SKENARIO – 2
TELINGA BERAIR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang kami miliki . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
2.1.6 Komplikasi.................................................................................... 11
PENUTUP..................................................................................................... 17
ii
Lembar Penilaian Makalah ............................................................................ 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Skenario-2
Telinga Berair
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Etiologi
OMSK umumnya diawali dengan otitis media
berulang pada anak, hanya sedikit yang dimulai setelah
dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari peradangan
nasofaring, mencapai telinga tengah melalui tuba eustakhius.
3
Faktor-faktor yang menyebabkan otitis media
supuratif menjadi kronik sangat majemuk, beberapa
diantaranya :
2.1.3 Patogenesis
Hingga saat ini patogenesis OMSK belum diketahui
secara jelas. OMSK penyakit yang sebagian besar terjadi
sebagai komplikasi infeksi saluran pernafasan bagian atas,
stadium kronik dari otitis media akut (OMA) dengan
perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya
discharge secara terus-menerus.
4
Faktor-faktor yang menyebabkan proses infeksi
menjadi kronik sangat bervariasi. Secara umum dapat
dibedakan menjadi:
A. Lokal
1) Anatomi dan fungsi tuba eustachius
Anatomi tuba eustachius sangat berperan
dalam fungsi pertahanan lokal, hal ini disebabkan
oleh pars membranokartilagenous (2/3 bagian
medial) pada keadaan normal selalu menutup,
dan hanya terbuka pada keadaan seperti menelan,
mengunyah, dan menguap. Pada pars
membranokartilagenous juga mengandung
banyak sel-sel epitel kolumner berkelenjar yang
menghasilkan zat mukus yang akan membentuk
mukisal blanket yang akan melekat satu sama
lain oleh adanya adhesi untuk menutup lumen
tuba. Keadaan tersebut merupakan fungsi
pertahanan mekanik dari tuba eustachius. Sel-sel
kolumner sekretorik yang juga terdapat di pars
membranokartilagenous tuba yang menghasilkan
enzim pembunuh kuman dan cairan
immunoglobulin yang mana keduanya
merupakan fungsi pertahanan seluler dari tuba
eustakhius.
2) Mukosa telinga tengah
Embriologik endotelium yang masuk ke
dalam rongga timpani berasal dari tuba
eustachius yang kemudian membentuk lipatan
mukosa yang akan melekat pada tulang
pendengaran maupun visera rongga timpani,
yang kemudian dikenal dengan mesenterium atau
lipatan mukosa rongga timpani. Epitel rongga
5
timpani berbentuk sel skuamus, kuboid, dan
kolumner bersilia dan berkelenjar, yang
berfungsi antara lain meresorbsi O2,
pembersihan, menghangatkan dan melembabkan
udara yang masuk serta fungsi proteksi, seperti
proteksi mekanik oleh mukosal blanket, proteksi
humoral oleh imunoglobulin dan enzim
pembunuh kuman yang dihasilkan oleh sel
kolumner berkelenjar, serta prokteksi selular
yang terdapat di submukosa yang berupa sel
fagosit.
3) Membran timpani
Pada keadaan normal membran timpani utuh,
sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung
rongga telinga tengah terhadap paparan kuman
yang masuk dari kanalis auditorius eksternus.
Perforasi membran timpani gagal untuk menutup
spontan, sehingga mudah terjadi infeksi berulang
dari telinga luar atau paparan alergen dari
lingkungan. Keadaan ini menyebabkan otorea
yang persisten dan lama- kelamaan akan menjadi
otitis media supuratif yang menahun.
B. Sistemik
1) Keadaan umum tubuh
Keadaan umum yang lemah akibat inadekuat
asupan gizi, menimbulkan daya pertahan tubuh
terhadap infeksi menjadi lemah. Kondisi tersebut
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan
bagian atas yang merupakan faktor predisposisi
infeksi kavum timpani atau rongga telinga tengah.
2) Penyakit sistemik yang menyertai
6
Beberapa penyakit sistemik seperti diabetes
melitus, kelainan darah, dapat menyebabkan
penurunan imunitas tubuh akibat tidak berfungsinya
lekosit sebagai sel makrofag secara baik. Inadekuat
fungsi makrofag menyebabkan penyakit sistemik
sulit sembuh, bahkan mampu meningkatkan
progresifitas penyakit.
3) Adanya Alergi
Infeksi saluran pernafasan yang didasari
reaksi alergi menyebabkan penyakit sulit dieliminasi
terhadap pengobatan konvensional dan akan menjadi
kronis, kecuali bila faktor alergi dihilangkan.
Sebagian otitis media kronis masih sulit untuk
ditangani. Para tenaga medis biasanya berasumsi
bahwa setiap radang hanya diakibatkan infeksi oleh
kuman sesuai uji keberadaan bakteri. Hal tersebut
mengakibatkan antibiotik yang lebih sering
diresepkan untuk mengobati kegagalan pengobatan
radang dan mungkin akan gagal lagi. Karena pada
radang yang berulang, kemungkinan terdapat faktor
alergi sebagai latar belakang penyebab kegagalan
pengobatan. Sehingga dalam penanganan OMSK,
faktor alergi harus dicurigai. Lasisi pada tahun 2008
di Nigeria melaporkan terdapat hubungan antara
otitis media supuratif dan alergi pada sekitar 80%
pasien dengan alergi. Karakteristik anatomis dan
fisiologis dari tuba eustachius pada penderita alergi
merupakan salah satu faktor penting dalam
progresifitas kejadian OMSK. Meskipun pengaruh
rinitis alergi (RA) pada fungsi tuba eustachius telah
banyak diketahui, masih sedikit bukti bahwa RA
berpengaruh terhadap kejadian OMSK. Penelitian
7
Bakhshaee menyatakan terdapat perbedaan pada
pasien OMSK dengan RA dibandingkan dengan
tanpa RA, namun hal tersebut tidak signifikan.
2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi OMSK melibatkan berbagai faktor
yang berhubungan dengan tuba eustachius, baik faktor
lingkungan, faktor genetik, maupun faktor anatomik. Tuba
eustachius memiliki fungsi penting yang berhubungan
dengan kavum timpani, diantaranya fungsi ventilasi, fungsi
proteksi, dan fungsi drainase. Penyebab endogen maupun
eksogen dapat mengganggu fungsi tuba dan menyebabkan
otitis media. Penyebab endogen misalnya gangguan silia
pada tuba, deformitas palatum, atau gangguan otot-otot
dilatator tuba. Penyebab eksogen misalnya infeksi atau
alergi yang menyebabkan inflamasi pada muara tuba.
Mayoritas OMSK merupakan kelanjutan atau
komplikasi otitis media akut (OMA) yang mengalami
perforasi. Namun, OMSK juga dapat terjadi akibat
kegagalan pemasangan pipa timpanostomi (gromet tube)
pada kasus otitis media efusi (OME). Perforasi membran
timpani gagal untuk menutup spontan, sehingga mudah
terjadi infeksi berulang dari telinga luar atau paparan alergen
dari lingkungan. Keadaan ini menyebabkan otorea yang
persisten.
8
selanjutnya terjadi titik nekrotik yang berupa bercak kuning.
Bila disertai tekanan akibat penumpukan discharge dalam
kavum timpani dapat mempermudah terjadinya perforasi
membran timpani. Perforasi yang menetap akan
menyebabkan rongga timpani selalu berhubungan dengan
dunia luar, sehingga kuman yang berasal dari kanalis
auditorius eksternus dan dari udara luar dapat dengan bebas
masuk ke dalam kavum timpani. Kuman yang bebas masuk
ke dalam kavum timpani menyebabkan infeksi yang mudah
berulang atau bahkan berlangsung terus-menerus. Keadaan
kronik ini ditetapkan berdasarkan waktu dan penggolongan
stadium didasarkan pada keseragaman gambaran patologi.
Ketidakseragaman gambaran patologi disebabkan oleh
proses yang bersifat eksaserbasi atau persisten, efek dari
kerusakan jaringan, serta pembentukan jaringan sikatrik.
9
Selama fase aktif, epitel mukosa mengalami
perubahan menjadi mukosa sekretorik yang memiliki sel
goblet yang mengekskresi sekret mukoid atau mukopurulen.
Adanya infeksi aktif dan sekret persisten yang berlangsung
lama menyebabkan mukosa mengalami proses pembentukan
jaringan granulasi dan atau polip. Jaringan patologis dapat
menutup membran timpani, sehingga menghalangi drainase.
Keadaan seperti ini menyebabkan OMSK menjadi penyakit
persisten.
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik
dan pemeriksaan THT terutama pemeriksaan otoskopi.
Pemeriksaan penala merupakan pemeiksaan sederhana
untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk
mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat
10
dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri
tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA
(brainstem evoked response audiometry) bagi pasien/ anak
yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada
mumi.
2.1.6 Komplikasi
Otitis media supuratif, baik yang akut maupun
kronis, mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat
menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung
pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Biasanya
komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya,
tetapi OMSK tipe aman pun dapat meyebabkan suatu kom-
plikasi, bila terinfeksi kuman yang virulen. Dengan
tersedianya antibiotika mutahir komplikasi otogenik menjadi
semakin jarang. Pemberian obat-obat itu sering
menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK
menjadi kurang jelas. Hal tersebut menyebabkan pentingnya
mengenal pola penyakit yang berhubungan dengan
komplikasi ini.
11
• Paralisis neryus fasialis
b) Komplikasidi telinga dalam :
• Fistula labirin
• Labirinitis supuratif
• Tuli saraf (sensorineural)
c) Komplikasi ekstradural :
• Abses ekstradural
• Trombosis sinus lateralis
• Petrositis
d) Komplikasi ke susunan saraf pusat :
• Meningitis
• Abses otak
• Hidrosefalus otitis
2.2 Kolesteatoma
Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi
deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu
menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. lstilah
kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johanes Muller pada tahun
1838 karena disangka kolesteatoma merupakan suatu tumor, yang
ternyata bukan. Beberapa istilah lain yang diperkenalkan oleh para
ahli antara lain adalah: keratoma (Schucknecht), squamous
epiteliosis (Birrel, 1958), kolesteatosis (Birrel, 1958), epidermoid
kolesteatoma (Friedman, 1959), kista epidermoid (Ferlito, 1970),
epider- mosis (Sumarkin, 1988).
2.2.1 Patogenesis
Banyak teori dikemukakan oleh para ahli tentang
patogenesis kolesteatoma, antara lain adalah: teori
invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi dan teori
implantasi.
12
Teori tersebut akan lebih mudah dipahami bila
diperhatikan definisi kolesteatoma menurut Gray (1964)
yang mengatakan; kolesteatoma adalah epitel kulit yang
berada pada tempat yang salah.
2.2.2 Klasifikasi
Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis:
13
tekanan negatif di telinga tengah akibat
gangguan tuba (Teori invaginasi).
• Kolesteatoma akuisital sekunder
Kolesteatoma terbentuk setelah
adanya perforasi membran timpani.
Kolesteatom terbentuk sebagai akibat
dari masuknya epitel kulit dari liang
telinga atau dari pinggir perforasi
membran timpani ke telinga tengah
(Teori migrasi) atau terjadi akibat
metaplasi mukosa kavum timpani karena
iritasi infeksi yang berlangsung lama
(Teori metaplasi).
14
dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin
terdiri dari 3 kanalis semisirkularis (kss), yaitu kss horizontal
(lateral), kss anterior (superior) dan kss posterior (inferior). Selain 3
kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus.
15
dengan kepala pada sandaran itu, maka posisi tersebut sudah siap
untuk tes kalori.
2.3.1 Vertigo
Vertigo adalah perasaan berputar. Dalam bahasa
lndonesia istilah pusing sangat membingungkan, sebab
terlalu luas pemakaiannya, ada istilah daerah yang lebih
tepat, misalnya pusing tujuh keliling (Betawi), oyong (Jawa)
dan lieur (Sunda), dapat dipakai sebagai pengganti vertigo.
lstilah pusing yang tidak berputar dipakai kata "pening",
sedangkan untuk vertigo (pening berputar), dapat dipakai
kata pusing.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis
media perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek.
Yang disebut otitis media supuratif kronis ialah infeksi kronis di
telinga tengah dengan perforasi menibran timpani dan sekret yang
keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. OMSK yang
tidak diatasi secara adekuat akan menyebabkan berbagai macam
komplikasi dan juga mengakibatkan gangguan keseimbangan baik
perifer maupun central.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Lembar Penilaian Makalah
1. Ada Makalah 60
LO
penjilidan
Total :
NB :
LO = Learning Objective
Dinilai oleh:
Tutor
19