Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN ANEMIA

PADA PASIEN GGK

Halma Nurlaela
Anemia merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronik
dan terjadi lebih awal dibandingkan komplikasi
lainnya (Hidayat, Azmi & Pertiwi, 2010).
Menurut Suwitra (2010) 80-90% pasien gagal
ginjal kronik akan mengalami anemia.
Menurut Indanah, Sukarmin & Rusnoto, (2018)
dan Sumarni (2016) anemia dan lama
menjalani hemodialisis merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien GGK yang menjalani hemodialisis.
Jika fungsi ginjal terganggu, maka ginjal
tidak dapat memproduksi cukup Anemia lebih banyak terjadi pada pasien
eritroprotein (EPO), dan sumsum tulang Menurut Aisara, Azmi dan Yanni (2016)
anemia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis > 3 tahun.
tidak dapat memproduksi ael darah Semakin lama pasien menjalani
merah secara optimal. Semakin buruk yang menjalani hemodialisis disebabkan
oleh multi faktor, tetapi sebagian besar hemodialisis maka resiko terjadinya
fungsi ginjal, semakin sedikit jumlah EPO anemia akan lebih besar jika tidak
yang diproduksi. Seiring waktu, akan berhubungan dengan erythropoietic
stimulating factor (ESF). Anemia ditangani dengan baik. Semakin lama
terjadi penurunan sel darah merah dan pasien menjalani hemodialisis makan
terjadilah anemia. disebabkan oleh proses penyakit dan
tindakan hemodialisis secara terus kadar Hb semakin menurun (Rohaeti,
Anemia sangat erat hubungannya dengan menerus akibatnya menimbulkan Ibrahim, dan Nursiswati (2014 dalam
resiko patologik yang merugikan seperti penurunan nafsu makan, mual, dan Amalia, Ibrahim & Emaliyawati, 2018).
berkurangnya transport oksigen ke muntah, hal ini beresiko pasien Faktor lain yang dapat menyebabkan
jaringan. Akibat dari ransport oksigen kehilangan protein dan vitamin yang anemia pada penyakit ginjal kronik adalah
yang menurun menyebabkan dapat memicu terjadinya anemia. Selain defisiensi besi, defisiensi vitamin,
metabolisme dan energi ikut menurun, itu, anemia juga dapat disebabkan karena penurunan masa hidup eritrosit yang
jika kondidi ini berlangsung lama maka tertinggalnya darah pada dialyzer atau engalami hemolisis, dan akibat
akan menimbulkan manifestasi klinis blood line pada proses hemodialisis perdarahan.
seperti kelelahan umum, nyeri seluruh meskipun jumlahnya tidak signifikan.
tubuh, penurunan toleransi aktivitas,
gangguan tidur dan ketidak mampuan
berkonsentrasi (Lerma, 2015 dalam
Pitoyo & Suprayitno, 2018).
Salah satu obat ginjal kronik yang mengalami anemia
adalah eritoprotein (EPO). Obat ini umumnya diberikan
pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis,
dengan tujuan meningkatkan kadar Hb sehingga
pasien tidak perlu melakukan transfusi.

Terapi anemia pada gagal ginjal bervariasi dari


pengobatanseimptomatik melalui transfusi sel darah

PENANGANAN merah sampai ke penyembuhan dengan transplantasi


ginjal. Transfusi darah hanya memberikan keuntungan
sementara dan beresiko terhadap infeksi (virus
hepatitis dan HIV) dan hemokromatosis sekunder.
Peran dari transfusi sebagai pengobatan anemia
primer pada pasien gagal ginjal terminal telah berubah
saat dialisis dan penelitian serologic telah menjadi
lebih canggih.

4
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering Anemia pada pasien GGK utamanya disebabkan kurangnya
dijumpai diklinik di seluruh dunia. Anemia bukanlah produksi eritoprotein (EPO) oleh karena penyakit ginjalnya.
suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), Faktor tambahan lainnya yang mempermudah terjadinya
anemia diantaranya defisiensi zat besi, inflamasi akut maupun
tetapi adalah merupakan gejala berbagai macam kronik, inhibisi pada sumsum tulang dan pendeknya masa
penyakit dasar (underlying disease), oleh karena itu hidup eritrosit. Selain itu, kondisi kormobid seperti
diagnosis anemia tidaklah cukup hanya sampai kepada hemoglobinopati dapat memperburuk anemia pada pasien
label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit GGK.
dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Seperti Eritoprotein mempengaruhi produksi eritrosit dengan
halnya kejadian anemia pada penyakit ginjal kronik. merangsang ploriferasi, difisiensi dan maturasi prekursor
Kadar hemoglobin merupakan salah satu indikator eritriod. Keadaan anemia terjadi karena defisiensi eritoprotein
yang dapat digunakan untuk menunjukkan penurunan yang dihasilkan oleh sel peritubular sebagai respon hipoksia
local akibat pengurangan parenkim ginjal fungsional. Respon
massa eritrosit (anemia). World Health Organization tubuh yang normal terhadap keadaan anemia adalah
(WHO) merekomendasikan kadar Hb yang masuk merangsang fibrolabs peritubular ginjal untuk meningkatkan
kriteria anemia adalah laki-laki dewasa < 13 g/dL, produksi EPO yang rendah, dimana hal ini dikaitkan dengan
wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dL, wanita hamil < 11 defisiensi eritroprotein pada penyakit ginjal kronik.
g/dL.

5
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai diklinik di seluruh dunia. Anemia bukanlah
suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi adalah merupakan gejala berbagai macam
penyakit dasar (underlying disease), oleh karena itu diagnosis anemia tidaklah cukup hanya sampai kepada
label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Seperti
halnya kejadian anemia pada penyakit ginjal kronik.
Anemia pada pasien GGK utamanya disebabkan kurangnya produksi eritoprotein (EPO) oleh karena
penyakit ginjalnya. Faktor tambahan lainnya yang mempermudah terjadinya anemia diantaranya defisiensi
zat besi, inflamasi akut maupun kronik, inhibisi pada sumsum tulang dan pendeknya masa hidup eritrosit.
Selain itu, kondisi kormobid seperti hemoglobinopati dapat memperburuk anemia pada pasien GGK.

Keperawatan Medical Bedah 3 6

Anda mungkin juga menyukai