Kajian Data
Tabel 3. 32 Pelaksanaan Mencuci Tangan Menggunakan Antiseptik
Berbasis Alkohol di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
SL SR KD TP
1 Lepaskan semua perhiasan yanga ada di tangan √
(gelang, cincin, jam tangan) √

2 Cuci tangan 6 langkah menggunakan air bersih √


mengalir serta menggunakan sabun antiseptik √
yang mengandung khloreksidin 4 % samapai
siku tanpa sikat

93
3 Keringkan tangan menggunakan tissue √
penegring dengan baik √

4 Ambil handrub berbasis alkohol ( + 5 ml) di √


telapak tangan kiri, menggunakan siku tangan √
kanan untuk mengoperasikan dispenser.

5 Gosokkan ujung jari dan kuku jari kanan secaa √


seksama di handrup alkohol telapak tangan kiri √
untuk membersihkan kolonisasi kuman di
bawah kuku (5 detik).

6 Gosokkan telapak tangan kiri pada tangan dan √


lengan kanan bawah sampai dengan siku, √
dengan gerakan memutar, pastikan seluruh
area lengan tersebut tergosok sampai dengan
handrub alkohol kering sempurna (15 detik)

7 Lakukan langkah 4-6 kembali untuk ujung jari √


dan kuku jari kiri (5 detik) dilanjutkan lengan √
kiri bawah sampai dengan siku, sampai dengan
kering sempurna (15 detik). Tuangkan kembali
handrub berbasis alkohol (+5 ml) dilanjutkan 6
langkah prosedur handrub rutin (20-30 detik)

Total 7 0 0 0

Sub total 21 0 0 0

Total persen 100 %

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

Analisa Data :
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa pelaksanaan
mencuci tangan menggunakan ntiseptik berbasis Alkohol di ruang
ICU/PICU RSUD Muntilan dengan kategori sangat baik dengan nilai
100% harus dipertahankan.

Tabel 3. 33 Pelaksanaan Mencuci Tangan Dengan Sabun dan Air


di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
SL SR KD TP
1 Basahi tangan dengan air √

2 Tuangkan sabun cair 3-5 cc untuk √
menyabuni seluruh permukaan tangan √
(satu kali tekan maksimal)

94
3 Lakukan cuci tangan dengan 6 √
langkah: √
a. Gosok kedua telapak tangan
hingga merata
b. Gosok punggung dan sela sela
jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
c. Gosok kedua telapak dan sela-
sela jari
d. Jari- jari sisi dalam dari kedua
tangan saling mengunci
e. Gosok ibu jari kiri berputar
dengan genggaman tangan
kanan dan sebaliknya.
f. Gosok dengan memutar ujung
jari-jari tangan.kanan di
telapak tangan kiri dan
sebaliknya)
4 Bilas kedua tangan dengan air √
mengalir √
5 Keringkan dengan handuk/tissue towel √√
sekali pakai sampai benar-benar √
kering.
6 Gunakan handuk/tissue tersebut untuk √
menutup kran/ √
7 Waktu cuci tangan dilaksanakan √
selama 40-60 detik √
Total 7 0 0 0
Sub total 21 0 0 0
Total persen 100%
Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023
Analisa Data :
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa hasil pelaksanaan
mencuci tangan dengan sabun dan air di ruang ICU/PICU RSUD
Muntilan dengan kategori sangat baik dengan nilai 100%, harus
dipertahankan.

Tabel 3. 34 Pelaksanaan Lima (5) Moment Cuci Tangan


Obeservasi
No Variabel Yang Dinilai
SL SR KD TP
1 Sebelum kontak dengan pasien √
2 Sebelum melakukan tindakan aseptik/ prosedur √
3 Setelah kontak dengan darah cairan tubuh √pasien √
4 Setelah kontak dengan pasien √

95
5 Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien √
Total 5 0 0 0
Sub total 15 0 0 0
Total persen 100%
Sumber : Data Observasi Tanggal 12 Januari 2023

Analisa Data :
Berdasrkan tabel dapat diketahui bahwa hasil pelaksanaan 5
(lima) moment cuci tangan di ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
dengan kategori sangat baik dengan nilai 100%, harus dipertahankan.

D. Pengarahan

Tabel 3. 35 Kajian Data Actuating di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan


Kabupaten Magelang
Dilakukan
No Standar Metode Keterangan
Ya Tidak

1 Pengarahan √ Observasi Dilakukan oleh


kepala ruang

2 Supervise/Staff √ Observasi Dilakukan oleh


kepala ruang

3 Koordinasi √ Observasi Dilakukan oleh


kepala ruang

4 Orientasi Staff √ Observasi Dilakukan oleh


kepala ruang

5 Orientasi Mahasiswa √ Observasi Dilakukan oleh


Praktik pembimbing
klinik

6 Orientasi √ Observasi Dilakukan oleh


Pasien/Keluarga perawat
associate

7 Memobilisasi sumber √ Observasi Dilakukan oleh


daya yang ada untuk SDM
mencapai tujuan

8 Memberi motivasi pada √ Observasi Dilakukan oleh


anggota kepala ruang

96
9 Membuat keputusan √ Observasi Dilakukan oleh
kepala ruang

10 Manajemen konflik √ Observasi Dilakukan oleh


kepala ruang

11 Menelaah kemampuan √ Observasi Dilakukan oleh


individu kepala ruang

12 Membimbing tenaga √ Observasi Karu memberi


keperawatan kesempatan
perawat untuk
mengikuti
pelatihan

13 Mengadakan pertemyan √ Observasi Pertemuan


berkala/sewaktu-waktu diadakan setiap
dengan staff keperawatan 1 bulan sekali
dan petugas lain bertugas
diruang rawatnya

14 Memberikan √ Observasi Karu


kesempatan/ijin kepada mnejelaskan
staff keperawatan ketentuan tukar
jaga dan cuti

15 Mengupayakan √ Observasi Koordinator


pengadaan peralatan dan sarpas dan
obat-obatan farmasi

16 Mendampingi visite √ Observasi Namun tidak


dokter dan mencatat selalu
instruksi dokter dilakukan oleh
perawat

17 Mengelompokkan pasien √ Observasi Peraturan RS


dan mengatur ruang intensif
penempatannya di ruang tidak boleh
intensif menurut tingkat menolak pasien
kegawatan, infeksi/non
infeksi untuk kelancaran
pemberian asuhan
keperawatan

18 Mengendalikan kualitas √ Observasi Tugas ini


system pencatatan dan didelegasikan
pelaporan asuhan kepada perawat
keperawatan masing-masing
ruangan

19 Meneliti pengisian √ Observasi Pengisian


formulir sensus harian formulir
pasien di ruang rawat

97
dilakukan oleh
perawat

20 Meneliti/memeriksa √ Observasi Daftar


pengisisan daftar kebutuhan
permintaan makanan nutrisi pasien
pasien berdasarkan oleh ahli gizi
macam dan jenis makan
pasien

21 Menyiapkan berkas √ Observasi Dilakukan oleh


catatn medik pasien perawat

22 Membimbing √ Observasi Dilakukan oleh


siswa/mahasiswa pembimbing
keperawatan yang klinik
menggunakan ruang
rawatnya sebagai lahan
praktik

23 Memberi penyuluhan √ Observasi Penyuluhan


kesehatan diberikan
secara
situasional
Ketika bertemu
dengan
keluarga pasien

24 Melakukan serah terima √ Observasi Serah terima


pasien dan lain-lain pada dilakukan di
saat pergantian dinas nurse station
yang dihadiri
oleh perawat
jaga
selanjutnya dan
sebelumnya

Jumlah 22 2

Persentase 22/24x100% 91,6% 8,3%

Sumber : Data observasi tanggal 15 Maret 2023

Analisa Data :

Berdasarkan hasil pada table di atas didapatkan bahwa organizing berjalan


dengan baik (90%) namun masih diperlukan evaluasi terkait kegiatan pre
conference dan post conference yang belum dilaksanakan sesuai pedoman.

98
E. Pengendalian
Ruang ICU/PICU adalah ruang perawatan intensif dewasa dan anak.
Sistem evaluasi di Ruang ICU/PICU dilakukan secara berjenjang mulai dari
tingkat ruangan oleh kepala ruang dengan tindakan awal berupa teguran secara
lisan, kemudian menulis surat pernyataan, hingga kemudian pelaporan ke
bagian komite etik atau komite keperawatan tergantung bentuk permasalahan
yang terjadi.
1. Audit Hasil
Indikator mutu pelayanan, indicator pasien dan SDM seperti berikut ini:
a. Indikator Mutu Umum
Tabel 3. 36 Efisiensi Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
Tahun 2022
Ruang Indikator Standard
Keterangan
BOR (%) (Depkes RI, 2005)

ICU 61,68 Sesuai standard


60-85
PICU 51,23 Tidak sesuai standar

Sumber : Instalasi Catatan Medik RSUD Muntilan


Tabel 3. 37 Efisiensi Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
Tahun 2022
No. Indikator Hasil Standard
(Depkes RI,
2005)
BOR (%) 61,68 60-85
LOS (%) 13,22 3-12
TOI (%) 8,35 1-3
ICU
BTO (%) 16,75 40-50
GDR 873,13 ≤ 45 o/oo
NDR 522,39 ≤ 25 o/oo
BOR (%) 51,23 60-85
LOS (%) 11,60 3-12
TOI (%) 11,90 1-3
PICU
BTO (%) 5,00 40-50
GDR 400,00 ≤ 45 o/oo
NDR 100,00 ≤ 25 o/oo
Sumber : Instalasi Catatan Medik RSUD Muntilan

99
Analisa Data

Berdasarkan table di atas menunjukkan bahwa rata-rata


pemakaian tempat tidur (BOR) di Ruang ICU RSUD Muntilan pada
bulan Januari – Desember 2022 adalah 61,68 %, standar BOR yang
ditetapkan oleh Depkes RI adalah 60 sampai 85%. Angka ini
menunjukkan bahwa BOR di Ruang ICU RSUD Muntilan sudah sesuai
standar. Namun pada ruang PICU menunjukan BOR 51,23 masih
rendah belum menunjukkan angka BOR ideal yang sesuai standard.
Angka ini menggambarkan pemanfaatan tempat tidur di ruang PICU
RSUD Muntilan belum efisien.
Rata-rata hari perawatan pasien dirawat hari pada Januari –
Desember 2022 di Ruang ICU (LOS) adalah 13,22 hari, hasil tersebut
menunjukkan bahwa lamanya perawatan pasien belum sesuai dengan
standard rumah sakit yaitu 3-12 hari. Pada Ruang PICU adalah 11,60,
hasil tersebut menunjukkan bahwa lamanya perawatan pasien sudah
sesuai dengan standard rumah sakit.
TOI (Turn Over Interval) adalah tingkat hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat ke saat sampai terisi kembali. Berdasarkan standard
Kementrian Kesehatan untuk TOI adalah 1-3 hari. Pada bulan Januari –
Desember 2022 di ruang ICU adalah 8,35 hari dan pada ruang PICU
yaitu 11,90. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata tempat tidur
yang kosong belum ideal karena lebih dari 1-3 hari.
BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur rumah sakit. BTO pada bulan Januari – Desember 2022 rata-rata
di Ruang ICU RSUD Muntilan yaitu 16,75 kali dalam setahun, pada
ruang PICU yaitu 5,00. Angka ini belum ideal karena idealnya selama
setahun 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Gross Death Rate (GDR) adalah angka kematian umum di
Rumah Sakit untuk tiap 1.000 penderita keluar. GDR pada ruang ICU
yaitu 873,13 dan PICU adalah 400,00.
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48
jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini

100
memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. NDR di Ruang
PICU adalah 522,39 dan PICU adalah 100,00.

2. Mutu Asuhan Keperawatan


Terdiri atas instrumen A, B, dan C. Asuhan Keperawatan yang
identik dengan stadar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk
mengukur keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan, SAK terdiri daari
6 standar (Depkes RI, 1998), yaitu:
1) Standar Pengkajian Keperawatan
2) Standar Diagnosa Keperawatan
3) Standar Perencanaan Keperawatan
4) Standar Pelaksanaan Keperawatan/Intervensi
5) Standar Evaluasi
6) Standar Catatan Asuhan Keperawatan
Mutu asuhan keperawatan dinilai menggunakan standar
penilaian dengan instrumen A, instrumen B, dan instrumen C. Kriteria
penilaian dengan menggunakan klasifikasi penilaian menurut Arikunto
(2006), dengan rentang nilai sebagai berikut:
1) Kategori baik (76-100%)
2) Kategori cukup (65-75%)
3) Kategori kurang (0-64%)

a. Mutu Pelayanan
1) Instrumen A
a) Pengkajian
Tabel 3. 38 Pengkajian di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang (n=7)
KODE REKAM MEDIK
No Aspek yang dinilai PASIEN Jml Skor Ket
1 2 3 4 5 6 7
1 Pengkajian lengkap maksimal √ 7 100%
√ √ √ √ √ √
1 x 8 jam
2 Pengkajian alasan masuk
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
RS/Keluhan utama

101
3 Pengkajian riwayat
kesehatan/riwayat penyakit √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
sekarang
4 Pengkajian alergi √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
5 Pengkajian status psikososial √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
6 Pengkajian fisik √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
7 Pengkajian decubitus √ √ √ √ √ √ √ 7 0%
8 Pengkajian risiko jatuh √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
9 Pengkajian nyeri √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
10 Pengkajian nutrisi √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
11 Pengkajian status fungsional √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
12 Pengkajian discharge
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
planning dalam 2 x 24 jam
13 Pengkajian kebutuhan
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
Edukasi
Sub Total A 91 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumen Mahasiswa Polkesyo, 2023
Analisa Data
Hasil pengkajian pada Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan pada
semua aspek yang ingin dicapai, sudah sangat baik dengan nilai
rata-rata 100%.

b) Diagnosa
Tabel 3. 39 Diagnosis di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang (n=7)
KODE REKAM MEDIK
No Aspek yang dinilai PASIEN Jml Skor Ket
1 2 3 4 5 6 7
1 Masalah keperawatan
dirumuskan sesuai dengan √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
hasil pengkajian
2 Masalah dirumuskan 7 100%
√ √ √ √ √ √ √
berdasarkan SDKI
3 Masalah utama ditetapkan
maksimal √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
1 x 24 jam
Sub Total B 21 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumen Mahasiswa Polkesyo, 2023

102
Analisa Data

Hasil observasi pada data diagnosis di Ruang ICU/PICU RSUD


Muntilan pada semua aspek sudah sangat baik dengan nilai rata-
rata 100%.

c) Rencana
Tabel 3. 40 Rencana Tindakan di Ruang ICU/PICU RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang (n=7)
KODE REKAM MEDIK
No Aspek yang dinilai PASIEN Jml Skor Ket
1 2 3 4 5 6 7
1 Tujuan terukur ditetapkan √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
2 Tujuan menggambarkan dan 7 100%
√ √ √ √ √ √ √
mengatasi masalah pasien
3 Rencana utama ditetapkan 7 100%
√ √ √ √ √ √ √
maksimal 1 x 24 jam
Sub Total C 21 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumen Mahasiswa Polkesyo, 2023
Analisa Data

Hasil observasi pada data rencana tindakan di Ruang ICU/PICU


RSUD Muntilan pada semua aspek sudah sangat baik dengan
nilai rata-rata 100%.

d) Tindakan
Tabel 3. 41 Tindakan di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang Tanggal 12-14 Januari 2023 (n=7)
KODE REKAM
No Aspek yang dinilai MEDIK PASIEN Jml Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Perawat memberikan
penjelasan tentang hak dan 100%
√ √ √ √ √ √ √ 7
kewajiban pasien dalam
waktu 1x24 jam

103
2 Melaksanakan pengukuran
dan tanda vital (suhu, nadi,
kecepatan respirasi, tekanan √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
darah, dan skala nyeri) sesuai
dengan kondisi pasien
3 Melaksanakan monitoring
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
asupan nutrisi
4 Melaksanakan pemberian
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
obat sesuai order
5 Melaksanakan moitoring
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
reaksi obat
6 Melaksanakan monitoring
pasien dengan risiko
jatuh/risiko bunuh diri/risiko
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
mencederai diri atau orang
lain (sesuai karakteristik
pasien)
7 Melaksanakan monitoring
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
Decubitus
8 Melaksanakan Tindakan
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
sesuai rencana
9 Melaksanakan edukasi pada
pasien dan keluarga tentang √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
nyeri
10 Melaksanakan edukasi pada
pasien dan keluarga tentang √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
cara penggunaan obat
11 Melaksanakan edukasi pada
pasien dan keluarga tentang √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
pemakaian gelang identitas
12 Melaksanakan edukasi pada
pasien dan keluarga tentang √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
infeksi
13 Melaksanakan edukasi pada
pasien dan keluarga tentang √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
penggunaan alat bantu
14 Melaksanakan edukasi pada
pasien dan keluarga tentang √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
discharge planning
Sub Total D 98 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumen Mahasiswa Polkesyo, 2023

Analisa Data

Hasil observasi pada data tindakan di Ruang ICU/PICU RSUD

104
Muntilan pada semua aspek sudah sangat baik dengan nilai rata-
rata 100%.

e) Evaluasi
Tabel 3. 42 Evaluasi di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang Tanggal 12-14 Januari 2023 (n=7)
KODE REKAM MEDIK
No Aspek yang dinilai PASIEN Jml Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Evaluasi hasil dilaksanakan
minimal 1x perhari dan √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
perubahan kondisi
2 Evaluasi proses merupakan
bagian yang tidak dapat √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
dipisahkan dari implementasi
3 Discharge planning
dilengkapi pada saat pasien √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
akan pulang
Sub Total E 21 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumen Mahasiswa Polkesyo, 2023

Analisa Data

Hasil observasi pada data evaluasi di Ruang ICU/PICU RSUD


Muntilan pada semua aspek sudah sangat baik dengan nilai
rata-rata 100%.

f) Catatan Asuhan Keperawatan


Tabel 3. 43 Catatan Asuhan Keperawatan di Ruang ICU/PICU
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang (n=7)
KODE REKAM MEDIK
No Aspek yang dinilai PASIEN Jml Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Pencatatan ditulis
menggunakan formulir yang √ √ √ √ √ √ √ 7 100%
baku
2 Pencatatan ditulis dengan
jelas, ringkas, istilah dan
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
singkatan yang baku dan
benar

105
3 Setiap dokumentasi
keperawatan mencantumkan
√ √ √ √ √ √ √ 7 100%
paraf/nama jelas, tanggal dan
jam dilakukannya tindakan
Sub Total F 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumen Mahasiswa Polkesyo, 2023

Analisa Data
Hasil observasi pada data catatan asuhan keperawatan di Ruang
ICU/PICU RSUD Muntilan pada semua aspek sudah sangat
baik dengan nilai rata-rata 100%.
Nilai rata-rata studi dokumentasi standar asuhan
keperawatan di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan.
Persentase :
TOTAL (Nilai Skor Subtotal A+B+C+D+E+F)
<=> 100% + 100% + 100% + 100% + 100% + 100%
<=> 600% : 6
= 100%
Instrumen A rumah sakit digunakan untuk mengetahui kelengkapan
dokumen asuhan keperawatan di suatu ruang perawatan.
Berdasarkan studi Dokumentasi Standar Asuhan Keperawatan di
Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan nilainya sangat baik yakni
100% yang menunjukkan bahwa kelengkapan dokumen ruangan
tersebut sudah baik. Meskipun demikian perlu adanya upaya untuk
tetap mempertahankan capaian tersebut.
2) Instrumen B
a) Kajian Teori
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah
dilihat dari persentasi klien tentang mutu asuhan keperawatan
yang dilakukan. Untuk mengevaluasi hal ini perlu suatu
instrumen yang baku. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Muntilan menggunakan format standar asuhan keperawatan
yang telah ditetapkan oleh RS untuk mengevaluasi persepsi
klien terhadap mutu asuhan keperawatan. Instrumen B

106
digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan dilakukan
dengan memberikan angket kepada 7 pasien dan/atau keluarga
di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan yang telah dirawat
minimal 3x24 jam.

b) Kajian Data
Instrumen Evaluasi
Hasil wawancara mengenai tindakan keperawatan
yang dilakukan di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Januari
2023 menggunakan instrumen B didapatkan hasil:
Tabel 3. 44 Distribusi Pasien Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan (n=7)
No Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
1 Tidak Sekolah 0 0
2 SD 5 70
3 SMP 0 0
4 SMA 2 30
Total 7 100 %
Sumber: Data Primer Angket Januari 2023

Analisa Data
Didapatkan hasil distribusi pasien berdarkan tingkat pendidikan di
ruang ICU/PICU RSUD Muntilan sudah cukup baik, dengan nilai
total 100%.

Tabel 3. 45 Data Hari Perawatan Pasien Ruang


ICU/PICU RSUD Muntilan Pada Januari 2023 (n=7)
No Lamanya dirawat (hari) Jumlah Presentase (%)
1 0–3 hari 3 40
2 4–7 hari 4 60
3 >7 hari 0 0
Total 7 100 %
Sumber: Data observasi tanggal 15 Maret 2023

107
Analisa Data
Hasil data observasi dari hari perawatan pasien di ruangan
ICU/PICU RSUD Muntilan mendapakan nilai total 100%.

Tabel 3. 46 Persepsi Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan


(Instrumen B) di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang (n=7)
Hasil
No Kriteria Ket
Y % T %
1. Perawat memberi salam dan
memperkenalkan diri pada saat pertama 5 70 2 30
kali masuk kamar
2. Perawat menanyakan nama dan tanggal
lahir atau nomor rekam medis sebelum 7 100 0 0
melakukan tindakan
3. Perawat memberikan penjelasan
tentang hak dan kewajiban pasien 7 100 0 0

4. Pada saat pasien dirawat, perawat selalu


memberikan penjelasan tentang
fasilitas yang tersedia dan cara 7 100 0 0
penggunaannya
5. Pada saat pasien dirawat, perawat
memberikan penjelasan tentang tata 7 100 0 0
tertib yang berlaku
6. Perawat menanyakan riwayat
pendidikan pasien dan riwayat penyakit 7 100 0 0
keluarga
7. Perawat selalu memberikan program /
rencana tindakan keperawatan yang 7 100 0 0
akan dilakukan dengan jelas
8. a. Perawat selalu menanyakan selera
makan pasien selama dirawat. 1 20 6 80
b. Perawat selalu menanyakan jumlah
makanan dan minuman yang 7 100 0 0
dihabiskan
c. Perawat menyuapi memberikan
makan pasien, apabila pasien belum 7 100 0 0
mampu makan sendiri
9. Selama pasien tidak mampu
memenuhi kebutuhan kebersihan diri,
perawat membantu memandikan, 7 100 0 0
menggosok gigi, mengganti pakaian,
menyisir rambut dll.

108
10. Selama pasien belum bisa melakukan
buang air besar / buang air kecil secara
mandiri, perawat selalu memberikan 7 100 0 0
bantuan
11. Perawat selalu memberikan penjelasan
akibat-akibat yang ditimbulkan bila
kurang bergerak dan berbaring lama 7 100 0 0
(khusus pada pasien tirah baring lama)
12. Perawat selalu melibatkan keluarga
dalam memberikan pelayanan 5 80 2 20
keperawatan
13. Perawat memperhatikan kebersihan
kamar pasien 7 100 0 0
14. Alat-alat seperti : sprei, selimut dan
Sarung bantal selalu diganti secara 7 100 0 0
teratur dan jika kotor
15. Perawat selalu menyediakan waktu
untuk mendengarkan dan 6 80 1 20
memperhatikan keluhan pasien
16. Perawat menindaklanjuti keluhan
7 100 0 0
tersebut
17. Perawat selalu menjelaskan hasil dan
tindak lanjut keluhan tersebut 6 80 1 20
18. Perawat selalu menanyakan perubahan
yang dirasakan pasien setelah 2 30 5 70
dilakukan tindakan
19. Pada saat masuk RS perawat
menanyakan riwayat penggunaan obat- 7 100 0 0
obatan yang pernah dilakukan
20. Dalam pemberian obat, perawat selalu
menginformasikan obat yang akan 6 80 1 20
diberikan dan kegunaannya.
21. Pada saat pertama kali masuk dirawat
perawat menanyakan tentang alergi 7 100 0 0
makanan dan obat-obatan
22. Selama pasien dalam perawatan,
perawat selalu mengobservasi keadaan
secara teratur pada pagi, sore maupun 7 100 0 0
malam
23. Setelah pasien diperbolehkan pulang,
perawat selalu memberikan penjelasan
tentang perawatan dirumah, 7 100 0 0
pengobatan dan perawatan lanjutan
24. Setiap kali memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien, perawat
7 100 0 0
selalu menunjukkan sikap dan ekspresi
wajah yang siap melayani
25. Perawat merespon panggilan terhadap
bel pasien kurang dari 5 menit 6 80 1 20

109
26. Untuk pasien dengan resiko jatuh
a. Perawat menjelaskan tentang resiko
7 100 0 0
jatuh yang terjadi pada pasien
b. Perawat melakukan pencegahan
terhadap resiko jatuh pada pasien,
seperti menutup pagar tempat tidur,
7 100 0 0
mengunci roda tempat tidur,
mendekatkan bel dll
27 Perawat selalu menanyakan keluhan
nyeri pasien secara berkala 6 80 1 20
28. Perawat melakukan tindak lanjut
terhadap keluhan nyeri pasien sesuai 6 80 1 20
dengan harapan pasien
29. Perawat memberikan pendidikan
kesehatan tentang cuci tangan, etika 7 100 0 0
batuk, dan cara membuang sampah
30. Perawat memberikan penjelasan ketika
pasien akan dipasang alat bantu
kesehatan seperti (infuse, selang 7 100 0 0
oksigen, selang makan, selang
catheter, dll)
31. Perawat menyediakan waktu yang
cukup dalam memberikan informasi 6 80 1 20
pendidikan kesehatan
32. Perawat mendorong/ mempersilahkan
pasien/keluarga untuk bertanya,
mengulangi, penjelasan atau 7 100 0 0
mempraktekkan informasi/pendidikan
kesehatan yang diberikan
Jumlah 219 18
Nilai:
𝒙=
𝐘𝐚
x 100% 92,4%
𝐘𝐚+𝐓𝐢𝐝𝐚𝐤

Sumber: Data observasi dan wawancara tanggal 15 Maret 2023

3) Instrumen C
Tabel 3. 47 Nilai Rata-Rata penilaian Observasi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan (n=7)
No Tindakan F Nilai rata-rata Keteranga
(%) n
1 Mengganti alat Perawat mengganti alat tenun pasien
tenun kotor pada yang kotor tanpa memindahkan
7 100%
tempat tidur tanpa pasien dengan benar sesuai prosedur
memindahkan yang sudah ditentukan.
pasien

110
2 Menyuapi pasien Perawat memberikan makanan
7 100% pada pasien sesuai prosedur
yang sudah ditentukan.
3 Menolong pasien 7 100% Perawat menolong pasien BAB sesuai
BAB prosedur yang sudah ditentukan.
4 Memandikan Perawat memandikan pasien di
7 100%
pasien di tempat tempat tidur sesuai prosedur yang
tidur sudah ditentukan.
5 Membersihkan Perawat melakukan oral hygiene pada
7 100% pasien tidak sadar sesuai prosedur yang
mulut pada pasien
tidak sadar sudah ditentukan.
Rata-rata 100%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 2023

Analisa data
Hasil dari penilaian observasi pelaksanaan tindakan perawatan di
ruang ICU/PICU dengan menggunakan “Instrumen Evaluasi
Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Menggunakan
Instrumen C” diperoleh rata-rata persentase adalah 100% yang
mana termasuk dalam kategori baik. Angka tersebut menunjukkan
tindakan yang dilakukan oleh perawat sudah sesuai dengan SPO
sehingga harus dipertahankan.
Nilai rata-rata mutu asuhan keperawatan berdasarkan
instrument A, B, C di ruang ICU/PICU dapat dilihat di table berikut.

Ruang Instrumen Rata-rata


A B C
ICU/PICU 100% 92,4% 100% 97,4%
Tabel 3. 48 Sumber : Data Primer Observasi, Angket, dan Wawancara

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mutu asuhan


keperawatan berdasarkan instrument A,B,C Ruang ICU/PICU adalah
97,4% Hasil tersebut, dapat diketahui bahwa mutu asuhan keperawatan
di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan dalam kategori baik.

111
3. Mutu Klinik
Tabel 3. 49 Hasil Evaluasi Identifikasi Mutu Klinik di Ruang
ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
No Aspek Standar Hasil Persentase Ket

1 Kepatuhan identifikasi 100% 19 97%


pasien
2 Kelengkapan ≥85% 1 99,9%
pendokumentasian skrining
nyeri dalam waktu 24 jam
setelah pasien masuk rawat
inap
3 Kejadian reaksi transfusi ≤0,01% 0 0%
4 Kejadian decubitus selama 0% 1 0,1%
masa perawatan
5 Kerusakan gelang identitas ≤5% 7 0,4%
pasien selama perawatan
6 Kepatuhan serah terim a 100% 28 99,2%
tugas perawat antar shift
(handover) di ruang rawat
inap
7 Kesalahan pemberian obat 0% 2 0,2%
High alert melalui syringe
pump di ICU
8 Kepatuhan upaya 100% 0 100%
pencegahan risiko jatuh
pasien
9 Kejadian VAP pada pasien <0,58 0 0
yang terpasang ventilator
10 Kepatuhan verifikasi 100% 19 94,7%
laporan verbal (TBAK) oleh
DPJP
Sumber : Arsip Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan

Analisa data

Berdasarkan hasil evaluasi dari tabel di atas dapat diketahui bahwa :


1. Kepatuhan identifikasi pasien
Jumlah kejadian kurang patuh dalam identifikasi pasien adalah 19
kali dengan persentase kepatuhan yaitu sebanyak 97%. Hal ini

112
menunjukan bahwa masih ada tenaga kesehatan di Ruang
ICU/PICU yang lupa melakukan identifikasi terhadap pasien
sebelum melakukan tindakan.
2. Kelengkapan pendokumentasian skrining nyeri dalam waktu 24
jam setelah pasien masuk rawat inap
Jumlah kejadian tidak lengkap pendokumentasian skrining nyeri
dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk rawat inap hanya
berjumlah 1 kali kejadian dan persentase yang didapat yaitu 99,9%.
Standar yang ditetapkan oleh Depkes RI adalah ≥85%, ini
menunjukan bahwa kelengkapan pendokumentasian nyeri di Ruang
ICU/PICU sudah sangat baik karena berada pada standar yang
ditetapkan.
3. Kejadian reaksi transfusi
Jumlah kejadian reaksi transfusi di Ruang ICU/PICU RSUD
Muntilan selama periode Januari hingga Maret 2023 yaitu 0
kejadian atau tidak terjadi kejadian reaksi transfuse di Ruang
ICU/PICU.
4. Kejadian dekubitus selama masa perawatan
Jumlah terjadinya kejadian decubitus di Ruang ICU/PICU RSUD
Muntilan yaitu sebanyak 1 kejadian dengan persentase 0,1%,
berada di atas standar yang ditetapkan yaitu 0%. Ini berarti petugas
di Ruang ICU/PICU masih harus meningkatkan pemantauan
decubitus pada pasien terlebih pasien dengan tirah baring lama.
5. Kerusakan gelang identitas pasien selama perawatan
Jumlah kejadian kerusakan gelang identitas pasien selama
perawatan yaitu sebanyak 7 kejadian, yaitu dengan persentase
0,4%. Standar yang ditetapkan yaitu ≤5%. Kejadian kerusakan
gelang identitas pasien selama perawatan di Ruang ICU/PICU
sudah baik karena berada pada standar yang ditetapkan Depkes RI.
6. Kepatuhan serah terima tugas perawat antar shift (handover) di
ruang rawat inap

113
Kejadian ketidakpatuhan serah terima perawat antar shift
(handover) di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan yaitu 28 kali
(99,2%), sedangkan standar yang ditetapkan 100%, ini menunjukan
bahwa masih ada perawat yang tidak patuh pada saat serah terima
perawat antar shift (handover).
7. Kesalahan pemberian obat High alert melalui syringe pump di ICU
Kejadian kesalahan pemberian obat High Alert melalui syringe
pump di ICU/PICU adalah sebanyak 2 kali kesalahan. Standar yang
ditetapkan Depkes RI yaitu 0%, sedangkan pada Ruang ICU/PICU
didapatkan persentase kesalahan dalam pemberian obat high alert
melalui syring pump sebanyak 0,2%. Hal ini menunjukan bahwa
pemberian obat high alert harus diperhatikan lagi agar dapat
meningkatkan keamanan bagi pasien.
8. Kepatuhan upaya pencegahan risiko jatuh pasien
Tingkat kepatuhan tenaga kesehatan, khususnya perawat dalam
pencegahan risiko jatuh pasien di Ruang ICU/PICU RSUD
Muntilan sudah sangat baik, dapat dilihat pada data persentase yang
diperoleh yaitu 100%. Ini sudah sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI.
9. Kejadian VAP pada pasien yang terpasang ventilator
Jumlah kejadian VAP atau kejadian infeksi nosokomial karena
penggunaan ventilator di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
sebanyak 0 kejadian. Ini berarti petugas kesehatan di Ruang
ICU/PICU sudah sangat baik dalam pencegahan infeksi
nosokomial.
10. Kepatuhan verifikasi laporan verbal (TBAK) oleh DPJP
Jumlah ketidakpatuhan verifikasi laporan verbal (TBAK) oleh
DPJP sebanyak 19 kali (94,7%). Ini berarti masih ada Dokter
Penanggung Jawab Pasien yang kurang patuh dalam melaksanakan
komunikasi efektif dengan menerapkan teknik komunikasi lisan per
telepon dengan menulis, membaca berulang dan melakukan
konfirmasi pesan yang diterima oleh pemberi pesan.

114
Tabel 3. 50 Pelaksanaan Patient Safety di Ruang ICU/PICU
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Pencegahan Infeksi Nosokomial (n=7)
Jawaban
No Prosedur
Ya Tidak
1 Di instalasi dan ruang rawat inap tersedia 7
tempat cuci tangan dan cairan antiseptic
2 Perawat melakukan edukasi kepada 7
pasien/keluarga
3 Perawat melakukan edukasi mengenai 7
penempatan piring kotor
4 Perawat melakukan cuci tangan sebelum dan 7
sesudah menyentuh pasien
5 Petugas rumah sakit, petugas kesehatan 7
perawat petuh terhadap prosedur cuci tangan
6 Perawat menggunakan alat-alat disposable 7
hanya untuk sekali pakai
7 Setelah menggunakan alat non-disposible 7
perawat mencucinya dengan desinfektan
8 Linen kotor ditempatkan di tempat tertutup 7
Jumlah 56 0
Perentase 100%
Sumber: Hasil Observasi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 2023
Analisa Data
Dari tabel di atas, didapatkan hasil pelaksanaan patient safety
pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat pada ruang ICU/PICU
RSUD Muntilan sudah sangat baik, dengan nilai total 100%.

F. Anggaran/Pendapatan
Tabel 3. 51 Capaian Kinerja Keuangan (Pendapatan) Januari-Mei Tahun
2022 di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
No Uraian Januari Februari Maret April Mei
1 Umum 33.730.500 14.624.000 50.494.000 51.337.350 20.785.000
2 JKN 95.200.350 114.423.720 206.111.375 112.377.375 -
Sumber Data Arsip Ruangan

Analisa Data :
Rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non medis
merupakan salah satu fungsi rumah sakit, agar pelayanan rumah sakit tersebut

115
dapat berjalan secara optimal dan dapat dirasakan oleh masyarakat, maka
untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan bahan medis maupun
non medis yang memerlukan dana
Sumber dana untuk rumah sakit :
1. APBD
2. APBN
3. Bea Cukai
4. BLUD

116
BAB IV
RENCANA DAN IMPLEMENTASI

A. Identifikasi Masalah
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada kepala ruang,
kami menemukan masalah pada saran dan prasarana yaitu kurang tertata
rapinya alat medis dan non medis pada tiap ruangan sehingga tercampur
dengan peralatan lain, selain itu beberapa alat yang rusak atau dalam masa
perbaikan tidak diletakkan ke dalam ruangan khusus alat-alat/gudang,
beberapa petugas meletakan barang/alat bukan pada tempatnya, kebutuhan
kursi untuk penunggu pasien dan petugas perawat yang juga kurang,
kemudian kartu inventaris ruangan yang tidak tersedia di setiap ruangan,
tidak tersedia papan penunjuk arah/etiket ruangan, tidak ada papan
informasi mengenai jam besuk, dan papan peraturan bagi penunggu pasien.
2. Ketenagaan
a. Menurut perhitungan menurut Gillies, jumlah perawat yang
dibutuhkan rata-rata pasien 6 yaitu 8 perawat, menurut Douglas
rata-rata pasien 6 yaitu 7 perawat, menurut Depkes rata-rata pasien
6 yaitu 9 perawat, sedangkan jumlah tenaga perawat ICU/PICU saat
ini sebanyak 24 perawat. Berdasarkan perhitungan tersebut bahwa
jumlah tenaga perawat di Ruang ICU/PICU adalah lebih. Namun
karena Ruang ICU/PICU merupakan ruang intensif care sehingga
memiliki kajian yang berbeda dari ruang bangsal lain. Menurut
Pedoman HCU/ICU Indonesia Kemenkes Tahun 2010 disebutkan
bahwa jumlah perawat ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat
tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat
pada pasien yg menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:1,
perbandingan perawat pada pasien yang tidak menggunakam
ventilasi mekanik adalah 1:2. Sehingga didapatkan bahwa perawat
di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan Kabupaten Magelang adalah
kurang.

117
b. Berdasarkan data, ditemukan bahwa tingkat pendidikan perawat di
ruang ICU/PICU dengan jenjang Profesi Ners sebanyak 2 orang, D4
Keperawatan sebanyak 1 orang dan D3 Keperawatan sebanyak 21
orang. Pelatihan yang telah diikuti oleh perawat di Ruang ICU/PICU
RSUD Muntilan antara lain ICU, BTCLS, Pelatihan Ventilator, dan
Pelatihan Cardiologi Dasar.
3. Pengorganisasian
a. Berdasarkan tabel pelaksanaan tugas kepala ruang di Ruang
ICU/PICU tergolong dalam kategori baik (91,6%). Kepala ruang
dinilai sudah optimal dalam melakukan pembagian tugas,
memberikan informasi kepada semua staf dan dapat berperan
sebagai konsultan. Namun, belum diadakan CNE dikarenakan
belum terprogram dan saat ini untuk mengikuti CNE berdasarkan
keinginan masing masing setiap perawat.
b. Berdasarkan hasil observasi tugas PPJA di ruang ICU/PICU pada
tabel didapatkan bahwa pelaksanaan tugas PPJA tergolong dalam
kategori sangat baik (100%).
4. Pengarahan
Berdasarkan Kajian data fungsi pengarahan sudah berjalan dengan
baik (91,6%). Hasil observasi menunjukkan bahwa kepala ruang
melakukan supervisi kepada PN maupun AN secara langsung kecuali saat
tidak berada dalam shift jaga. Kepala ruang selalu memberian motivasi
kepada PN maupun AN saat meeting morning. Pertemuan berkala akan
dilakukan satu bulan sekali. Topic topic khusus disampaikan ketika
meeting morning atau disampaikandengan media seperti whatsapp. Untuk
orientasi pasien baru diserahkan langsung oleh PN atau AN.
5. Pengendalian
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
pelaksanaan mutu asuhan keperawatan berdasarkan instrumen A,B,C
Ruang ICU/PICU (92,6%) sudah dilaksanakan dengan baik. Pengawasan
terhadap kondisi ruangan oleh kepala ruangan juga sudah baik.

118
B. Prioritas Masalah
1. Belum optimalnya pelaksanaan Pre & Post Conference di ruang
ICU/PICU
2. Belum optimalnya pelaksanaan Ronde Keperawatan di ruang ICU/PICU
3. Belum optimalnya sarana dan prasarana di ruangan dan inventaris di
Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan

119
C. Planning of Action

Sasaran / Penanggung
No Masalah Pokok Kegiatan Uraian Kegiatan Target Tanggal
Tujuoan Jawab
Belum optimalnya Optimalkan pre & post Membuat modul Kepala ruang dan Terlaksananya pre
pre & post conference tentang pre & post perawat ICU/PICU & post conference
1 conference di ruang conference RSUD Muntilan secara singkat dan
ICU/PICU RSUD tepat
Muntilan
Belum optimalnya Optimalkan ronde Memfasilitasi ronde Seluruh tenaga Terlaksananya
ronde keperawatan keperawatan keperawatan (SOP kesehatan di ruang ronde keperawatan
2
di ruang ICU/PICU ronde) ICU/PICU RSUD secara singkat dan
RSUD Muntilan Muntilan tepat
3. Belum Optimalkan saranadan - Membuat usulan Kepala Ruang, Terlaksananya
optimalnya prasarana, inventaris kepada ruang ICU/PICU sarana prasarana
sarana dan di Ruang ICU/PICU koordinator saran RSUD Muntilan dan inventaris
prasarana di dan prasarana yang sesuai
ruangan dan untuk melakukan
inventaris di inventaris barang
ruang ICU/PICU secara berkala
RSUD Muntilan - Membuat daftar
atau kartu
inventaris
ruangan

120
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan manajemen keperawatan di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan telah
berlangsung. Dari hasil pengkajian hingga evaluasi selama praktik manajemen
keperawatan Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan, mahasiswa memperoleh
gambaran umum pelaksanaan manajemen keperawatan di Ruang ICU/PICU dan
dapat menerapkan proses manajemen keperawatan di ruangan yang sebagian
sudah dilaksanakan. Untuk mengidentifikasi masalah, mahasiswa melakukan
observasi, wawancara, dan studi dokumen di Ruang ICU/PICU. Adapun
masalahyang dapat teridentifikasi antara lain :
1. Belum optimalnya pre dan post conference di Ruang ICU/PICU
RSUD Muntilan
2. Belum optimalnya ronde keperawatan di Ruang ICU/PICU RSUD
Muntilan
3. Belum optimalnya sarana dan prasarana dan inventaris ruangan
di Ruang ICU/PICU RSUD Muntilan
Untuk implementasi yang telah dilakukan antara lain :
1. Pelaksanaan pembuatan modul pre dan post conference beserta
video roleplay.
2. Pelaksanaan pembuatan modul ronde keperawatan beserta video
roleplay.
3. Pelaksanaan pembuatan Kartu Inventaris Ruang pada setiap
ruanagan di Ruang ICU/PICU
Dari implementasi yang sudah dilakukan tidak terdapat kendali dan
sudah terlaksana dengan baik.

121
B. Saran
1. Untuk Kepala Ruangan
Kepala ruangan sudah melaksanakan tupoksinya dengan sangat
baik. Diharapkan ke depannya lebih maksimal lagi dalam
memimpin danmengayomi ketua tim dan perawat pelaksana
2. Untuk Ketua Tim (Primary Nurse)
Peran ketua tim dalam pemberian asuhan keperawatan sudah
sangat baik.Diharapkan ketua tim dapat memaksimalkan tupoksi
dan perannya dalam pemberian asuhan keperawatan.
3. Untuk Perawat Pelaksana
Peran perawat pelaksana sudah baik. Diharapkan untuk
kedepannya lebih memaksimalkan tugas dalam melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai dengan SPO yang ada sehingga
kesejahteraan pasien dapat tercapai maksimal.
4. Untuk Kepala Bidang Keperawatan RSUD Muntilan
Diharapkan Kepala Bidang Keperawatan RSUD Muntilan dapat
memberikan arahan mengenai pelaksanaan manajemen
keperawatan terutama dalam manajemen asuhan keperawatan
kepada pasien. Kepala Bidang Keperawatan RSUD Muntilan
dapat melakukan supervisi ke ruang ICU/PICU mengenai
manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan

122
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi


revisi VI, Cetakan ke 13. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Bahtiar Yanyan dan Suarli. 2010. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan
Praktis (Safitri Amalia dan Rina Astikawati (ed.)). Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama.
Gillies. 2016. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Terjemahan
illiois W.B. Saunders Company
Indriyo Gitosudarmo. 2001. Manajemen Strategi. Yogyakarta : BPFE
Marquis, B. L. & Huston, C. J. 2010. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan
: teori dan aplikasi, (Ed. 4). Jakarta : EGC
Mugianti, Sri. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktik Keperawatan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
Republik Indonesia. Undang-undang (UU) No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit. Lembar Negara Tahun 2009 Nomor 153. Jakarta: Sekretariat Negara
Sudarta, I. W., Rosyidi, M. I., & Susilo, E. 2019. Manajemen Keperawatan Teori
& Aplikasi Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Swansburg, R. C., 2010. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan
untuk perawat klinis. Edisi terjemahan. Jakarta : Penerbit, EGC.
Tim Departemen Kesehatan RI. 2005. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar
Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Cetakan ke 5. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat Keperawatan
dan Keteknisian Medik.
Tim Departemen Kesehatan RI. 2012. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan.

123

Anda mungkin juga menyukai