Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA GRAVIS

Disusun Oleh :

RESTI NUR LELA

P1337420215092
TINGKAT II C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

PURWOKERTO 2017
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA GRAVIS

A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas

sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar


Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
2002). Disebut anemia gravis yang artinya berat dan nilai Hb di bawah 7 g/dl
sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi.

B. KLASIFIKASI
Anemia dibagi menjadi 2 tipe umum :
1. Anemia Hipropropilatif
a. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa
pada sel induk di sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam
jumlah yang tidak mencukupi. Anemia aplastik dapat terjadi secara

congenital maupun idiopatik ( penyebabnya tidak diketahui). Secara


marfologis, sel darah mer4ah terlihat normositik dan normokronik.
Jumlah retikulosit rendah atau tidak ada dan biop[si sumsum tulang
menunjukan keadaan yang disebut “ pungsi kering” dengan hipoplasia
nyata dan penggatian dengan jarinagan lemak.
b. Anemia defisiensi besi
Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi
tubuh total turun dibawah tingkat normal. Defesiensi besi merupakan
penyebab utama anemia didunia, dan tetutama seringdijumpai pada

wanita usia subur, disebabkan oleh kekurangan darah sewaktu


menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan. Pada
anemia defisiensi besi pemeriksaan darah menunjukan jumlah sel
darah merah normal atau hamper normal dan kadar Hb berkurang.
Pada perifer sel darah merah Mikrositik dan Hiprokromik disertai
poikilositosi dan asisositosis jumlah retikulosis dapat normal atau
berkurang. Kadar besi berkurang, sedangkan kapasitas mengikat besi
serum total meningkat.
c. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan
asam volat menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang
dan drah tepi, karena kedua vitamin tersebut esensial bagiu sintesis
DNA normal. Pada setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang,
precursor eritroit dan myeloid besara dan aneh dan beberapa
mengalami multinukleasi. Tetapi beberapa sel ini mati dalam sumsum
tulang, sehingga jumlah sel matang yang meninggalkan sumsum
tulang menjadi sedikit dan terjadilah parisitopenia. Pada keadaan lanjut
Hb dapat turun 4-5 gr/dl hitung leukosit 2000-3000/ml3 dan hitung
trombosit kurang dari 50000/ml3.
2. Anemia Hemolitik
a. Anemia Hemolitik
Pada anemia hemolitik,eritrosit memiliki rentang usia yang
memendek. Untuk mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang
memproduksi sel darah merah baru 3x/ lebih disbanding kecepatan
normal. Pada pemerikasaan anemia hemolitik ditemukan jumlah
retikulosis meningkat, fraksi bilirubin indirect meningkat,dan haptok
globin biasanya rendah.
b. Anemia Hemolitika Turunan
1) Sferositosis turunan
Sferositosis turunan merupakan suatu anemia hemolitika
ditandai dengan sel darah merah kecil berbentuk feris dan
pembesaran limfa (spenomegali). Merupakan kelainan yang jarang,
diturunkan secara dominant. Kelainan ini biasanya terdiagnosa
pada anak-anak, namun dapat terlewat sampai dewasa karena
gejalanya sangat sedikit. Penangananya berupa pengambilan limpa
secara bedah.
2) Anemia sel sabit
Adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada
molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Anemia
sel sabit ini merupakan ganggaun genetika resesif auto somal yaitu
individu memperoleh Hb sabit (Hb s) dari kedua orang tua. Pasien
dengan anemia sel sabit biasanya terdiagnosa pada kanak-kanak
karena mereka nampak anemis ketika bayi dan mulai mengalami
krisis sel sabit pada usia 1-2 tahun.

C. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper

D. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik
(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus
kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering
pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke
atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).

F. KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

H. PENATALAKSANAAN
Tindakan umum: Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab
dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darahmerah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti


darah yang hilang:

1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet

3. Observasi adanya manifestasi anemia


a. Manifestasi umum
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah
3) Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Kunang-kunang

4) Peka rangsang
5) Proses berpikir lambat
6) Penurunan lapang pandang
7) Apatis
8) Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
1) Perfusi perifer buruh
2) Kulit lembab dan dingin
3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral

4) Peningkatan frekwensi jatung

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi


6. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
7. Keletihan b.d anemia

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO DIANGOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan NIC: Peripheral
tidak efektif b/d tindakan keperawatan Sensation Management
penurunan selama ……… jam (Manajemen sensasi
konsentrasi Hb dan perfusi jaringan klien perifer)
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria : • Monitor adanya daerah
berkurang Membran mukosa merah tertentu yang hanya peka
Konjungtiva tidak terhadap
anemis panas/dingin/tajam/tump
Akral hangat ul
Tanda-tanda vital dalam • Instruksikan keluarga
rentang normal untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau
laserasi
• Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
• Monitor kemampuan
BAB
• Kolaborasi pemberian
analgetik
• Monitor adanya
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tromboplebitis
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan NIC : Nutrition
kebutuhan tubuh b/d selama.................status Management
intake yang kurang, nutrisi klien adekuat • Kaji adanya alergi
anoreksia dengan kriteria
Adanya peningkatan berat mKaoklabnoarnasi

badan sesuai dengan dengan ahli gizi


tujuan untuk menentukan
Beratbadan ideal sesuai jumlah kalori dan
dengan tinggi badan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Mampumengidentifikasi • Anjurkan pasien
kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan
Tidk ada tanda tanda protein dan vitamin
malnutrisi C
Menunjukkan • Monitor jumlah
peningkatan fungsi nutrisi dan
pengecapan dari menelan kandungan kalori
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti NIC: Nutrition
Pemasukan yang adekuat Monitoring
Tanda-tanda malnutri si • BB pasien dalam
Membran konjungtiva dan batas normaL
mukos tidk pucat • Monitor adanya
Nilai Lab.: penurunan berat
rotein total: 6-8 gr% badan
lbumin: 3.5-5,3 gr % Monitor turgor kulit

lobulin 1,8-3,6 gr %
• Monitor kekeringan,
B tidak kurang dari 10 gr
rambut kusam, dan
%
mudah patah
• Monitor mual dan
muntah
• Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
• Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva

3 Defisit perawatan Setelah dilakukan NIC :


diri b/d kelemahan tindakan keperawatan Self Care assistane : ADLs
fisik selama.................jam • Monitor
kebutuhan mandiri klien kemempuan klien
terpenuhi dengan kriteria untuk perawatan diri
Klien terbebas dari bau yang mandiri.
badan • Monitor kebutuhan
Menyatakan kenyamanan klien untuk alat-alat
terhadap kemampuan bantu untuk
untuk melakukan ADLs kebersihan diri,
Dapat melakukan ADLS berpakaian, berhias,
dengan bantuan toileting dan makan.
• Sediakan bantuan
sampai klien mampu
secara utuh untuk
melakukan self-care.
• Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
4 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Toleransi aktivitasi
b.d tindakan keperawatan • Menentukan penyebab
ketidakseimbangan selama.............klien dapat intoleransi
suplai dan kebutuhan beraktivitas dengan aktivitas&menentukan
oksigen kriteria apakah penyebab dari
- Berpartisipasi dalam fisik, psikis/motivasi
aktivitas fisik dgn TD, • Observasi adanya
HR, RR yang sesuai pembatasan klien
-Menyatakan gejala dalam beraktifitas.
memburuknya efek dari • Kaji kesesuaian
OR&menyatakan aktivitas&istirahat
onsetnya segera klien sehari-hari
-Warna kulit • ↑ aktivitas secara
normal,hangat&kering bertahap, biarkan klien
Memverbalisa-sikan berpartisipasi dapat
pentingnya aktivitasseca- perubahan posisi,
ra bertahap berpindah & perawatan
Mengekspresikan diri
pengertian pentingnya
• Lakukan latihan ROM
keseimbangan
jika klien tidak dapat
latihan&istira menoleransi aktivitas
Hat
Bantu klien memilih
Peningkatan toleransi

aktifitas yang mampu


aktivitas
untuk dilakukan

5 Gangguan Setelah dilakukan Terapi Oksigen


pertukaran gas b.d tindakan keperawatan • Bersihkan mulut,
ventilasi-perfusi selama.............status hidung dan secret
respirasi : pertukaran gas trakea
membaik dengan • Pertahankan jalan
kriteria: nafas yang paten
Mendemonstrasikan • Atur peralatan
peningkatan ventilasi dan oksigenasi
oksigenasi yang adekuat •

Memelihara kebersihan Mokosingietonr


paru paru dan bebas dari aliran
tanda tanda distress • Pertahankan posisi
pernafasan pasien
Mendemonstrasikan • Observasi adanya
batuk efektif dan suara tanda tanda
nafas yang bersih, tidak hipoventilasi
ada sianosis dan dyspneu • Monitor adanya
(mampu mengeluarkan kecemasan pasien
sputum, mampu bernafas terhadap oksigenasi
dengan mudah, tidak ada
pursed lips) Vital sign Monitoring
Tanda tanda vital dalam
• Monitor TD, nadi,
rentang normal suhu, dan RR
• Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
• Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas

6 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway Management


pola nafas b.d tindakan keperawatan
keletihan selama.................status • Buka jalan nafas,
respirasi klien membaik guanakan teknik
dengan kriteria: chin lift atau jaw
Mendemonstrasikan thrust bila perlu
batuk efektif dan suara • Posisikan pasien
nafas yang bersih, tidak untuk
ada sianosis dan dyspneu. memaksimalkan
Menunjukkan jalan nafas ventilasi
yang paten. • Identifikasi pasien
Tanda Tanda vital dalam perlunya
rentang normal pemasangan alat
jalan nafas buatan

7 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan Energi manajemen


tindakan keperawatan • Monitor respon
selama..............keletihan klien terhadap
klien teratasi dengan aktivitas takikardi,
kriteria : disritmia, dispneu,
Kemampuan aktivitas pucat, dan jumlah
adekuat respirasi
Mempertahankan nutrisi • Monitor dan catat
adekuat jumlah tidur klien
Mempertahankan • Tingkatkan
kemampuan untuk pembatasan bedrest
konsentrasi dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai