Suatu kondisi yang terjadi akibat paparan tingkat kortisol yang tinggi dalam waktu yang lama. Sindrom
Cushing adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis akibat peningkatan kadar glukokortikoid (kortisol)
dalam darah. Sindrom ini disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal berupa
konsumsi obat-obatan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan faktor
internal yaitu produksi hormon kortisol berlebih pada tubuh akibat adanya masalah pada kelenjar
adrenal atau peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik (ACTH).
Pada tipe ini hipersekresi glukokortikoid dipengaruhi oleh hipersekresi ACTH. Hipersekresi kronik ACTH
akan menyebabkan hiperplasia zona fasikulata dan zona retikularis korteks adrenal. Hiperplasia ini
mengakibatkan hipersekresi adrenokortikal seperti glukokortikoid dan androgen. Pada tipe ini
ditemukan peninggian kadar hormon adrenokortikotropik dan kadar glukokortikoid dalam darah. Yang
termasuk dalam sindrom ini adalah adenoma hipofisis dan sindrom ACTH ektopik.
Pada tipe ini tidak ditemukan adanya pengaruh sekresi ACTH terhadap hipersekresi glukokortikoid, atau
hipersekresi glukokortikoid tidak berada di bawah pengaruh jaras hipotalamus-hipofisis. Pada tipe ini
ditemukan peningkatan kadar glukokortikoid dalam darah, sedangkan kadar ACTH menurun karena
mengalami penekanan. Yang termasuk dalam sindrom ini adalah tumor adrenokortikal, hiperplasia
adrenal nodular, dan iatrogenik.
Secara epidemiologi, Cushing disease merupakan kondisi yang jarang ditemukan. Prevalensi global dari
penyakit ini adalah sekitar 39,1 kasus per 1.000.000 penduduk. Banyaknya pasien dengan gejala ringan
yang tidak terdiagnosis menyebabkan Cushing disease sering kali kurang dikenali. Pasien Cushing disease
yang tidak diterapi dilaporkan memiliki rasio mortalitas sebesar 1,9–4,8. Tingkat kelangsungan hidup 5
tahun pada pasien Cushing disease yang tidak diobati adalah sebesar 50% dan apabila dilakukan
tindakan adrenalektomi bilateral maka tingkat kelangsungan hidup lima tahun akan meningkat menjadi
86%.
Keadaan hiperglukokortikoid pada sindrom Cushing menyebabkan katabolisme protein yang berlebihan
sehingga tubuh kekurangan protein. Kulit dan jaringan subkutan menjadi tipis, pembuluh-pembuluh
darah menjadi rapuh sehingga tampak sebagai stria berwarna ungu di daerah abdomen, paha, bokong,
dan lengan atas. Otot-otot menjadi lemah dan sukar berkembang, mudah memar, luka sukar sembuh,
serta rambut tipis dan kering. Keadaan hiperglukokortikoid di dalam hati akan meningkatkan enzim
glukoneogenesis dan aminotransferase. Asam-asam amino yang dihasilkan dari katabolisme protein
diubah menjadi glukosa dan menyebabkan hiperglikemia serta penurunan pemakaian glukosa perifer,
sehingga bisa menyebabkan diabetes yang resisten terhadap insulin. Pengaruh hiperglukokortikoid
terhadap sel-sel lemak adalah meningkatkan enzim lipolisis sehingga terjadi hiperlipidemia dan
hiperkolesterolemia. Pada sindrom Cushing ini terjadi redistribusi lemak yang khas. Gejala yang bisa
dijumpai adalah obesitas dengan redistribusi lemak sentripetal. Lemak terkumpul di dalam dinding
abdomen, punggung bagian atas yang membentuk buffalo hump, dan wajah sehingga tampak bulat
seperti bulan dengan dagu ganda. Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap tulang menyebabkan
peningkatan resorpsi matriks protein, penurunan absorbsi kalsium dari usus, dan peningkatan ekskresi
kalsium dari ginjal. Akibat hal tersebut terjadi hipokalsemia, osteomalasia, dan retardasi pertumbuhan.
Peningkatan ekskresi kalsium dari ginjal bisa menyebabkan urolitiasis. Pada keadaan hiperglukokortikoid
bisa timbul hipertensi, namun penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Hipertensi dapat disebabkan
oleh peningkatan sekresi angiotensinogen akibat kerja langsung glukokortikoid pada arteriol atau akibat
kerja glukokortikoid yang mirip mineralokortikoid sehingga menyebabkan peningkatan retensi air dan
natrium, serta ekskresi kalium. Retensi air ini juga akan menyebabkan wajah yang bulat menjadi tampak
pletorik. Keadaan hiperglukokortikoid juga dapat menimbulkan gangguan emosi, insomnia, dan euforia.
Pada sindrom Cushing, hipersekresi glukokortikoid sering disertai oleh peningkatan sekresi androgen
adrenal sehingga bisa ditemukan gejala dan tanda klinis hipersekresi androgen seperti hirsutisme,
pubertas prekoks, dan timbulnya jerawat.
- Penderita Hipertensi
Prevalensi global dari penyakit ini adalah sekitar 39,1 kasus per 1.000.000 penduduk dan insidensinya
adalah 1,2–2,4 kasus per 1.000.000 juta penduduk per tahun. Negara Eropa seperti Itali, Spanyol, dan
Denmark melaporkan bahwa insiden tahunannya berkisar antara 0.7-2.4 per sejuta penduduk pertahun.
Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 10-15 orang per sejuta penduduk setiap tahun menderita
sindrom cushing.
Sedangkan di Indonesia, studi epidemiologi mengenai Cushing disease masih sangat terbatas. Cahyanur
R et al meneliti kasus adenoma hipofisis pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari tahun 2007–2012
dan mendapatkan bahwa 2,3% adenoma hipofisis yang ditemukan adalah jenis Cushing disease.
Dari tahun 2007–2012 didapatkan 2,3% adenoma hipofisis yang ditemukan adalah jenis Cushing diseas
- Usia, yaitu lebih banyak ditemukan pada rentang usia 25 hingga 40 tahun.
- Jenis kelamin, yaitu lebih banyak terjadi pada perempuan dibanding dengan pria.
- berhenti merokok
- menghindari konsumsi obat kortikosteroid dalam dosis tinggi dan jangka lama.
- Studi epidemiologi mengenai Cushing disease di Indonesia sampai sekarang masih sangat terbatas.
- kurangnya perhatian masyarakat tentang bahaya sindrom cushing karena termasuk penyakit langka.
Diagnosis dini dan pengobatan segera : pelaksanaan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis dan penatalaksanaan yang perlu dilakukan sesegera mungkin demi prognosis yang baik.
Sumber :
Suastika, Ketut, dkk. 2016. Proceeding Book Bali Endocrine Update (BEU XII) "Endocrinology and
Beyond". Bali : PT Percetakan Bali. Dalam
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/6fb8d9dea5cc533ae1421b7c5b441269.pdf,
diakses pada Sabtu 17 Oktober 2020.