Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah salah satu organisasi sektor publik yang bergerak dalam
bidang pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan suatu upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan atau
mementingkan upaya penyembuhan dan pemulihan yang telah dilaksanakan secara
serasi dan terpadu oleh pihak rumah sakit dalam upaya peningkatan dan pencegahan
penyakit serta upaya perbaikan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.983/Men.Kes/SK/XI/1992). Rumah sakit tidak hanya sekedar menampung orang
sakit saja melainkan harus lebih memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai
jasanya, dalam hal ini pasien. Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang
sangat diperlukan dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi atau
instansi seperti rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi pihak-pihak
yang memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pemilik rumah sakit,
hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi tentang kinerja
manajemen atau pengelola yang telah diberikan kepercayaan untuk mengelola sumber
daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil penilaian kinerja rumah sakit dapat
dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan kepada siapa (rumah sakit) mereka
akan mempercayakan perawatan kesehatannya.
Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen keperawatan adalah
proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses
keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara
professional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaimana yang
terjadi di dalam proses keperawatan, di dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.
Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga
seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam proses manajemen lebih rumit jika
dibandingkan dengan proses keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu
memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri (Gillies, 2002).
Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-KMC) didirikan atas dasar
beberapa faktor antara lain : Perbandingan jumlah ratio antara jumlah penduduk dan
jumlah tempat tidur yang masih jauh dari ideal; Pelayanan kesehatan yang belum
terjangkau secara keseluruhan oleh masyarakat; Teknologi Rumah Sakit di Kabupaten
Kuningan yang masih di anggap tertinggal dari Kabupaten dan Kota lain di Jawa Barat.
Rumah Sakit ini juga didirikan untuk meningkatkan kualitas derajat kesehatan
masyarakat serta turut serta menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuningan.
Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-KMC) memiliki beberapa
ruang perawatan diantaranya ruang rawat inap dan rawat jalan. Ruang RPU 3
merupakan ruang rawat inap untuk perawatan pasien anak. Pelayanan rawat inap
diberikan kepada pasien yang diindikasikan untuk rawat inap. Pasien rawat inap harus
melalui unit rawat jalan (poliklinik) dan atau unit gawat darurat. Di unit rawat inap,
Dokter mempunyai tanggung jawab besar dan penting terhadap pengelolaan unit ruang
rawat sehingga pasien memperoleh pelayanan kesehatan termasuk perawatan secara
efektif dan efisien. Penulis disini tertarik untuk menulis laporan tentang management
keperawatan di Ruang RPU 3 Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-
KMC).

B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek ini, Mahasiswa mampu melakukan
pengololaan unit pelayanan keperawatan di Ruang RPU 3 Rumah Sakit Umum
Kuningan Medical Center (RSU-KMC) sesuai dengan konsep dan langkah – langkah
manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan konsep, teori dan prinsip manajemen keperawatan dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan pada tingkat unit atau ruang rawat di Ruang
RPU 3 Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-KMC).
b. Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan
pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat dasar.
c. Melakukan kajian unit pelayanan keperawatan tertentu sebagai dasar untuk
Menyusun rencana strategi dan operasional.
d. Menyusun rencana strategi dan rencana operasional pelayanan keperawatan di
Ruang RPU 3 Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-KMC).
e. Mengimplemtasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan.
f. Melakukan pengelolaan staf (kelompok dan pendukung) dibawah supervisi
penanggung jawab.
g. Memberikan pengarahan organisasional kepada kelompok kerja.
h. Melakukan fungsi control dan evaluasi pogram.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai Tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain. (Hersey dan
Blanchard).
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan
dimana   ditetapkan dengan seefisien mungkin. (H.Weihrich dan H.Koontz).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen
keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses
manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010).
Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok dari
perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada
akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer
menjalankan profesi mereka. Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi
pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan. Suyanto (2009)
menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan
kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan
adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga
tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang keperawatan),
manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen
bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat
dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan
pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada,
peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan
ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000). 
2. Fungsi - Fungsi Manajemen
Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi manajemen pertama sekali
diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu perencaanaan, organisasi, perintah,
koordinasi, dan pengendalian. Luther Gulick (1937) memperluas fungsi manajemen
fayol menjadi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), personalia
(staffing), pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan
(reporting), dan pembiayaan (budgeting) yang disingkat menjadi POSDCORB.
Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses manajemen
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan,
pengawasan (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi manajemen menurut G.R. Terry
adalah planning, organizing, actuating, dan controlling, sedangkan menurut S.P.
Siagian fungsi manajemen terdiri dari planning, organizing, motivating, dan
controlling (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Berikut ini adalah pembahasan fungsi-fungsi manajemen secara lebih
mendalam.
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan
(Huber, 2000). Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang
akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 1992). Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan
adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan,
dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan
memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan
efektif (Swanburg, 2000). Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong
pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan
(Marquis dan Huston, 2010). Suarli dan bahtiar (2009) menyatakan bahwa
perencanaan sangat penting karena mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan
datang, memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat, membuat kegiatan
yang lebih ekonomis, memungkinkan dilakukannya pengawasan. Fungsi
perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala ruang.
Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan, perencanaan membantu
untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang
mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan
memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di
ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua
tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen
pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010).
b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian adalah
langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam
kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian wewenang
oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan (Muninjaya, 2004).
Huber (2000) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah memobilisasi sumber
daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat
juga untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain.
Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan
wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara
dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009). Manfaat
pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan
kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-
masing anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Huber, 2000).
Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa pada pengorganisasian hubungan
ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan.
c. Fungsi Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis
dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan
menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien
mencapai tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan
dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan
asuhan keperawatan (Swanburg, 2000). Motivasi sering disertakan dengan
kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan
kepemimpinan (Huber, 2006).
d. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan
yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan
(Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana,
proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah
Unditetapkan (Huber, 2006). Selama fase pengendalian, kinerja diukur
menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk
mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston,
2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien
dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Muninjaya, 2004).
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam
menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah :
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
3. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
Menurut Gillies (2010) manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara
benar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut :
a. Manajemen Keperawatan Berlandaskan Perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang utama dalam serangkaian fungsi dan aktivitas
manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak hanya terdiri dari
penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi juga terdiri
atas pembuatan tujuan, mengalokasikan anggaran, identifikasi kebutuhan
pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang diinginkan. Perencanaan
merupakan pemikiran atau konsep – konsep tindakan yang umumnya tertulis dan
merupakan fungsi penting di dalam mengurangi resiko dalam pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan efek – efek dan perubahan. Selama proses
perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah
menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan
tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi,
mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya.
Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan
untuk menganalisis aktivitas dan struktur yang dibutuhkan dalam organisasinya.
b. Manajemen Keperawatan Dilaksanaan Melalui Penggunaan Waktu Yang Efektif
Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun perencanaan
yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu
yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang pemimpin keperawatan bergantung
pada penggunaan waktu yang efektif. Dalam keperawatan, manajemen sangat
dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan keperawatan. Dalam kontek ini, seorang
pimpinan harus mampu memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif. Hal
demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai produktifitas yang tinggi dalam
tatanan organisasinya.
c. Manajemen Keperawatan Melibatkan Pengambilan Keputusan
Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap
proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses pengambilan
keputusan akan sangat mempengaruhi oleh kemampuan komunikasi dan para
manajer.     
d. Manajemen Keperawatan Harus Terorganisasi
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi mencapai tujuan.
Terdapat 4 buah struktur organisasi, yaitu unit, departemen, top atau tingkat
eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip pengorganisasian mencakup hal – hal
pembagian tugas (the devision of work), koordinasi, kesatuan komando,
hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan kewengan yang sesuai adanya
rentang pengawasan. Dalam keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan
dengan cara fungsional dan penugasan, alokasi pasien perawatan grup/ tim
keperawatan, dan pelayanan keperawatan utama (Gillies, 1985).
e. Manajemen Keperawatan Menggunakan Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen. Komunikasi
yang dapat dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman, dan
akan memberikan perasaan, pandangan arah dan pengertian diantara pegawai
dalam suatu tatanan organisasi.
f. Pengendalian Merupakan Elemen Manejemen Keperawatan
Pengendalian dalam menegemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan
menegemen susuai dengan dengan yang direncanakan. Selain itu, pengendalian
dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang
berakibat negative terhadap klien dan pihak yang terkait dengan manageman.
Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksanaan trencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan
membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki kekurangan.
(Agus Kuntoro, 2010)  
4. Komponen Sistem
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap – tiap
komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen,
yaitu :
a. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personil, peralatan dan fasilitas.
b. Proses
Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan
kegiatan yang cukup pentinf dalam suatu sistem sehingga mempengaruhi hasil
yang diharapkan suatu tatana organisasi.
c. Output
Output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian
asuhan keperawatan dan pengembangan staf serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil/keluaran.
d. Kontrol
Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proposional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
5. Proses Manajeman Keperawatan
Manajemen pada proses keperawatan mencakup menejemen pada berbagai
tahap dalam keperawatan, yaitu :
a. Pengkajian
Yaitu langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan perawat
setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang
dimiliki, perasaan, dan harapan kesehatan dimasa datang.
b. Diagnosis
Merupakan tahap pengambilan keputusan professional dengan menganalisis data
yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat berupa rumusan
diagnosis keperawatan, yaitu respon biopsikososio spiritual terhadap masalah
kesehatan actual maupun potensial.
c. Perencanaan
Perencanaan keperawatan merupakan dibuat setelah perawat mampu
memformulasikan diagnosis keperawatan. Perawat memilih metode khusus dan
memilih sekumpulan tindakan alternatif untuk menolong pasien mempertahankan
kesejahteraan yang optimal.
d. Implementasi
Merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan semua kegiatan yang
digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus
direncanakan untuk menunjang Tujuan pengobatan medis, dan memenuhi Tujuan
rencana keperawatan. Implementasi rencana asuhan keperawatan berarti perawat
mengarahkan, menolong, mengobservasi, dan mendidik semua personil
keperawatan yang terlibat dalam asuhan pasien tersebut.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah pertimbangan sistematis dan standar dari Tujuan yang dipilih
sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang actual dan tingkat
asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan hanya dapat
dibuat jika Tujuan diidentifikasikan sebelumnya cukup realistis, dan dapat dicapai
oleh perawat, pasien, dan keluarga.

B. Konsep Manajemen Unit


1. Manajemen Unit
Menurut Nursalam (2009), manajemen unit terdiri dari:
a. Ruangan
1) Sarana Ruangan: Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial
keperawatan di ruang rawat inap bedah umum secara keseluruhan mempunyai:
ruang perawatan lengkap dengan tempat tidur dan kamar mandi klien, ruang
peralatan, ruang perawat/nurse station berada ditengah ruang perawatan, ruang
kepala ruangan + ruang tamu + kamar mandi + ruang peralatan, ruang ganti
perawat + kamar mandi perawat ruang konferensi, mushola, ruang administrasi,
ruang spoolhoek, dapur dan gudang serta depo farmasi.
2) Letak: jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan ruang operasi dan
pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.
3) Posisi: dekat dengan nurse station dan depo farmasi.
4) Kondisi: pencahayaan cukup dan sesuai luas ruangan, besar ruangan sesuai
dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai dengan besar
ruangan, warna cat lembut, tidak berjamur, bersih, pintu fleksibel dapat dilalui
brankard, bersih, tidak licin. Perbandingan kamar mandi dengan klien sesuai,
lantai tidak licin, bersih, letak terjangkau oleh klien. Kasur bersih, dapat
dirubah posisinya, terdapat side rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu
delivery klien, sampiran ada pada setiap tempat tidur klien. Terdapat papan
penunjuk arah.
b. Alat dan bahan
1) Alat tenun (jumlah dan kondisinya): laken, boven laken, sarung bantal,
sarung guling, perlak, stik laken, selimut, baju klien, waslap, taplak meja, alas
baki, handuk, sarung buli-buli, sarung O2, gorden, dan vitrage.
2) Alat kesehatan (jumlah dan kondisinya): bak instrumen (besar, sedang, kecil),
bak steril, kom, pinset anatomis dan chirurgis, gunting (jaringan, hecting,
perban), bengkok, korentang dan tempatnya.
3) Alat-alat tanda vital: tensimeter, stetoscope, termometer,
4) Alat-alat pemeriksaan fisik: refleks hammer, tongue spatel, timbangan BB,
pengukur TB, midline.
5) Irigator, WWZ panas/dingin, waskom mandi.
6) Alat transportasi: brankard, kursi roda
7) Emergency trolley
8) O2 dan manometer
9) Bahan habis pakai: alkohol, betadine, aquadest, savlon, H 2O2, NaCI, cairan
infus, lysol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kassa plester, set infus, kateter,
NGT, kondom kateter, urine bag, dan obat-obatan.
10) Alat-alat rumah tangga: kasur, bantal, guling, meja, jam dinding, kursi,
lemari (besar dan kecil), lampu, alat makan (piring, sendok, gelas), kompor,
gayung, tempat sampah (medis, ATK, umum), kapstok pakaian, rak handuk,
keset, telepon dan white board.
11) ATK, amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku, lem, perforator, spidol,
formulir (perencanaan, pengkajian dan implementasi) resume klien
pulang/meninggal/dirujuk, grafik suhu nadi, pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium dan radiologi).
c. Hubungan perawat-klien
1) Hubungan perawat-klien dimulai sejak klien masuk, selama perawatan
(pelaksanaan proses keperawatan) sampai klien pulang.
2) Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Dengan kata
lain kualitas asuhan yang diberikan pada klien sangat lergantung pada hubungan
perawat-klien.
d. Hubungan perawat-perawat
1) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
2) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.
3) Kegiatan serah terima klien dilakukan setiap pergantian dinas dan berorientasi
pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
4) Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
5) Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
6) Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan, bukuronde dan
whiteboard.
e. Hubungan perawat-profesi lain
1) Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani masalah tim
2) Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik
3) Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis
4) Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas
5) Saling menghargai antar profesi
2. Kekuatan Kerja
a. Manusia/Man
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (professional lanut, professional
pemula, vokasional, dan lain-lain). Jenis ketenagaan atau pendidikan
keterampilan khusus yang dimiliki perawat yang didapat melalui kursus atau
pendidikan dan pelatihan. Jumlah tenaga professional lainnya yang terkait
meliputi: dokter, ahli gizi, petugas lab, tenaga administrasi, dan cleaning service
(Nursalam,2007)
1) Untuk alat ukur dibuat berdasarkan rata-rata klien membutuhkan perawatan
a) Minimal Care : 1 jam/hari
b) Intermidiate Care : 2 jam/hari
c) Maksimal Care : 2,5 jam/hari
2) Formula pembagian shif:
a) Pagi : 47%
b) Sore : 36%
c) Malam : 17%
3) Pembagian proporsi tenaga untuk asuhan langsung profesionall 55% : 45%
4) Jumlah hari libru dalam setahun:
a) Rata-rata hari minggu pertahun : 52 Hari
b) Libur Nasional : 15 Hari
c) Cuti Sakit : 7 Hari
d) Jumlah Hari Pertahun : 365 Hari
e) Jam Kerja Produktif : 7 Jam
5) Jumlah perawat (tenaga asuhan langsung)
Total kebutuhan jam perawatan/hari x Jumlah hari dalam setahun
(Jumlah hari dalam setahun – hari libur dalam setahun) x 7
6) Jumlah Tenaga Pendukung Asuhan
(Kapasitas unit/30 x jml shift x 20 jam)x jml hari /thn
(Jml hari dlm Setahun – hari libur dlm setahun) x 7
b. Uang/Money
Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus jelas, dalam
arti harus transparan.Untuk pengeluaran ada perencanaan pengeluaran seperti
untuk pengembangan program, insentif perawat dan untuk lain-lain (Supriyatno,
2005).
c. Metode
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / grup yang terdiri dari tenaga profesional,
tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
d. Material
Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis:
1) Alat tenun
a) Alas kaki j) Selimut wol
b) Alas blankar k) Stik
laken
c) Bantal l) Sarung bantal
d) Duk bolong m) Waslap
e) Duk balutan n) Kasur
busa dewasa
f) Gorden tebal o) dll
g) Gorden vitrase
h) Handuk
i) Laken dewasa
2) Alat kedokteran dan kesehatan
a) Alat mandi: waskom mandi, standar waskom
b) Alat eliminasi: pispot, urinal, irigator, gelas ukur
c) Alat oksigenasi: manometer oksigen, roda oksigen besar, kunci inggris,
ambu bag
d) Pengukuran tanda-tanda vital: tensimeter, stetoskop, termometer,
timbangan berdiri, timbangan biasa, tongue spatel
e) Alat transportasi: brankard, kursi roda, roda cucian
f) Machine: suction portabel, EKG, nebulizer
g) Lain-lain: vena seksi set, dressing cart, perlak, buli-buli panas, standar
infus, standar BSE, windring, stabilisator listrik
h) Dressing set: pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting benang, gunting
jaringan, kom besar tertutup, kom sedang, kom kecil, korentang, gunting
perban, bak instrumen besar, bak instrumen sedang, bak instrumen kecil,
baki besar, bengkok besar, bengkok sedang, gunting besar, benang, gunting
jahitan.
e. Marketing
Dilakukan dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan
mandiri di rumah, penyediaan sarana pendidikan dan pelayanan.Sasaran market adalah
masyarakat umum (menerima klien dengan KS, Askes, umum dan
kontraktor).Sedangkan market dalam bidang pendidikan dan pelayanan adalah peserta
didik/calon praktisi kesehatan
3. Konsep dasar SOP dan SAK
a. Pengertian SOP
1) Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
2) SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui
untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
b. Tujuan SOP
1) Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
2) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
3) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai
terkait.
4) Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau
kesalahan administrasi lainnya.
5) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi
c. Fungsi SOP :
1) Tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
2) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4) Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

d. Penerapan SOP
1) SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan
2) SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan
dengan baik atau tidak
3) Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja
yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.
e. Keuntungan adanya SOP
1) SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat
komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara
konsisten
2) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa
yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan
3) SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa
digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.
Dalam menjalankan operasional perusahaan, peran pegawai memiliki
kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan. Oleh karena itu diperlukan
standar-standar operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh
untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional, handal sehingga dapat
mewujudkan visi dan misi perusahaan.
f. Pengertian SAK
Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan
suatu kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan
untuk klien (Gillies, 1989). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah
klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang
diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek
dapat diketahui apakah intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi
sesuai dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Tipe standar praktek keperawatan :Beberapa tipe standar telah digunakan
untuk mengarahakan dan mengontrol praktek keperawatan. Standar dapat
berbentuk ‘normatif’ yaitu menguraikan praktek keperawatan yang ideal yang
menggambarkan penampilan perawat yang bermutu tinggi, standar juga
berbentuk ‘empiris’ yaitu menggambarkan praktek keperawatan berdasarkan hasil
observasi pada sebagaian besar sarana pelayanan keperawatan (Gillies 1989).
Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan
asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau
proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang
diharapkan. Penyusunan standar praktek keperawatan berguna bagi perawat,
rumah sakit/institusi, klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
C. METODE FUNGSIONAL
1. Konsep Metode TIM
a. Pengertian Metode TIM
Setelah bertahun-tahun menggunakan Model Fungsional, beberapa
pimpinan keperawatan (nursing leader) mulai mempertanyakan keefektifan
model tersebut dalam pemberian asuhan keperawatan profesional.  Oleh
karena adanya berbagai jenis tenaga dalam keperawatan, diperlukan adanya
supervisi yang adekuat, maka pada tahun 1950 dikembangkan Model Tim
dalam pelayanan asuhan keperawatan.
Model Tim merupakan suatu model pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984).
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah sekelompok tenaga
keperawatan bekerja secara bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif
sehingga dapat berfungsi secara menyeluruh dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada setiap pasien.
Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi, sehingga setiap anggota tim merasakan kepuasan karena diakui
kontribusinya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas
asuhan keperawatan yang bermutu.  Potensi setiap anggota tim saling
komplementer menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya pemberian
asuhan keperawatan, sehingga dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi.
b. Tujuan Metode Tim, yaitu:
1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut:
1) Ketua tim
sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik
kepemimpinan.
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga
professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu
(Nursalam, 2009).
a) Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
b) Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
c. Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Tim (Nursalam, 2009)
1) Tanggung jawab kepala ruangan
a) Perencanaan
(1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
(2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan / penjadwalan.
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
(6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien.
(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
(a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
(b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan.
(c) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
(d) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk RS.
(e) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
(f) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
(g) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah
sakit.
b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
(3) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
(4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim
dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
(5) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
(6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
(7) Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada
ketua tim.
(8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
(9) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c) Pengarahan
(1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
(2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
(3) Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
(4) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
(5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
(6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
(7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d) Pengawasan
(1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
(2) Melalui supervisi:
(a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki /
mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga.
(b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas.
(c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
(d) Audit keperawatan.
2) Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana keperawatan.
b) Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan medik.
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melaui pre atau post conference.
d) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
3) Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun.
b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon pasien.
c) Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan.
d) Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim.
Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang kaku. 
Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan malam. 
Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan kebutuhan serta
jumlah dan kualitas tenaga keperawatan.  Umumnya satu tim terdiri dari 3-
5 orang tenaga keperawatan untuk 10-20 pasien.
Berdasarkan hasil penelitian Lambertson seperti dikutip oleh Douglas
(1984), menunjukkan bahwa model tim bila dilakukan dengan benar
merupakan model asuhan keperawatan yang tepat dalam meningkatkan
pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi kemampuannya dalam
memberikan asuhan keperawatan.  Hal ini berarti bahwa model tim
dilaksanakan dengan tepat pada kondisi dimana kemampuan tenaga
keperawatan bervariasi.
Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak
dilaksanakan secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau post
conference dalam sistem pemberian asuhan keperawatan untuk pemecahan
masalah yang dihadapi pasiendalam penentuan strategi pemenuhan
kebutuhan pasien.
Gambar 2.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Metode Tim
2. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi ruang rawat merupakan salah satu aspek dalam mutu pelayanan
kesehatan, menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit secara
berdaya guna dan berhasil guna dapat dilihat dari segi ekonomi dan medis, dimana
pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu, untuk pasien
yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara
berkesinambungan lebih dari 24 jam (Posma, 2009) di kutip dari Anggraini 2010.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui
tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator
berikut bersumber dari sensus harian rawat inap:
a. BOR (Bed Ocupancy Ratio = (Angka pengguanaa tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a periode under consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

Rumus:
jumlahhariperawatandirumahsakit
¿¿
b. ALOS (Average Lenght of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of
inpatient discharge during the periode under consideration”. ALOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Rumus:
jumlahlamadirawat
jumlahpasienkeluar (hidup+ mati)
c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rumus:
¿¿
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tepat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “... the net effect of changed in occupancy
ratye and lenght of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi
pemakaian tempattidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipaka dalam
satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata
dipakai 40-50 kali.

Rumus:
jumlah pasien dirawat ( hidup+mati )
jumlah tempat tidur

e. NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.
Rumus:
jumlahpasienmati >48 jam
x 100 %
jumlahpasienkeluar (hidup+ mati)
f. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar.

Rumus:
jumlahpasienmatiseluruhnya
x 100 %
jumlahpasienkeluar ( hidup +mati )
3. Discharge Planning
Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang
lain didalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana perawatan
professional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur
kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien dimana perencanaan harus
berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, teurapeutik, rehabilitative, serta
perawatan rutin yang sebenarnya (Swanberg, 2000).
Rindhianto (2008) mendefinisikan discharge planning sebagai perencanaan
kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang
hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi
penyakitnya.
Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan
bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga menemukan
jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat
dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse, 2000).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah komponen sistem
perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada pasien dan keluarganya yang dituliskan untuk meninggalkan satu
unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan
kesehatan umum, sehingga pasien dan keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang
perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.
a. Tujuan Discharge Planning
Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk kesembuhan dan
pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Menurut Nursalam (2011)
tujuan discharge planning/perencanaan pulang antara lain sebagai berikut:
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan
sosial.
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau discharge
teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins (2009) discharge
teaching harus melibatkan keluarga pasien atau perawat lainnya untuk
memastikan bahwa pasien mendapatkan home care yang tepat. Discharge
teaching bertujuan agar pasien :
a) Memahami mengenai penyakitnya
b) terapi obat secara efektif
c) Mengikuti aturan diet secara hati-hati
d) Mengatur level aktivitasnya
e) Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
f) Mengenali kebutuhan istirahatnya
g) Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
h) Mengetahui kapan mencari follow up care.
7) Manfaat Discharge Planning
Bagi Pasien:
a) Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai
bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
d) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support
sebelum timbulnya masalah.
e) Dapat memilih prosedur perawatannya
f) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
Bagi Perawat :
a) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
b) Menerima informasi kunci setiap waktu
c) Memahami perannya dalam system
d) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
e) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara
yang berbeda.
f) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
b. Prinsip-Prinsip Disharge Planning
1) Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang, nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang, nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang timbul di rumah dapat segera antisipasi.
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada,
tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan, setiap
klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
c. Jenis-jenis Discharge Planning
1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien
untuk sementara dirawat dirumah sakit namun harus ada pengawasan dari
pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulangmutlak atau selamanya) cara ini merupakan akhir
dari hubungan pasien dengan rumah sakit, namun apabila pasien perlu dirawat
kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakuakan kembali.
3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien
hrus dipantau dengan melakukan kerja sama dengan perawatan puskesmas
terdekat.

d. Alur Discharge Planning


Gambar 2.2 Alur Discharge Planning

Dokter dan Tim Kesehatan PP dibantu PA

Keadaan Pasien:

1. Klinis dan pemeriksaan


penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
Pasien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian Program kontrol, obat, dan Lain - lain


administrasi perawatan
Gizi
Aktivitas dan istirahat
Perawatan diri

Monitor (sebagai program


service safety) oleh:
keluarga dan petugas
BAB III

MANAJEMEN RUANGAN RPU 3 RUMAH SAKIT UMUM KUNINGAN MEDICAL

CENTER (RSU-KMC)

TAHUN 2021

Analisis situasional fungsi manajemen dikaji oleh mahasiswa profesi Ners STIKes
Kuningan untuk mencapai kompetensi praktek manajemen keperawatan. Analisa situasional
mencakup seluruh kegiatan manajemen di Ruang Perawatan Umum 3 Rumah sakit umum
Kuningan Medical Center yaitu keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang
melaksanakan pekerjaan di ruangan anak. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
tentang kekuatan dan kelemahan dalam manajemen agar dapat diberi intervensi.

A. Gambaran Umum Rs

1. Sejarah berdirinya Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center (RSU-


KMC)
B. Kajian / Analisis Situasi
1. Kajian Situasi Rumah Sakit
a. Visi Rumah Sakit
“Memberikan pelayanan Kesehatan yang terbaik dan berkualitas kepada
masyarakat”.
b. Misi Rumah Sakit
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
berkesinambungan.
2. Turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjadi mitra
pemerintah dalam membangun daerah.
3. Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sosial.
c. Motto Rumah Sakit
“Pelayanan terbaik paling utama bagi kami”
2. Kajian / Analisis Situasi Ruang Rawat
a. Karateristik Unit
1) Visi Ruangan
Tidak terdapat Visi di Ruangan Soka
2) Misi Ruangan
Tidak terdapat Misi di Ruangan Soka
a) Sifat Kekaryaan Ruangan
 Fokus Telaah
Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang RPU 3 adalah
individu dengan Batasan usia dari berapa s/d berapa tahun
dengan kategori anak anak. Penyakit yang timbul diantaranya
pneumonia, anemia, DHF, thypoid, TB paru, Kejang Demam
Sederhana (KDS), Kejang Demam Kompleks (KDK), Diare.
Dalam bidang pendidikan fokus telaah di RPU 3 adalah
individu / kelompok yang membutuhkan pengetahuan dalam
memenuhi kebutuhan pasien terkait dengan masalah kesehatan
yang dialami dan dampak yang ditimbulkan.
 Lingkup Garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan RPU 3 adalah
penyimpangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
khususnya pada anak-anak. Berdasarkan fokus telaah, maka
lingkup garapan RPU 3 adalah memberi pelayanan secara
aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan segala
aktifitas untuk mengatasi gangguan hambatan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia yang terjadi akibat perubahan
fisiologis pada satu atau berbagai sistem yang dialami individu.
Secara umum lingkup garapan RPU 3 adalah :
1) Memberikan pelayanan untuk memberikan kenyamanan
pada klien selama dirawat.
2) Pemberian bantuan kepada individu dalam meningkatkan
dan memelihara status kesehatan, deteksi dan pencegahan
penyakit.
3) Pemberian bantuan kepada klien dalam mencapai
kemandirian klien sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
4) Pemberian bantuan kepada klien meninggal dengan damai
sertamemberikan informasi atau edukasi keluarga.
5) Memanggil code blue jika pasien memerlukan tindakan
RJP dan memanggil dokter untuk menentukan tindakan
lanjutan.
 Basis Intervensi
Basis intervensi RPU 3 dalam bidang pelayanan untuk
memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) akibat dari
ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan pasien.
3) Model Layanan
Ruang Soka menggunakan model layanan dengan metode tim, dibagi
menjadi 2 tim dan dipimpin oleh 2 orang Ketua Tim yaitu Katim Interna
dan Katim Non-Interna.
4) Letak Ruangan

Ruang
Nurse Station R. Perawat
Administrasi

Pintu Masuk
R. Kepala
Ruangan dan
Dokter
Wastafel

R. linen bersih
Spole
Depo Obat Hock
1 2 Toilet

Gudang

Ruang Praktik Mahasiswa Ruang Linen


Dapur
Kotor

R. 1
R. endoscopy

R. 2
R. 9

R. 3
R. 8

R. 4
Pintu masuk ruang isolasi R. 7

R. 5 R. 6
5) Kapasitas Unit Ruangan
 Ruangan Pasien terdapat 9 kamar yang meliputi 1 kamar terdiri 6 atau
8 bed, kamar 5 khusus untuk pasien dengan paru-paru, kamar 9 khusus
untuk pasien ODGJ atau gelandangan
 Ruang Endoscopy
 Ruang Administrasi
 Nurse Station
 Ruang Kepala Ruangan
 Ruang Dokter
 Ruang Perawat
 Ruang Konsultasi
 Ruang Depo Obat
 Ruang Mahasiswa
 Ruang Gudang ADM Rumah Sakit
 Ruang Dapur
b. Analisis Pasien
1) Karateristik
RPU 3 adalah ruang perawatan anak dalam yang melayani perawatan
pasien dengan kasus seperti Demam thypoid, DBD, Diare, yang
memerlukan perawatan di ruang Soka.
2) Tingkat Ketergantungan

Tingkat ketergantungan pasien di RPU 3 pada tanggal ………. Februari


tahun 2021 adalah :
Dinas
Pagi Sore Malam
Kategori
Partial Care 16 17 22
Mandiri 7 6 5
Total Care 4 3 1

c. Analisis Unit Layanan Keperawatan


1) Flow Of Care

No Aspek Deskripsi situasi


.
1 Pelayanan Dari hasil observasi yang dilakukan pada
a. Penerimaan tanggal 13s/d 17 Agustus 2019 proses
peneriman pasien baru di ruangan rawat inap
di dapatkan data sebagai berikut :
1. Ruangan rawat inap gedung 1 sudah
memiliki petunjuk pelaksanaan (protap)
dan alur penerimaan klien baru.
2. Klien yang datang atas rujukan UGD atau
poliklinik/ rawat jalan sebelumnya telah
di informasikan dan langsung ke ruang
rawat inap.
3. Perawat dari UGD atau poliklinik
menanyakan ruangan-ruangan atau kelas
yang akan digunakan pasien tersebut.
4. Setelah datang ke bagian administrasi
ruangan rawat inap klien baru diterima
perawat dan diantarkan ke ruangan atau
tempat tidur yang telah ditentukan.
5. Informasi mengenai biaya administrasi
dan fasilitas yang tersedia dilakukan oleh
bagian administrasi .
6. Kondisi lingkungan tempat tidur klien
dalam keadaan bersih klien mendapat
pasilitas berupa kasur, meja atau lemari
dan standar infus.
7. Terdapat fasilitas untuk penunggu pasien
seperti kursi namun hanya terdapat satu
kursi.
8. Orientasi terhadap tempat tidur dan kamar
klien yang akan digunakan oleh klien
dilakukan oleh perawat.
9. Setelah klien masuk ruang rawat inap
pengkajian awal dilakukan oleh perawat
ruangan pada pasien baru hanya saja
sebatas pengkajian pada keluhan utama
saja dan rencana keperawatan beserta
pendokumentasian pada format pasien.
Sedangkan melakukan pengkajian fisik
terhadap pasien baru belum optimal
dilakukan oleh perawat.
10. Sebagian besar pasien yang baru masuk
laken tidak dipasang .
11. Perawat belum optimal mengorientasikan
klien dan keluarga mengenai isi ruangan
seperti ners station .
12. Perawat belum optimal melakukan TTV
pada pasien baru
13. Perawat jarang memperkenalkan dirinya.

b. pengelolaan Dari hasil observasi 6 klien pada tanggal 13-


17 agustus 2019 didapatkan data sebagai
berikut:
1. Perawat UGD menginformasikan bahwa
klien boleh dipindahkan ke ruang
perawatan
2. Dilakukan serah terima antara perawat
UGD maupun poli klinik terhadap
perawat ruangan dengan
menginformasikan diagnose medis dan
keadaan klien terlebih dahulu
3. Biasanya klien diantar dari UGD oleh
perawat dengan menggunakan brangkar
bersama dengan keluarganya
c. discharge planning 1. Pada klien dengan kondisi yang sudah
membaik diberikan pendidikan kesehatan
pasca pemulangan oleh perawat
diruangan namun tidak semua perawat
melakukannya
2. Perawat menginstruksikan keluarga untuk
menyelesaikan administrasi di ruang
administrasi rawat inap

2) Manajemen Unit

No Ruangan Jumlah
.
1. Ruang kepala ruangan 0
2. Nurse station 1
3. Ruang administrasi 1
4. Ruang perawatan 4
pasien
5. Ruang praktik 1
mahasiswa
6. Depo obat 0
7. Ruang linen bersih 1
8. Ruang linen kotor 1
9. Toilet 1
10. Ruang alat 1
11, Wastafel 1
12. Ruang endoscopy 1

Kapasitas unit ruang RPU 3 memiliki ruang perawatan yang terdiri


dari: 4 kamar pasien yaitu kamar perawatan pasien 1 (rubi I) terdapat
7 bed pada ruangan tersebut dengan 1 kamar mandi, kamar perawatan
pasien 2 (Rubi II) terdapat 4 bed pada ruangan tersebut dengan 1
kamar mandi, Kamar perawatan pasien 3 (shafir 1) terdapat 5 bed pada
ruangan tersebut dengan 1 kamar mandi, Kamar perawatan pasien 4
( shafir II) terdapat 3 bed pada ruangan tersebut dengan 1 kamar mandi
Berikut ini deskripsi keadaan masing-masing ruangan :
a) Koridor
Keadaan lantai pagi, siang, dan malam bersih. Terdapat 1(satu)
tempat sampah didepan kamar inap yang diperuntukan untuk 2
(dua) kamar. Terdapat 2 (dua) tempat sampah untuk sampah medis
dan non medis yang terpisah dari tempat sampah tiap kamar,
terdapat handsrub di setiap dinding kamar pasien.
b) Kantor perawat
Terdapat 1 kamr mandi, 1 meja resepsionis, dalam kondisi baik
dengan penataan yang cukup rapih, meja tersebut digunakan untuk
menyimpan dokumen-dokumen dan status pasien, terdapat 1 buah
kipas angin, 1 buah AC, 1 buah Kulkas,1 buah dispenser beserta
galonnya, 4 buah lemari penyimpanan dan 1 buah wastafel dimana
Kondisi wastapel rapih, bersih, botol sabun cuci disi jika sudah
habis, kran mengalir, tissue tersedia.
c) Ruang kepala ruangan
Dalam kondisi rapih dan bersih terdapat 2 meja, 1 (satu) unit
computer dan printer dalam kondisi baik, tersedianya lemari untuk
buku dan dokumen, terdapat 1 buah kipas angina.
d) Ruang Administrasi
Penataan ruangan rapih dengan pencahayaan/penerangan yang
cukup, terdapat satu sofa, 2 lemari.
e) Ruang Mahasiswa
Ruang mahasiswa terdapat 1 buah meja, 8 buah kursi, 1 buah
etalase, terdapat lemari, dan digunakan sebagai penyimpanan alat
untuk sementara, terdapat troli alat EKG, alat suction.
f) Lingkungan dan ventilasi
Pencahayaan di ruang bedah kelas II dan III sudah baik, dengan
adanya masing masing jendela pada setiap kamar perawatan
3) Manajemen Asuhan Keperawatan

NO ASPEK HASIL OBSERVASI


.
1. Pelayanan Hasil pengkajian yang dilakukan dari tanggal 16 Agustus 2019
Penerimaan didapat data sebagai berikut :
Pasien Alur Pasien Masuk
 Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan
dan observasi selama pengkajian bahwa pasien masuk
dari IGD selanjutnya mengurus administrasi ke
pendaftaran, setelah selesai pendaftaran, petugas
menelpon ruangan untuk memesan tempat, mengecek
kesiapan ruangan menerima pasien baru dan
mengkonfirmasikan kondisi pasien. Setelah mendapat
konfirmasi dari perawat Ruang Soka bahwa kamar dan
tempat tidur telah siap, baru pasien diantar dari IGD ke
ruangan. Di ruangan perawat melaporkan pasien baru
kepada dokter, perawat mengecek obat-obatan yang
akan diberikan kepada pasien. Selanjutnya tindakan
disesuaikan dengan advis dokter, tetapi tidak semua
perawat melakukan inform consent tentang tindakan
yang akan dilakukan :
 Saat pemberian obat tidak melakukan
komunikasi pada pasien
 Pada tanggal 16 Agustus 2019 kamar 2
keluarga pasien meminta perawat untuk UP DC
tetapi perawat tersebut hanya meminta keluarga
untuk tanda tangan di kertas inform consent
tanpa mengedukasi
Hasil observasi saat pengkajian tanggal 16 Agustus 2019
 Dari 1 orang pasien baru yang masuk ke ruang
penyakit dalam, pasien diantar petugas emergensi dan
keluarga. Perawat memeriksa kelengkapan status dan
memberi tahu kamar dan tempat tidur yang telah
disiapkan. Pasien langsung diantar oleh petugas
emergensi ke kamar dan tempat tidur yang dimaksud.
Pasien dipindahkan oleh petugas emergensi dan
keluarga pasien ikut membantu memindahkan pasien
ketempat tidur. Selanjutnya perawat ruangan mengatur
peralatan pendukung sesuai kebutuhan pasien (tetesan
infus, oksigen dll).
 Pengkajian Tanda-Tanda Vital dilakukan lagi di
ruangan Soka, orientasi ruangan dan penjelasan tata
tertib ruangan tidak dilakukan dengan baik pada pasien
maupun pada keluarga pasien. Tetapi kepala ruangan
memperkenalkan perawat sebagai petugas dines pada
jam kerja nya.
Alur Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan laboratorium (lab) :
Pemeriksaan laboratorium sudah dilakukan di IGD.
Laboratorium untuk pagi atau siang hari pengambilan sampel
darah dilakukan oleh perawat mengirimkan sampel
pemeriksaan ke laboratorium.
Pemeriksaan Radiologi
 Pemeriksaan radiologi dilakukan setelah pasien
diperiksa oleh dokter/ pasien yang harus dikonsulkan
kebagian lain, dokter menuliskan permintaan konsul,
kemudian perawat membawa status pasien tersebut
kebagian yang dituju.
Simpulan Masalah :

Perlu ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan alur penerimaan pasien masuk di Ruang
Soka khususnya dalam pelaksanaan inform consent pada pasien

2. Pengelolaan Pengelolaan Pasien di Ruangan


Pasien di  Hasil observasi selama 3 hari didapatkan pengelolaan
Ruangan pasien diruangan yaitu: setelah pasien menempati kamar
yang sesuai kemudian perawat mengecek dokumen
pasien terkait pengobatan dan terapi lain yang telah
didapatkan di UGD, kemudian diresepkan obat dan
keperluan lainnya seperti konsul dengan dokter terkait
sesuai kebutuhan pasien.
 Metode TIM di ruang Soka masih belum optimal
dikarenakan keterbatasan jumlah tenaga perawat dan
kurangnya kemauan dalam diri perawat untuk
menggerakkan metode tim tersebut.
 Distribusi penyakit diruang Soka sebagai penyakit
dalam seperti bronkopneumonia, anemia, DHF, Stroke
non hemoragik, gagal jantung, demam tipoid, gagal
ginjal, syndrome obstruksi pasca tuberculosis (SOPT),
pneumonia, TB paru dll.
 Distribusi perawamlah tenaga perawat diruang Soka 18
orang ditambah dengan 1 kepala ruangan.
Sift pagi terdiri dari 1 kepala ruangan, 2 Ka Tim, dan 2
orang perawat pelaksana.
Sift sore terdiri dari 3 orang perawat
Sift malam terdiri dari 3 orang perawat
 Distribusi mahasiswa : jumlah mahasiswa S1 9 orang,
dan mahasiswa D3 2 orang
 Bed yang terisi pada tanggal 16 Agustus 2019 sebanyak
28 bed. Sehingga bed yang kosong dan dapat ditempati
sebanyak 20 bed.
 Dalam pengambilan obat dilakukan oleh keluarga
pasien yang sebelumnya sudah diberikan resep yang
ditandatangani oleh dokter untuk pengambilan obat ke
apotek.
 Pemeriksaan laboratorium untuk pagi atau siang hari
pengambilan sampel darah dilakukan oleh perawat dan
perawat mengirimkan sampel pemeriksaan ke
laboratorium.
 Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisis pasien, perawat
bekerjasama dengan ahli gizi, yang sebelumnya perawat
sudah menuliskan identitas dan jenis makanan yang
tepat untuk pasien. Selanjutnya ahli gizi akan
mengantarkan makanan setiap pagi, siang dan sore hari.
 Visit dokter dilakukan sesuai jadwal, jika ada pasien
baru perawat langsung konsultasi ke dokter via telepon
jika dokter yang bersangkutan tidak sedang berada di
rumah sakit. Advise yang didapatkan didokumentasikan
dalam buku catatan.
Simpulan Masalah :

Perlu dipertahankan dalam pengelolaan pasien di Ruang Soka

3. Discharge Alur Pasien Pulang


Planning  Pasien diperbolehkan pulang setelah dinyatakan sembuh
atau rawat jalan diijinkan oleh dokter yang menangani.
Bila pasien pulang paksa, pasien atau keluarga harus
menandatangani format penolakan rawat tinggal maka
pasien diijinkan untuk pulang. Perawat menjelaskan
cara penyelesaian administrasi dan memeriksa
kelengkapan administrasi dan hasil pemeriksaan
penunjang, setelah administrasi dinyatakan lengkap,
perawat memberikan dan menjelaskan obat yang harus
diminum, waktu kontrol yang telah ditulis secara
lengkap dan cara perawatan luka di rumah.
 Pada saat dilakukan pengkajian selama 3 hari, pasien
pulang diberikan penjelasan tentang syarat syarat yang
harus dilengkapi, fotokopi surat-surat, setelah surat
terlengkapi sebagian perawat belum memberikan
informasi hal apa saja yang diperlukan guna perawatan
di rumah, hanya kepala ruangan yang memberikan
informasi guna perawatan di rumah. Sementara perawat
lain hanya membereskan dokumentasi dan menjelaskan
obat juga waktu untuk kontrol kembali.
Simpulan Masalah :
Perlu ditingkatkan dalam Discharge Planning di Ruang Soka, karena belum ada
perencanaan secara terstruktur dan kebutuhan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga pasien yang belum terpenuhi.

4. Pemenuhan Kebutuhan oksigenasi


Kebutuhan  Pasien yang mengalami gangguan oksigenasi dibantu
Dasar dengan pemberian O2 yang sesuai dengan advis dokter.
Manusia  Upaya pemenuhan kebutuhan oksigen dengan
pemberian therapy O2 dengan menggunakan nasal
kanul posisi semi fowler, binasal.
 Ventilasi/jendela tiap kamar tidak dibuka sehingga
kamar terasa pengap
 Pada tanggal 16 Agustus 2019 berdasarkan observasi
terdapat 3 orang yang terpasang oksigen dengan
menggunakan nasal canul
Simpulan Masalah :

Perlu ditingkatkan dalam kebutuhan oksigen di Ruang Soka untuk memenuhi


kebutuhan pasien, disebabkan ventilasi di setiap kamar dirasa kurang karena jendela
tidak dibuka.

Kebutuhan cairan dan elektrolit


 Pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien diRuang Soka
dilakukan dengan cara oral dan parenteral.
 Pergantian alat infus hanya dilakukan bila pasien
phlebitis dan bengkak. Cairan diganti berdasarkan
laporan anggota keluarga pasien dan observasi perawat.
 Pergantian cairan infus biasanya sama dengan
sebelumnya, tidak dilakukan pengecekan ulang apakah
pasien mendapatkan cairan tersebut.
 Pada tanggal 16 Agustus 2019 berdasarkan observasi
terdapat 28 orang yang terpasang cairan infus.
Simpulan Masalah :

Perlu dipertahankan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit bagi pasien di Ruang Soka
dan diperlukan kecermatan perawat dalam mengganti cairan infus yang habis.
Kebutuhan Nutrisi
 Menu makanan pasien diatur oleh bagian gizi dan
disesuaikan dengan kondisi pasien.
 Penyajian makanan diberikan 3 kali sehari.
 Penyajian makan pagi jam 06.30-07.00, makan siang jam
12.00 dan makan sore jam 16.00-17.00.
 Makanan dan air minum disajikan dalam keadaan
tertutup.
 Perubahan diet pasien didokumentasikan di buku
makanan.
 Dari segi penyajian makanan, kebersihan makanan,
ketepatan waktu pemberian makan hampir seluruh
pasien mengatakan sudah “baik”
 Kontrol makanan atau diet ditentukan oleh dokter dan
dilakukan oleh ahli gizi
Simpulan Masalah :

Perlu dipertahankan dalam Pemenuhan Kebutuhan Nurtisi pada pasien diRuang Soka

Kebutuhan Eliminasi
 Pemenuhan kebutuhan eliminasi dilakukan dengan
bantuan keluarga ke kamar mandi, menggunakan pispot
atau pasien dipasang kateter.
 Kamar mandi tersedia 1 disetiap kamar dengan kondisi
kotor dan aliran air yang lancar.
 Tidak terdapat pispot disetiap kamar pasien.
 Pada tanggal 16 Agustus 2019 berdasarkan observasi
terdapat 1 orang yang terpasang kateter.
Simpulan Masalah :

Perlu ditingkatkan dalam Kebutuhan Eliminasi bagi pasien di Ruang Soka, mengenai
kebersihan kamar mandi ruang perawatan dan pispot yang tersedia

Istirahat dan tidur


 Dari hasil observasi, pengaturan tentang tata tertib jam
kunjungan dan batasan jumlah penunggu sudah
terlaksana.
 Tersedia ruang tunggu untuk keluarga pasien.
 Fasilitas tempat tidur : kasur >80% masih layak pakai,
tempat tidur terdapat pengamanan tempat tidur.
 Dari hasil observasi tingkat kebisingan di Ruang Soka
dapat disimpulkan tidak bising
 Hasil pengkajian dari 28 pasien, didapatkan sebanyak 19
pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak, dan 9
pasien yang mengeluh tidak dapat tidur dengan nyenyak
dikarenakan nyeri,cemas dan sesak yang dirasakan
pasien.
Simpulan masalah :

Perlu dipertahankan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia istirahat dan tidur di
Ruang Soka

Kebutuhan Aktifitas
 Pemenuhan ADL Pasien dilbantu oleh keluarga
 Pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat melalui
lisan, tidak menggunakan alat bantu seperti leaflet.
 Untuk mobilisasi pasien resiko jatuh, dipasang
pengaman tempat tidur dan diberikan edukasi ke
keluarga.
Simpulan Masalah :

Perlu dpertahankan dalam Kebutuhan Aktifitas pasien di Ruang Soka

Kebutuhan integritas kulit dan kebersihan diri


 Pasien yang mengalami gangguan integritas kulit (luka)
diberikan perawatan luka sebanyak 1 kali yaitu pada pagi
hari.
 Tindakan ganti balutan dilakukan 1 hari 1x pada pagi
hari. Pada saat dilakukan observasi tindakan ganti
balutan perawat memberikan penjelasan pada pasien
akan dilakukan tindakan tersebut, lalu membersihkan
luka, menutup luka kembali sesuai kebutuhan, tapi alat
set ganti balutan tersebut dilakukan untuk semua pasien.
 Menurut perawat sepenuhnya pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri dilakukan oleh klien atau keluarga baik
dari segi alat, bahan dan tenaga.
 Pemenuhan personal hygiene masih dilakukan oleh
pasien sendiri ataupun dibantu oleh keluarga.
 Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dari tanggal
13 sampai 20 agustus 2019 tidak ditemukan pasien yang
mengalami plebitis.
Simpulan masalah :

Perlu dipertahankan dalam kebutuhan integritas kulit di Ruang Soka dengan


pergantian sprei yang sesuai kebutuhan. Pada saat tindakan ganti balutan hanya 1 set
dipergunakan untuk semua pasien.

Pencegahan terhadap infeksi


 Upaya pencegahan infeksi pada pasien :
a. Perawat menggunakan sarung tangan sebelum
melakukan tindakan.
b. Set ganti balutan yang steril dan menggunakan tehnik
septic dan aseptic.
c. Sebagian besar perawat tidak melakukan cuci tangan
sebelum melakukan tindakan kepada pasien. Perawat
hanya melakukan cuci tangan setelah melakukan
tindakan atau kontak dengan pasien sesuai protap (6
langkah cuci tangan).
d. Petunjuk cuci tangan yang benar terpasang di sebelah
tempat cuci tangan hanya di ruang perawat. Kamar
pasien di pel setiap hari 2x sehari pada shift pagi dan
sore.
e. Terdapat ruangan khusus untuk penyakit paru-paru.
f. Tidak terdapat tempat sampah di setiap kamar.
g. Penampungan sampah medis dan non medis sudah
terpisah
h. Terdapat tempat sampah untuk sampah medis dan non
medis yang terpisah. Dan segi penggunaannya sudah
sesuai baik infeksius non ifeksius, safety box, daur
ulang, sampah rumah tangga, serta sampah khusus untuk
tissue.
i. Sebagian besar perawat tidak melakukan cuci tangan
sesuai protap ketika akan melakukan tindakan/kontak
dengan pasien tetapi setelah melakukan tindakan hampir
90% melakukan cuci tangan.
j. Belum tersedianya tempat cuci tangan di setiap kamar.
Simpulan Masalah :

 Perlu diwujudkan tersedianya handscrub untuk bed


 Perlu diwujudkan tentang gambar tentang langkah mencuci tangan di setiap kamar
pasien.
 Perlu ditingkatkan tindakan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan pada
pasien secara langsung
5. Aplikasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Proses  Sistem pendokumentasian yang berlaku di ruang sOKA
Keperawatan adalah system SOAP, merupakan singkatan dari
Subjective (Subjektif), Objective (Objektif), Assesment
(Penilaian), dan Plan (Perencanaan); dengan mengikuti
format SOAP, untuk mengumpulkan dan
mendokumentasikan data serta informasi pasien dengan
lebih terorganisasi.
 Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 16 Agustus
2019, format laporan harian dinas terdiri dari Nama, No
Kamar, status kepesertaan, diagnose penyakit belum
diisi secara lengkap.
Pengkajian
Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan selama 3 hari
terhadap 15 dokumentasi asuhan keperawatan, didapatkan hasil
80% lengkap dalam pengisian format pengkajian yang ada,
yaitu dengan mencheck list pada option yang disediakan.
Berdasarkan observasi terhadap perawat, perawat ruangan tidak
melakukan pengkajian secara akurat karena tidak semua
berdasarkan tehnik pemeriksaan fisik yang ditetapkan terutama
palpasi, auskultasi, perkusi jarang dipergunakan. Perawat
sering menggunakan tehnik inspeksi dalam menginterpretasi
klien. Hal ini disebabkan karena sudah menjadi rutinitas
sehingga sudah ada deskripsi pasien yang hanya dilihat dari
diagnose medis nya.
Diagnose keperawatan
Dari 15 dokumentasi askep yang ada hanya mencantumkan 1
diagnosa keperawatan, yang menurut perawat hanya
berdasarkan keluhan utama pasien. 50% perumusan diagnosa
keperawatan belum sesuai dengan keadaan klien, jadi hanya
berdasarkan keluhan utama saja.
Perencanaan Keperawatan
Secara keseluruhan perencanaan intervensi keperawatan sudah
sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul tetapi
dikarenakan diagnosa yang diambil hanya berdasarkan keluhan
utama (tidak komprehensif) perencanaan yang dibuatpun
sedemikian minimal buat pasien.
Pelaksanaan Keperawatan
Sebesar 50 % dari rencana tindakan yang dibuat oleh
perawat belum melibatkan pasien atau keluarga
Sebesar 50 % tujuan keperawatan belum terdapat kriteria
hasil.
Implementasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan, sebagian besar implementasi keperawatan yang
dilakukan sesuai kebutuhan pasien, terkadang berdasarkan
kebutuhan pasien saat itu tanpa perencanaan terlebih dahulu.
 Berdasarkan observasi yang dilakukan dari 15 dokumentasi
ASKEP didapatkan hasil 10 dokumentasi sudah
mencantumkan nama, tanggal, jam dan tanda tangan
perawat dalam melakukan setiap tindakan. Sedangkan 5
dokumentasi belum mencantumkan nama perawat dalam
melakukan tindakan, hanya tanda tangan, jam dan tanggal
dilakukannya tindakan.
Evaluasi Keperawatan
 Evaluasi yang dilakukan sudah mengacu pada tujuan
dan dilakukan evaluasi hasil dari setiap tindakan yang
diberikan.
 Catatan perkembangan yang digunakan sudah
SOAP/SOAPIER dan sudah sesuai prosedur yang tepat.
Dari 15 dokumentasi 60% SOAPIER masih tetap tidak
ada implementasi yang ditambahkan ataupun dirubah.
6. Metode Metode yang dipakai adalah metode TIM namun pada
pengelolaan kenyataanya adalah metode keperawatan Fungsional yang
pasien dilakukan dimana pembagian tugas untuk pasien dilakukan
oleh perawat itu sendiri tidak ada pembagian tugas yang jelas
baik. Disini ketua TIM tidak melakukan tugas yang seharusnya
dilakukan.
7. Pendidikan Pendidikan kepada pasien dan keluarga dilakukan secara pasif
oleh perawat yaitu ketika pasien atau keluarga menanyakan
tentang penyakit atau hal lain yang berkaitan dengan pasien.
Menurut perawat tidak ada rencana rutin memberikan penkes
kepada pasien dan keluarga. Biasanya dilakukan berbarengan
pada saat tindakan, misalkan ganti balutan, perawat juga
memberitahu bagaimana cara membersihkan luka saat dirumah
dan cara mengganti balutan yang benar.
8. Penelitian Menurut kepala ruangan belum ada rencana perawat atau
program perawat ruangan untuk melakukan penelitian terhadap
pasien (penyakit) yang ada di ruangan. Akan tetapi sudah
sering dilakukan penelitian di ruangan oleh mahasiswa.
d. Sumber Daya / Kekuatan Kerja
1) Manusia

NO NAMA JABATAN MASA KERJA PENDIDIKAN PELATIHAN


DI RS
1 Engkos Kepala 30 tahun D3 Kep Manajemen
Kosasih,Amd.Kep Ruangan bangsal, PPK,
Transfer pasien,
mutu dan
keselamatan
pasien K3,
BHD, PPI
2 Ibnu Ubhadilah, Ketua Tim 24 tahun S.Kep.,Ners BHD,
S.Kep,. Ns Interna Triage,BTCLS,
PPI, Transfer
pasien, Majemen
nyeri, EWS,
HPK, PMKP,
K3RS,
Komunikasi
Efektif
3 Ahmad, S.Kep,. Ketua Tim 23 tahun S.Kep.,Ners BHD,
Ns Non-Interna Triage,BTCLS,
PPI, Transfer
pasien, Majemen
nyeri, EWS,
HPK, PMKP,
K3RS,
Komunikasi
Efektif
4 Makmuri, S.Kep,. Clinical 16 tahun S.Kep.,Ners BHD, PPI,
Ns Instruktur Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
5 Evi. A, Amd.Kep Perawat 16 tahun D3 Kep BHD, PPI,
Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
6 Try Asih, Perawat 4 tahun D3 Kep BHD, PPI,
Amd.Kep Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
7 Yanto, Amd.Kep Perawat 4 tahun D3 Kep BHD, PPI,
Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
8 Heru, Amd.Kep Perawat - D3 Kep BHD, PPI,
Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
9 Siti Khodijah, Perawat - D3 Kep BHD, PPI,
Amd.Kep Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
10 Andri, Amd.Kep Perawat - D3 Kep BHD, PPI,
Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
11 Siswanto, Perawat 5 tahun D3 Kep BHD, PPI,
Amd.Kep Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
12 Gugun, S.Kep.,Ns Perawat 4 tahun S.Kep.,Ners BHD, PPI,
Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
13 Qomalia, Perawat 4 tahun S.Kep.,Ners BHD, PPI,
Amd.Kep Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
14 Budi, S.Kep.,Ns Perawat 4 tahun S.Kep.,Ners BHD, PPI,
Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
15 Abu Khasan, Perawat - S.Kep.,Ners BHD, PPI,
S.Kep,.Ns Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
16 Try Susanti, Perawat - D3 Kep BHD, PPI,
Amd.Kep Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
17 Zonas, Amd.Kep Perawat - D3 Kep BHD, PPI,
Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
18 Uswatun H, Perawat - D3 Kep BHD, PPI,
Amd.Kep Pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif
19 Idik Juliandi, Perawat - S.Kep,.Ners BHD, PPI,
S.Kep.,Ns pelaksana Transfer pasien,
Majemen nyeri,
EWS, HPK,
PMKP, K3RS,
Komunikasi
Efektif

No Nama Kualifikasi
1 Dr. Suhendi Wijaya, Sp. Jp Dokter Jantung
2 Dr. Yandi Ariffudin, Sp. Jp Dokter Jantung
3 Dr. Hj. Adrialmi, Sp.S,M.Hkes Dokter Syaraf
4 Dr. Muh. Abd. Rahman, Sp.S Dokter Syaraf
5 Dr. Enung Cahya Nurul, Sp. Pd Dokter Penyakit Dalam
6 Dr. Indraji Dwi Mmulyawan, Dokter Penyakit Dalam
Sp. Pd, M.Kes
7 Dr. Wizhar Syamsuri, Sp. Pd- Dokter Penyakit Dalam
Finasim
8 Dr. H. Edy Tamtama, Sp.S Dokter Penyakit Dalam
9 Dr. Syifa Imelda, Sp.P Dokter Paru
10 Dr. Ali Hanafiah, Sp.P Dokter Paru

2) Non Manusia (5m)

1. MAN
Kuantitas Sumber Daya Manusia
Ruang Soka adalah ruang perawatan klien dengan penyakit dalam yang
bertujuan memberikan pelayanan asuhan yang bermutu. Pelayanan
ruang Soka dilakukan oleh dokter dan perawat yang memiliki
kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta
memperoleh / memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan
sesuai dengan tugas atau tanggung jawabnya. Tenaga keperawatan
diruang Soka
Tabel Kualifikasi Sumber Daya Manusia di Ruang Soka Tahun 2019

NO Pendidikan PNS/NON PNS Jumlah


1 D3 PNS 2
2 D3 NON-PNS 11
3 S1 PNS 3
4 S1 NON-PNS 3
Tenaga Non Keperawatan Terdapat 1 orang sebagai petugas administrasi dan
1 orang cleaning service

Kualitas Sumber Daya Manusia Daftar nama Perawat di Ruang Soka

NO NAMA JABATAN MASA PENDIDIKA PELATIHAN


KERJA DI N
RS
1 Engkos Kepala 30 tahun D3 Kep STR
Kosasih,Amd.Kep Ruangan
SIK
2 Ibnu Ubhadilah, Ketua Tim 24 tahun S.Kep.,Ners STR
S.Kep,. Ns Interna
SIK
3 Ahmad, S.Kep,. Ns Ketua Tim 23 tahun S.Kep.,Ners STR
Non-Interna
4 Makmuri, S.Kep,. Clinical 16 tahun S.Kep.,Ners STR
Ns Instruktur
SIK
5 Evi. A, Amd.Kep Perawat 16 tahun D3 Kep STR
Pelaksana
SIK
6 Try Asih, Amd.Kep Perawat 4 tahun D3 Kep SIK
Pelaksana
7 Yanto, Amd.Kep Perawat 4 tahun D3 Kep STR
Pelaksana
8 Heru, Amd.Kep Perawat D3 Kep STR
Pelaksana
SIK
9 Siti Khodijah, Perawat D3 Kep SIK
Amd.Kep Pelaksana
10 Andri, Amd.Kep Perawat D3 Kep -
Pelaksana
11 Siswanto, Amd.Kep Perawat 5 tahun D3 Kep STR
Pelaksana
SIK
12 Gugun, S.Kep.,Ns Perawat 4 tahun S.Kep.,Ners -
Pelaksana
13 Qomalia, Amd.Kep Perawat 4 tahun S.Kep.,Ners STR
Pelaksana
SIK
14 Budi, S.Kep.,Ns Perawat 4 tahun S.Kep.,Ners
Pelaksana
15 Abu Khasan, Perawat S.Kep.,Ners STR
S.Kep,.Ns Pelaksana
16 Try Susanti, Perawat D3 Kep -
Amd.Kep Pelaksana
17 Zonas, Amd.Kep Perawat 2,5 tahun D3 Kep -
Pelaksana
18 Uswatun H, Perawat D3 Kep -
Amd.Kep Pelaksana
19 Idik Juliandi, Perawat S.Kep,.Ners STR
S.Kep.,Ns pelaksana
SIK

Jumlah Ketenagaan Perawat


Total Tenaga Perawat dilihat dari setiap dinas
Pagi : 6 orang
Sore : 5 orang
Malam : 5 orang
16 orang

Jumlah tenaga perawat diambil dari perhitungan tenaga menurut Ratna Sitorus (2006).

Rumus jumlah tenaga lepas dinas perhari:


72 x total tenaga perawat = jumlah tenaga lepas dinas perhari
288

Keterangan:
72 = jumlah hari libur atau hari lepas dinas dalam satu tahun
288 = jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun
72 x 19 = 1368 = 4,75 = 5
288 288

2. MATERIAL & MECHINE


Kuantitas dan Kualitas Sarana dan Prasarana
a. Ruang Soka
Terdiri dari 9 kamar perawatan yang meliputi 1 kamar terdiri 6 atau 8 bed, kamar 5
khusus untuk pasien dengan paru-paru, kamar 9 khusus untuk pasien ODGJ atau
gelandangan. Rincian dari masing-masing ruangan adalah sebagai berikut:

NO NAMA RUANG / KELAS JUMLAH RUANGAN


1 Ruang Perawatan
a. kamar pasien 4 ruangan
b. kamar pasien khusus -

RPU 3 adalah ruangan khusus untuk anak anak yang memiliki


yang memiliki keluhan sakit. Dalam ruangan ini terdapat berbagai sarana dan
prasarana penunjang untuk memberikan perawatan kepada pasien.
Dibawah ini akan diuraikan mengenai kuantitas dan kualitas sarana dan
prasarana di ruang soka.
Di ruangan Keadaan Keterangan
No Sarana dan Prasarana
Ada Tidak Layak Tidak
1 Nurse Station  
2 Meja Dan Kursi  Di ruangan Keadaan Keterangan
3No Alat
Sarana Laya Tidak
Tulisdan Prasarana 
Kerja Ada Tidak 
Tempat Istirahat k
41 Luas Kamar 
Perawat   
52 Tempat
TempatIstirahat
Tidur Dokter -  - 
63 Tempat
BedsideUntuk
Monitor
Sholat   
4 Alat Tenun
7 Kamar Ganti 
  
5 Identitas Pasien  
8 Ruang Ganti Perawat  
Master Tabel Pasien di
96 Telpon Ruangan  
Nurse
Form Station Alat
Inventaris 
107 Identitas Pasien Diluar 
Tiap Ruangan  
11 Ruang Kepala Ruangan - -
12 Wastafel  
13 Loker Perawat  
Lemari Dokumentasi 
14
Keperawatan 
Kamar
8 Kamar Mandi  
9 Keranjang Obat  
Tutup Sampiran Per
10
Pasien 
Alat Panggil Perawat
12
(Bell) 
13 Pispot  
14 Kursi Dan Meja Pasien  
15 Lemari Pasien  
16 Jam Dinding  
17 Televisi 
18 Ruang Tunggu Keluarga 
19 Denah Ruangan 
20 Papan Media Informasi 
21 Handscrub  

DAFTAR INVENTARIS RUANG SOKA

NO NAMA BARANG STANDAR JML YANG RUSAK KET


ADA
1 Bed 3 crank 42 2 dipinjam R.
Prabu
Siliwangi
2 Standar infus 17 12 Baik 5
3 Regulator oksigen 16 Baik
4 Emergency trolly 1 Baik
5 Dressing trolly 2 Baik
6 Instrument trolly 7 2 Baik 5
7 EKG trolly 1 Baik
8 Pispot stainless 20 10 5 Kurang15
9 Urinal plastic 20 3 Kurang 17
10 Stetoskop 5 3 Kurang 2
11 Tensi meter air raksa 3 2 1 Kurang 2
12 Senter 3 1 Kurang 2
13 Hamer reflex 2 Tidak ada
14 Nirbeken 5 2 Kurang 3
15 Meteran 2 Tidak ada
16 Instrument bedah kit / 2 1 Kurang 1
balutan
17 Mesin EKG 2 1 Baik 1
18 Suctiom pump 3 2 1 Kurang 1
19 Nebulizer 4 2 Baik 2
20 Laryngoscopy 1 Baik
21 Amubag dewasa 2 1 Baik 1
22 Ember 15 9 Kurang 6
23 Gayung 15 10 Kurang 5
24 Keset 25 2 Kurang 23
25 Lampu tindakan 1 Baik 1
26 Transferring pasien 4 3 1 Kurang 1
27 Kursi roda 4 1 Baik 3
28 Tensi meter digital 2 Tidak ada
29 Timbangan BB 2 1 Kurang 1
dewasa
30 Thermometer 6 2 Kurang 4
31 Light box 2 1 Kurang 1
32 Gunting perban 3 1 Kurang 2
33 Tong spatel 3 Tidak ada

ALAT TENUN

Standar Jumla Kondisi


N h Rusak Rusa Keteranga
Nama Barang Depke Bai
o RS yang sedan k n
s k
ada g Berat
1 Seprei             
2 Stik Laken             
3 Selimut             
4 Sarung Bantal             
Perlak Oskar
5 Besar             

ALAT Mebel, Air, dan Elektronik

Standar Jumla Kondisi Keterangan


h Rusak Rusa
No Nama Barang Depke
RS yang Baik sedan k
s ada g Berat
AC / Kipas
1
Angin    
2 Bed manual      
3 Dispenser      
4 Jam dinding      
5 Kulkas     Tidak ada
6 Komputer      
7 Kursi Lipat     Tidak ada
8 Kursi Roda      Tidak ada
Lemari Alat
9
Tenun      
10 Lemari Alkes      
11 Lemari Loker      
Meja Nurse
12
Station      
Papan
13
Pengumuman              Tidak ada
Papan White
14
Board Besar            Tidak ada
Papan White
15
Board Kecil              
Tempat sampah
16
medis            
Tempat Sampah
17
Non Medis            
18
Telepone            
19 Printer              

Dokumentasi

Standar Jumlah Kondisi


No Nama Barang yang Tidak Ket
Depkes RS Sesuai
ada Sesuai
Formulir Pengkajian
1          
Awal
Formulir Rencana
2          
Keperawatan
Formulir Catatan
3          
Perkembangan Pasien
4 Formulir Observasi          
5 Resume Keperawatan          
Formulir Catatan
6          
Pengobatan
7 Formulir Medik Lengkap          
Formulir Laboratorium
8          
Lengkap
9 Formulir Rontgen          
Formulir Permintaan
10          
Darah
Formulir Keterangan
11           
Kematian
12 Resep           

3. METHOD
Fungsi manajemen keperawatan diuraikan sesuai dengan jabatan dan uraian
tugasnya, yaitu sebagai berikut :

a. Pengkajian tugas Kepala Ruangan (15 Agustus 2019)

No. Aspek yang dinilai Dilakukan


Ya Tidak
I. ASPEK MANAJEMEN
A. Perencanaan
1. Karu memiliki rencana harian 
2. Karu memiliki rencana bulanan 
3. Karu memiliki rencana tahunan 
4. Perencanaan tertulis 
5. Apakah staf mengetahui 
B. Pengorganisasian 
1. Apakah terdapat struktur organisasi 
2. Karu menyusun jadwal dinas ruangan 
3. Karu memiliki daftar pasien 
C. Pengarahan 
1. Karu membuka operan 
2. Karu melakukan pre conference 
3. Karu memimpin post conference 
4. Karu memberi motivasi dan dukungan kepada stafnya 
dalam melaksanakan tugasnya
5. Karu menjadi role model bagi stafnya 
6. Karu melibatkan stafnya dalam pengambilan keputusan 
7. Karu mendelegasikan tugas kepada perawat yang memiliki 
kompetensi yang dibutuhkan.
8. Karu mengevaluasi tugas yang telah didelegasikan kepada 
staf
9. Karu memiliki jadwal supervisi untuk stafnya 
10. Karu melaksanakan supervisi sesuai dengan kaidah 
supervisi
11. Karu menyampaikan hasil supervisi kepada staf 
12. Karu memberikan umpan balik terhadap hasil supervisi 
kepada staf
D. Pengendalian 
1. Ruangan menjalankan dan memiliki indicator mutu 
2. Karu melakukan audit dokumentasi asuhan keperawatan 
3. Karu mengelola hasil angket kepuasan pasien/keluarga 
II. ASPEK COMPENSATORY REWARD
1. Karu melakukan penilaian kinerja PP/Katim sesuai jadwal 
2. Karu mendokumentasikan hasil penilaian kinerja perawat 
PP/katim
3. Karu memiliki program pengembangan staf 
III. ASPEK PROFESSIONAL RELATIONSHIP
1. Karu melakukan rapat keperawatan berdasarkan jadwal 
yang telah ditetapkan
2. Karu memimpin kegiatan case conference 
3. Karu mengikuti visite dokter 
4. Karu melakukan ronde keperawatan dan journal reading 
5. Karu menjalankan clinical pathway 
6. Karu merencanakan dan mengadakan rapat rutin bulanan 
dengan PP
7. Karu memonitor kebersihan ruang rawat 
8. Karu mengendalikan patient safety dan infeksi nosokomial 
di ruang rawat
9. Karu membuat rekapitulasi mutu, infeksi nosokomial, serta 
SAK di ruang rawat
IV. ASPEK ASUHAN KEPERAWATAN
A. Persiapan
1. Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/keluarga 
2. Merumuskan masalah keperawatan pasien/keluarga 
3. Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien 
4. Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga 
B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Mengucapkan salam 
2. Melakukan evaluasi/validasi masalah pasien/keluarga 
3. Membuat kontrak dengan pasien/keluarga 
4. Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi 
5. Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah 
6. Melatih pasien/keluarga cara mengatasi masalah 
7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/keluarga 

8. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik 


9. Mengevaluasi respon subjektif pasien/keluarga 
10. Mengevaluasi respon objektif pasien/keluarga 
11. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya dengan 
pasien/keluarga
12. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga 
minimal setiap dua hari untuk membahas kondisi pasien
13. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan 
keluarga
14. Membuat perencanaan pasien pulang dan menyiapkan 
kelengkapan pasien pulang
C. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1. Mendokumentasikan data hasil pengkajian 
2. Mendokumentasikan masalah keperawatan pasien/keluarga 
3. Mendokumentasikan tindakan keperawatan terhadap 
pasien/keluarga
4. Mendokumentasikan evaluasi terhadap tindakan 
keperawatan pasien/keluarga (SOAP)
Total Skor 55 2
Persentase 96,5 % 3,5 %
Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan kepala ruang dalam menjalankan fungsi
manajemen keperawatan dilakukan 96.5% sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut
dijalankan dengan baik.. Kepala ruangan sudah memiliki rencana harian, bulanan dan
tahunan dan kepala ruangan mengatakan petugas kesehatan lainnya juga sudah mengetahui
dengan rencananya, dan mempunyai bukti secara tertulis. Kepala ruangan mengatakan bahwa
sebelum diadakan rapat selalu memberitahukan terlebih dahulu kepada staf tenaga kesehatan
lainnya di ruang Soka.

b. Pengkajian tugas Ketua Tim(19 Agustus 2019)

No. Aspek yang dinilai Dilakukan


Ya Tidak
I. ASPEK MANAJEMEN
A. Perencanaan
1. PP / Katim memiliki rencana harian 
2. PP / Katim memiliki rencana bulanan 
B. Pengorganisasian
1. PP / Katim memiliki jadwal dinas untuk timnya 

2. PP / Katim memiliki daftar pasien yang dikelola timnya 

3. PP / Katim menetapkan PA yang bertanggung jawab pada 


pasien setaip shift
C. Pengarahan
1. Perawat memimpin pre conference 

2. Perawat memimpin post conference 

3. PP / Katim memberi motivasi dan dukungan kepada PA 


dalam melaksanakan tugasnya
4. PP / Katim menjadi role model bagi PA 
5. PP / Katim melibatkan PA dalam pengambilan keputusan 

6. PP / Katim mendelegasikan tugas kepada perawat yang 


memiliki kompetensi yang dibutuhkan.
7. PP / Katim mengevaluasi tugas yang telah didelegasikan 
kepada PA
8. PP / Katim memiliki jadwal supervisi untuk stafnya 

9. PP / Katim melaksanakan supervisi sesuai dengan kaidah 


supervisi
10. PP / Katim menyampaikan hasil supervisi kepada PA 

11. PP / Katim memberikan umpan balik terhadap hasil 


supervisi kepada PA
D. Pengendalian
1. PP / Katim memonitor pelaksanaan dokumentasi pada 
catatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh PA
2. PP/ Katim menyebarkan angket kepuasan pasien/keluarga 
II. ASPEK COMPENSATORY REWARD
1. PP / Katim melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana 
sesuai jadwal
2. PP / Katim mendokumentasikan hasil penilaian kinerja 
perawat PA
III ASPEK PROFESSIONAL RELATIONSHIP
.
1. PP / Katim mengikuti kegiatan case conference 

2. PP / Katim mengikuti studi kasus ronde keperawatan dan 


jornal reading yang dilaksanakan oleh kepala ruang
3. PP / Katim melaksanakan cinical pathway 

4. PP / Katim membimbing mahasiswa yang sedang praktek 


keperawatan di unit kerja dan bekerjasama dengan CI dan
HN
5. PP / Katim melakukan kolaborasi dengan dokter dalam hal 
perkembangan kesehatan pasien, program terapi dan evaluasi
pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien
6. PP / Katim mengikuti visite dokter 

IV. ASPEK ASUHAN KEPERAWATAN


A. Persiapan
1. Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/keluarga 

2. Merumuskan masalah keperawatan pasien/keluarga 


3. Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien 

4. Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga 


B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Mengucapkan salam 

2. Melakukan evaluasi/validasi masalah pasien/keluarga 

3. Membuat kontrak dengan pasien/keluarga 


4. Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi 

5. Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah 

6. Melatih pasien/keluarga cara mengatasi masalah 


7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/keluarga 
8. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik 
9. Mengevaluasi respon subjektif pasien/keluarga 

10. Mengevaluasi respon objektif pasien/keluarga 

11. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya dengan 


pasien/keluarga
12. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal 
setiap dua hari untuk membahas kondisi pasien
13. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga 

14. Membuat perencanaan pasien pulang dan menyiapkan 


kelengkapan pasien pulang
C. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1. Mendokumentasikan data hasil pengkajian 

2. Mendokumentasikan masalah keperawatan pasien/keluarga 

3. Mendokumentasikan tindakan keperawatan terhadap 


pasien/keluarga
4. Mendokumentasikan evaluasi terhadap tindakan 
keperawatan pasien/keluarga (SOAP)
Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan ketua tim dalam menjalankan fungsi manajemen
keperawatan dilakukan 71 % sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan
cukup baik. Sehingga peran fungsi perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi sesuai dengan
uraian tugasnya. Ketua Tim sudah memiliki rencana harian, bulanan dan ketua tim
mengatakan petugas kesehatan lainna juga sudah mengetahui dengan rencananya, namun
tidak ada bukti secara tertulis. Ketua tim mengatakan bahwa sebelum melakukan tindakan
asuhan dan diadakan rapat selalu memberitahukan terlebih dahulu kepada staf tenaga
kesehatan lainnya di ruang Soka. Di ruang Soka jadwal dinas dibuat oleh Katim dan disetuji
oleh kepala ruangan.

c. Pengkajian tugas Perawat Pelaksana (15 Agustus 2019)

No. Aspek yang dinilai Dilakukan


Ya Tidak
A. PENGKAJIAN
Perawat mengenalkan diri pada pasien
1. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien: 
a. Identitas pasien
b. Alasanpasienmasuk RS
c. Riwayatpenyakitsaatini
d. Riwayatkesehatanmasalalu
e. Genogram
f. Kebutuhandasar
g. Riwayatsosial
h. Pemeriksaanfisikhead to toe
i. Refleks
j. Polatumbuhkembang
k. Riwayatimunisasi
l. Rumusanmasalahkeperawatan
2. Perawatmendokumentasikanhasilpengkajianpada 
format yang tersedia
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perawat merumuskan diagnose keperawatan 
berdasarkan data
2. Perawatmerumuskandiagnosakeperawatanmengguna 
kan format P-E-S
3. Perawatmendokumentasikanrumusandiagnosakepera 
watanpada format yang tersedia
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Perawat membuat 
rencanaintervensisesuaidengandiagnosakeperawatan
2. Perawatmenentukantujuan 
3. Perawatmenentukankriteriahasil 
4. Perawatmendokumentasikanrencanaintervensipada 
format yang tersedia
D. IMPLEMENTASI
1. Perawatmelakukantindakankeperawatansesuaidenga 
nintervensi yang direncanakan
2. Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai 
dengan SOP
3. Perawat memberikan penjelasan tentang tindakan 
yang akan dilakukan
4. Perawat melakukan tindakan sesuai dengan 
kebutuhan pasien
5. Perawatmembinahubunganbaikdenganpasien 
6. Perawat menjaga privacy pasien dalam melakukan 
tindakan keperawatan
7. Perawat memberikan pendidikan kesehatan sesuai 
kebutuhan
8. Perawat melaksanakan tindakan kolaboratif sesuai 
dengan kebutuhan
9. Perawat mendokumentasikan tindakan keperawatan 
pada format yang tersedia
E. EVALUASI
1. Perawat mengevaluasi tindakan mengacu pada 
kriteria hasil
2. Perawatmembuat SOAP 
3. Perawatmemodifikasirencana 
4. Perawat mendokumentasikan evaluasi tindakan 
keperawatan pada format yang tersedia
Total Skor 19 3
Presentase 86,3 % 13,7%
Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan Perawat ruangan dalam menjalankan fungsi
manajemen keperawatan dilakukan 86,3% sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut
dijalankan dengan cukup baik. Sehingga peran fungsi perlu dipertahankan dan ditingkatkan
lagi sesuai dengan uraian tugasnya. Perawat ruangan masih memiliki kekurangan dalam
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan SOP, kurang membina hubungan baik dengan
pasien, dan tidak selalu memberikan penjelasan ketika akan melakukan tindakan.

d. Pengkajian Kepuasan Pasien (19 Agustus 2019)

No Pertanyaan Pengalaman
Baik Cukup Kurang
1 Ketika saya masuk ruangan, perawat menerima 
saya dengan pelayanan yang ramah dan sopan
2 Pada saat menjalankan tugasnya, perawat 
senantiasa berpakaian rapih, bersih dan sopan
3 Saat tiba di ruang perawatan, langsung dilakukan 
pengkajian dan pemeriksaan terhadap anak saya
4 Saat berbicara dengan saya, bahasa yang digunakan 
perawat cukup jelas dan mudah dimengerti.
5 Setiap kali berbicara, perawat terlihat percaya diri 
dan bersemangat
6 Saat memasuki ruangan, perawat mengenalkan 
dirinya, lingkungan tempat saya dirawat,
menjelaskan mengenai kegiatan rutin yang biasa
dilakukan di ruangan dan menjelaskan peraturan
nrumah sakit khususnya di ruang Dahlia
7 Perawat memberikan pelayanan dengan cepat dan 
sesuai dengan yang saya inginkan
8 Ruangan tempat saya dirawat tenang (tidak gaduh : 
tidak terlalu banyak penunggu, pengunjung,
ataupun petugas) dan nyaman
9 Lingkungan dan fasilitas sekitar saya dirawat 
senantiasa bersih, rapih dan aman
10 Selama saya dirawat, alat kesehatan yang 
dibutuhkan anak saya terpenuhi.
11 Perawat bersedia mendengarkan dan mengerti 
setiap keluhan yang saya sampaikan
12 Apabila saya menanyakan tentang perkembangan 
kondisi dan keadaan penyakit, perawat memberikan
penjelasan sampai saya mengerti
13 Perawat cepat datang (mudah dihubungi) ketika 
diperlukan
14 Perawat cepat tanggap mengingatkan dan kadang- 
kadang membantu tindakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan sehari-hari saya
15 Perawat melibatkan saya / keluarga saat membuat 
perencanaan pelayanan keperawatan yang akan
dilakukan
16 Perawat menghargai setiap keputusan yang saya 
ambil
17 Apabila saya dan keluarga tidak patuh terhadap 
petunjuk untuk kesembuhan saya, maka perawat
mengingatkan saya
18 Apabila saya dan keluarga patuh terhadap petunjuk 
untuk kesembuhan saya, maka perawat memberi
saya pujian
19 Perawat menginformasikan atau menjelaskan 
tentang tujuan/alasan/cara/efek samping, prosedur
tindakan keperawatan sebelum dilakukan kepada
saya
20 Apabila akan melakukan tindakan keperawatan, 
perawat meminta ijin serta menyebut nama atau
panggilannya
21 Pada saat perawat melakukan tindakan 
keperawatan, perawat memperhatikan kondisi saya
dan terlihat terampil serta percaya diri saat
melakukannya
22 Dalam melakukan tindakan keperawatan seperti 
memasang infus, selang NGT, dll perawat
melakukan sekali (maksimal 2 x) tidak berulang-
ulang
23 Perawat menghormati norma, nilai, kepercayaan, 
agama yang saya dan keluarga anut
24 Perawat tanggap pada keadaan saya walaupun 
diminta atau tidak diminta
25 Dalam melakukan pelayanan keperawatan, saya 
yakin dan percaya perawat dapat melakukannya
dengan baik
26 Perawat mengerti setiap keluhan yang saya 
sampaikan
27 Pelayanan yang diberikan oleh petugas depo 
farmasi dilakuukan dengan cekatan dan dalam
waktu yang singkat.
28 Saya diberi penjelasan apabila obat-obatan yang 
dibutuhkan tidak tersedia di depo farmasi
29 Perawat memberikan bantuan makan pada anak
saya yang tidak mau makan / disonde (melalui
selang)
30 Petugas diruangan menjelaskan tentang cara-cara
pengurusan administrasi dan hak-hak yang saya
dapat selama berada dalam perawatan di ruangan
ini
31 Apabila ada hal-hal yang saya tidak mengerti, saya 
mendapatkan informasi dan penjelasan dari petugas
ruangan.

4. MARKET

a. Indikator Mutu
Rumah Sakit Dalam manajemen, pemasaran salah satu hal yang penting adalah
indikator mutu. Dan mutu RS bisa dilihat dari hasil pelayanan. Hasil perhitungan
BTO, ALOS dan TOI:
BTO = Jumlah Keluar (Hidup + Mati) / Jumlah Tempat Tidur
= 205 / 46 = 4,45
ALOS = Jmlh hari lama dirawat pasien /jmlh pasien keluar (hidup + mati)

= 805 / 205 = 4 hari


TOI = (jmlh TT x hari) – hari perawatan RS / Jmlah pasien keluar (hdp +
mati)
= (46 x 31) – 805 / 205 =1426 – 805 / 205 = 621/205 = 3 Hari

5. MONEY

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pendapatan tiap orang


didapatkan dari insentive, yang terdiri dari dana jasa umum dan BPJS.
Pendapatan tiap orang juga tergantung dari: masa kerja, golongan, dan tingkat
pendidikan.
Sistem keuangan atau administrasi di Ruangan Soka dikelola oleh rumah sakit,
dimana dalam Ruang Soka terdapat tenaga administrasi. Sumber keuangan di Ruang
Soka berasal dari pasien BPJS (PBI dan Non PBI) dan pasien umum.

e. Lingkungan Kerja
1) Lingkungan Fisik

JML RUSAK KET


YANG
NO NAMA BARANG STANDAR ADA
1 Bed 3 crank 42 2 dipinjam
R. Prabu
Siliwangi
2 Standar infus 17 12 Baik 5
3 Regulator oksigen 16 Baik
4 Emergency trolly 1 Baik
5 Dressing trolly 2 Baik
6 Instrument trolly 7 2 Baik 5
7 EKG trolly 1 Baik
8 Pispot stainles 20 10 5 Kurang15
9 Urinal plastik 20 3 Kurang 17
10 Stetoskop 5 3 Kurang 2
11 Tensi meter air 3 2 1 Kurang 2
raksa
12 Senter 3 1 Kurang 2
13 Hamer reflex 2 Tidak ada
14 Nirbeken 5 2 Kurang 3
15 Meteran 2 Tidak ada
16 Instrument bedah 2 1 Kurang 1
kit / balutan
17 Mesin EKG 2 1 Baik 1
18 Suctiom pump 3 2 1 Kurang 1
19 Nebulizer 4 2 Baik 2
20 Laryngoscopy 1 Baik
21 Amubag dewasa 2 1 Baik 1
22 Ember 15 9 Kurang 6
23 Gayung 15 10 Kurang 5
24 Keset 25 2 Kurang 23
25 Lampu tindakan 1
26 Transferring pasien 4 3 1 Kurang 1
27 Kursi roda 4 1 Baik 3
28 Tensi meter digital 2 Tidak ada
29 Timbangan BB 2 1 Kurang 1
dewasa
30 Thermometer 6 2 Kurang 4
31 Light box 2 1 Kurang 1
32 Gunting perban 3 1 Kurang 2
33 Tong spatel 3 Tidak ada

2) Lingkungan Non Fisik

1. Hubungan Perawat Dengan  Interaksi perawat-pasien, terjadi saat


Pasien perawat melakukan tindakan keperawatan
langsung, seperti: saat perawat mengganti
alat tenun, menyuntikan obat, pengecekan
tanda tanda vital. Hubungan juga terjadi
ketika melakukan asuhan keperawatan tidak
langsung seperti ketika melakukan operan,
pengecekan jumlah pasien dll. Namun lebih
sering berinteraksi dengan pasien pada saat
shift pagi karena lebih banyak tindakan
yang dilakukan pada saat pagi hari.
 Dari hasil observasi, didapatkan bahwa
perawat berkomunikasi dengan pasien pada
saat melakukan tugas keperawatan secara
rutin, seperti ketika mengganti seprai, dan
menyuntikkan obat. Selebihnya komunikasi
terjadi saat pasien membutuhkan bantuan
perawat, seperti memperbaiki infus yang
macet dan mengganti cairan infuse yang
habis.
 Hasil kuesioner pada tanggal 15 Agustus
dari 10 responden dengan hasil 90%
mengatakan puas dengan pelayanan yang
diberikan oleh ruangan.
2. Hubungan perawat dengan  Dari hasil pengamatan, proses komunikasi
perawat berjalan dengan baik, pengambilan
keputusan dilakukan dengan musyawarah
dan komunikasi berjalan dua arah, jika
keadaan mendesak keputusan diambil oleh
kepala ruangan.
 Serah terima tugas atau timbang terima
(operan) dilakukan oleh perawat shift
sebelumnya dengan shift berikutnya. Dalam
serah terima ini juga dibicarakan mengenai
informasi-informasi terbaru yang perlu
diketahui oleh perawat, termasuk rencana
tindakan yang sedang dan akan dilakukan.
 Serah terima pasien dilakukan secara
langsung dengan melihat kondisi pasien
yang rutin dilakukan setiap pergantian shift
terutama pergantian shift malam ke pagi
3. Hubungan perawat dengan a) Dengan tim medis Komunikasi dengan
profesi lain dokter bersifat sosial dan komunikasi yang
berhubungan dengan pasien bersifat
delegatif dan kolaboratif. Komunikasi
terjadi lebih banyak bersifat delegatif yang
tertulis pada status.
b) Dengan tim gizi Komunikasi perawat
dengan tim gizi saling membantu untuk
pemenuhan kebutuhan gizi pasien.
Komunikasi dengan tim gizi lebih banyak
berkaitan dengan perubahan diit. Komuniksi
terjadi dua arah antara perawat dan tim gizi
untuk memastikan diit yanng diberikan pada
pasien.
c) Dengan petugas laboratorium dan radiologi
Dari hasil observasi, komunikasi perawat
dengan petugas laboratorium jarang terjadi
karena setelah pasien diambil sampel darah,
maka yang mengantar dan mengambil
hasilnya adalah mahasiswa. Komunikasi
perawat dengan petugas radiologi terbatas
pada mengatur pasien untuk pemeriksaan
radiologi sesuai instruksi medis. Mengantar
pasien ke radiologi juga tidak banyak
melakukan komunikasi antara petugas
radiologi.
4. Hubungan perawat dengan  Hasil observasi dan pengamatan hubungan
mahasiswa perawat dan mahasiswa sudah baik, dengan
perawat bersikap ramah dan baik. Baik itu
kepala ruangan, perawat pelaksana dan yang
lainnya.
5. Hubungan perawat dengan  Hasil observasi dan pengamatan hubungan
Cleaning Service, POS dan perawat dengan CS, POS dan Satpam
Satpam terjalin dengan baik, terlihat dari perawat
yang bersikap ramah dan sering bersenda
gurau. Baik itu kepala ruangan, Ka Tim
ataupun perawat pelaksana.

f. Kajian Indicator Mutu Ruangan


Setelah dilakukan pengkajian pada tangfal 14 Agustus 2019 Tidak terdapat
Indikator Mutu di Ruangan Soka
g. Pendidikan Dan Pelatihan

N NAMA JABATAN MASA KERJA PENDIDIKA PELATIHAN


O DI RS N
1 Engkos Kepala 30 tahun D3 Kep STR
Kosasih,Amd.Kep Ruangan
SIK
2 Ibnu Ubhadilah, Ketua Tim 24 tahun S.Kep.,Ners STR
S.Kep,. Ns Interna
SIK
3 Ahmad, S.Kep,. Ns Ketua Tim 23 tahun S.Kep.,Ners STR
Non-Interna
4 Makmuri, S.Kep,. Clinical 16 tahun S.Kep.,Ners STR
Ns Instruktur
SIK
5 Evi. A, Amd.Kep Perawat 16 tahun D3 Kep STR
Pelaksana
SIK
6 Try Asih, Amd.Kep Perawat 4 tahun D3 Kep SIK
Pelaksana
7 Yanto, Amd.Kep Perawat 4 tahun D3 Kep STR
Pelaksana
8 Heru, Amd.Kep Perawat D3 Kep STR
Pelaksana
SIK
9 Siti Khodijah, Perawat D3 Kep SIK
Amd.Kep Pelaksana
10 Andri, Amd.Kep Perawat D3 Kep -
Pelaksana
11 Siswanto, Amd.Kep Perawat 5 tahun D3 Kep STR
Pelaksana
SIK
12 Gugun, S.Kep.,Ns Perawat 4 tahun S.Kep.,Ners -
Pelaksana
13 Qomalia, Amd.Kep Perawat 4 tahun S.Kep.,Ners STR
Pelaksana
SIK
14 Budi, S.Kep.,Ns Perawat 4 tahun S.Kep.,Ners
Pelaksana
15 Abu Khasan, Perawat S.Kep.,Ners STR
S.Kep,.Ns Pelaksana
16 Try Susanti, Perawat D3 Kep -
Amd.Kep Pelaksana
17 Zonas, Amd.Kep Perawat D3 Kep -
Pelaksana
18 Uswatun H, Perawat D3 Kep -
Amd.Kep Pelaksana
19 Idik Juliandi, Perawat S.Kep,.Ners STR
S.Kep.,Ns pelaksana
SIK
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

A. Analisis SWOT Kualitatif

STRENGTH (S) WEAKNESS (W)

1. Semua perawat 1. Keterbatasan jumlah


diruang soka lulusan D3, S1 Profesi perawat tidak sesuai dengan kebutuhan
dan semuanya sudah memiliki STR ruangan dan jumlah pasien di ruangan
2. SPO sudah dibuat soka
3. Terdapat 1 kamar 2. Tidak semua perawat
isolasi untuk penyakit menular di melakukan infromed consent pada saat
kamar no.5 akan melakukan tindakan pada pasien
4. Jasa pelayanan tinggi 3. Anak kecil dibiarkan
5. Memiliki ruangan keluar masuk ruangan
yang luas terdapat kantor perawat 4. Motivasi kerja perawat
yang luas, depo obat, ruang rendah
administrasi,ruang dokter dan kepala 5. Tidak mempunyai visi &
ruangan serta ruangan untuk misi ruangan
mahasiswa, ruang konsultasi dan 6. Didalam ruangan kamar
perawat pasien terdapat kipas angin namun
6. Terdapat tempat tidur tidak berfungsi dan Ac tidak menyala
dengan kapasitas di ruangan 6 orang 7. Perawat kurang
untuk kelas 3 dan terdapat 1 ruang memberi edukasi kepada pasien
khusus untuk endoscopy 8. Persediaan alat
7. Terdapat handscrub pemeriksaan masih kurang, seperti tensi
disetiap pintu kamar rawat inap hanya ada 2 (sphygmomanometer
8. Terdapat ruangan digital rusak 1), thermometer 1
khusus depo obat dengan
penyimpanan obat yang tertata rapih
dan bersih
OPPORTUNITY (O) THREAT(T)

1. Adanya rekruitmen
1. Perawat masih harus
tenaga kerja setiap 3 bulan sekali di
diorientasi
ruang soka menggunakan metode
BOR (mandiri, parsial, total) 2. Persaingan sehat antar
2. Dapat bekerjasama rumah sakit yang semakin kuat
antar rumah sakit sehinngga
3. Biaya yang dibutuhkan
merupakan rumah sakit rujukan
untuk melakukan pelatihan
3. Adanya mahasiswa membutuhkan biaya yang cukup besar
paraktik yang berkesempatan
4. Kurangnya metode
menerapkan ilmu tentang manajemen
pengkajian antara perawat dan pasien
ruangan
5. Resiko infeksi
4. Adanya perawat yang
nosokomial
sudah mengikuti beberapa latihan
sesuai dengan kebutuhan pasien

5. Adanya ksempatan
untuk penambahan alat-alat seperti
bak instrument, bengkok, dan tromol

SO STRATEGY ST STRATEGY WO STRATEGY WT STRATEGY


1. Memaksimalkan 1. Meningkatkan 1. Menambah jumlah 1. Penambahan
sistem mutu pelayanan perawat sesuai sarana dan
pengembangan yang diberikan dengan kebutuhan prasarana untuk
staff berupa perawat sesuai pasien membantu
pelatihN. SOP dan SAK. 2. Melakukan pelayanan asuhan
2. Sosialisasi 2. Merencanakan perawatan alat-alat keperawatan.
kembali penilaian mutu kesehatan setelah 2. Meningkatkan
pelaksanaan pelayanan dan sebelum kualitas pelayanan
tindakan keperawatan oleh dipakai. yang lebih baik
keperawatan pasien secara 3. Menjelaskan pada pasien,
sesuai SOP dan berkesinambunga kembali tupoksi meliputi pemberian
SAK. n melalui angket perawata sesuai asuhan
3. Melakukan atau kuisioner. dengan yang telah keperawatan sesuai
sharing antar 3. Melakukan ditentukan standar.
perawat mengenai sharing dan 4. Mengoptimalkan 3. Mengoptimalkan
kesulitan dalam pemecahan fungsi dari operan kembali peran
melakukan masalah bersama dinas antar perawat
asuhan mengenai masalah perawat dengan
keperawatan. yang dihadapi di perawat dan
ruangan. perawat dengan
pasien.

B. Analisis SWOT Kuantitatif


Masalah Bobot Rating Bobot x Rating Keterangan
KETENAGAAN
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (S)
1. Semua perawat 0,5 3 1,5
diruang soka
lulusan D3, S1
Profesi dan
semuanya sudah
memiliki STR 0,4 3 1,2
2. Ruangan sudah
membuat SPO 0,3 3 0,9
3. Memiliki ruangan S- W = 5,8 –
yang luas terdapat 4,6 = 1,2
nurse station yang
luas, depo obat,
ruang perawat,
ruang
administrasi,ruang
dokter dan kepala
ruangan, dapur,
gudang, ruang
endoscopy, serta
ruangan untuk
mahasiswa yang 0,2 3 0,6
sedang praktek.
4. Terdapat ruangan
khusus depo obat
dengan
penyimpanan obat 0,3 2 0,6
yang tertata rapih
dan bersih
5. Terdapat 8 ruang
perawatan dengan
kapasitas tempat 0,3 2 0,6
tidur satu ruangan
untuk 6 orang
6. Terdapat 1 kamar
isolasi untuk 0,2 2 0,6
penyakit menular di
kamar
no. 5
7. Terdapat handscrub
disetiap pintu
kamar rawat inap
TOTAL 5,8
Kelemahan (W)
1. Keterbatasan 0,4 2 0,8
jumlah perawat
tidak sesuai dengan
kebutuhan ruangan
dan jumlah pasien
di ruangan soka
2. Tidak semua 0,3 2 0,6
perawat melakukan
infromed consent
pada saat akan
melakukan tindakan
pada pasien 0,3 2 0,6
3. Anak kecil
dibiarkan keluar
masuk ruang 0,3 2 0,6
perawatan
4. Tidak mempunyai 0,3 2 0,6
visi dan misi
ruangan
5. Didalam ruangan
pasien terdapat 0,3 2 0,6
kipas angina dan
AC namun tidak
berfungsi 0,4 2 0,8
6. Perawat kurang
memberi edukasi
pada pasien
7. Persediaan alat-alat
pemeriksaan kurang
TOTAL 4,6
KETENAGAAN
Faktor Ekternal (EFAS)
Peluang (O)
1. Adanya rekruitmen 0,4 3 1,2
tenaga kerja setiap
3 bulan sekali di
ruang soka
2. Dapat bekerjasama 0,3 2 0,6
antar rumah sakit
lain sehinngga
merupakan rumah
sakit rujukan O – T = 5,7 –
4,3
3. Adanya mahasiswa
0,3 3 0,9 = 1,4
paraktik yang
berkesempatan
menerapkan ilmu
tentang manajemen
ruangan

4. Adanya perawat 0,5 3 1,5


yang sudah
mengikuti beberapa
latihan sesuai
dengan kebutuhan
pasien 0,5 3 1,5
5. Adanya ksempatan
untuk penambahan
alat-alat seperti bak
instrument,
bengkok, dan lain-
lain
TOTAL 5,7
Ancaman (T)

1. Adanya tuntutan
0,4 2 0,8
tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang
lebih professional
0,3 2 0,6
2. Persaingan sehat
antar rumah sakit
yang semakin kuat
0,3 2 0,6
3. Biaya yang
dibutuhkan untuk
melakukan
pelatihan
membutuhkan
biaya yang cukup
0,5 3 1,5
besar

4. Kurangnya metode
pengkajian antara 0,4 2 0,8
perawat dan pasien
5. Resiko infeksi
nosokomial
TOTAL 4,3

W S

-6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6

-1

-2

-3

-4

-5

-6
T

Strength : 5,8

Weaknesses : 4,6

Opportunity : 5,7

Threats : 4,3

C. Prioritas Masalah ( USG)


Menggunakan metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan
prioritas masalah dengan metode tekhnik scoring 1-5 dengan mempertimbangkan 3
komponen dalam metode USG.
1. Urgency: Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi
2. Seriousness: Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang meni,bulkan isu tersebut
atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain jika masalah penyebab isu
tidak dipecahkan.
3. Growth: Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin
memburuk jika dibiarkan.
N PRIORITAS MASALAH USG TOTAL RANKING
O U S G
1 Anak kecil diperbolehkan 5 4 4 13
keluar masuk ruangan
(bebas)
2. Keterbatasan jumlah 5 5 4 14
perawat tidak sesuai dengan
kebutuhan ruangan dan
jumlah pasien di ruangan
soka
3 Tidak semua perawat 3 3 4 10
melakukan infromed
consent pada saat akan
melakukan tindakan pada
pasien

Keterangan Score :
5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
D. Planning of Action
NO KEGIATAN TUJUAN METODE SASARAN WAKT PJ
U

1 Menambah Untuk  Rekruitmen  Kepala 11-15 mahasis


jumlah mengurangi ruangan nov wa
 Daily log
tenaga beban kerja 2019
 Perawat
perawat di perawat
ruang soka

2 Perawat di Terciptanya  Diskusi  Kepala 11-15 mahasis


ruang soka komunikasi ruangan nov wa
 Ceramah
meningkatka efektif antara 2019
 Ketua
n kebiasaan perawat dan  Tanya jawab
Tim
informed pasien
consent pada  Perawat
saat akan pelaksana
melakukan
tindakan
pada pasien

3 Meningkatka Untuk  Diskusi  Kepala 11-15 mahasis


n ketertiban mencegah ruangan nov wa
 Ceramah
dan terjadinya 2019
 Ketua
peraturan infeksi  Tanya jawab
Tim
dalam nosokomial
batasan pada  Perawat
pengunjung. pengunjung pelaksana
Anak kecil
dilarang
masuk ke
ruagan
perawatan
pasien

4 Meningkatka Untuk  Diskusi  Kepala 11-15 mahasis


n motivasi meningkatka ruangan nov wa
kerja n kinerja 2019
 Konsultasi
perawat perawat di
ruangan
5 Mengadakan Meningkatny  Diskusi  Kepala 11-15 mahasis
visi, misi a mutu ruangan nov wa
ruangan pelayanan di 2019
 Kepala
sebagai ruangan
Tim
acuan
terhadap  Perawat
tujuan yang pelaksana
ingin dicapai

6 Mengganti Melengkapi  Diskusi  Kepala 11-15 mahasis


atau sarana dan ruangan nov wa
memperbaiki prasarana di 2019
kipas angin/ ruangan
AC demi untuk
meningkatka kenyamanan
n
kenyamanan
pasien

7 Meningkatka Untuk  Diskusi  Kepala 11-15 mahasis


n kebiasaan meningkatka ruangan novemb wa
 Simulasi
memberikan n er 2019
 Ketua
edukasi pada pengetahuan,
Tim
pasien ketidakmaua
n dan  Perawat
ketidakmamp pelaksana
uan pasien

8 Menambah Untuk  Diskusi  Kepala 11-15 mahasis


persediaan meningkatka ruangan nov wa
 Konsultasi
alat n kualitas 2019
 Ketua
pemeriksaan pelayanan di
Tim
ruangan
 Perawat
pelaksana
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kegiatan yang telah di lakukan selama praktik yaitu berupa timbang terima, ronde
keperawatan, pre conference, post conference, kajian situasi dan analisis SWOT.
Pengkajian data diruang praktek manejemen memakai alat kuesioner, wawancara dan
lembar observasi dan dari hasil analisis yang ditemukan masalah yang perlu dilakukan
diruangan antara lain Fasilitas perawatan tidak memadai, seperti persediaan alat
pemeriksaan masih kurang, Keterbatasan jumlah perawat tidak sesuai dengan kebutuhan
ruangan dan jumlah pasien di ruangan soka, dan lain-lain.
Model yang digunakan dalam asuhan keperawatan memakai model modifikasi primer.
Kegiatan manejemen yang dilakukan diruang Soka yaitu Hand over, ronde keperawatan,
pre conference, post conference tetapi belum di lakukan secara optimal. Kegiatan
evaluasi untuk kegiatan manejemen dengan beberapa standart antara lain BOR rata-rata 5,
ALOS rata-rata 4 hari.

B. Saran
1. Kepala Ruangan
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai khususnya peralatan kesehatan.
Mempertahankan dan mengoptimalkan kegiatan hand over, ronde keperawatan, pre
conference, dan post conference.
2. Ketua Tim
Ketua tim hendaknya membuat rencana harian, bulanan dan tahunan yang akan
dilakukan diruang Soka. Katim hendaknya menjadi role model bagi perawat. Katim
hendaknya mendokumentasikan hasil kinerja perawat.
3. Perawat Pelaksana
Membudayakan kegiatan yang telah diajarkan dan menjadikan suatu rutinitas kegiatan
Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC


2. Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
3. Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
4. Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga
5. http://akperserang.blogspot.com/2013/09/12.html

Anda mungkin juga menyukai