Anda di halaman 1dari 18

Tim Penyusun Modul Kolegium Urologi Indonesia

2008
USG dan Biopsi Prostat
 Tujuan :
 Terampil melakukan pemeriksaan USG prostat
transabdominal dan transrektal
 Terampil melakukan biopsi prostat transrektal
 Mengetahui dan mampu mengatasi komplikasi biopsi
prostat transrektal
 Kompetensi:
 Melakukan pemeriksaan USG prostat transabdominal
dan transrektal dan biopsi prostat transrektal
USG dan Biopsi Prostat
 Indikasi :
 Pria dengan umur harapan hidup lebih dari 10 tahun
dengan pemeriksaan DRE abnormal, dengan atau
tanpa peningkatan kadar PSA dalam darah perifer
 Alat :
 Endorectal probe
 Console
 Layar monitor
USG dan Biopsi Prostat
Coupling medium :
 Udara yang terdapat di antara probe dan jaringan
dapat mengubah bayangan yang sebenarnya
 Diperlukan substansi berdensitas air yang disebut
coupling medium -> jelly lubrikan
 Bila probe dilapisi kondom, maka coupling medium
dioleskan antara probe dan kondom
USG dan Biopsi Prostat
Instrumentasi biopsi :
 Jarum biopsi biasanya berukuran 18 G
 Biopsy gun memperpanjang jarum 0,5 cm dan
mengambil 1,5 cm jaringan sampel
Alat lain :
 Meja pemeriksaan sebaiknya yang memungkinkan
posisi trendelenburg
 Anoskop
 Anoscopic cotton swab
 Suture instrument
USG dan Biopsi Prostat
Precaution
 Informed consent
 Anamnesis mengenai adanya riwayat pemasangan implam,
penyakit katup jantung dan alergi
 Gejala prostatitis akut
 Pasien yang belum disirkumsisi mungkin dapat
meningkatkan risiko bakteremia
 Peningkatan usia pasien berhubungan dengan angka
kejadian bakteriuria post prosedur
 Pengobatan antikoagulan
 Hemoroid berat dan proktitis -> risiko perdarahan
 Hipoglikemia -> risiko vagal reflex
USG dan Biopsi Prostat
Antibiotika profilaksis
 Long acting oral fluorokuinolon merupakan obat pilihan
 Pada pasien dengan implan protesis atau penyakit katup
jantung dianjurkan pemberian 1 gram ampicillin IM dan
80 mg gentamycin IM
Preparasi usus
 Enema fosfat
Anestesia
 Lidocaine gel 2 %
 Blok periprostatik
USG dan Biopsi Prostat
Komplikasi
 Infeksi
 Perdarahan
 Obstruksi urine
 Reaksi vasovagal
Posisi
 Posisi pasien adalah dekubitus lateral kiri dengan lutut dan
pinggul 90 derajat
 Bila pasien mengalami nyeri maupun kontraktur, dapat
dicoba menggunakan posisi lateral dekubitus kanan atau
litotomi
USG dan Biopsi Prostat
Teknik pencitraan prostat
 Setting kecerahan yang paling optimal adalah
menggunakan medium-gray image dengan PZ normal
 Metode color Doppler dapat menunjukkan
neovaskularisasi jaringan prostat
Determinasi volume
 Karena berat jenis jaringan prostat adalah 1,050 maka
volume prostat dalam cc sebanding dengan berat prostat
dalam gram
 Metode pengukuran volume yang paling sering digunakan
adalah pengukuran prostat 3 dimensi
 Cara yang paling akurat adalah dengan planimetri, karena
memungkinkan untuk berbagai variasi bentuk
USG dan Biopsi Prostat
Gambaran prostat pada ultrasonografi
 Keganasan terlihat sebagai area hipoekoik, namun
inflamasi, atrofi, hiperplasia bahkan prostat normal
dapat menunjukkan area yang hipoekoik
 Prostat yang telah diradiasi akan memberikan gambaran
hipoekoik difus dengan anatomi intraprostatnya sulit
ditentukan
 Prostat yang baru dilakukan brakiterapi akan meningkat
volumenya akibat edema post implantasi
 TRUS setelah radikal prostatektomi biasanya memberikan
gambaran yang normal
 71 % lesi stroma prostat menunjukkan gambaran hipoekoik
USG dan Biopsi Prostat
Teknik biopsi prostat
 Directed biopsy
 Hanya pada daerah yang mencurigakan pada TRUS
 Sextant biopsy
 Daerah apex, midgland, dan basis bilateral
 Anterior biopsy
 Diambil dekat garis tengah sedekat mungkin dengan uretra
dan stroma anterior fibromusukular
 Lateral biopsy
 Extended field biopsy
 Repeat biopsy
Uroflowmetri
Tujuan
 Terampil menjelaskan anatomi dan fisiologi saluran kemih
bagian bawah
 Terampil menjelaskan patofisiologi gangguan miksi
 Terampil menjelaskan indikasi pemeriksaan uroflowmetri
 Terampil melakukan pemeriksaan uroflowmetri
 Terampil menjelaskan interpretasi pemeriksaan uroflowmetri
 Terampil menjelaskan keterbatasan pemeriksaan uroflowmetri
Kompetensi
Mampu melakukan dan menginterpretasikan pemeriksaan
uroflowmetri
Uroflowmetri
Tujuan
 Terampil menjelaskan anatomi dan fisiologi saluran kemih
bagian bawah
 Terampil menjelaskan patofisiologi gangguan miksi
 Terampil menjelaskan indikasi pemeriksaan uroflowmetri
 Terampil melakukan pemeriksaan uroflowmetri
 Terampil menjelaskan interpretasi pemeriksaan uroflowmetri
 Terampil menjelaskan keterbatasan pemeriksaan uroflowmetri
Kompetensi
Mampu melakukan dan menginterpretasikan pemeriksaan
uroflowmetri
Uroflowmetri
 Uroflowmetri merupakan salah satu teknik
pemeriksaan urodinamik yang paling sederhana
 Umumnya flowmeter dikalibrasi terhadap air dengan
berat jenis 1. Oleh sebab itu variasi berat jenis secara
signifikan mempengaruhi flow rate
Uroflowmetri
Definisi
 Flow rate : volume cairan yang dikeluarkan uretra per
satuan waktu (ml/det)
 Maximum flow rate (Qmax) : nilai maksimum flow rate
 Voided volume (VV) : jumlah cairan total yang dikeluarkan
melalui uretra
 Flow time : waktu yang dibutuhkan flow rate
 Average flow rate (Qave) : voided volume dibagi flow time
 Time to maximum flow : waktu dari onset miksi sampai
dengan maksimum flow
Uroflowmetri
Alat uroflowmetri
 Weight transducer flowmeter
 Rotating disc flowmeter
 Perangkat lunak pada alat flowmeter tidak dapat
membedakan antara flow fisiologis dengan flow yang
diakibatkan oleh artifak
Uroflowmetri
 Pada dewasa muda nilai normal Qmax adalah antara
15-20 ml/det
 Keadaan abnormal adalah apabila Qmax < 10 ml/det
 Nilai normal ini dapat menurun 1-2 ml/det tiap 5
tahun
 Pada wanita nilai Qmax dapat lebih dari 30 ml/det
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai