Anda di halaman 1dari 58

MODUL KAKI BENGKAK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


SKENARIO 2
Seorang pria usia 50 tahun datang ke RS dengan keluhan bengkak pada
kedua kaki, yang makin membesar. Bengkak sudah dirasakan sejak 1
bulan yang lalu. Riwayat demam hilang timbul. Buang air kecil dan besar
lancar.
KLARIFIKAS
I ISTILAH
DAN KONSEP
BENGKAK
Bengkak (edema) adalah peningkatan cairan
di ruang interstitial yang terjadi filtrasi
kapiler melebihi batas drainase limfatik yang
akan menghasilkan tanda-tanda klinis yang
terlihat.
DEMAM
Peningkatan suhu tubuh diatas normal
KALIMAT KUNCI
• Seorang pria usia 50 tahun
• Bengkak pada kedua kaki, Sejak 1 bulan lalu dan makin membesar
• Demam hilang timbul
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN
MASALAH
1. Kompartemen cairan tubuh ?
2. Etiologi Edema ?

3. Patomekanisme Edema ?

4. Bagaimana bisa terjadi edema di kaki ?

5. Hubungan antara Edema dan Demam ?

6. Apa saja organ yang terkait dalam scenario ?

7. Epidemiologi edema ?

8. Differential diagnosis ?

9. Langkah-langkah diagnosis ?

10.Penatalaksanaan ?

11.Pencegahan dan pengendalian Edema ?

12.Pandangan islam mengenai sakit ?


1. Kompartemen cairan tubuh
?
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH

Mulroney SE, Myers AK. Netter’s essential physiology. 1st ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2009. 5–7 p.
2. Etiologi Edema ?
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
ETIOLOGI EDEMA

Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins Basic Pathology. 10th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2018. 98 p.
3. Patomekanisme Edema ?
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
PATOMEKANISME EDEMA
Penurunan Tekanan Osmotk Plasma(Hipoproreinemia)

Hubert R, VanMeter K. GOULD’S Pathophysiology for the


Health Professions. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018. 18–19 p.
PATOMEKANISME EDEMA
Peningkatan Tekanan Hidrostatik

Hubert R, VanMeter K. GOULD’S Pathophysiology for the


Health Professions. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018. 18–19 p.
PATOMEKANISME EDEMA
Obstruksi Pembuluh Limfatik

Hubert R, VanMeter K. GOULD’S Pathophysiology for the


Health Professions. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018. 18–19 p.
PATOMEKANISME EDEMA
Peningkatan Permeabilitas Kapiler

Hubert R, VanMeter K. GOULD’S Pathophysiology for the


Health Professions. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018. 18–19 p.
PATOMEKANISME EDEMA
1. Retensi Natrium

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Robbins Volume 1.
7th ed. Asroruddin M, Hartanto H, Darmaniah N, editors. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. 86 p.
4. Bagaimana bisa terjadi edema di
kaki ?
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
Bagaimana bisa terjadi edema di kaki ?
Kaki bengkak merupakan salah satu gejala yang ditimbulkan
penyakit pada organ tubuh. Edema dapat terjadi pada kedua
kaki atau salah satu kaki. Cara mengetahui apakah seseorang
mengalami kaki bengkak adalah dengan melihat apakah ada
tanda urat di bagian punggung kaki, mata kaki tidak terlihat,
adanya penumpukan cairan di bagian tulang kering, dan
pada bagian kaki yang bengkak jika ditekan akan melekuk
ke dalam dan tidak kembali dengan segera seperti pada Kaki
bengkak atau edema tungkai Penyakit dengan gejala awal
kaki bengkak di kedua kaki atau salah satu kaki dapat
menimbulkan berbagai macam Penyakit
5. Hubungan antara Edema dan
Demam ?
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
Hubungan antara Edema dan Demam ?
MONOSIT,
EDEMA INFLAMASI INFEKSI MAKROFAG,
DAN LEUKOSIT

ASAM PIROGEN
FOSFOLIPID
PROSTAGLANDIN ARAKIDONAT ENDOGEN : IL-
MEMBRAN SEL
6, IL-1, TNF

  PRODUKSI
DEMAM
PANAS
6. Apa saja organ yang terkait
dalam scenario ?
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
Organ Yang terkait dalam
Edema
1. Edema Jantung (Sistem Sirkulasi) meliputi Organ Jantung

a. Gagal ginjal kongestif


b. Deep vein thrombosis
c. Thrombophlebitis
d. Insufisiensi vena
e. Perikarditis
f. Cedera / Trauma
Edema jantung

Ket: Edema jantung dapat menyebabkan gagal jantung


Organ Yang terkait dalam
Edema
2. Edema Hati
Bisa dari Sirosis Hati
Dengan gejala :

a. Demam
b. Edema dan Asites
c. Feses warna hitam
d. Muntah darah
e. Kulit Gatal
Edema hati

ket : Sirosis Hati dapat menyebabkan Edema Pada hati


Organ Yang terkait dalam Edema

3. Edema pada Ginjal

a. Gagal Ginjal
b. Sindrom Nefrotik
c. Sirosis
d. Filariasis
Edema ginjal
Organ Yang terkait dalam Edema

4. Edema Sistem Limfantik (Kelenjar Getah Bening)

a. Limfadema Primer (Kelainan Perkembangan)


b. Limfadema Sekunder (Infeksi dari bakteri Streptococcus dan Filariasis)
Edema paru

TN

N
Edema limfatik
7. Epidemologi Edema ?
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
CHF (Congestive Heart Failure)
Prevalensi gagal jantung di Indonesia mencapai 5% dari total populasi.
Angka prevalensi ini lebih tinggi dibandingkan data prevalensi gagal
jantung di populasi Eropa dan Amerika yang berkisar antara 1-2%.
Karakteristik lain yang menonjol dari data epidemiologi gagal jantung di
Indonesia adalah rerata usia saat pertama perawatan di RS akibat gagal
jantung, perbedaan proporsi pria dan wanita yang menderita gagal
jantung, serta proporsi faktor risiko gagal jantung yang teridentifikasi
SIROSIS HEPATIS
Penelitian lainnya pada tahun 2008-2010 di Rumah Sakit dr. Soedarso
Pontianak menunjukkan bahwa 21,37% dari seluruh pasien dengan
penyakit hati dan saluran empedu merupakan sirosis hepatis yang
dekompensata. Pada penelitian tersebut, disebutkan pula bahwa penyebab
terbanyak sirosis hepatis adalah infeksi hepatitis B. Komplikasi yang
sering terjadi adalah perdarahan saluran cerna atas.
FILARIASIS
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkanoleh cacing Filaria sp.yang dapat
menyerang kelenjar dan saluran getah bening. Penyakit ini dapat merusak limfe,
menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae, dan scrotum,
menimbulkan kecacatan serta stigma negatif bagi penderita dan keluarganya. Penyakit ini
berdampak pada penurunan produktivitas kerja, menambah beban keluarga dan
menimbulkan kerugian ekonomi bagi negara yang tidak sedikit. Penyakit ini diperkirakan
dapat menyerang 1.1 milyar penduduk, terutama di daerah tropis seperti Indonesia, dan
beberapa daerah subtropis. Filariasis tersebar luas hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
Berdasarkan data jumlah kasus klinis filariasis yang dilaporkan dari tahun ke tahun
menunjukkan adanya peningkatan.2Dalam 12 tahun terakhir dari tahun 2002 jumlah kasus yang
dilaporkan sebanyak 6.571 kasus, meningkat pada tahun 2014 sebanyak 14.932 kasus.
SINDROM NEFROTIK
Data epidemiologi sindrom nefrotik (SN) di Indonesia masih terbatas.
Berdasarkan hasil studi deskriptif potong lintang selama periode 2011-
2014, dari 64 pasien anak dengan SN idiopatik yang berkunjung ke
Poliklinik Anak RSUP Fatmawati, didapatkan usia rata-rata pasien adalah
3 tahun, dengan rasio laki-laki dan perempuan sebesar 1,4:1. Sebagian
besar kasus datang dengan keluhan edema (95,3%). 75% pasien
mengalami hipertensi. 67,2% pasien berespon baik terhadap pengobatan
steroid.
8. Differential diagnosis ?
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
Filiarisis
FILIARISIS

Referensi :
Siti setiawati,dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi VI. Juli 2015.
Anindita,dkk. Filariasia: Pencegahan Terkait Faktor Resiko. Jk Unila. Vol.1 No.2. Oktober 2016
Mazrizal. Penyakit Filariasis.. Vol.7 No.1. maret 2013
FILIARISIS

Referensi :
Siti setiawati,dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi VI. Juli 2015.
Anindita,dkk. Filariasia: Pencegahan Terkait Faktor Resiko. Jk Unila. Vol.1 No.2. Oktober 2016
Mazrizal. Penyakit Filariasis.. Vol.7 No.1. maret 2013
SIROSIS HATI
Sirosis hati
Sirosis

Sintesis albumin

Hipoalbuminemia

Cairan keluar ke Interstisial

edema
Sirosis Hati
Sirosis Hati
Defenisi merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis, disorganisasi dari lobus dan arsitektur
vaskular, dan regenerasi nodul hepatosit.
Etiologi • Penyakit hati alkoholik
• Hepatitis B kronik
• Hepatitis C kronik
• Steato hepatitis non alkoholik (NASH), dikaitkan dengan dengan DM, malnutrisi protein, obesitas,
pemakaian obat kortikosteroid
• Penyakit Wilson
• Defisiensi Alpha antitrypsin
• Galaktosemia

Patofisiologi Terjadinya fibrosis hati disebabkan adanya aktivitas dari sel stellate hati. Aktivitas ini dipicu oleh
faktor pelepasan yang dihasilkan hepatosit dan sel kupffer. Sel stellate merupakan sel penghasil
utama matriks ekstra seluler (ECM) setelah terjadi cedera pada Hepar. Pembentukan ECM
disebabkan adanya pembentuk jaringan mirip Fibroblast yang dihasilkan sel stellate dan dipengaruhi
oleh beberapa sitokin seperti transforming growth factor β (TGF-β) dan tumor necrosis factor (TNF
α).
Deposit ECM di space of Disse akan menyebabkan perubahan bentuk dan memacu kapilarisasi
pembuluh darah. Kemudian mengubah pertukaran normal aliran vena porta dengan hepatosit,
sehingga material yang seharusnya di metabolisasi oleh hepatosit akan langsung masuk ke daerah.
Proses ini akan menimbulkan hipertensi portal dan penurunan fungsi hepatoseluler.

Setiati, Siti,. Idrus Alwi, Aru W. Sudoyo dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed.VI. Jakarta : Interna Publishing
Gejala klinis a) Sirosis Kompensata kebanyakan bersifat asimtomatis dan hanya dapat didiagnosis melalui
pemeriksaan fungsi hati. Bila ada gejala yang muncul berupa kelelahan nonspesifik, penurunan
libido atau gangguan tidur.
b) Sirosis Dekompensata : Spyder angioma, palmar erytema, ikterus, splenomegali, ascites, caput
medusae, muehrcke's lines, ginekomasti.
Pemeriksaan penunjang • Pemeriksaan laboratorium : bilirubin, Aminotransferase (ALT), Alkali fosfatase, Gamma-glutamil
transferase (γGT), albumin, globulin, natrium dara, trombosit
• Biopsi hati dan pemeriksaan histopatologis
• USG abdomen
Tatalaksana 1. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :
• Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunaannya : diet tinggi kalori (300
kalori), kandungan protein 70-90 gr/hari
• Hemokromatis : Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi
• Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid.

2. Terapi terhadap komplikasi yang timbul


• Asites : tirah baring dan diawali diet rendah garam, obat-obatan antidiuretik (spironolakton),
para Sintesis belas itu sangat besar hingga 4-6 liter, restriksi cairan.
• Ensefalopati hepatikum : Laktulosa, neomisin
• Varises Esofagus : propanolol, isosorbid mononitrat, saat perdarahan akut diberikan
somatostatin atau okreotid diteruskan atau ligasi endoskopi
• Peritonitis bakterial : jumlah sel PMN >250 mm diberi profilaksis, albumin, norfloksasin.

Setiati, Siti,. Idrus Alwi, Aru W. Sudoyo dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed.VI. Jakarta : Interna Publishing
Prognosis
Skor
Parameter
1 2 3
Ensefalopati Tidak ada Mudah dikontrol Sulit dikontrol
Ascites Tidak ada Mudah dikontrol Sulit dikontrol
Bilirubin(mg/dl) <2 2-3 >3
Albumin (gr/L) >3.5 1.8-3.5 <1.8
INR 1.7 1.7-2.2 >2.2
Tabel Klasifikasi Child Turcotte Pugh (CTP)
Penderita SH dikelompokkan menjadi :
CTP-A (5-6 poin) = sintasan berturut-turut 1 tahun dan 2 tahun sebesar 100%, dan 85%.
CTP-B (7-9 poin) = sintasan berturut-turut 1 tahun dan 2 tahun sebesar 81% dan 60%
CTP-C (10-15 poin) = sintasan berturut-turut 1 tahun dan 2 tahun sebesar 45% dan 35%

Setiati, Siti,. Idrus Alwi, Aru W. Sudoyo dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed.VI. Jakarta : Interna Publishing
Sindrom Nefrotik
Sindroma Nefrotik
DEFINISI ETIOLOGI PATOMEKNISME
Sindrom nefrotik (SN) merupakan Berdasarkan etiologinya, SN dapat dibagi Sindrom nefrotik terjadi karena peningkatan

r
kelainan ginjal
terbanyak dijumpai pada anak,
dengan angka kejadian 15 kali lebih
menjadi SN primer (idiopatik) dan SN
sekunder. SN primer adalah suatu penyakit
yang terbatas hanya di dalam ginjal dan
permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang
mengakibatkan
hipoalbuminemia.
proteinuria
Penyebab
masif dan
peningkatan
banyak dibandingkan orang dewasa. etiologinya tidak diketahui, diduga ada permeabilitas dinding kapiler tersebut belum
Insidennya sekitar 2-3/100.000 anak hubungannya dengan genetik, imunologi, dan diketahui dengan pasti. Mekanisme
pertahun, dan sebagian besar anak alergi. SN primer ini berdasarkan terjadinya edema pada SN diakibatkan protein
SN merupakan tipe sensitif terhadap histopatologinya dibagi menjadi nefropati lesi yang hilang lewat urin sehingga mengakibatkan
pengobatan steroid yang minimal, nefropati membranosa, hipoalbuminemia, selanjutnya terjadi penurunan
dimasukkan sebagai kelainan glumerulosklerosis fokal segmental, tekanan onkotik plasma yang mengakibatkan
minimal. Sindrom Nefrotik (SN) glomerulonefritis membrano- proliferatif. SN perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke
adalah suatu sindrom yang sekunder adalah suatu penyakit yang ruang Interstisial.
mengenai ginjal yang ditandai etiologinya berasal dari ekstrarenal, seperti
dengan adanya proteinuria berat, penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan,
hipoalbuminemia, edema dan penyakit metabolik, toksin, dan lain- lain.
hiperkolesterolemia.

Referensi :
Siti setiawati,dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi VI. Juli 2015.
Anindita,dkk. Filariasia: Pencegahan Terkait Faktor Resiko. Jk Unila. Vol.1 No.2. Oktober 2016
Mazrizal. Penyakit Filariasis.. Vol.7 No.1. maret 2013
GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TATALAKSANA PROGNOSIS

Diagnosis SN ditegakkan berdasarkan Pemeriksaan penunjang yang paling Penatalaksanaan pada • BELUM DAPAT
gejala klinis yang seringkali ditandai diperlukan adalah pemeriksaan protein urin, kasus ini adalah rawat inap;
dengan edema yang timbul pertama kali kadar albumin, dan kadar kolesterol darah.
Pemeriksaan protein urin dapat dilakukan prednison 2-2-½, furosemid
pada daerah sekitar mata dan ekstremitas
bagian bawah. Selanjutnya edema dengan pemeriksaan urin yang paling 10 mg/12 jam; diet rendah
semakin meluas yang ditandai dengan sederhana yaitu pemeriksaan urin dengan garam 1-2 g/hari; intake
dipstik. Pemeriksaan tersebut merupakan cairan dibatasi; memantau
asites efusi pleura, dan edema pada daerah pemeriksaan urin semi quantitatif, Dengan
genital. Seringkali dijumpai dengan gejala hasil 1+ (~ 15 mg/dL), 2+ tanda vital dan diuresis
anokreksia, nyeri perut dan diare. Pada (~100 mg/dL) dan 3+ (~ 300 mg/dL). Pada
kasus lain dapat disertai hipertensi sindrom nefrotik tes dipstik menunjukkan
maupun hematuria gross. Hasil proteinuria >2+. Pada penelitian kami
pemeriksaan urin menunjukkan protenuria dengan menggunakan
proteinuria 3+ atau 4+ atau protein dalam tes dipstik menunjukkan hasil rata-rata >3+.
urin >40 mg/m2/jam ; pada 20% kasus
dapat dijumpai hematuria mikroskopik.
Kadar albumin serum umum berkurang
dari 2,5 g/dL dan terjadi peningkatan
kolesterol dengan kadar C3 maupun C4
normal.

Referensi :
Siti setiawati,dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi VI. Juli 2015.
Anindita,dkk. Filariasia: Pencegahan Terkait Faktor Resiko. Jk Unila. Vol.1 No.2. Oktober 2016
Mazrizal. Penyakit Filariasis.. Vol.7 No.1. maret 2013
9.Langkah Langkah Diagnosis
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
LANGKAH LANGKAH DIAGNOSIS
anamnesis :autoanamnesis
Pemeriksaan fisis:
1.pembengkakan pada tungkai
2. jika di raba timbul bekas.
3. Demam
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan kadar albumin dalam serum, kolesterol, dan trigliserida juga
membantu penilaian.
10.Penatalaksanaan
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
Tatalaksana Penderita Filiarisis Klinis
Pengobatan Penderita Filariasis Setiap penderita Filariasis klinis di daerah endemis maupun daerah non endemis
mendapatkan pengobatan sebagai berikut :
• Pengujian masih hidup (positif) atau sudah matinya cacing filaria, baik dengan pengujian mikroskopis
mikrofilaria, maupun pengujian antigen (ICT).
• Pada penderita Filariasis klinis positif, diberikan DEC 3 x 1 tablet 100 mg selama 12 hari berturut-turut dan
parasetamol 3 x 1 tablet 500 mg dalam 3 hari pertama untuk orang dewasa. Dosis anak disesuaikan dengan
berat badan. Pengawasan kejadian ikutan pasca pemberian obat perlu dilakukan dengan ketat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94


Tahun 2014 Tentang Penganggulangan Filariasis
Tatalaksana Penderita Filiarisis Klinis

• Penderita Filariasis klinis dengan serangan akut atau penderita Filariasis kronis yang sedang mengalami
serangan akut, harus diobati terlebih dahulu serangan akutnya sesuai jenis serangan akut yang dialaminya,
demikian juga terhadap infeksi sekunder.
• Apabila penderita berada di daerah endemis, maka pada tahun berikutnya baru boleh diikut sertakan dalam
POPM Filariasis dengan DEC dan albendazole sekali setahun minimal 5 tahun secara berturut-turut. Penderita
yang tinggal di daerah non endemis, tidak perlu mendapat obat sebagai bagian dari pelaksanaan POPM
Filariasis.
• Setiap penderita Filariasis positif cacing filaria asimptomatis, perlu mendapat pengobatan sebagaimana
penderita Filariasis klinis positif cacing filaria.
Tatalaksana Penderita Sindrom nefrotik Klinis
Spesifik  penyakit dasar
non spesifik  mengurangi proteinuria, kontrol edema, kontrol komplikasi.

*Diuretika =diet rendah garam dan tirah baring =membantu mengontrol edema.
*Furosemid oral dapat diberikan dan bila resisten dapat dikombinasi dengan tiazid, metalazon,
dan/atau asetazolamid.
*Kontrol proteinuria dapat memerbaiki hipoalbuminemia dan mengurangi risiko komplikasi
yang ditimbulkan.
*Pembatasan asupan protein 0,8- 1,0 g/kg BB/hari dapat mengurangi proteinuria. Risiko
tromboemboli pada SN meningkat dan perlu mendapat penanganan.
11. Pencegahan dan pengendalian
Edema ?
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
Pencegahan dan pengendalian Edema ?
Penanganan dilakukan sesuai dengan penyebab pembentukan edema
• seperti pemberian diuretik pada pasien dengan edema yang di sebabkan akibat gagal
jantung kongestif, hati, dan penyakit ginjal. Loop diuretik biasanya paling efektif
• Jika diperlukan, paracentesis dapat dilakukan untuk mengurangi kebutuhan diuretik
dosis tinggi dan untuk menghindari ketidakseimbangan elektrolit
• Pada pasien dengan edema akibat insufisiensi vena kronis,dapat dilakukan terapi
mekanis, termasuk peninggian kaki dan stoking kompresi
• Pada limfedema, pengobatan melibatkan fisioterapi dekongestif kompleks yang terdiri
dari pijat limfatik manual dan perban berlapis-lapis

Referensi :
Goyal A, Cusick AS, Bansal Pankaj. Peripheral Edema. StatPearls[ Internet ].November 20, 2020
12. Pandangan islam mengenai sakit ?
MENETAPKAN/MENDEFINISIKAN MASALAH
Pandangan Islam
Adapula Perspektif Islam mengenai skenario, yang telah di jelaskan di Q.S Yunus (10) 57.

‫بِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُد ْو ۙ ِر َوهُ ًدى‬s‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّم ْو ِعظَةٌ ِّم ْن َّر‬
‫َّو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِي َْن‬
Artinya :
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Tafsiran
Wahai manusia, telah datang kepada kalian Kitab Suci Al-Qur`ān yang berisi peringatan, anjuran dan larangan.
Al-Qur`ān adalah obat penawar untuk penyakit bimbang dan ragu yang bersarang di dalam hati. Al-Qur`ān
adalah petunjuk ke jalan yang benar. Dan Al-Qur`ān mengandung rahmat bagi orang-orang yang beriman, karena
merekalah yang memanfaatkannya.
Pandangan Islam
Adapula Hadist yang bersangkutan dengan skenario

‫صلَّى َحتَّى‬ َ -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬ َّ ِ‫َع ِن ْال ُم ِغي َر ِة ْب ِن ُش ْعبَةَ أَ َّن النَّب‬
‫ك َو َما‬ َ َ‫ف هَ َذا َوقَ ْد َغفَ َر هَّللا ُ ل‬
َ ِ‫ك َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنب‬ ُ َّ‫ت قَ َد َماهُ فَقِي َل لَهُ أَتَ َكل‬ ْ ‫ا ْنتَفَ َخ‬
‫ رواه مسلم‬.» ‫ون َع ْب ًدا َش ُكو ًرا‬ ُ ‫ال « أَفَالَ أَ ُك‬ َ َ‫تَأ َ َّخ َر فَق‬.
Artinya:
Dari Mughirah bin Syu’bah, bahwasannya Nabi saw. melaksanakan shalat hingga kedua mata kakinya bengkak. Lalu
dikatakan kepadanya, “Mengapa engkau membebani dirimu, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang
akan datang?” Beliau menjawab, “Bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?.” (HR. Muslim).

Anda mungkin juga menyukai