Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu


Program Profesi Ners Departemen Keperawatan Maternitas
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Di Susun Oleh:
HALMA NURLAELA
JNR0200023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021
KONSEP DASAR HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)

A. Definisi
Hiperemesis Gravidarum merupakan keluhan umum yang terjadi pada
kehamilan muda.Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada
wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan
dikeluarkannya Human Chorionic Gonadothropin.Hormon-hormon inilah yang
diduga menyebabkan emesis gravidarum (Bagus, 2014).
Hiperemesis gravidarum ini tidak hanya mengancam kehidupan ibu hamil,
namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, BBLR,
kelahiran prematur, serta malformasi pada bayi baru lahrir (Runiari, 2010).
Upaya pencegahan berlanjutnya mual muntah dari trimester 1 ke trimester 2 ini
sangat perlu untuk mencegah ibu mengelami hiperemesis gravidarum yang
menimbulkan bahaya baik bagi ibu maupun janinnya (Putri, 2014)
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10
kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,
penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas
sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan (Kadir et al, 2019).

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan
kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan
susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat
inanisi. Menurut (Khayati, 2013) terdapat beberapa faktor predisposisi dan faktor
lain, yaitu :
1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim (hidramnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa)
2. Faktor organik : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan
metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi.
3. Faktor psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan,
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab
sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan.

3
Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat
mempengaruhi penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang mengalami mual
dan muntah sekitar 60-80% pada (primigravida), 40-60% pada (multigravida).

C. Manifestasi Klinis
Menurut Bagus (2014) gejala klinik emesis gravidarum adalah kepala
pusing, terutama pagi hari, disertai mual muntah sampai kehamilan 4 bulan.
Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang. Tanda-tanda emesis
gravidarum berupa :
a. Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
b. Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi
dapat pula terjadi setiap saat.
c. Nafsu makan berkurang
d. Mudah lelah
e. Emosi yang cenderung tidak stabil
Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat berubah, menjadi
tidak normal apabila mual dan muntah ini terjadi terus-menerus dan mengganggu
keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami
emesis gravidarum yang berkelanjutan dapat terkena dehidrasi sehingga akan
menimbulkan gangguan pada kehamilannya
D. Klasifikasi
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
1. Tingkat I
a. Ibu merasa lemah
b. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
c. Nafsu makan tidak ada
d. Berat badan menurun, temperatur tubuh meningkat
e. Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan tekanan darah sistolik menurun
f. Turgor kulit mengurang
g. Lidah mengering mata cekung
h. Merasa nyeri pada epigastrium
2. Tingkat II
a. Ibu tampak lebih lemah dan apatis
b. Berat badan turun
c. Tensi turun, nadi kecil dan cepat
d. Suhu kadang-kadang naik
e. Mata sedikit ikterik dan cekung
f. Turgor kulit lebih mengurang
g. Lidah mengering dan tampak kotor
h. Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi
i. Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang
khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing
3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
d. Nadi kecil dan cepat Suhu meningkat
e. Tensi menurun
f. Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
g. Mata cekung dan timbulnya ikterus
E. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum
dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah.
Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit
dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat
terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (sindroma Mallory
Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Khayati, 2013).
F. Patwey
Sumber : WOC Hiperemesis (2019) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016)

Hiperemesis Gangguan
gravidarum integritas
kulit D.0129

Turgor
Nafsu makan Kelemaha Hiperterm Suh Dehidra kulit
berkurang n i u si
menurun
D.0130
Berat badan Kehilangan cairan
Intoleransi aktivitas
menurun berlebih
D.0056
Resiko
Defisit Nutrisi
ketidakseimbangan
D.0019
cairan (D.0036)
Konstipasi D.0049

7
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis
gravidarum menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) :
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin
dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi
plasenta
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,BUN
c. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis gravidarum
menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejal yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
f. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting, dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang, maka
diperlukan seperti :
a. Obat-obatan
1) Sedativa : Phenobarbital
2) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
3) Anti histamine : dramamin, avomin
4) Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau
khlorpromasine.
5) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit

8
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah
danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter
dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah
berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau
minuman dan selama 24 jam.
c. Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik.
d. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis (2-3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin
(vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberiakan
asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan
keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun
makanan yang tidak cair.
e. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik,
manifestasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur
kandung diantaranya:
1) Gangguan kejiwaan ditandai dengan : delirium, apatis, somnolen
sampai koma, terjadi gangguan jiwa.
2) Gangguan penglihatan ditandai dengan : pendarahan retina,
kemunduran penglihatan.
3) Ganggguan faal ditandai dengan : hati dalam bentuk ikterus, ginjal
dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi
meningkat, tekanan darah menurun.
KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan (Somantri, 2012).
a. Biodata
1) Data Pasien
2) Data Penanggungjawab
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Prioritas apa yang dirasakan pasien secara singkat dan jelas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Apa yang dirasakan klien saat ini sesuai dengan PQRST
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Biasanya Klien mengalami Gastritis
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes
Melitus, jantung dan lainnya.
e. Riwayat Alergi
Ada tidaknya klien alergi terhadap makanan terutama obat.
f. Aktivitas Fisik
1) Aktifitas istirahat : Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi
meningkat (>100 kali permenit).
2) Integritas ego : Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3) Eliminasi: Perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi
berkemih Urinalisis: peningkatan konsentrasi urine.
4) Makanan/cairan: Mual dan muntah yang berlebihan (4–8 minggu), nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5–10 Kg), membrane mukosa
mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor
kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5) Pernafasan: Frekuensi pernapasan meningkat.
6) Keamanan: Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh
dalam koma
7) Seksualitas: Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan
maka dilakukan abortus terapeutik.
8) Interaksi sosial: Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap
hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada pasien hyperemesis gravidarum berfokus pada:
a. Berat badan (dan hubungannya dengan beratbadan sebelumnya)
b. Suhu badan, denyut nadi,dan pernafasan
c. Turgor kulit
d. Kelembapan membrane mukosa
e. Kondisi lidah (bengkak, kering, pecah-pecah)
f. Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ, dan nyeritekan.
g. Pengkajian pertumbuhan janin.
4. Analisa Data
No Data Subyektif Data Obyektif Masalah
1. - Klien mengatakan - Frekuensi nadi meningkat Hipovolemia
lemah - Nadi teraba lemah
- klien mengeluh haus - Tekanan darah menurun
- Turgor kulit menurun
- Memberan mukosa kering
- Volume urin menurun
2. - Nafsu makan menurun - memberan mukosa pucat Defisit Nutrisi
- Berat badan menurun
3. - Klien mengatakan - Suhu lebih dari normal Hipertermi
panas
4. - Klien mengatakan - Peristaltik menurun Konstipasi
sulit BAB - Distensi abdomen
- Mengejan saat - Keadaan umum lemah
defekasi
5. - - Kemerahan Gangguan
- CRT ≥ 2 detik integritas kulit
6. - Klien mengatakan - Terlihat lemah Intoleransi
lemas - Kesulitan beraktivitas aktivitas
- Klien mengatakan
tidak nyaman setelah
beraktivitas
5. Diagnosa Keperawatan
Keputusan tentang penentuan diagnosa keperawatan terkait dengan masalah
fisiologis terhadap kehamilan ibu dan mengurangi penyebab hiperemesis
gravidarum pada ibu hamil.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017) diagnosa
keperawatan yang muncul sebagai berikut :
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kekurangan
intake cairan (D.0023)
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan,
peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor psikologis (mis. stress,
keengganan untuk makan) (D.0019)
c. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan laju
metabolism
d. Konstipasi berhubungan dengan fisiologis (penurunan motilitas
gastrointestinal, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan cairan,
kelemahan otot abdomen), psikologis (depresi), situasional
(ketidakadekuatan toileting) (D.0049)
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Perubahan status nutrisi
(kelebihan atau kekurangan), kekurangan/kelebihan volume cairan,
penurunan mobilitas, perubahan hormonal, suhu lingkungan yang ekstrem
(D.0192)
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas (D.0056)
6. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan untuk ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat diberikan apabila kemampuan merawat diri pada klien
berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self care sehingga dapat mengurangi penyebab dari hiperemesis gravidarum pada ibu
hamil.
Intervensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
dengan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) :
No DIAGNOSA (SDKI) TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SLKI)
1. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen cairan (I.03098)
cairan (D.0036) diharapkan status cairan membaik (L.03028) Observasi
Definisi : Kriteria hasil : - Monitor status hidrasi
Beresiko mengalami 1. Kekuatan nadi meningkat - Monitor berat badan
penurunan, peningkatan 2. Turgor kulit meningkat - Monitor hasil pemeriksaan lab
atau percepatan 3. Output urine meningkat Terapeutik
perpindahan cairan dari 4. Pengisian vena meningkat - Hitung kebutuhan cairan
intravaskuler, interstisial 5. Ortopnea menurun - Catat intake dan output
atau intraselular. 6. Dispnea menurun - Berikan asupan cairan oral
Faktor Resiko : 7. Edema anasarka menurun
Kolaborasi
1. Prosedur pembedahan 8. Edema perifer menurun
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
mayor 9. Berat badan meningkat
NaCl, RL)
2. Trauma/ pendarahan 10.Perasaan lemah menurun
3. Luka bakar 11.Keluhan haus menurun - Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
4. Apheresis glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
12.Konsentrasi urine menurun
5. Obstruksi intestinal 13.Frekuensi nadi membaik - Kolaborasi pemberian diuretik
6. Peradangan pancreas 14.Tekanan darah membaik
7. Penyakit ginjal dan 15.Tekanan nadi membaik
kelenjar 16.Membran mukosa membaik
8. Disfungsi intestinal 17.Intake cairan membaik

13
2. Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi (I.03119)
Definisi : diharapkan status nutrisi membaik (L.03030) Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup Kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan 1. Kekuatan otot pengunyah meningkat - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
metabolisme 2. Kekuatan otot menelan meningkat - Identifikasi makanan yang disukai
Penyebab : 3. Serum albumin meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
1. Ketidakmampuan 4. Verbalisasi keinginan untk meningkatkan - Identifikasi perlunya penggunaan selang
menelan makanan nutrisi meningkat nasogastrik
2. Ketidakmampuan 5. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang - Monitor asupan makanan
mencerna makanan sehat meningkat
- Monitor berat badan
3. Ketidakmampuan 6. Pengetahuan tentang pilihan minuman yang
mengabsorbsi nutrient sehat meningkat
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
4. Peningkatan kebutuhan 7. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi
metabolisme yang tepat meningkat - Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
5. Faktor ekonomi 8. Kekuatan otot pengunyah meningkat - Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
6. Faktor Psikologis 9. Kekuatan otot menelan piramida makanan)
meningkat 10.Serum albumin - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
meningkat sesuai
11. Verbalisasi keinginan untk meningkatkan - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
nutrisi meningkat konstipasi
12. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
sehat meningkat - Berikan suplemen makanan, jika perlu
13. Pengetahuan tentang pilihan minuman yang - Hentikan pemberian makan melalui selang
sehat meningkat nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
14. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi Edukasi
yang tepat meningkat - Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolabor asi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

3. Hipertermi (D.0130) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipertermia (I.15506)


Definisi : diharapkan termoregulasi membaik (L.14134) Observasi
Suhu tubuh meningkat Kriteria hasil : - Identifikasi penyebab hipertermi (mis.
diatas rentang normal 1. Menggigil menurun dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
tubuh. 2. Kulit merah menurun penggunaan incubator)
Penyebab : 3. Kejang menurun - Monitor suhu tubuh
1. Dehidrasi 4. Akrosianosis menurun - Monitor kadar elektrolit
2. Terpapar lingkungan 5. Konsumsi oksigen menurun - Monitor haluaran urine
panas 6. Piloereksi menurun - Monitor komplikasi akibat hipertermia
3. Proses penyakit 7. Vasokontriksi perifer menurun Terapeutik
4. Ketidaksesuaian pakaian 8. Kutis memorata menurun - Sediakan lingkungan yang dingin
5. Peningkatan laju 9. Pucat menurun
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
metabolisme 0. Takikardi menurun
6. Respon trauma
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
11.Takipnea menurun
7. Aktivitas berlebih 12.Dasar kuku sianotik menurun - Berikan cairan oral
8. Penggunaan inkubator 13.Suhu tubuh membaik - Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
4. Konstipasi (D.0049) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen eleminasi fekal (I.04151)
Definisi : diharapkan eliminasi fekal membaik (L.04033) Observasi
Penurunan defekasi normal Kriteria hasil : - Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat
yang disertai pengeluaran 1. Kontrol pengeluaran feses meningkat pencahar
feses sulit dan tidak tuntas 2. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun - Identifikasi pengobatan yang berefek pada
serta feses kering dan 3. Mengejan saat defekasi menurun kondisi gastrointestinal
banyak. 4. Distensi abdomen menurun - Monitor buang air besar (mis. warna, frekuensi,
Penyebab : 5. Teraba massa pada rektal menurun volume)
Fisiologis 6. Urgency menurun - Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau
1. Penurunan mortilitas 7. Nyeri abdomen menurun impaksi
gastrointestinal 8. Kram abdomen menurun Terapeutik
2. Ketidakadekuatan 9. Konsistensi feses membaik - Berikan air hangat setelah makan
pertumbuhan gigi 10. Frekuensi defekasi membaik - Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
3. Ketidakcukupan diet 11. Peristaltik usus membaik
- Sediakan makanan tinggi serat
4. Ketidakcukupan asupan
Edukasi
serat
5. Ketidakcukupan asupan
- Jelaskan jenis makanan yang membantu
meningkatkan peristaltik usus
cairan
6. Aganglionik - Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi,
7. Kelemahan otot abdomen volume feses
Psikologis - Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai
1.Konfusi toleransi
2.Depresi - Anjurkan pengurangan asupan makanan
3.Gangguan emosional yang meningkatkan pembentukam gas
Situasional - Anjurkan mengkonsumsi makanan yang
1. Perubahan kebiasaan mengandung tinggi serat
makan -
2. Ketidakadekuatan - Anjurkan meningkatkan asupan cairan,jika
toileting tidak ada kontraindikasi
3. Aktivitas fisik harian Kolaborasi
kurang - Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika
4. Penyalahgunaan laktasif perlu
5. Ketidakteraturan
kebiasaan defekasi
5. Gangguan Integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan integritas kulit (I.11353)
(D.0129) diharapkan integritas kulit dan jaringan Observasi
Definisi : meningkat (L.14125) 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Kerusakan kulit (dermis Kriteria hasil : (mis. perubahan sirkulasi, perubahan status
dan/atau epidermis) atau 1. Elastisitas meningkat nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan
jaringan (membrane 2. Hidrasi meningkat ekstrem, penurunan mobilitas)
mukosa, kornea, fasia, otot, 3. Perfusi jaringan meningkat Terapeutik
tendon, tulang, kartilago, 4. Kerusakan jaringan menurun 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
kapsul sendi dan/atau 5. Kerusakan lapisan kulit menurun 3. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,
ligament). 6. Nyeri menurun jika perlu
Penyebab : 7. Perdarahan menurun 4. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
1. Perubahan sirkulasi 8. Kemerahan menurun selama periode diare
2. Perubahan status nutrisi 9. Hematoma menurun 5. Gunakan produk berbahan petrolim atau minyak
(kelebihan atau 10. Pigmentasi abnormal menurun pada kulit kering
kekurangan) 11. Jaringan parut menurun 6. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
3. Kekurangan/kelebihan 12. Nekrosis menurun hipoalergik pada kulit sensitive
volume cairan 13. Abrasi kornea menurun 7. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit
4. Penurunan mobilitas 14. Suhu kulit membaik kering
5. Perubahan hormonal 15. Sensasi membaik Edukasi
6. Suhu lingkungan yang 16. Tekstur membaik 8. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion,
ekstrem 17. Pertumbuhan rambut membaik serum)
9. Anjurkan minum air yang cukup
10.Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11.Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
12.Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
13.Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal
30 saat berada di luar rumah
14.Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya

6. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen energi (I.05178)


(D.0056) diharapkan toleransi aktivitas meningkat Observasi
Defenisi : (L.05047) - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Ketidakcukupan energy Kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan
untuk melakukan aktivitas 1. Frekuensi nadi meningkat - Monitor kelelahan fisik dan emosional
sehari-hari 2. Saturasi oksigen meningkat - Monitor pola dan jam tidur
Penyebab : 3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
1. Ketidakseimbangan antar sehari-hari meningkat melakukan aktivitas
suplai dan kebutuhan 4. Kecepatan berjalan meningkat Terapeutik
oksigen 5. Jarak berjalan meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
2. Tirah baring 6. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
3. Kelemahan 7. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
4. Imobilitas 8. Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
aktif
Gaya hidup monoton 9. Keluhan lelah menurun
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
10.Dispnea saat aktivitas menurun
11.Dispnea setelah aktivitas menurun
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
12.Perasaan lemah menurun
13.Aritmia saat aktivitas menurun - Edukasi
14.Sianosis menurun - Anjurkan tirah baring
Warna kulit membaik - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
7. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang
telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien
untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali, 2014).
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan klien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri (self care) dengan penyakit yang ia
alami sehingga klien mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan efektif.
Sehingga kemandirian pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat
meningkat dengan dilakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi penyebab
terjadinya mual muntah yang berlebih dan memberikan rasa nyaman dan aman
pada ibu.
8. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai (Ali,
2014).
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan klien atas tindakan
yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan
keperawatan tercapai atau belum. Hal ini terkait dengan kemampuan ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum dalam kemandiriannya dan mencegah timbulnya
kembali masalah yang pernah dialami. Pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum dapat mengevaluasi kemandiriannya dalam mengatasi masalah yang
dialami, meliputi seluruh aspek baik bio-psiko- sosial dan spiritual.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, I. (2014). Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana (EGC,
ed.). Jakarta.
Khayati, N. (2013). Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013.
11–68.
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Jogjakarta:
Medication Jogja.
Putri, H. A. (2014). Pengaruh Akupresur thd Morning Sickness. Ilmu Kesehatan, 36–43.
SDKI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: PPNI.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Tindakan Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI.
SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Tindakan Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI.

Anda mungkin juga menyukai