Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT ANEMIA

Diajukan untuk memenuhi tugas prastase Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen Pembimbing :

Popy Siti Aisyah, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh :

MEISA SRI RAHAYU

402019022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019-2020
A. Definisi
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh (Smeltzer, 2001). Anemia
merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar
hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal (Handayani &
Andi, 2008).

Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria WHO


pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
• Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
• Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
• Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
• Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
• Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
• Hb < 10 gr/dl
• Hematokrit < 30%
• Eritrosit < 2,8 juta/mm2

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum
dipakai adalah (Handayani & Andi, 2008):
• Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
• Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
• Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl
• Berat Hb < 6 gr/dl

B. Klasifikasi
Menurut Baughman (2000), klasifikasi anemia adalah:
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada prekusor
sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak. Anemia ini
dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat, idiopati akibat dari infeksi
tertentu, obat-obatan dan zat kimia, serta kerusakan akibat radiasi.
Penyembuhan sempurna dan cepat mungkin dapat diantisipasi jika
pemajanan pada pasien dihentikan secara dini. Jika pemajanan tetap
berlangsung setelah terjadi tanda-tanda hipoplasi, depresi sumsum tulang
hampir dapat berkembang menjadi gagal sumsum tulang dan irreversible.
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh
menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan
berkurangnya sintesis Hb sehingga menghambat proses pematangan
eritrosit. Ini merupakan tipe anemia yang paling umum. Anemia ini dapat
ditemukan pada pria dan wanita pasca menopause karena perdarahan (misal,
ulkus, gastritis, tumor gastrointestinal), malabsopsi atau diit sangat tinggi
serat (mencegah absorpsi besi). Alkoholisme kronis juga dapat
menyebabkan masukan besi yang tidak adekuat dan kehilangan besi melalui
darah dari saluran gastrointestinal.
3. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam Folat)
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam
folat memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah
perifer yang identik. Defisiensi vitamin B12 sangat jarang terjadi tetapi dapat
terjadi akibat ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang ketat,
kegagalan absorpsi saluran gantrointestinal, penyakit yang melibatkan ilium
atau pankreas yang dapat merusak absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan
pasien akan meninggal setelah beberapa tahun, biasanya akibat gagal
jantung kongesti sekunder akibat dari anemia. Sedangkan defisiensi asam
folat terjadi karena asupan makanan yang kurang gizi asam folat, terutama
dapat ditemukan pada orang tua, individu yang jarang makan sayuran dan
buah, alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.
4. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek
molekul Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri. Anemia ini ditemukan
terutama pada orang Mediterania dan populasi di Afrika, serta terutama
pada orang-orang kulit hitam. Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif
otosom yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin
defektis, satu buah dari masing-masing orang tua. Hemoglobin yang cacat
itu disebut hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi
seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
5. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis,
yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
Anemia hemolitik adalah jenis yang tidak sering dijumpai, tetapi bila
dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat. Anemia hemolitik
dapat disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria, penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.

C. Etiologi
Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan
anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)
Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan
obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu
atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi
lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.

D. Tanda Gejala
Menurut Baughman (2000), tanda dan gejala dari anemia, meliputi:
1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak
tangan menjadi pucat.
Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah gejala
yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah menurun di
bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan menurut
organ yang terkena, yaitu:
• Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
• Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
• Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
• Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut:
• Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis,
keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
• Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
• Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
• Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala akibat penyakit yang mendasari
Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersbut.
Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing
tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan
telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.
E. Patofmekanisme
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik
atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala
anemia timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya
jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme
kompensasi tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan
menimbulkan gejala yang disebut sindrom anemia (Handayani & Andi, 2008).

Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga


kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk, 2014):
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau
sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi
akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan
vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan
normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain sickle
cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat
besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat
sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang
diketahui atara lain:
a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa
jenis makanan.
c. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.
d. Autoimun.
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit



Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

3. Anemia akibat kehilangan darah


Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada
perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis
umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid,
gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang
mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses
kelahiran.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose anemia
adalah (Handayani & Andi, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
• Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen,
seperti kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC),
asupan darah tepi.
• Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah
(LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
• Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
• Faal ginjal
• Faal endokrin
• Asam urat
• Faat hati
• Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
• Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
• Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
• Pemeriksaan sitogenetik.
• Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction,
FISH: fluorescence in situ hybridization).

G. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah :
1. Gagal Jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4. Konsentrasi menurun

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat
dilakukan dengan (Baughman, 2000):
1. Anemia Aplastik
• Transplantasi sumsum tulang.
• Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
• Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
• Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah
merah dan trombosit.
• Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan
orang-orang yang menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
• Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
• Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
• Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
• Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
• Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
3. Anemia defisiensi asam folat:
• Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
• Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
• Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin
prenatal).
4. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)
Anemia defisiensi vitamin B12:
• Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege
tarian ketat).
• Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak
terdapatnya faktor-faktor instriksik.
• Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia
pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
5. Anemia sel sabit
• Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
• Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
• Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
• Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.
• Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak
responsive terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah
sabit, dan kadang-kadang setengah dari masa kehamilan untuk
mencegah krisis.
I. Pathway
J. Pengkajian
1. Cakupkan informasi tentang obat yang dapat menekan aktivitas sumsum
tulang atau mengganggu metabolism folat.
2. Tanyakan tentang semua kemungkinan kehilangan darah yang terjadi,
seperti menstruasi dengan darah yang banyak, terdapat darah dalam feses.
3. Tanyakan riwayat keluarga mengenai anemia yang diturunkan.
4. Tanyakan tentang kebiasaan diit terhadap defisiensi nutrisi, seperti zat besi,
vitamin B12, dan asam folat.
5. Kaji terhadap peningkatan beban jantung:
• Takikardia, palpitasi, dispneu.
• Pusing, ortopneu, dispneu karena aktivitas fisik.
6. Kaji terhadap gagal jantung kongestif:
• Kardiomegali.
• Hepatomegali.
• Edema perifer.
7. Kaji terhadap defisit neurologis
• Parestesia dan kebas perifer.
• Ataksia dan koordinasi yang buruk.
• Kekacauan mental.
8. Kaji terhadap fungsi gastrointestinal
• Mual dan muntah.
• Diare.
• Anoreksia.
• Glositis.
K. Rencana Asuhan Keperawatan Pada Kasus Anemia
Diagnosa Intervensi
No Tujuan (NOC) Rasional
Keperawatan Keperawatan(NIC)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan • Observasi tanda • Memberikan
perfusi jaringan tindakan …..x 24 vital kaji pengisian informasi tentang
perifer jam ketidakefektifan kapiler, warna derajat/keadekuat
b.d perubahan perfusi jaringan kulit/membrane an perfusi
ikatan O2 perifer teratasi mukosa, dasar jaringan dan
dengan Hb, dengan kriteria hasil: kuku. membantu
penurunan • Peningkatan menetukan
konsentrasi Hb perfusi jaringan kebutuhan
dalam darah. • Menunjukkan intervensi.
perfusi adekuat, • Tinggikan kepala • Meningkatkan
misalnya tanda tempat tidur ekspansi paru dan
vital stabil. sesuai toleransi. memaksimalkan
• Hasil lab normal. oksigenasi untuk.
• Kebutuhan seluler. • Dispnea,
Catatan : gemericik
kontraindikasi bila menununjukkan
ada hipotensi. gangguan jantung
Awasi upaya karena regangan
pernapasan ; jantung
auskultasi bunyi lama/peningkatan
napas perhatikan kompensasi curah
bunyi adventisius. jantung.
• Selidiki keluhan • Iskemia seluler
nyeri mempengaruhi
dada/palpitasi. jaringan
miokardial/
potensial risiko
infark.
• Kolaborasi • Mengidentifikasi
pengawasan hasil defisiensi dan
pemeriksaan kebutuhan
laboraturium. pengobatan
Berikan sel darah /respons terhadap
merah terapi.
lengkap/packed
produk darah
sesuai indikasi.
• Berikan oksigen • Memaksimalkan
tambahan sesuai transport oksigen
indikasi. ke jaringan.
2. Ketidakseimban Setelah dilakukan • Kaji riwayat • Mengidentifikasi
gan nutrisi tindakan …..x 24 nutrisi, termasuk defisiensi,
kurang dari jam ketidakefektifan makan yang memudahkan
kebutuhan tubuh perfusi jaringan disukai. intervensi.
b.d inadekuat perifer teratasi • Observasi dan • Mengawasi
intake makanan. dengan kriteria hasil: catat masukkan masukkan kalori
• Kebutuhan nutrisi makanan pasien. atau kualitas
terpenuhi kekurangan
• Menunujukkan konsumsi
peningkatan/memp makanan.
ertahankan berat • Timbang berat • Mengawasi
badan. badan setiap hari. penurunan berat
• Nilai laboratorium badan atau
normal sefektivitas
• Tidak mengalami intervensi.
tanda mal nutrisi. • Berikan makan • Menurunkan
• Menununjukkan sedikit dengan kelemahan,
perilaku, frekuensi sering meningkatkan
perubahan pola dan atau makan pemasukkan dan
hidup untuk diantara waktu mencegah
meningkatkan dan makan. distensi gaster.
atau • Observasi dan • Gejala GI dapat
mempertahankan catat kejadian menunjukkan
berat badan yang mual/muntah, efek anemia
sesuai. flatus dan dan (hipoksia) pada
gejala lain yang organ.
berhubungan.
• Berikan dan Bantu • Meningkatkan
hygiene mulut nafsu makan dan
yang baik ; pemasukkan oral.
sebelum dan Menurunkan
sesudah makan, pertumbuhan
gunakan sikat gigi bakteri,
halus untuk meminimalkan
penyikatan yang kemungkinan
lembut. Berikan infeksi. Teknik
pencuci mulut perawatan mulut
yang di encerkan khusus mungkin
bila mukosa oral diperlukan bila
luka. jaringan
rapuh/luka/perdar
ahan dan nyeri
berat.
• Kolaborasi pada • Membantu dalam
ahli gizi untuk rencana diet
rencana diet. untuk memenuhi
kebutuhan
individual.
3. Intoleransi Setelah dilakukan • Kaji kemampuan • Mempengaruhi
aktifitas b.d tindakan …..x 24 ADL. pilihan
ketidakseimbang jam ketidakefektifan intervensi/bantua
an suplai dan perfusi jaringan n.
kebutuhan perifer teratasi • Kaji kehilangan • Menunjukkan
oksigen. dengan kriteria hasil: atau perubahan
• Dapat gangguan keseimb neurology karena
mempertahankan angan, gaya jalan defisiensi vitamin
dan dan kelemahan B12
meningkatkan otot. mempengaruhi
ambulasi atau keamanan
aktivitas. pasien/risiko
• Melaporkan cedera.
peningkatan • Observasi tanda- • Manifestasi
toleransi aktivitas tanda vital sebelum kardiopulmonal
(termasuk dan sesudah dari upaya
aktivitas sehari- aktivitas. jantung dan paru
hari). untuk membawa
• Menunjukkan jumlah oksigen
penurunan tanda adekuat ke
intolerasi jaringan.
fisiologis, • Berikan • Meningkatkan
misalnya nadi, lingkungan tenang, istirahat untuk
pernapasan, dan batasi pengunjung, menurunkan
tekanan darah dan kurangi suara kebutuhan
masih dalam bising, oksigen tubuh
rentang normal. pertahankan tirah dan menurunkan
baring bila di regangan jantung
indikasikan. dan paru.
• Gunakan teknik • Meningkatkan
menghemat aktivitas secara
energi, anjurkan bertahap sampai
pasien istirahat bila normal dan
terjadi kelelahan memperbaiki
dan kelemahan, tonus
anjurkan pasien otot/stamina
melakukan tanpa kelemahan.
aktivitas Meningkatkan
semampunya harga diri dan
(tanpa rasa terkontrol.
memaksakan diri).
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C. (2000). Keperawatan medikal bedah: buku saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC.
Handayani, W., Andi, S. H. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan siste hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S. A., Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC.
Rokim, K. F., Eka, Y., Firdaus, W. (2014). Hubungan usia dan status nutrisi
terhadap kejadian anemia pada pasien kanker kolorektal. (Karya Tulis Ilmiah).
Malang: Universitas Diponegoro.
Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart.
Jakarta: EGC.
Rimawati, Eti dkk. (2018). Intervensi Suplemen Makanan Untuk Meningkatkan
Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Volume
9 Nomor 3 Halaman161-170.
Syahwal, Sajiman. (2018). Pemberian Snack BAR Meningkatkan Kadar Hemoglobin
(Hb) PadaRemaja Putri. Jurnal Action: Ac Nutrition Journal Vol 3 No 1 Hal 9-
15.
Rahmi, Rifa. (2018). Efektifitas Konsumsi Rumput Laut Untuk Meningkatkan Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia. Jurnal Endurance Vol 3 No 1 Hal 195-
199.

Anda mungkin juga menyukai