PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah salah satu organisasi sektor publik yang bergerak dalam
bidang pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan suatu upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan atau
mementingkan upaya penyembuhan dan pemulihan yang telah dilaksanakan secara
serasi dan terpadu oleh pihak rumah sakit dalam upaya peningkatan dan pencegahan
penyakit serta upaya perbaikan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.983/Men.Kes/SK/XI/1992). Rumah sakit tidak hanya sekedar menampung orang
sakit saja melainkan harus lebih memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai
jasanya, dalam hal ini pasien. Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang
sangat diperlukan dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi atau
instansi seperti rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi pihak-pihak
yang memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pemilik rumah sakit,
hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi tentang kinerja
manajemen atau pengelola yang telah diberikan kepercayaan untuk mengelola sumber
daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil penilaian kinerja rumah sakit dapat
dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan kepada siapa (rumah sakit) mereka
akan mempercayakan perawatan kesehatannya.
Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen keperawatan adalah
proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses
keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara
professional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaimana yang
terjadi di dalam proses keperawatan, di dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.
Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga
seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam proses manajemen lebih rumit jika
dibandingkan dengan proses keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu
memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri (Gillies, 2002).
Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-KMC) didirikan atas dasar
beberapa faktor antara lain : Perbandingan jumlah ratio antara jumlah penduduk dan
jumlah tempat tidur yang masih jauh dari ideal; Pelayanan kesehatan yang belum
terjangkau secara keseluruhan oleh masyarakat; Teknologi Rumah Sakit di Kabupaten
Kuningan yang masih di anggap tertinggal dari Kabupaten dan Kota lain di Jawa Barat.
Rumah Sakit ini juga didirikan untuk meningkatkan kualitas derajat kesehatan
masyarakat serta turut serta menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuningan.
Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-KMC) memiliki beberapa
ruang perawatan diantaranya ruang rawat inap dan rawat jalan. Ruang RPU 3
merupakan ruang rawat inap untuk perawatan pasien anak. Pelayanan rawat inap
diberikan kepada pasien yang diindikasikan untuk rawat inap. Pasien rawat inap harus
melalui unit rawat jalan (poliklinik) dan atau unit gawat darurat. Di unit rawat inap,
Dokter mempunyai tanggung jawab besar dan penting terhadap pengelolaan unit ruang
rawat sehingga pasien memperoleh pelayanan kesehatan termasuk perawatan secara
efektif dan efisien. Penulis disini tertarik untuk menulis laporan tentang management
keperawatan di Ruang RPU 3 Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-
KMC).
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek ini, Mahasiswa mampu melakukan
pengololaan unit pelayanan keperawatan di Ruang RPU 3 Rumah Sakit Umum
Kuningan Medical Center (RSU-KMC) sesuai dengan konsep dan langkah – langkah
manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan konsep, teori dan prinsip manajemen keperawatan dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan pada tingkat unit atau ruang rawat di Ruang
RPU 3 Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-KMC).
b. Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan
pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat dasar.
c. Melakukan kajian unit pelayanan keperawatan tertentu sebagai dasar untuk
Menyusun rencana strategi dan operasional.
d. Menyusun rencana strategi dan rencana operasional pelayanan keperawatan di
Ruang RPU 3 Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-KMC).
e. Mengimplemtasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan.
f. Melakukan pengelolaan staf (kelompok dan pendukung) dibawah supervisi
penanggung jawab.
g. Memberikan pengarahan organisasional kepada kelompok kerja.
h. Melakukan fungsi control dan evaluasi pogram.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai Tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain. (Hersey dan
Blanchard).
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan
dimana ditetapkan dengan seefisien mungkin. (H.Weihrich dan H.Koontz).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen
keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses
manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010).
Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok dari
perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada
akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer
menjalankan profesi mereka. Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi
pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan. Suyanto (2009)
menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan
kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan
adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga
tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang keperawatan),
manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen
bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat
dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan
pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada,
peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan
ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000).
2. Fungsi - Fungsi Manajemen
Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi manajemen pertama sekali
diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu perencaanaan, organisasi, perintah,
koordinasi, dan pengendalian. Luther Gulick (1937) memperluas fungsi manajemen
fayol menjadi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), personalia
(staffing), pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan
(reporting), dan pembiayaan (budgeting) yang disingkat menjadi POSDCORB.
Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses manajemen
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan,
pengawasan (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi manajemen menurut G.R. Terry
adalah planning, organizing, actuating, dan controlling, sedangkan menurut S.P.
Siagian fungsi manajemen terdiri dari planning, organizing, motivating, dan
controlling (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Berikut ini adalah pembahasan fungsi-fungsi manajemen secara lebih
mendalam.
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan
(Huber, 2000). Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang
akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 1992). Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan
adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan,
dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan
memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan
efektif (Swanburg, 2000). Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong
pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan
(Marquis dan Huston, 2010). Suarli dan bahtiar (2009) menyatakan bahwa
perencanaan sangat penting karena mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan
datang, memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat, membuat kegiatan
yang lebih ekonomis, memungkinkan dilakukannya pengawasan. Fungsi
perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala ruang.
Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan, perencanaan membantu
untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang
mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan
memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di
ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua
tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen
pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010).
b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian adalah
langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam
kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian wewenang
oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan (Muninjaya, 2004).
Huber (2000) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah memobilisasi sumber
daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat
juga untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain.
Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan
wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara
dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009). Manfaat
pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan
kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-
masing anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Huber, 2000).
Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa pada pengorganisasian hubungan
ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan.
c. Fungsi Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis
dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan
menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien
mencapai tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan
dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan
asuhan keperawatan (Swanburg, 2000). Motivasi sering disertakan dengan
kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan
kepemimpinan (Huber, 2006).
d. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan
yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan
(Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana,
proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah
Unditetapkan (Huber, 2006). Selama fase pengendalian, kinerja diukur
menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk
mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston,
2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien
dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Muninjaya, 2004).
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam
menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah :
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
3. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
Menurut Gillies (2010) manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara
benar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut :
a. Manajemen Keperawatan Berlandaskan Perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang utama dalam serangkaian fungsi dan aktivitas
manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak hanya terdiri dari
penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi juga terdiri
atas pembuatan tujuan, mengalokasikan anggaran, identifikasi kebutuhan
pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang diinginkan. Perencanaan
merupakan pemikiran atau konsep – konsep tindakan yang umumnya tertulis dan
merupakan fungsi penting di dalam mengurangi resiko dalam pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan efek – efek dan perubahan. Selama proses
perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah
menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan
tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi,
mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya.
Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan
untuk menganalisis aktivitas dan struktur yang dibutuhkan dalam organisasinya.
b. Manajemen Keperawatan Dilaksanaan Melalui Penggunaan Waktu Yang Efektif
Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun perencanaan
yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu
yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang pemimpin keperawatan bergantung
pada penggunaan waktu yang efektif. Dalam keperawatan, manajemen sangat
dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan keperawatan. Dalam kontek ini, seorang
pimpinan harus mampu memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif. Hal
demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai produktifitas yang tinggi dalam
tatanan organisasinya.
c. Manajemen Keperawatan Melibatkan Pengambilan Keputusan
Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap
proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses pengambilan
keputusan akan sangat mempengaruhi oleh kemampuan komunikasi dan para
manajer.
d. Manajemen Keperawatan Harus Terorganisasi
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi mencapai tujuan.
Terdapat 4 buah struktur organisasi, yaitu unit, departemen, top atau tingkat
eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip pengorganisasian mencakup hal – hal
pembagian tugas (the devision of work), koordinasi, kesatuan komando,
hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan kewengan yang sesuai adanya
rentang pengawasan. Dalam keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan
dengan cara fungsional dan penugasan, alokasi pasien perawatan grup/ tim
keperawatan, dan pelayanan keperawatan utama (Gillies, 1985).
e. Manajemen Keperawatan Menggunakan Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen. Komunikasi
yang dapat dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman, dan
akan memberikan perasaan, pandangan arah dan pengertian diantara pegawai
dalam suatu tatanan organisasi.
f. Pengendalian Merupakan Elemen Manejemen Keperawatan
Pengendalian dalam menegemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan
menegemen susuai dengan dengan yang direncanakan. Selain itu, pengendalian
dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang
berakibat negative terhadap klien dan pihak yang terkait dengan manageman.
Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksanaan trencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan
membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki kekurangan.
(Agus Kuntoro, 2010)
4. Komponen Sistem
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap – tiap
komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen,
yaitu :
a. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personil, peralatan dan fasilitas.
b. Proses
Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan
kegiatan yang cukup pentinf dalam suatu sistem sehingga mempengaruhi hasil
yang diharapkan suatu tatana organisasi.
c. Output
Output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian
asuhan keperawatan dan pengembangan staf serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil/keluaran.
d. Kontrol
Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proposional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
5. Proses Manajeman Keperawatan
Manajemen pada proses keperawatan mencakup menejemen pada berbagai
tahap dalam keperawatan, yaitu :
a. Pengkajian
Yaitu langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan perawat
setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang
dimiliki, perasaan, dan harapan kesehatan dimasa datang.
b. Diagnosis
Merupakan tahap pengambilan keputusan professional dengan menganalisis data
yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat berupa rumusan
diagnosis keperawatan, yaitu respon biopsikososio spiritual terhadap masalah
kesehatan actual maupun potensial.
c. Perencanaan
Perencanaan keperawatan merupakan dibuat setelah perawat mampu
memformulasikan diagnosis keperawatan. Perawat memilih metode khusus dan
memilih sekumpulan tindakan alternatif untuk menolong pasien mempertahankan
kesejahteraan yang optimal.
d. Implementasi
Merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan semua kegiatan yang
digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus
direncanakan untuk menunjang Tujuan pengobatan medis, dan memenuhi Tujuan
rencana keperawatan. Implementasi rencana asuhan keperawatan berarti perawat
mengarahkan, menolong, mengobservasi, dan mendidik semua personil
keperawatan yang terlibat dalam asuhan pasien tersebut.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah pertimbangan sistematis dan standar dari Tujuan yang dipilih
sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang actual dan tingkat
asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan hanya dapat
dibuat jika Tujuan diidentifikasikan sebelumnya cukup realistis, dan dapat dicapai
oleh perawat, pasien, dan keluarga.
d. Penerapan SOP
1) SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan
2) SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan
dengan baik atau tidak
3) Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja
yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.
e. Keuntungan adanya SOP
1) SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat
komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara
konsisten
2) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa
yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan
3) SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa
digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.
Dalam menjalankan operasional perusahaan, peran pegawai memiliki
kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan. Oleh karena itu diperlukan
standar-standar operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh
untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional, handal sehingga dapat
mewujudkan visi dan misi perusahaan.
f. Pengertian SAK
Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan
suatu kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan
untuk klien (Gillies, 1989). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah
klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang
diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek
dapat diketahui apakah intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi
sesuai dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Tipe standar praktek keperawatan :Beberapa tipe standar telah digunakan
untuk mengarahakan dan mengontrol praktek keperawatan. Standar dapat
berbentuk ‘normatif’ yaitu menguraikan praktek keperawatan yang ideal yang
menggambarkan penampilan perawat yang bermutu tinggi, standar juga
berbentuk ‘empiris’ yaitu menggambarkan praktek keperawatan berdasarkan hasil
observasi pada sebagaian besar sarana pelayanan keperawatan (Gillies 1989).
Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan
asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau
proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang
diharapkan. Penyusunan standar praktek keperawatan berguna bagi perawat,
rumah sakit/institusi, klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
C. METODE FUNGSIONAL
1. Konsep Metode TIM
a. Pengertian Metode TIM
Setelah bertahun-tahun menggunakan Model Fungsional, beberapa
pimpinan keperawatan (nursing leader) mulai mempertanyakan keefektifan
model tersebut dalam pemberian asuhan keperawatan profesional. Oleh
karena adanya berbagai jenis tenaga dalam keperawatan, diperlukan adanya
supervisi yang adekuat, maka pada tahun 1950 dikembangkan Model Tim
dalam pelayanan asuhan keperawatan.
Model Tim merupakan suatu model pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984).
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah sekelompok tenaga
keperawatan bekerja secara bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif
sehingga dapat berfungsi secara menyeluruh dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada setiap pasien.
Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi, sehingga setiap anggota tim merasakan kepuasan karena diakui
kontribusinya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas
asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling
komplementer menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya pemberian
asuhan keperawatan, sehingga dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi.
b. Tujuan Metode Tim, yaitu:
1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut:
1) Ketua tim
sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik
kepemimpinan.
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga
professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu
(Nursalam, 2009).
a) Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
b) Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
c. Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Tim (Nursalam, 2009)
1) Tanggung jawab kepala ruangan
a) Perencanaan
(1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
(2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan / penjadwalan.
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
(6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien.
(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
(a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
(b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan.
(c) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
(d) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk RS.
(e) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
(f) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
(g) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah
sakit.
b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
(3) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
(4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim
dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
(5) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
(6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
(7) Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada
ketua tim.
(8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
(9) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c) Pengarahan
(1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
(2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
(3) Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
(4) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
(5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
(6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
(7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d) Pengawasan
(1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
(2) Melalui supervisi:
(a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki /
mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga.
(b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas.
(c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
(d) Audit keperawatan.
2) Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana keperawatan.
b) Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan medik.
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melaui pre atau post conference.
d) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
3) Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun.
b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon pasien.
c) Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan.
d) Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim.
Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang kaku.
Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan malam.
Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan kebutuhan serta
jumlah dan kualitas tenaga keperawatan. Umumnya satu tim terdiri dari 3-
5 orang tenaga keperawatan untuk 10-20 pasien.
Berdasarkan hasil penelitian Lambertson seperti dikutip oleh Douglas
(1984), menunjukkan bahwa model tim bila dilakukan dengan benar
merupakan model asuhan keperawatan yang tepat dalam meningkatkan
pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi kemampuannya dalam
memberikan asuhan keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim
dilaksanakan dengan tepat pada kondisi dimana kemampuan tenaga
keperawatan bervariasi.
Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak
dilaksanakan secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau post
conference dalam sistem pemberian asuhan keperawatan untuk pemecahan
masalah yang dihadapi pasiendalam penentuan strategi pemenuhan
kebutuhan pasien.
Gambar 2.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Metode Tim
2. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi ruang rawat merupakan salah satu aspek dalam mutu pelayanan
kesehatan, menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit secara
berdaya guna dan berhasil guna dapat dilihat dari segi ekonomi dan medis, dimana
pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu, untuk pasien
yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara
berkesinambungan lebih dari 24 jam (Posma, 2009) di kutip dari Anggraini 2010.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui
tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator
berikut bersumber dari sensus harian rawat inap:
a. BOR (Bed Ocupancy Ratio = (Angka pengguanaa tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a periode under consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus:
jumlahhariperawatandirumahsakit
¿¿
b. ALOS (Average Lenght of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of
inpatient discharge during the periode under consideration”. ALOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus:
jumlahlamadirawat
jumlahpasienkeluar (hidup+ mati)
c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus:
¿¿
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tepat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “... the net effect of changed in occupancy
ratye and lenght of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi
pemakaian tempattidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipaka dalam
satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata
dipakai 40-50 kali.
Rumus:
jumlah pasien dirawat ( hidup+mati )
jumlah tempat tidur
Rumus:
jumlahpasienmatiseluruhnya
x 100 %
jumlahpasienkeluar ( hidup +mati )
3. Discharge Planning
Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang
lain didalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana perawatan
professional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur
kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien dimana perencanaan harus
berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, teurapeutik, rehabilitative, serta
perawatan rutin yang sebenarnya (Swanberg, 2000).
Rindhianto (2008) mendefinisikan discharge planning sebagai perencanaan
kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang
hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi
penyakitnya.
Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan
bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga menemukan
jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat
dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse, 2000).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah komponen sistem
perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada pasien dan keluarganya yang dituliskan untuk meninggalkan satu
unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan
kesehatan umum, sehingga pasien dan keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang
perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.
a. Tujuan Discharge Planning
Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk kesembuhan dan
pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Menurut Nursalam (2011)
tujuan discharge planning/perencanaan pulang antara lain sebagai berikut:
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan
sosial.
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau discharge
teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins (2009) discharge
teaching harus melibatkan keluarga pasien atau perawat lainnya untuk
memastikan bahwa pasien mendapatkan home care yang tepat. Discharge
teaching bertujuan agar pasien :
a) Memahami mengenai penyakitnya
b) terapi obat secara efektif
c) Mengikuti aturan diet secara hati-hati
d) Mengatur level aktivitasnya
e) Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
f) Mengenali kebutuhan istirahatnya
g) Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
h) Mengetahui kapan mencari follow up care.
7) Manfaat Discharge Planning
Bagi Pasien:
a) Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai
bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
d) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support
sebelum timbulnya masalah.
e) Dapat memilih prosedur perawatannya
f) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
Bagi Perawat :
a) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
b) Menerima informasi kunci setiap waktu
c) Memahami perannya dalam system
d) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
e) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara
yang berbeda.
f) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
b. Prinsip-Prinsip Disharge Planning
1) Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang, nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang, nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang timbul di rumah dapat segera antisipasi.
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada,
tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan, setiap
klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
c. Jenis-jenis Discharge Planning
1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien
untuk sementara dirawat dirumah sakit namun harus ada pengawasan dari
pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulangmutlak atau selamanya) cara ini merupakan akhir
dari hubungan pasien dengan rumah sakit, namun apabila pasien perlu dirawat
kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakuakan kembali.
3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien
hrus dipantau dengan melakukan kerja sama dengan perawatan puskesmas
terdekat.
Keadaan Pasien:
Perencanaan Pulang
CENTER (RSU-KMC)
TAHUN 2021
Analisis situasional fungsi manajemen dikaji oleh mahasiswa profesi Ners STIKes
Kuningan untuk mencapai kompetensi praktek manajemen keperawatan. Analisa situasional
mencakup seluruh kegiatan manajemen di Ruang Perawatan Umum 3 Rumah sakit umum
Kuningan Medical Center yaitu keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang
melaksanakan pekerjaan di ruangan anak. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
tentang kekuatan dan kelemahan dalam manajemen agar dapat diberi intervensi.
A. Gambaran Umum Rs
Ruang
Nurse Station R. Perawat
Administrasi
Pintu Masuk
R. Kepala
Ruangan dan
Dokter
Wastafel
R. linen bersih
Spole
Depo Obat Hock
1 2 Toilet
Gudang
R. 1
R. endoscopy
R. 2
R. 9
R. 3
R. 8
R. 4
Pintu masuk ruang isolasi R. 7
R. 5 R. 6
5) Kapasitas Unit Ruangan
Ruangan Pasien terdapat 9 kamar yang meliputi 1 kamar terdiri 6 atau
8 bed, kamar 5 khusus untuk pasien dengan paru-paru, kamar 9 khusus
untuk pasien ODGJ atau gelandangan
Ruang Endoscopy
Ruang Administrasi
Nurse Station
Ruang Kepala Ruangan
Ruang Dokter
Ruang Perawat
Ruang Konsultasi
Ruang Depo Obat
Ruang Mahasiswa
Ruang Gudang ADM Rumah Sakit
Ruang Dapur
b. Analisis Pasien
1) Karateristik
RPU 3 adalah ruang perawatan anak dalam yang melayani perawatan
pasien dengan kasus seperti Demam thypoid, DBD, Diare, yang
memerlukan perawatan di ruang Soka.
2) Tingkat Ketergantungan
2) Manajemen Unit
No Ruangan Jumlah
.
1. Ruang kepala ruangan 0
2. Nurse station 1
3. Ruang administrasi 1
4. Ruang perawatan 4
pasien
5. Ruang praktik 1
mahasiswa
6. Depo obat 0
7. Ruang linen bersih 1
8. Ruang linen kotor 1
9. Toilet 1
10. Ruang alat 1
11, Wastafel 1
12. Ruang endoscopy 1
Perlu ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan alur penerimaan pasien masuk di Ruang
Soka khususnya dalam pelaksanaan inform consent pada pasien
Perlu dipertahankan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit bagi pasien di Ruang Soka
dan diperlukan kecermatan perawat dalam mengganti cairan infus yang habis.
Kebutuhan Nutrisi
Menu makanan pasien diatur oleh bagian gizi dan
disesuaikan dengan kondisi pasien.
Penyajian makanan diberikan 3 kali sehari.
Penyajian makan pagi jam 06.30-07.00, makan siang jam
12.00 dan makan sore jam 16.00-17.00.
Makanan dan air minum disajikan dalam keadaan
tertutup.
Perubahan diet pasien didokumentasikan di buku
makanan.
Dari segi penyajian makanan, kebersihan makanan,
ketepatan waktu pemberian makan hampir seluruh
pasien mengatakan sudah “baik”
Kontrol makanan atau diet ditentukan oleh dokter dan
dilakukan oleh ahli gizi
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan dalam Pemenuhan Kebutuhan Nurtisi pada pasien diRuang Soka
Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi dilakukan dengan
bantuan keluarga ke kamar mandi, menggunakan pispot
atau pasien dipasang kateter.
Kamar mandi tersedia 1 disetiap kamar dengan kondisi
kotor dan aliran air yang lancar.
Tidak terdapat pispot disetiap kamar pasien.
Pada tanggal 16 Agustus 2019 berdasarkan observasi
terdapat 1 orang yang terpasang kateter.
Simpulan Masalah :
Perlu ditingkatkan dalam Kebutuhan Eliminasi bagi pasien di Ruang Soka, mengenai
kebersihan kamar mandi ruang perawatan dan pispot yang tersedia
Perlu dipertahankan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia istirahat dan tidur di
Ruang Soka
Kebutuhan Aktifitas
Pemenuhan ADL Pasien dilbantu oleh keluarga
Pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat melalui
lisan, tidak menggunakan alat bantu seperti leaflet.
Untuk mobilisasi pasien resiko jatuh, dipasang
pengaman tempat tidur dan diberikan edukasi ke
keluarga.
Simpulan Masalah :
No Nama Kualifikasi
1 Dr. Suhendi Wijaya, Sp. Jp Dokter Jantung
2 Dr. Yandi Ariffudin, Sp. Jp Dokter Jantung
3 Dr. Hj. Adrialmi, Sp.S,M.Hkes Dokter Syaraf
4 Dr. Muh. Abd. Rahman, Sp.S Dokter Syaraf
5 Dr. Enung Cahya Nurul, Sp. Pd Dokter Penyakit Dalam
6 Dr. Indraji Dwi Mmulyawan, Dokter Penyakit Dalam
Sp. Pd, M.Kes
7 Dr. Wizhar Syamsuri, Sp. Pd- Dokter Penyakit Dalam
Finasim
8 Dr. H. Edy Tamtama, Sp.S Dokter Penyakit Dalam
9 Dr. Syifa Imelda, Sp.P Dokter Paru
10 Dr. Ali Hanafiah, Sp.P Dokter Paru
1. MAN
Kuantitas Sumber Daya Manusia
Ruang Soka adalah ruang perawatan klien dengan penyakit dalam yang
bertujuan memberikan pelayanan asuhan yang bermutu. Pelayanan
ruang Soka dilakukan oleh dokter dan perawat yang memiliki
kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta
memperoleh / memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan
sesuai dengan tugas atau tanggung jawabnya. Tenaga keperawatan
diruang Soka
Tabel Kualifikasi Sumber Daya Manusia di Ruang Soka Tahun 2019
Jumlah tenaga perawat diambil dari perhitungan tenaga menurut Ratna Sitorus (2006).
Keterangan:
72 = jumlah hari libur atau hari lepas dinas dalam satu tahun
288 = jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun
72 x 19 = 1368 = 4,75 = 5
288 288
ALAT TENUN
Dokumentasi
3. METHOD
Fungsi manajemen keperawatan diuraikan sesuai dengan jabatan dan uraian
tugasnya, yaitu sebagai berikut :
No Pertanyaan Pengalaman
Baik Cukup Kurang
1 Ketika saya masuk ruangan, perawat menerima
saya dengan pelayanan yang ramah dan sopan
2 Pada saat menjalankan tugasnya, perawat
senantiasa berpakaian rapih, bersih dan sopan
3 Saat tiba di ruang perawatan, langsung dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan terhadap anak saya
4 Saat berbicara dengan saya, bahasa yang digunakan
perawat cukup jelas dan mudah dimengerti.
5 Setiap kali berbicara, perawat terlihat percaya diri
dan bersemangat
6 Saat memasuki ruangan, perawat mengenalkan
dirinya, lingkungan tempat saya dirawat,
menjelaskan mengenai kegiatan rutin yang biasa
dilakukan di ruangan dan menjelaskan peraturan
nrumah sakit khususnya di ruang Dahlia
7 Perawat memberikan pelayanan dengan cepat dan
sesuai dengan yang saya inginkan
8 Ruangan tempat saya dirawat tenang (tidak gaduh :
tidak terlalu banyak penunggu, pengunjung,
ataupun petugas) dan nyaman
9 Lingkungan dan fasilitas sekitar saya dirawat
senantiasa bersih, rapih dan aman
10 Selama saya dirawat, alat kesehatan yang
dibutuhkan anak saya terpenuhi.
11 Perawat bersedia mendengarkan dan mengerti
setiap keluhan yang saya sampaikan
12 Apabila saya menanyakan tentang perkembangan
kondisi dan keadaan penyakit, perawat memberikan
penjelasan sampai saya mengerti
13 Perawat cepat datang (mudah dihubungi) ketika
diperlukan
14 Perawat cepat tanggap mengingatkan dan kadang-
kadang membantu tindakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan sehari-hari saya
15 Perawat melibatkan saya / keluarga saat membuat
perencanaan pelayanan keperawatan yang akan
dilakukan
16 Perawat menghargai setiap keputusan yang saya
ambil
17 Apabila saya dan keluarga tidak patuh terhadap
petunjuk untuk kesembuhan saya, maka perawat
mengingatkan saya
18 Apabila saya dan keluarga patuh terhadap petunjuk
untuk kesembuhan saya, maka perawat memberi
saya pujian
19 Perawat menginformasikan atau menjelaskan
tentang tujuan/alasan/cara/efek samping, prosedur
tindakan keperawatan sebelum dilakukan kepada
saya
20 Apabila akan melakukan tindakan keperawatan,
perawat meminta ijin serta menyebut nama atau
panggilannya
21 Pada saat perawat melakukan tindakan
keperawatan, perawat memperhatikan kondisi saya
dan terlihat terampil serta percaya diri saat
melakukannya
22 Dalam melakukan tindakan keperawatan seperti
memasang infus, selang NGT, dll perawat
melakukan sekali (maksimal 2 x) tidak berulang-
ulang
23 Perawat menghormati norma, nilai, kepercayaan,
agama yang saya dan keluarga anut
24 Perawat tanggap pada keadaan saya walaupun
diminta atau tidak diminta
25 Dalam melakukan pelayanan keperawatan, saya
yakin dan percaya perawat dapat melakukannya
dengan baik
26 Perawat mengerti setiap keluhan yang saya
sampaikan
27 Pelayanan yang diberikan oleh petugas depo
farmasi dilakuukan dengan cekatan dan dalam
waktu yang singkat.
28 Saya diberi penjelasan apabila obat-obatan yang
dibutuhkan tidak tersedia di depo farmasi
29 Perawat memberikan bantuan makan pada anak
saya yang tidak mau makan / disonde (melalui
selang)
30 Petugas diruangan menjelaskan tentang cara-cara
pengurusan administrasi dan hak-hak yang saya
dapat selama berada dalam perawatan di ruangan
ini
31 Apabila ada hal-hal yang saya tidak mengerti, saya
mendapatkan informasi dan penjelasan dari petugas
ruangan.
4. MARKET
a. Indikator Mutu
Rumah Sakit Dalam manajemen, pemasaran salah satu hal yang penting adalah
indikator mutu. Dan mutu RS bisa dilihat dari hasil pelayanan. Hasil perhitungan
BTO, ALOS dan TOI:
BTO = Jumlah Keluar (Hidup + Mati) / Jumlah Tempat Tidur
= 205 / 46 = 4,45
ALOS = Jmlh hari lama dirawat pasien /jmlh pasien keluar (hidup + mati)
5. MONEY
e. Lingkungan Kerja
1) Lingkungan Fisik
1. Adanya rekruitmen
1. Perawat masih harus
tenaga kerja setiap 3 bulan sekali di
diorientasi
ruang soka menggunakan metode
BOR (mandiri, parsial, total) 2. Persaingan sehat antar
2. Dapat bekerjasama rumah sakit yang semakin kuat
antar rumah sakit sehinngga
3. Biaya yang dibutuhkan
merupakan rumah sakit rujukan
untuk melakukan pelatihan
3. Adanya mahasiswa membutuhkan biaya yang cukup besar
paraktik yang berkesempatan
4. Kurangnya metode
menerapkan ilmu tentang manajemen
pengkajian antara perawat dan pasien
ruangan
5. Resiko infeksi
4. Adanya perawat yang
nosokomial
sudah mengikuti beberapa latihan
sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Adanya ksempatan
untuk penambahan alat-alat seperti
bak instrument, bengkok, dan tromol
1. Adanya tuntutan
0,4 2 0,8
tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang
lebih professional
0,3 2 0,6
2. Persaingan sehat
antar rumah sakit
yang semakin kuat
0,3 2 0,6
3. Biaya yang
dibutuhkan untuk
melakukan
pelatihan
membutuhkan
biaya yang cukup
0,5 3 1,5
besar
4. Kurangnya metode
pengkajian antara 0,4 2 0,8
perawat dan pasien
5. Resiko infeksi
nosokomial
TOTAL 4,3
W S
-6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6
-1
-2
-3
-4
-5
-6
T
Strength : 5,8
Weaknesses : 4,6
Opportunity : 5,7
Threats : 4,3
Keterangan Score :
5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
D. Planning of Action
NO KEGIATAN TUJUAN METODE SASARAN WAKT PJ
U
A. Kesimpulan
Kegiatan yang telah di lakukan selama praktik yaitu berupa timbang terima, ronde
keperawatan, pre conference, post conference, kajian situasi dan analisis SWOT.
Pengkajian data diruang praktek manejemen memakai alat kuesioner, wawancara dan
lembar observasi dan dari hasil analisis yang ditemukan masalah yang perlu dilakukan
diruangan antara lain Fasilitas perawatan tidak memadai, seperti persediaan alat
pemeriksaan masih kurang, Keterbatasan jumlah perawat tidak sesuai dengan kebutuhan
ruangan dan jumlah pasien di ruangan soka, dan lain-lain.
Model yang digunakan dalam asuhan keperawatan memakai model modifikasi primer.
Kegiatan manejemen yang dilakukan diruang Soka yaitu Hand over, ronde keperawatan,
pre conference, post conference tetapi belum di lakukan secara optimal. Kegiatan
evaluasi untuk kegiatan manejemen dengan beberapa standart antara lain BOR rata-rata 5,
ALOS rata-rata 4 hari.
B. Saran
1. Kepala Ruangan
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai khususnya peralatan kesehatan.
Mempertahankan dan mengoptimalkan kegiatan hand over, ronde keperawatan, pre
conference, dan post conference.
2. Ketua Tim
Ketua tim hendaknya membuat rencana harian, bulanan dan tahunan yang akan
dilakukan diruang Soka. Katim hendaknya menjadi role model bagi perawat. Katim
hendaknya mendokumentasikan hasil kinerja perawat.
3. Perawat Pelaksana
Membudayakan kegiatan yang telah diajarkan dan menjadikan suatu rutinitas kegiatan
Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA