Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN MANAJEMEN

DI RUANG BEDAH WANITA RSUD Dr. M HAULUSSY AMBON

Oleh :
Kelompok V

Fitri Laila R. Lattu


Inggrid Valensia Tentua
Marini Hatala
Masaro L Talakua
Merlyn Radjawane

PROGRAM STUDI PROFESI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu, kelompok, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit secara
komprehensif mencakup bio, psiko, sosio dan spiritual pada seluruh siklus
kehidupan manusia. Nursalam, (2017) mengatakan bahwa saat ini tuntutan
masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan merupakan suatu fenomena
yang direspons oleh perawat. Respons tersebut antara lain dengan banyak belajar
mengenai konsep pengelolaan keperawatan.
Dalam keperawatan, manajemen kaitannya untuk melaksanakan fungsi
perencanaan, pengorganisasian, staffing, kepemimpinan dan controlling (evaluasi).
Manajer perawat melaksanakan fungsi manajemen untuk memberikan asuhan
keperawatan. Proses manajemen keperawatan mendukung proses keperawatan,
dimana keperawatan bekerja melalui personal untuk melaksanakan perawatan,
pengobatan dan memberi rasa nyaman kepada kelompok pasien/klien. Tugas
manajer keperawatan adalah merencanakan, mengorganisasikan mengarahkan dan
mengontrol keuangan, material, dan sumber daya manusia untuk melaksanakan
yang efektif dan ekonomis kepada klien.
Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat, diera globalisasi kedudukan di Rumah Sakit menjadi sangat penting
dikarenakan tidak hanya untuk memberikan kesembuhan kepada kliennya, namun
merupakan tuntutan masyarakat dalam hal kualitas, sehingga pelayanan
keperawatan sangat menentukan keberadaannya, untuk itu pengelolaan kasus
dibidang keperawatan sangat menjadi penting untuk dijadikan perhatian para
Direktur / Manager Rumah Sakit pada umumnya dan kepala bidang perawatan pada
khususnya.
Nursalam (2017), mengemukakan bahwa pelayanan keperawatan merupakan
salah satu jenis pelayanan yang dilakukan di rumah sakit. Oleh karena itu mutu
pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi
salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat.
Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah
terbanyak, paling depan, dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta
kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya. Kualitas rumah sakit sebagai
institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung
juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
Langkah-langkah nyata dalam penataan manajemen keperawatan di institusi
pelayanan kesehatan khususnya keperawatan dimulai dari bagaimana mengelola
ketenagaan dan pasien, bagaiamana menetapkan sistem manajemen asuhan yang
baik, bagaimana upaya dokumentasi keperawatan, bagaimana meningkatkan mutu
asuhan kepada pasien dan masih banyak lagi yang perlu dilakukan (Nursalam 2017)
.
Berdasarkan atas hal diatas, maka program profesi Ners STIKes Maluku
Husada melaksanakan praktik manajemen keperawatan di RSUD dr. M. Haulussy
khususnya di Ruangan Interna Wanita, yang bertujuan untuk melakukan pengkajian
situasi dan pengkajian fungsi manajemen serta menerapkan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) dalam rangka meningkatkan mutu asuhan
keperawatan kepada setiap pasien.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajeman keperawatan, mahasiswa program
profesi Ners STIKes Maluku Husada mampu mengimplementasikan beberapa
komponen yang sesuai dengan MAKP di Ruangan Bedah Wanita RSUD dr. M.
Haulussy Ambon.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa program
profesi Ners STIKes Maluku Husada mampu:
a) Melakukan pengkajian manajemen, baik pengkajian situasi maupun
pengkajian fungsi manajemen di Ruangan Bedah Wanita RSUD dr. M.
Haulussy Ambon.
b) Merumuskan masalah manajemen keperawatan di Ruangan Bedah Wanita
RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
c) Menyusun rencana strategis pemecahan untuk memecahkan masalah
manajemen keperawatan di Ruangan Bedah Wanita RSUD dr. M.
Haulussy Ambon .
d) Mengimplementasikan strategi pemecahan yang telah disusun di Ruangan
Bedah Wanita RSUD dr. M. Haulussy Ambon terkait MAKP.
e) Melakukan evaluasi terhadap implementasi yang telah dilakukan di
Ruangan Bedah Wanita RSUD dr. M. Haulussy Ambon
3. MANFAAT.
Laporan Praktik Manajemen keperawatan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi:
a) Bagi rumah sakit
Sebagai bahan informasi tambahan dan masukan dalam rangka untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam pelayanan RS dan
kualitas manajemen disetiap ruangan.
b) Bagi Ruangan
Sebagai masukan dan informasi kepada perawat ruangan untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan terutama dalam efektifan pengisian pengkajian
keperawatan.
c) Mahasiswa Keperawatan
Sebagai pembelajaran ini bagi mahasiswa praktik untuk meningkatkan
pengetahuan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara
komprehensif kepada pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI MANAJEMEN KEPERAWATAN.


1. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen etrsebut mencakup
kegiatan planning, organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf,
sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey,
1999 dalam Nursalam, 2017). Manajemen sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Nursalam, 2011).
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Herlambang, 2012).
Menurut Gillies, (1986) dalam Nursalam (2011), manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga
diharapkan keduannya dapat saling mendukung. Sebagaimana proses
keperawatan, manajemen keperawatan terdiri atas pengumpulan data,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena
manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga
daripada seorang pegawai, maka setiap tahapan dalam proses manajemen lebih
rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan.
2. Fungsi Manajemen.
Menurut Kurniadi A (2016), dalam manajemen diperlukan peran tiap orang
yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing- masing. Oleh sebab
itu, diperlukan adanya fungsi-fungsi yang dijelaskan sebagai berikut :
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan
dalam manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua
manajer perawat menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk
mengembangkan objektif dan menentukan sumber - sumber yang
dibutuhkan. Tujuan utama dari perencanaan adalah membuat
kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan personel, bahan, dan
alat.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai
tujuan melalui penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan,
menentukan cara pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertical
maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
organisasi. Pengertian organisasi dapat dibedakan mmenjadi dua bagian,
yaitu pengertian secara statis dan pergertian secara dinamis. Jika dilihat
secara statis, organisasi merupakan wadah kegiatan sekelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan secara dinamis, organisasi
merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang diatur dan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
c) Pengarahan (Actuating/Directing)
Pengarahan adalah melakukan kegiatan untuk memengaruhi orang
lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi
tercapainya tujuan bersama. Pengertian lain menyebutkan bahwa
pengarahan adalah langkah keempat dari fungsi manajemen, yaitu
penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Bessie L. Marquis & Carol
J. Hutson, 2010). Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :
 Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan
pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja    secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
 Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
 Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan (Herlambang, 2012).
d) Pengawasan (Controlling)
Maksud dan tujuan pengawasan ialah untuk mencegah atau
memperbaiki kesalahan, penyimpangan, dan ketidaksesuaian yang dapat
mengakibatkan tujuan / sasaran organisasi tidak tercapai dengan baik,
karena pelaksanaan pekerjaan / kegiatan tidak efisien dan tidak efektif.
menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang terakhir di dalam
manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang
telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan
memantau kinerja stafnya, kinerja tersebut kemudian dibandingkan
dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja
tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa
kembali.
3. Lingkup Manajemen Keperawatan.
a) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh
yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain rela dan
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Geory R.
Terry dalam Herlambang , 2012).
Menurut Herlambang (2012), keperawatan terdiri dari :
 Manajemen Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelolah oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
 Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
 Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/ supervisor)
 Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
 Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan
menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan
konsep - konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atau evaluasi (Suyanto, 2008).
b) Motivasi.
Motivasi adalah karekteristik psikologis yang memberi konstribusi pada
tingkat komitmen seseorang (Stonner dan Freeman, 1995 dalam Nursalam ,
2011).Memotivasi adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang
tergerak. Menurut bentuknya terdiri atas :
 Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri
individu.
 Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu.
 Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit
secara serentak dan menghentak dengan cepat sekali. (Stonner dan
Freeman, 1995 dalam Nursalam , 2011).
c) Komunikasi Manajer Keperawatan
Aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan merupakan unsur
utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil tujuan yang optimal. Kegiatan yang keperawatan yang
memerlukan komunikasi sebagai berikut: komunikasi saat overan,
wawancara/ anamnesis, komunikasi melalui komputer, komunikasi tentang
kerahasiaan, dan dokumentasi sebagai alat komunikasi.
Komunikasi dalam praktik keperawatan professional merupakan
unsur utama bagi perawat dalam melaksnakan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan
komunikasi adalah sebagai berikut (Sigit, 2002).
 Komunikasi Serah Terima Tugas (Overan)
Pada overan antara perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas
tentang kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan belum
dilaksanakan, serta respons yang terjadi pada pasien. Perawat
melakukan operan bersama dengan perawat lainnya dengan cara
berkeliling ke setiap pasien dan memyampaikan kondisi secara akurat
didekat pasien.
 Wawancara / Anamnesiss
Anamnesis pasien merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh
perawat kepada pasien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan
(proses keperawatan). Data yang didapatkan harus akurat tanpa bias,
sehingga wawancara sebaiknya dilaksanakan secara terencana.
 Komunikasi Tentang Kerahasiaan
perawat sering dihadapkan kepada suatu dilema dalam menyimpan
rahasia pasien. disuatu sisi dia membutuhkan kebenaran informasi
yang diberikan pasien dengan cara menginformasikan kepada orang
lain, disisi lain dia harus memegang janji untuk tidak menyampaikan
informasi tersebut kepada siapapun.
 Komunikasi Melalui Sentuhan
Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode
dalam mendekatkan hubungan antara pasien dengan perawat.
Sentuhan yang diberikan oleh perawat dapat berguna sebagai terapi
bagi pasien, khususnya pasien dengan depresi, kecemasan dan
kebingungan dalam mengambil suatu keputusan
d) Pendelegasian dan Supervisi
Manajer dapat mengontrol staf dan waktu yang digunakan oleh staf dalam
meningkatkan produktifitas pelayanan. Pendelegasian dapat diartikan
sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain atau sebagai
pelimpahan suatu tugas kepada seseorang atau kelompok dalam
menyelesaikan tujuan organisasi (Marquis & Huston, 1998 dalam Nursalam,
2011).

B. BAGIAN-BAGIAN DALAM MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN


PROFESIONAL (MPKP)
Sistem MPKP adalah kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur
yakni : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MPKP itu
sendiri. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas pelayanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai
tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan
pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien tidak akan dapat
terwujud (Nursalam, 2017).
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat di tentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan
tutuntuan perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan
harus efektif dan efisien (Nursalam, 2017).
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant dan Massey (1997) dan
Marquis & Huston 1998 dalam Nursalam (2017) ada 4 yaitu metode fungsional,
metode kasus, metode tim dan metode primer. Adapun model pemberian asuhan
keperawatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Metode fungsional.
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan pertama pada saat perang duania ke dua. Pada saat
itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja
(misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.

Gambar 2.1. Sistem pemberian asuhan keperawatan Fungsional (Bessie


L. Marquis & Carol J. Hutson, 2010)

2. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan diunit rawat inap,
unit rawat jalan, dan unit gawat darurat. Konsep Metode Tim :
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi rencana keperawatan
terjamin.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
bila didukung oleh kepala ruangan.
 Tanggung jawab kepala ruangan :
a) Perencanaan
 Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
 Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya.
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim.
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan / penjadwalan.
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
 Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien.
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta
memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk.
 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
 Membantu membimbing peserta didik keperawatan
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b) Pengorganisasian
 Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
 Merumuskan tujuan metode penugasan
 Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
 Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahai 2 ketua tim,
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan . membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
 Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di tempat
kepada ketua tim
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien
 Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
 Identifikasi masalah dan cara penanganannya
c) Pengarahan
 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
 Memberi pujian kepada anggota tim yang menjalankan tugas dengan
baik
 Memberi motivasi, dalam peningkatan kemapuan pengatahuan
ketrampilan dan sikap
 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan pada pasien.
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d) Pengawasan
 Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien .
 Melalui supervisi :
 Pengawasan langsung dilakukan secara inspeksi, mengemti
sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat itu juga.
 Pengewasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hasir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan) mendengar
laopran ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
 Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim
 Audit keperawatan.
Gambar 2.2. Sistem pemberian asuhan keperawatan ‘’Team Nursing’’
(Bessie L. Marquis & Carol J. Hutson, 2010)
3. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus anatara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat .

Gambar 2.3 Bagan pengembangan MPKP (Nursalam, 2017)


Gambar 2.4 Diagram Asuhan Keperawatan Primer (Bessie L. Marquis &
Carol J. Hutson, 2010)

4. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam
memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan
intensif.
Kepala ruangan

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien /klien Pasien/ klien Pasien/klien

Gambar 2.5 Sistem asuhan keperawatan “Case Method Nursing “ (Bessie


L. Marquis & Carol J. Hutson, 2010)
5. Rencana Yang Diterapkan Dalam Di Ruang MPKP
a) Operan
Menurut Alvarad, (1996) dalam Sigit S, (2002), aktivitas komunikasi
berbagi informasi tentang rencana asuhan keperawatan, identifikasi
keselamatan pasien, dan kelanjutan informasi antara perawat pada
pergantian sif biasa disebut operan. Operan sif berperan penting dalam
menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam. Ada
beberapa macam model operan Hawley et all, (1995) dalam Sigit S, (2002),
yaitu model tradisional dan operan disisi tempat tidur ruangan.
Implementasi operan di ruang MPKP berupa komunikasi dan proses serah
terima antara sif pagi, sore, dan malam. Operan dilaksanakan secara tertulis
dan verbal di kantor perawatan ( ners station) dan di lanjutkan ke sisi
pasien guna memvalidasi data.
b) Conference
Conference klinik adalah pengalaman belajar kelompok yang menjadi
bagian integral dari pengalaman klinik (Billings dan Judith,1999) dalam
Sigit S, (2002). Conference merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai
beberapa aspek klinik. Ada dua bentuk conference, yaitu pre conference dan
spost conference. Pre dan post conference adalah sesi diskusi kelompok
yang dilakukan sebelum dan sesudah praktik klinik.
Conference dilaksanakan oleh ketua tim dan perawat pelaksana dalam
MPKP. Kegiatan perawat pada Pre conference antara lain berbagi informasi
tentang pengalaman yang akan dihadapi, saling bertanya, mengungkapkan
perhatian dan melakukan klarifikasi tentang rencana kerja atau rencana
intervensi keperawatan. Proses diskusi pada Post conference dapat
menghasilkan strategi efektif dan mengasah kemampuan berpikir kritis
untuk merencanakan kegiatan pada layanan perawatan selanjutnya agar
dapat bersinambungan (Sigit, 2002)
c) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan
suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor. Ronde keperawatan adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilaksanakan oleh perawat selain melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam 2011).
d) Penerimaan Pasien Baru.
Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
yang komprehensif melibatkan klien dan keluarga, di mana sangat
mempengaruhi mutu kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan
pasien dapat dimulai dengan adanya suatu upaya perencanaan tentang
kebutuhan asuahan keperawatan sejak masuk sampai pasien pulang.
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru
disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis,
dan tata tertib ruangan (Nursalam 2011).
BAB III
PENGKAJIAN RUANGAN BEDAH WANITA

A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT Dr.M HAULUSSY AMBON.

RSUD Dr. M. Haulussy sebagai Rumah sakit kelas B non Pendidikan

merupakan rumah sakit rujukan Provinsi Maluku yang merupakan daerah kepulauan

yang terdiri dari 632 Pulau besar dan kecil. Luas daratan Provinsi Maluku yang

hanya 7.6 % dari luas wilayah 712.479,69 km2 dihuni oleh 1.200.000 jiwa. Rumah

sakit baru diresmikan pada tanggal 03 Maret 1954 dengan nama RSU Ambon dan

dipimpin oleh Dr. L. Huliselan sebagai kepala Rumah Sakit Umum Ambon yang

pertama.

Dengan keputusan Mentri Kesehatan Repoblik Indonesia Nomor


51/Men.Kes/SK/II/79, tanggal 22 Februari 1979, Rumah Sakit Umum Ambon
ditetapkan menjadi rumah sakit kelas C. Kemudian dalam perkembangan setelah
dilengkapi dengan berbagai fasilitas baik peralatan maupun tenaga spesialis, maka
terhitung mulai tanggal 22 Desember 1994, kelas rumah sakit ditingkatkan menjadi
kelas B Non Pendidikan sesuai SK Mentri Kesehatan Nomor
1069/Menkes/SK/XI/1992 dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi Dati I
Maluku (Perda) nomor : 06 tahun 1994 tanggal 22 Desember 1994. Namun
sebelumnya pada tanggal 22 Desember 1994 Rumah Sakit Umum Ambon dirubah
namanya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy (Keputusan DPRD
Tingkat I Maluku tanggal 14 Desember 1994).
B. GAMBARAN UMUM RUANG BEDAH WANITA
Ruang Nusalaut ( R.Bedah Wanita ) adalah ruangan perawatan yang

melayani pasien dengan kasus penyakit bedah khususnya wanita dan laki – laki di

bawah usia 12 tahun. Ruang perawatan terdiri dari kelas I sebanyak 4 kamar, kelas 2

sebanyak 2 kamar dan bangsal dengan kapasitas 17 tempat tidur.

Ruang bedah wanita terbagi atas 2 dengan kategori ruangan yaitu post operasi dan

bedah umum. Pada bagian depan terdapat rungan kelas, bagian tengah ruangan post

operasi, dan bagian belakang (bangsal) ruang bedah umum.

1. Visi, misi dan motto ruangan bedah wanita

a. Visi
“ menjadi ruangan nginap bedah yang profesional “
b. Misi
“ terwujudnya pelayanan prima dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan individu yang ditunjang oleh :
1. Tenaga yang profesional
2. Kerja sama antara profesi
3. Sumber daya manusia
c. Motto
“ melayani dengan hati demi kesembuhan pasien “
2. Stuktur Organisasi Ruang Bedah Wanita

KEPALA RUANGAN
Ns. A. TALUBUN, S.Kep

KETUA TIM I KETUA TIM II


L.S.HASYIM.S.Kep J.M.POLII.Amd.Kep

ANGGOTA TIM I ANGGOTA TIM II

 M. L. SAHUREKA, Amd. Kep  L. TENTUA, Amd. Kep


 CH. RISAKOTA, Amd. Kep  M.TEKEN, Amd. Kep
 WA YULIANA, Amd. Kep  J. ORNO,Amd.Kep
 F. LAMATOKANG, Amd. Kep

Bangsal Depan Bangsal Belakang yang terdiri


Terdiri dari, Kamar 1, dari tempat tidur
2,3.5,7,8 dan tempat tidur 7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17
1,2,3,4,5,6.
3. Ketenagaan Ruang Bedah Wanita

a) SDM
jumlah tenaga di Ruangan Bedah Wanita : 14 orang
PNS : 8 orang
Magang : 2 orang
Berdasarkan jenis pendidikan :
 S1 Ners : 2 orang
 S1 : 0 orang
 D3 : 8 orang
SPK : 0 orang
b) Perhitungan jumlah tenaga di Ruangan
 Jumlah perawat : 10 orang
 Jumlah tempat tidur : 23 Tempat tidur
 Rata-rata pasien : 15 orang
 BOR harian : 90 %
 PT = 4 x (15x90%) x 365
(365-80) x 7
= (4x13,5) x 365
285 x 7
= 54 x 365
1995
= 19710
1995
= 9,8 = 10
 Loosday ( Hari Minggu, Libur Nasional, Cuti, Sakit) = 80 Hari
= 80 x 10
285
= 2,8 = 3
 Factor Koreksi = 25 %
= 25 x (10 + 3 )
100
= 0,25 x 13
= 3,2 = 3
Saat ini jumlah tenaga di Ruangan Bedah Wanita berjumlah 10 orang, Jadi
tenaga yang dibutuhkan atau perlu ditambahkan berjumlah 3 orang.
 TENAGA NON KEPERAWATAN
- Tata Usaha : 1 orang
- Ahli Gizi : 1 orang
- Kesling : 1 orang
- Cleaning Service : 1 orang
 DATA PEGAWAI YANG SEDANG MENGIKUTI PENDIDIKAN
- Pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan : 1 orang
- Pendidikan ke jenjang Ners : 1 orang
4. Sarana dan Fasilitas
a. Fasilitas dan Peralatan Medis

Kondisi
No. Nama Inventaris Jumlah Rusak Kur
Dibutuhkan
Ringan ang
1. Suction 2 2 1 -
2. Sterilisator 2 1 - -
3 Timbangan dewasa 2 2 - -
4 Gunting kasa 1 2 - 1
5 Termometer digital 1 3 - 2
6 Manometer O2 5 - - -
7 Set perawatan luka 3 5 2 3
8 Nebulizer 2 5 - -
9 Tensi meter dewasa 2 3 1 -
10 Standarinfus 1 22 - 22
11 Buli – buli panas - 2 - 2
12 Kursi roda 4 4 2 -
13 Pot sorong 8 10 - 2
14 Stetoscop dewasa 2 2 - -
15 Alat penghanggat drah 1 1 - -
16 Tong spatel 3 3 - -
17 Urinal Anak 4 4 - -
18 Bak instrument besar - 2 - 2
19 Exmenetion lamp - - - -
20 Oksimeter - 1 - 1
21 Infusion pump - 1 - 1
22 Brangkar 3 3 - -
23 APAR 1 1 - -
24 Troliobat 1 2 - 2
25 Decubitus Bad 2 3 - 1
26 Spo 2 2 - - -
27 Senter - 2 - 2
28 Kursi Ortopedi 1 - - -

b. Peralatan Kantor

Kondisi
No. Nama Inventaris Jumlah Rusak Rusak
Baik
Ringan Berat
1. Meja Tulis 5 2 3 -
2. Lemari kayu 2 2 1 -
Kursi pasien 23 20 - 3
3
spons (future)
Kursi petugas 3 3 - -
4
spons (future)
5 Kursi lipat spons 3 3 - -
Bangku panjang 2 1 - -
6
besi
Bangku panjang 2 2 - -
7
kayu
8 Iphone 1 1 - -
5. Analisis SWOT Ruangan Bedah Wanita

Analisis Internal

Tabel 3.1
Analisis Internal Ruangan Bedah Wanita RSDU Dr. M. Haulussy
Ambon

No Kekuatan (Strenghts) Bobot Rating Score

1 Adanya visi, misi rumah ruangan 0,1 4 0,4

2 Ada struktur organisasi ruangan 0,1 4 0,4

3 Jumlah TT memadai 0,1 3 0,4

4 Sarana untuk petugas terpenuhi 0,1 4 0,4

5 Penunjang rekam medik terpenuhi 0,1 4 0,4

6 Metode tim sebagai metode MAKP 0,1 2 0,2

7 Pengelolaan logistik dan obat 0,1 4 0,4


sesuai standar minimal

8 Penerimaan pasien baru cukup 0,1 4 0,4


optimal

9 Dokumentasi keperawatan cukup 0,1 4 0,4


optimal

10 Ada upaya penjaminan mutu 0,1 4 0,4

Total 1 3,8

Kelemahan (Weakness)

1 Tenaga keperawatan belum sesuai 0,1 3 0,3


standar

2 Pre dan post conference belum 0,2 3 0,6


optimal dilaksanakan

3 Belum optimalnya pelaksanaan 0,2 3 0,6


timbang terima

4 Belum dilaksanakannya ronde 0,1 4 0,4


keperawatan

5 Pelaksanaan discharge planing 0,1 4 0,4


belum optimal

6 Pelaksanaan supervisi keperawatan 0,3 2 0,6


belum optimal

Total 1 2,9

S-W 3,8 – 2,9 = 0,9

i. Analisis eksternal
Tabel 3.2
Analisis Eksternal Ruangan Bedah Wanita RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

No Peluang (opprotunities) Bobot Rating Score

1 Kesempatan melanjutkan 0,1 4 0,4


pendidikan

2 Kebijakan pemerintah terkait 0,1 3 0,3


profesionalisme perawat

3 Adanya program pelatihan bagi 0,2 4 0,8


tenaga keperawatan

4 Adanya akreditasi RS 0,2 3 0,6

5 Adanya pelatihan MPKP 0,2 4 0,8


6 Adanya mahasiswa yang 0,2 3 0,6
melakukan praktik

Total 1 3,5

Ancaman (Threats)

1 Persaingan dengan ruangan lain 0,2 4 0,8

2 Tuntutan dari masyarakat tenang 0,2 4 0,8


mutu pelayanan

3 Semakin tingginya kesadaran 0,2 2 0,4


masyarakat akan hukum

4 Semakin tingginya kesadaran 0,2 3 0,6


masyarakat akan kesehatan

5 Adanya pers yang dapat 0,2 2 0,4


memberikan informasi dengan
cepat

Total 1 3,0

O-T 3,5 – 3,0 = 0,5

Gambar 3.1
Peta Posisi Kekuatan Ruangan Bedah Wanita
RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal dan eksternal maka dapat ditentukan
kekuatan organisasi Ruangan Bedah Wanita terletak pada kuadran I (aggressive).
Dimana dari posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.
Dari sudut pandang internal Ruangan Bedah Wanita memiliki potensi kekuatan
yang lebih banyak dibandingkan kelemahan sedangkan dari sudut pandang
eksternal memiliki peluang relative besar dan tantangan yang kecil.

b. Identifikasi dan Prioritas Masalah

Dari hasil identifikasi masalah ditemukan 6 masalah manajemen keperawatan.

Adapun keenam masalah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tenaga keperawatan belum sesuai standar

b. Pre dan post conference belum optimal dilaksanakan

c. Belum optimalnya pelaksanaan timbang terima

d. Belum dilaksanakannya ronde keperawatan

e. Pelaksanaan discharge planing belum optimal

f. Pelaksanaan supervisi keperawatan belum optimal


Setelah 6 masalah manajemen keperawatan teridentifikasi, selanjutnya

mahasiswa bersama kepala ruangan melakukan perioritas berdasarkan metode

pembobotan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut meliputi :

kecenderungan besar dan seringnya masalah tersebut (Magnitude = Mg), besarnya

kerugian yang ditimbulkan (Severity = Sv), bisa dipecahkan (Managebility = Mn),

perhatian bidang keperawatan (Nursing Concern = Nc) dan ketersediaan sumber daya

(Affordability = Af). Setiap aspek akan diberi nilai 1 – 5 dengan ketentuan : nilai 1 jika

sangat kurang sesuai, nilai 2 jika kurang sesuai, nilai 3 jika cukup sesuai, nilai 4 jika

sesuai, dan nilai 5 jika sangat sesuai. Hasil pembobotan untuk menentukan prioritas

masalah pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3
Hasil Pembobotan Penentuan Prioritas Masalah
Manajemen Keperawatan Di Ruangan Bedah Wanita RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total

1 Tenaga keperawatan belum 2 3 3 3 2 108


sesuai standar

2 Pre dan post conference belum 3 3 3 3 3 243


optimal dilaksanakan

3 Belum optimalnya pelaksanaan 4 4 5 4 4 1280


timbang terima

4 Belum dilaksanakannya ronde 4 4 4 4 4 1024


keperawatan

5 Pelaksanaan discharge planing 3 3 4 3 3 324


belum optimal

6 Pelaksanaan supervisi 4 3 4 4 4 768


keperawatan belum optimal

Berdasarkan pembobotan diatas prioritas masalah berdasarkan urutan dari nilai tertinggi
ke nilai terendah yaitu :

a. Belum optimalnya pelaksanaan timbang terima (M3)


b. Belum dilaksanakannya ronde keperawatan (M3)
c. Pelaksanaan supervisi keperawatan belum optimal (M3)
d. Pelaksanaan discharge planing belum optimal (M3)
e. Pre dan post conference belum optimal dilaksanakan (M3)
f. Tenaga keperawatan belum sesuai standar (M1)
Pada tanggal 01 September 2018 dilakukan pertemuan bersama dengan kepala ruangan
dan preseptor untuk menentukan masalah yang akan diintervensi, dan atas kesepakatan
ditetapkanlah 2 masalah yaitu : belum optimalnya pelaksanaan timbang terima (M3)
dan belum dilaksanakannya ronde keperawatan (M3).

c. Pemecahan Masalah (POA = Plan Of Action)

Tabel 3.4

Perencanaan untuk pemecahan masalah (POA)

No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Penang- Wak


keberhasila gung tu
n jawab

1 Belum Terlaksan 1. Susun 1. Tersedia- Karu 13


optimalny a-nya instrume nya Sept
a timbang n instrume 201
pelaksanaa terima timbang n 8
n timbang sesuai terima timbang
terima MAKP 2. Sosialisa terima
(M3) si-kan 2. Timbang
timbang terima
terima dilakuka
3. Lakukan n di
timbang nurse
terima station
setiap dan di
hari bed
pasien
3. Ada
bukti
dokumen
-tasi
timbang
terima
2 Belum Terlaksan 1. Susun 1. Ada Karu 27
dilaksanak anya instrume instrume Sept
annya ronde n ronde n ronde 201
ronde keperawat keperawa keperaw 8
keperawat an t-an at-an
an (M3) 2. Tentukan 2. Pasien
pasien bersedia
yang untuk
akan dilakuka
dironde n ronde
3. Berikan 3. Tersedia-
informed nya bukti
consent dokumen
ntuk -tasi
pasien ronde
4. Simulasi- keperaw
kan at-an
ronde 4. Masalah
keperawa pasien
t-an dapat
diatasi
6. Metode Asuhan Keperawatan Profesional

Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara dan observasi dapat

disimpulkan bahwa metode pemberian asuhan keperawatan yang diterapkan di

Ruangan Bedah Wanita adalah metode tim modular. Pada tahun-tahun

sebelumnya juga Ruangan Interna Wanita telah dijadikan pilot project untuk

pelaksanaan SP2KPRS namun tidak begitu maksimal.

Sebagai ruangan yang melaksanakan MAKP seharusnya melaksanakan

komponen-komponen yang dilaksanakan pada MAKP dengan benar, antara lain

: pre dan post conference, timbang terima, ronde keperawatan, pengelolaan

logistik dan obat, penerimaan pasien baru, discharge planning, supervisi dan

dokumentasi.

a. Pre dan post conference

Pre confrence merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perawat sebelum

memulai pelaksanaan asuhan keperawatan setiap sif. Post conference

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk mengevaluasi

kegiatan asuhan keperawatan pada setiap sif. Berdasarkan hasil observasi

dan wawancara, diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pre conference di

Ruangan Bedah Wanita belum maksimal dilakukan karena terintegrasi

dengan brifing pagi. Pada saat brifing pagi perawat jaga malam dan jaga pagi
berkumpul dan membahas kondisi pasien dan kondisi-kondisi lain di

ruangan selama berdinas. Pre conference yang benar hanya diikuti oleh

perawat yang akan melanjutkan asuhan pada hari itu. Sebagai contoh, pada

dinas pagi maka yang mengikuti pre conference adalah perawat jaga pagi,

demikian juga dengan pre conference sore dan malam hari. Pre conference

dilakukan sesudah timbang terima. Sedangkan post conference tidak

dilakukan di Ruangan Bedah Wanita, karena diintegrasikan ketika

melakukan operan berikutnya.

Masalah :

Pelaksanaan pre dan post conference belum optimal

b. Timbang Terima

Timbang terima di Ruangan Bedah Wanita dilakukan setiap kali pergantian

sif (pagi, siang, malam). Dari hasil observasi dalam pelaksanaan timbang

terima belum menggunakan format timbang terima sebagaimana yang

disarankan dalam MAKP yang dilampirkan di rekam medik pasien, tetapi

menggunakan buku operan. Timbang terima juga belum maksimal dilakukan

di setiap bed pasien tetapi lebih banyak dilakukan di nurse station dan di

lakukan secara keseluruhan pada ruangan yang terdiri dari beberapa pasien.
Masalah :

Belum optimalnya pelaksanaan timbang terima.

c. Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan dilakukan untuk membahas masalah pasien yang belum

terselesaikan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ronde

keperawatan tidak dilakukan di Ruangan Bedah Wanita.

Masalah :

Belum dilaksanakannya ronde keperawatan

d. Pengelolaan Logistik dan Obat

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan

diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya perawat.

Ruangan Bedah Wanita telah melakukan sentralisasi obat dengan baik di

mana semua obat-obatan pasien dikelola oleh perawat, baik obat oral, obat

injeksi maupun obat suppositoria. Obat-obatan pasien dituliskan oleh

perawat di dalam buku obat pasien yaitu jenis obat dan jumlahnya.
Pengelolaan obat di Ruangan Bedah Wanita dilakukan di ruangan

penyimpanan obat.

e. Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan pasien baru di Ruangan Bedah Wanita dilaksanakan dengan

mengacu pada 3P yaitu : pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatan lain,

peraturan rumah sakit, penyakit termasuk sentralisasi obat. Setelah perawat

menjelaskan hal-hal di atas, maka perawat meminta pasien atau keluarga

untuk mendandatangani penjelasan yang diberikan.

f. Discharge Planning

Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan discharge planing di Ruangan

Interna Wanita belum dilakukan dengan baik. Discharge planning dilakukan

sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit.

Perawat di Ruangan Bedah Wanita melakukan pengisian discharge planning

pada saat pasien hendak pulang, penjelasan yang disampaikan kepada pasien

juga belum menyeluruh sesuai kebutuhan pasien.

Masalah :

Pelaksanaan discharge planning belum optimal.

g. Supervisi
Supervisi dilakukan untuk menilai kinerja perawat dengan mengacu kepada

suatu acuan. Kinerja perawat mengacu pada Standar Prosedur Operasional

(SPO) dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK). Supervisi keperawatan di

ruangan rawat inap dilakukan secara berjenjang, di mana kepala ruangan

melakukan supervisi terhadap tugas ketua tim dan juga kinerja perawat

pelaksana. Ketua tim melakukan supervisi terhadap perawat pelaksana.

Supervsi yang baik menggunakan instrumen supervisi. Pelaksanaan

supervisi di Ruangan Bedah Wanita hanya dilakukan oleh kepala ruangan.

Supervisi yang dilakukan kepala ruangan hanya secara lisan tanpa

menggunakan instrumen supervisi. Supervisi yang dilaksanakan pun masih

bersifat insidentil karena kepala ruangan belum memiliki jadwal supervisi

secara terstruktur.

Masalah :

Belum optimalnya pelaksanaan supervisi keperawatan.

h. Dokumentasi

Berdasarkan hasil observasi pada rekam medis pasien di Ruangan Bedah

Wanita didapatkan bahwa dokumentasi asuhan keperawatan memiliki


kemajuan. Hal ini dibuktikan dengan dokumentasi pada pengkajian lengkap,

diagnosis keperawatan ditulis sesuai dengan SAK, intervensi dituliskan

sesuai SAK, implementasi dituliskan sesuai dengan intervensi, evaluasi

dituliskan sesuai dengan tujuan. Namun ada beberapa dokumentasi yang

masih kurang seperti dokumentasi pada catatan perkembangan pasien

terintegrasi (CPPT), di mana pada beberapa CPPT penulisan SOAP masih

mengulang penulisan SOAP pada hari-hari sebelumnya.

BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. Implementasi
1. Pelaksanaan timbang terima

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan timbang terima adalah :


 Menuyusun instrumen timbang terima

Instrumen timbang terima disusun dengan tujuan sebagai acuan pada

saat pelaksanaan timbang terima pasien dari perawat yag sif sebelumnya kepada

perawat sif berikutnya. Instrumen timbang terima yang disusun adalah format

timbang terima pasien. Format timbang terima ini berisikan nama pasien, umur,

tanggal, diagnosis medis, asuhan keperawatan yang memuat masalah

keperawatan, data fokus, intervensi yang sudah dilakukan, intervensi yang

belum dilakukan, hal-hal yang perlu diperhatikan, SOAP diisi oleh perawat

dinas pagi, dinas sore dan dinas malam, dan ditangani oleh PP jaga pagi, sore

dan malam serta ditandatangani oleh kepala ruangan (format timbang terima

terlampir)

 Mensosialisasikan timbang terima

Setelah format timbang terima disusun, kemudian disosialisasikan kepada

semua mahasiswa dan juga kepada perawat di Ruangan Interna Wanita.

Sosialisasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mengisi format

timbang terima dan komponen-komponen apa yang harus didokumentasikan

pada format timbang terima (bukti sosialisasi terlampir).

 Melaksanakan timbang terima setiap hari


Setelah disosialisasikan, maka dilakukan simulasi timbang terima dengan

mengacu pada format timbang terima dan prosedur timbang terima dimulai

dari persiapan, pelaksanaan (di nurse station dan di bed pasien) dan post

timbang terima, kemudian timbang terima dilakukan oleh mahasiswa setiap

hari yaitu dari mahasiswa yang dinas pagi ke mahasiswa yang dinas sore

(renstra timbang terima terlampir)

2. Pelaksanaan ronde keperawatan

 Menyusun instrumen ronde keperawatan

Instrumen ronde keperawatan yang disusun adalah proposal ronde

keperawatan, SPO ronde keperawatan, informed consent dilakukan ronde

keperawatan (terlampir)

 Menentukan pasien yang akan dironde

Pasien yang dilakukan ronde keperawatan dipersiapkan satu hari sebelum

kegiatan ronde dilakukan. Pasien diberikan penjelasan tentang tujuan ronde.

 Memberikan informed consent untuk pasien

Setelah pasien mengerti dan menyetujui untuk dilakukan ronde, maka pasien

diberikan lembar informed consent untuk ditanda tangani.

 Mensimulasikan ronde keperawatan


Setelah semuanya disiapkan, maka selanjutnya adalah melaksanakan ronde

keperawatan. Ronde keperawatan ini dilakukan pada tanggal 27 September

2018. Pelaksanaan ronde keperawatan diikuti oleh seluruh mahasiswa

dengan peranan masing-masing (laporan ronde terlampir).

B. EVALUASI

Tahap evaluasi dilaksanakan sesuai masalah dan tindakan yang telah dilaksanakan ,
akan diuraikan sebagai berikut :

1. Timbang terima (operan) belum maksimal

Berdasarkan hasil evaluasi perawat menjadi lebih mengerti bagaimana


seharusnya proses timbang terima berlangsung dengan mengacu pada SOP yang
ada, perawat juga telah mengaplikasikannya selama operan berlangsung sesuai
dengan SOP yang ada

2. Tidak tersedianya fasilitas yang memaparkan langkah mencuci tangan yang benar
Berdasarkan hasil evaluasi perawat jadi lebih memahami langah mencuci tangan
yang benar dengan sumber yang terbaru, dan perawat sudah mengaplikasikannya

3. Tidak tersedianya fasilitas yang memaparkan visi dan misi ruangan


Berdasarkan hasil evaluasi visi dan misi ruangan yang telah terfasilitasi membuat
perawat lebih memahami bagaimana dapat mencapai tujuan yakni untuk
memperoleh pelayanan keperawatn yang professional dengan mengacu pada visi
dan misi yang ada

BAB V

PENUTUP
Setelah melaksanakan kegiatan kegiatan praktek manajemen keperawatan di Rumah Sakit
Dr. M Haulussy Ambon, Khususnya di Ruang Perawatan Bedah Laki dari tanggal 3 januari
– 15 Januari 2022, maka kami kelompok V stase manajemen mengambil beberapa
kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan ke kepala ruangan dan perawat


pelaksana perawatan, hasil observasi juga hasil wawancara di Ruang Bedah Wanita
didapatkan sembilan permasalahan yang ditemukan di Ruang Bedah Wanita. Dan atas dasar
pertimbangan waktu, keterbatasan sumber daya dan kewenangan atau kemampuan atas
masalah manajemen keperawatan di Ruang Bedah Wanita, maka hanya tiga masalah dari
9 masalah yang terindentifikasi dan dicoba untuk diatasi yakni , Timbang terima (operan)
belum optimal, Tidak tersedianya fasilitas yang memaparkan visi dan misi ruangan, Tidak
tersedianya fasilitas untuk memaparkan langkah mencuci tangan yang benar

Dalam upaya memecahkan masalah tersebut di atas, maka kami melakukan diskusi
dengan kepala ruangan juga CI Lahan guna memecahkan solusi bersama terkait masalah
yang terjadi, dan pemecahan masalah alternatif yang telah dilakukan adalah melakukan
rolle play timbang terima (operan) di ruangan bekerja sama dengan kepala ruangan ,
perawat beserta teman-teman Ns yang lain, selanjutnya kami membuat fasilitas berupa
poster terkait visi dan misi ruangan dan poster langkah mencuci tangan yang benar dengan
sumber yang terbar.

B. Saran
Penindak lanjutan terhadap saran dan kritikan yang diberikan oleh
klien/keluarga dapat membantu memperbaiki pelayanan yang diberikan dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan porofesional yang diberikan terutama
pelayanan profesi keperawatan.

Beberapa masalah yang tidak sempat atau dapat kami selesasikan, kami
sangat mengharapkan perhatian dan masukan dari staff keperawatan lainnya agar
dapat membantu menemukan solusi dan memecahkan masalah yang ada agar mutu
pelayana keperawatan di ruangan bedah laki maupun juga RSUD Dr. M Haulussy
Ambon dapat menjadi lebih baik lagi, serta dapat meningkatkan kepuasan pasien
dalam pelayanan keperawatan.

Rekomendasi :

1. Melakukan sosialisasi tentang ronde keperawatan, karena ruangan jarang


melakukan ronde keperawatn, bukan hanya untuk ruang bedah laki namun
diharapkan juga untuk setiap ruangan di RS.

2. Pemasangan Gelang identitas atau identitas pada bed pasien sebaiknya dipasang
guna mencegah kelalaian saat bertugas melakukan tindakan keperawatan pada
pasien, yang terlihat pada ruangan, ruangan memiliki gelang identitas namun
tidak terpakai , sehingga diharapkan mungkin bisa di sosialisasikan atau
disupervisi kembali, bukan hanya untuk ruang bedah laki tetapi juga di setiap
ruangan kami melihat ruangan memiliki gelang identitas namun ternyata tidak
dipakai.

3. Pemasangan tanda pada pasien dengan resiko jatuh, Resiko jatuh sering diangkat
pada diagnosa keperawatan pasien namun nyatanya pasien yang bersangkutan tidak
memakai tanda resiko jatuh.
4. Penambahan Almari alkes pada ruangan, karena yang terlihat ruangan tidak
memiliki almari alkes, alat-alat kesehatan tidak tertata dengan rapi di dalam sebuah
almari. Dan rekomendasi ini bukan hanya untuk ruang bedah laki, tetapi diharapkan
untuk setiap ruangan yang tidak memiliki almari alkes

5. SAK di ruangan di perbaharui lagi, untuk yang terbaru karena yang dilihat
berdasarkan NANDA.NIC-NOC versi terbaru saat ini terdapat beberapa diagnosa,
intervensi dan Kriteria hasil yang sudah direvisi

Anda mungkin juga menyukai