PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekerasan dengan menggunakan senjata angin meningkat dalam dekade terakhir ini.
Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari 500.000 luka per
tahunnya yang merupakan luka akibat senjata angin. Menurut laporan dari Organisasi
Kesehatan Dunia pada tahun 2001, jumlah tersebut mewakili seperempat dari total perkiraan
2,3 juta kematian akibat kekerasan. Dari jumlah 500.000 tersebut, 42%-nya merupakan kasus
bunuh diri, 38% merupakan kasus pembunuhan, 26% merupakan perang dan konflik
persenjataan.1,2
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat pembunuhan baik di Negara
Negara maju dan berkembang dan pada banyak yurisdiksi, paling sering dipakai untuk bunuh
diri. Diperkirakan bahwa tiap tahun di Amerika Serikat terdapat ± 70.000 korban luka tembak
dengan 30.000 kematian.Pemeriksaan terhadap luka ini memerlukan latihan khusus dan
spesialis, baik oleh dokter gawat darurat terhadap korban luka tembak hidup atau ahli
patologi forensik pada korbanyang meninggal.1
Laporan dari negara lain seperti Inggris dan Wales pada tahun 2001 angka kejadian
luka tembak adalah 0,4/100 ribu (bunuh diri 65%, homicide 7%, kecelakan 28%), dan angka
kejadian di Kanada pada tahun 2002 adalah 2,6 per 100.000 (bunuh diri 80%, homicide 15%,
kecelakaan 5%).5
Sedangkan di Indonesia, menurut laporan hak asasi manusia triwulan ke dua tahun
1998 yang dikeluarkan oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Avokasi Masyarakat) pada triwulan
ke II tercatat ada 102 warga negara yang menjadi korban kekerasan akibat senjata api.4
Untuk menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, yang
mana luka tembak masuk dan mana luka tembak keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak
tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban
ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian.
Interpretasi yang benar mengenai luka tembak mengenai ahli patologi tidak hanya
memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksananaan hukum selama
investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.1,3,6
Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu kerja berat
bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Evaluasi
1
mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh seorang dokter
yang menangani kegawatdaruratan bagian luka tembak maupun para ahli patologi dan
forensik.1,6
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka tembak, atau dalam bahasa Inggris disebut gunshor wound, adalah luka yang
disebabkan karena adanya oenetrasi peluru kedalam tubuh yang diproyeksikan lewat sejanta
api, umumnya ditandai dengan luka masuk kecil dan dapat disertai dengan luka keluar yang
lebih besar. Luka ini biasanya disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah, tulang dan
jaringan sekitar.7,8
Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru memasuki suatu objek dan tidak
keluar lagi, sedangkan pada luka tembak keluar, anak peluru menembus objek secara
keseluruhan. Umumnya luka tembak ditandai dengan luka masuk yang kecil dan luka keluar
yang lebih besar. Luka ini biasanya juga disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah,
tulang, dan jaringan sekitar.
Luka tembak terjadi karena energi dari peluru saat menembus tubuh. Semakin besar
energi yang dihasilkan peluru, semakin parah luka yang dapat terjadi. Energi akan
meningkat seiring besar, berat dan kecepatan pelurunya. Secara umum, peluru berukuran
besar yang ditembakkan dari senapaan menyebabkan luka yang lebih besar dibandingkan
dengan peluru berukuran kecil yang ditembakkan dari pistol.9
2.2. Jenis Jenis Senapan Angin10
1. Senjata Angin Jenis Piston Pegas Metal / Per
Senjata Angin ini menggunakan energi mekanik dari pegas metal / per spiral untuk
menggerakkan piston yang berfungsi memampatkan udara pada saat di tembakkan.
walaupun telah lama popular di Eropa, senapan angin jenis ini baru beberapa dekade
menjadi senapan berburu dan pengendalian hama yang paling popular digunakan
diseluruh dunia.
4
Gambar 1.2 pegas metal sebagai sumber enegi
Karena menggunakan pegas yang keras maka untuk mengokang senapan ini dibutuhkan
tenaga yang besar juga. Biasanya tenaga sebanyak 33-38 pounds (14,97 - 17.24 kg)
dibutuhkan untuk mengokang senapan yang bisa meluncurkan peluru dengan velocity 1.000
ft/s (304,8 m/s). Walaupun kekuatan senapan angin ini tinggi namun hentakan yang
dihasilkan pun tinggi juga, sehingga sangat mempengaruhi akurasi penembakan. Selain itu
hentakan yang dihasilkan bukan hanya hentakan ke arah belakang saja seperti halnya senjata
api, tapi hentakan kebelakang diikuti hentakan kedepan karena ujung piston yang
menghantam ujung chamber pada saat pegas merentang penuh. Hal tersebut bisa merusakkan
(lensa lepas/pecah atau reticle yang berubah posisi) scope biasa yang tidak dirancang khusus
untuk senapan angin jenis ini. Namun seharusnya semua scope saat ini yang peruntukkan
untuk senapan angin sudah dirancang untuk tidak mengalami masalah tersebut.
Bentuk umum dari senjata angin jenis ini adalah break-barrel, yaitu senapan yang
dikokang dengan cara (seperti) mematahkan barrel/laras. Namun selain itu ada juga
yang menggunakan tuas samping (side-lever), tuas bawah (under-barrel-lever), motor
listrik, dll.
5
Gambar 1.4 Tuas samping / side lever
Senjata angin yang berkualitas bagus bisa bermanfaat untuk jangka waktu yang sangat lama,
mudah pemeliharaan dan perbaikan. Karena dapat memberikan energi yang sama pada setiap
tembakan, maka menghasilkan trajectory/edaran yang konstan. Sekitar tahun 70-an dan 80-an
sebagian besar senjata angin untuk pertandingan olimpiade menggunakan jenis ini, namun
kemudian mulai banyak digantikan oleh CO2 dan akhirnya oleh PCP.
Senjata angin jenis piston pegas gas merupakan hasil pengembangan lanjutan dari jenis pegas
6
terdahulu. Pada pengembangan ini pegas metal (baja) digantikan oleh pegas udara atau
nitrogen yang telah dimampatkan dan disimpan dalam sebuah ruang khusus yang
menyatu dengan dengan piston dan akan lebih mampat jika dalam keadaan terkokang.
Kelebihan:
Memiliki fasilitas lock yang tidak merusak mekanik senapan jika senapan dibiarkan
terkokang dalam waktu yang lama.
Mengurangi recoil/hentakan senapan pada saat ditembakkan, karena lebih sedikit
objek yang harus bergerak.
Tidak ada masalah 'kelelahan' pegas karena pemakaian jangka lama seperti yang
terjadi pada pegas metal.
Lebih sedikit "lock time" (waktu antara picu ditarik dan meluncurnya peluru), yang
berarti meningkatkan akurasi.
Berdasarkan hasil riset pegas gas akan lebih awet jika dibandingkan dengan pegas
metal.
Kekurangan:
Harga yang jauh lebih tinggi karena proses pembuatan memerlukan presisi tinggi
Memungkinkan timbulnya masalah kebocoran.
7
Senjata angin pneumatic adalah senjata angin yang menggunakan udara yang sudah
dimampatkan terlebih dahulu pada sebuah tabung, artinya pemampatan udara dilakukan
sebelum menarik picu.
Pada pneumatic multi-pump, udara pada tabung dikompresi dengan pompa tangan yang
terpasang permanen pada senapan. Udara yang sudah dimampatkan tadi digunakan hanya
untuk sekali tembak saja, sehingga setiap selesai menembak harus memompakan udara lagi
untuk tembakan berikutnya. Kita dapat mengatur energi yang dihasilkan dengan mengatur
jumlah memompa sesuai dengan kebutuhan, misal untuk menembak target kertas jarak 10
meter kita kita cukup pompa 1-2 kali, untuk jarak 20 meter bisa dengan 3-5 kali pompa.
Jumlah memompa tadi tentunya tergantung merk, tipe dan kondisi dari senapan. Senapan
angin multi-pump dengan kualitas tinggi dapat mencapai velocity 1000 feet per second (300
m/s) dan menghasilkan muzzle energymelebihi30foot-poundforce (41J).
Senjata angin jenis ini termasuk senjata angin dengan harga paling terjangkau, dan mungkin
senjata angin paling dikenal di Indonesia. Terutama dengan banyaknya merk lokal di pasaran.
contoh: Crosman 760 Pump master Variable Pump BB Repeater/Single Shot Pellet Rifle
Kelebihan:
Energi yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Harga lebih terjangkau.
Kekurangan:
Diperlukan beberapa kali pompa untuk satu tembakan.
Tuas Pompa
Pada senjata angin tipe ini yang biasa kita temui, tuas pompa berada didesain untuk
diayunkan ke arah bawah laras ketika dipompa. Namun adapula tuas yang didesain
untuk diayunkan ke arah samping laras, pada desain ini biasanya tuas dibuat ramping
biasa disebut "pompa samping".
8
Gambar 1.9 Senapan angin jenis pompa bawah
9
Gambar 2.1 Pump Assist
Kelebihan:
Harga lebih terjangkau.
Lebih sedikit waktu & tenaga yang diperlukan untuk tiap tembakan jika dibandingkan
dengan multipump dan per.
Kekurangan:
Energi yang dihasil tiap tembakan kurang konsisten jika dibandingkan dengan per.
11
beberapa kali penembakan maka udara dikompresikan pada tekanan yang tinggi, umumnya
antara 1000 - 3000 psi.
Untuk mengisikan udara bertekanan tinggi kedalam tabung senjata angin bisa
dilakukan dengan menggunakan :
1. Pompa tangan manual yang dibuat khusus untuk menghasilkan tekanan tinggi,
biasanya dibuat oleh produsen PCP sebagai pelengkap (contoh: Gehmann Pump),
namun ada juga pompa yang dibuat terintegrasi dengan senapan angin PCP (contoh:
senapan angin gejluk).
Gambar Senapan 2.5 Gejluk, dipompa dengan cara 'meng-gejluk-kan' senapan sambil
menginjak lengan tuas pompa (ujung depan senapan) .
12
3. Tabung cadangan, biasanya menggunakan tabung scuba kecil/sedang yang telah terisi
penuh atau masih memiliki tekanan lebih tinggi dari tekanan pada PCP. Transfer
dilakukan dengan mengalirkan udara melalui selang khusus yang sebaiknya memiliki
regulator dan gauge tekanan untuk menghindari pengisian yang berlebihan. Biasanya
para pemilik PCP memilih membawa serta tabung ini untuk dibawa ke lapangan atau
tempat latihan.
Kelebihan:
Kemampuan beberapa kali menembak dalam satu kali pengisian udara.
PCP adalah senjata angin yang mampu menghasilkan energi paling kuat
diantara jenis lainnya, sehingga banyak digunakan untuk proyektil kaliber
besar (.308, .32, .405, .45 bahkan .50) sementara jenis pegas dan multi pump
biasanya digunakan untuk kaliber .177, .20, .22 dan .25 dan jenis lainnya
sepengetahuan penulis hanya digunakan untuk kaliber .177 saja. Contoh
penggunaan bigbore (kaliber besar) PCP antara lain Barnes Pneumatic
Arms, Quackenbush Airguns, dan Sam Yang.
Kekurangan:
Pengisian sumber energi tidak semudah jenis lain, jika diisi secara manual akan
cukup menguras tenaga atau harus bolak balik ke tempat isi ulang yang belum
tentu terdapat di setiap kota sehingga jika ingin membeli PCP harus dipikirkan
juga strategi isi ulangnya.
13
Gambar 2.8 Tabung selam, alternatif refill PCP
Pelet Field Point digunakan untuk penetrasi yang dalam. Biasa digunakan untuk
perburuan kecil, pengendalian hama di kebun atau bahkan untuk mengatasi "manusia
nakal". Penetrasi yang dalam disebabkan karena pelet Field Point menghasilkan energi
kinetik yang tinggi.
2. Pelet Flat Nosed
14
Pelet Flat Nosed juga dikenal sebagai wadcutters. Biasa digunakan untuk penembakan
target dalam suatu kompetisi. Pelet ini "memotong" tajam, bersifat "clean holes" di kertas
target untuk membuat skor seakurat mungkin. Pengaruh hambatan udara pada pelet Flat
Nosed jarang terlihat untuk jarak dibawah 35 meter. Di luar 35 meter, efek hambatan
udara baru terasa.
Pelet Hollow Point memberikan efek shock energi kinetik yang tinggi seperti halnya pelet
Field Point. Biasa digunakan di lapangan dan penggunaan khusus seperti kompetisi siluet
senapan angin.
Pelet Round head, Domed atau Round Nose, semuanya digunakan untuk tujuan
menembak target dan biasa di lakukan di lapangan. Pelet jenis ini tersedia dalam berbagai
berat. Pelet Round Nose dengan berat menengah menawarkan perpaduan lintasan datar
yang seimbang dan Pelet Round Nose berat (bertenaga medium) untuk berburu. Untuk
pelet Round Head yang berat, digunakan untuk senapan angin yang kuat dalam perburuan
jarak dekat. Pelet yang lebih berat daya tembusnya biasanya baik dan tidak begitu
terpengaruh oleh angin.
15
5. Pelet BB
Pelet BB adalah pelet yang mungkin paling akrab dengan senapan angin. Merupakan
proyektil bulat yang terbuat dari timah atau baja.
16
efek dorongan udara agar peluru dapat terlontar secara maksimal, bentuk ujung peluru yang
lancip juga memudahkan peluru saat menerobos udara.
Pada senapan angin terdapat beberapa proses kerja diantaranya, proses kerja mekanik
yang terdapat pergerakan komponen-komponen senapan pada saat bekerja. Tekanan udara
dalam tabung udara menyebabkan terbentuknya energi potensial yang akan mendorong
peluru saat katupnya dibuka. Agar katup bisa terbuka secara sempurna dan keamanan
penembak terjamin, maka digunakan pelatuk yang prinsip kerjanya seperti dibahas diatas
mengacu pada pengungkit, dimana dengan sedikit tarikan dari tangan maka ujung pelatuk
lainnya akan membuka katup tabung udara. Dorongan udara tersebut akan mendorong peluru
secara maksimal melewati laras dan terlontar keluar.
Proses kerja berurutan pada senapan angin tersebut mulai dari pemasukan udara yang
melibatkan kerja mekanik dari tuas pompa yang menganut prinsip kerja pengungkit
kemudian gerakan pelatuk yang juga sama seperti tuas pompa. Dalam hal ini dapat kita dapat
melihat bahwa sistem kerja dari senapan angin tidak hanya berpaku pada rekayasa fluida
pneumatik namun juga kerja dari komponen yang bergerak secara mekanik.
Peluru yang telah terlontar keluar dari laras karena memiliki kecepatan serta
bermassa, karena peluru itu sendiri memiliki massa maka peluru tersebut juga memiliki
momentum. Peluru tersebut memiliki kecepatan awal (V0), kecepatan (Vt), massa (m), serta
jarak tempuh (s). Untuk mengukur jarak jangkauan peluru dari moncong senapan hingga
menyentuh tanah dapat diperhitungkan dengan mengukur kekuatan tekanan angin dan massa
peluru. Begitu pun sebaliknya kita dapat mengukur tekanan angin dari tabung senapan
dengan mengukur jarak jangkauan peluru saat ditembakkan. Semakin tinggi tekanan udara
dalam tabung maka peluru yang dilontarkan akan semakin jauh.
17
mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri
dari12 :
1. Lokasi
a. jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
pertengahan tubuh
b. lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. ukuran dan bentuk
b. lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. luka bakar
d. lipatan kulit, utuh atau tidak
e. tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. grains powder
a. deposit bubuk hitam, termasuk korona
b. tattoo
c. metal stippling
4. Perubahan
a. oleh tenaga medis
b. oleh bagian pemakaman
5. Track
a. penetrasi organ
b. arah
- depan ke belakang (belakang ke depan)
- kanan ke kiri(kiri ke kanan)
- atas ke bawah
c. kerusakan sekunder
- perdarahan
- daerah sekitar luka
d. kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. titik penyembuhan
b. tipe misil
c. tanda identifikasi
d. susunan
18
7. Luka keluar
a. lokasi
b. karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun
demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat
dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang
mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk
menerimanya. Di lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan
untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk
mengetahui siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui
gambaran luka.
1. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan
forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut
memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan;
untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri
alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan
ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat,
sedang, dan jauh.
2. Arah Tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan warna
pada kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka tembak berbentuk ellips,
panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. Senapan akan memproduksi
lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat. Petunjuk ini berguna untuk pembanding
dengan shotgun. Luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut olique akan
membentuk luka seperti anak tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan
gambaran luka karena adanya kontraksi otot. Petunjuk lain yang penting untuk
menginterpretasikan, yaitu :
1) Jika peluru mengenai lapisan keras tulang atau organ, dimana akan dialihkan arah
keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk.
2) Posisi tubuh korban secepatnya dinilai.
Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar dari
permukaan tubuh, bentuk dari luka akan simetrris dan lingkaran. Tembakan senjata api
19
dengan “Sallow Cone” akan melewati setiap bagian tubuh tapi pada bagian permukaan
tangensial tubuh. Posisi yang paling sering ditemukan kemungkinan pada samping dada,
dibawah axilla.Jika lengan dinaikkan tidak akan ikut terkena, sebaliknya akan terlihat luka
pada dinding dada, dan bagian sisi dalam lengan atas. Daerah lainnya adalah bagian samping
wajah, dimana jika terkena tembakan, bagian wajah tersebut akan terkoyak dan kemungkinan
telinga akan ikut terkoyak.
Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada pleura dan
paru dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena Hematothorak dengan atau tanpa luka
laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala terkena, menghancurkan tulang
tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan intracranial, meskipun peluru logam tidak
menembus kranium. Enapan juga dapat menyebabkan luka tangensial.12,14
Beberapa penampilan luka yang berbeda disebabkan oleh shotguns dan rifled
firearms. Perbedaan luka tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan peluru saat
ditembakkan. Perbedaan ini bervariasi dalam hal ukuran dengan diameter rata-rata 22
kaliber. Bentuk dan karakteristik luka juga sangat tergantung dari jarak tembak. Pada jarak
tembak yang dekat, tembakan berupa satu bentuk peluru silinder yang besar. Pada jarak
tembak sedang, bentuk lukanya tidak beraturan dan punya penampakan moth eaten. Dengan
adanya penambahan diameter, pecahan dari tembakan menjadi lebih besar dan terlihat defek
tembakan berupa satelit yang awalnya menutupi defek utama tetapi kemudian menyebar.
Pada tembakan jarak jauh, tidak terlihat defek yang besar dan tembakan membuat luka kecil
tunggal. Deposit tembakan dan klim tato terjadi akibat luka tembak pada jarak dekat dan
sedang.
Ada tiga jenis tembakan yakni Birdshot, buckshot, dan rifled slugs. Birdshot
digunakan untuk membunuh ungsa dan hewan yang sangat kecil. Tembakannya sangat kecil
dengan diameter 0.05 sampai 0.150 inci. Buckshot lebih besar dari Birdshot, dengan diameter
0,24 sampai 0,33 inci. Tipe foster dari Rifled slugs digunakan di AS. Luka akibat Rifled slugs
berupa defek soliter .
Karakteristik dari luka tembak tidak dapat dilihat kecuali pada Birdshot yang kontak
dengan lukanya dekat, buckshot yang lebih besar, dan rifled slugs. Karakteristik luka lain dari
luka tembak adalah wad mark. Wad mark dapat ditemukan pada luka tembak dengan
perbedaan berdasarkan jarak tembak.
Beberapa wad dibuat dari gabus atau partikel yang menyerupai gabus, yang akan
terbentuk pada tembakan dekat. Fragmen wad yang kecil akan menghantam kulit dan
menyebabkan luka yang kecil dan tidak beraturan.
20
Identifikasi Luka Tembak
1. Luka Tembak Masuk
Menembak seseorang dari belakang yang menjauhi anda, dibandingkan dengan
menembak seseorang pada dada, pada saat mempertahankan diri anda dari serangan yang
bersifat fatal, adalah penting untuk membedakan luka masuk dari luka keluar. Dalam hukum
kriminal, membedakan secara tepat, antara kedua hal tersebut, berarti dapat membedakan
antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama dan kemungkinan hukuman mati atau tindakan
mempertahankan diri dan tidak ada tuntutan. Untungnya, aplikasi dari beberapa konsep dasar
biasanya akan memperbolehkan diferensiasi akurasi dari luka masuk dan luka keluar.
Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi tepi yang
melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi tersebut berupa
goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika menekan masuk ke dalam
tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun eksentris. Ketika ujung peluru melakukan
penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang konsentris,
yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru
masuk secara tegak lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit
dengan membentuk sudut, maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu
bentuk cincin yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris
mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi,
semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit.
Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki sobekan pada
tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika peluru kehilangan putaran oleh
karena menembak di dalam laras senjata. Bahkan dalam perjalananya dengan terpilin, peluru
bergerak secara terhuyung ketika menabrak kulit sehingga sering memberikan gambaran
bentuk D pada luka. Luka masuk yang tidak khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak
berfungsi baik atau oleh karena amunisi yang rusak, tetapi lebih sering dihasilkan dari peluru
jenis Ricochets atau peluru yang mengenai benda lain terlebih dulu, seperti jendela yang
bergerak otomatis, sebelum mengena tubuh. Kecepatan peluru teredam setelah mengena
media perantara, hal ini yang menyebabkan terbentuknya abrasi tepi yang tidak khas pada
luka tembak masuk, ketika peluru mengena kulit. Jenis lain dari luka masuk yang tidak khas
terjadi ketika mulut senjata api mengalami kontak langsung dengan kulit di atas permukaan
tulang, seperti pada tulang tengkorak atau sternum. Ketika senjata ditembakkan, maka hal ini
akan menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata ke dalam luka di sekitar peluru.
21
Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan subkutan, dimana gas tersebut meluas
sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka tembak masuk menjadi meregang dan robek.
Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian tengah dengan memberikan defek berbentuk
stellata atau penampakan seperti bintang. Luka tembak masuk dapat dibedakan lagi, yaitu :
a. Luka tembak masuk jarak jauh. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh komponen anak
peluru.
b. Luka tembak masuk jarak dekat. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh komponen
anak peluru dan butir-butir mesin yang tidak habis terbakar.
c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit. Dibentuk oleh
komponen anak peluru, butir mesin, jelaga dan panas api.
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran yaitu
tubuh korban, maka pada tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan
didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar
dari laras senjata api tersebut .
2. Luka Tembak Keluar
Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak keluar. Ketika
senjata caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru biasanya tidak cukup untuk
menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala akan mudah untuk dilalui. Jarak juga
dapat mempengaruhi efek luka tembak keluar.14
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak
keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk. Bentuknya tidak
sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau
berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di prediksi. Latar belakang variasi
bentuknya adalah sebagai berikut:
a. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk
b. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga memberi
bentuk iregular saat keluar.
c. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan
melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket dapat
terpisah komplit atau sebagian.
d. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat fragmen tulang
tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.
e. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi apapun
akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan dengan bentuk anak
peluru yang menyebabkannya.
22
Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak teratur, tergantung
pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya bergerigi,laserasi yang tidak
teratur dengan sisi luar yang membuka dan kemungkinan fraktur komunitf. Luka tembak
pada dada dan perut selalu sulit keluar karena adanya hambatan yang cukup besar. Tidak
adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar.
Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular
atau mendekati mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi.
Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka tembak
keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila pada luka tembak
luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi
residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung
berada di bawah kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian, pada
posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat pinggang dari
celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama
juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien
tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang keras. Tidak semua anak peluru dapat keluar
dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya
peluru. Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti
skapula dan ileum atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam
tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua yang
paling menghalangi lewatnya anak peluru. Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak
biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit
untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.
Gambar 7. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah
23
kanan
Klasifikasi Luka Tembak
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka tembak
masuk dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan karakteristiknya masing-
masing, yaitu:
1. Luka Tembak Masuk
a. Luka tembak tempel (kontak)
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat tembakan
terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak peluru keluar dari
selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras. Gas tersebut sangat panas
dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada malam hari atau ruangan
yang gelap.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara gas
dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu; (2)
efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang dibawah
jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk
mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas
dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan
kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip
untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh
terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut
makin banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak
gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang
dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap
penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam7.
Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan tampak
bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke permukaan kulit sehingga
melekat erat, atau apakah tidak menempel pada kulit. Gambaran akan tampak beda jika
terdapat pakaian diantara moncong senjata dan kulit. Pada jaringan lunak, seperti ekstremitas,
abdomen, dan juga dada, luka akan tampak kecil dan sirkuler. Akan ada pembakaran dan
penghitaman pada dinding luka,. Jika antara moncong senjata denga kulit menempel kuat
akan ada sedikit bahkan tidak ada nyala api dan debu, kecuali kalau pakaian menutupinya.
Dalam luka, pada jaringan akan ada beberapa bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau
partikel-partikel amunisi. Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan dengan
24
peluru senjata api sehingga jelaga bisa tidak ditemukan.Biasanya hyperemia terdapat
disebelah luar cetakan diameter moncong senjata, dan karbon monoksida akan diserap oleh
Hemoglobin dan Mioglobin disekitar kulit luka dan pada bekas yang lebih dalam.
Kemungkinan akan ada luka memar yang kadang meluas meskipun bentuknya tidak simetris
dan jarang. Perluasan jaringan karena gas yang masuk memaksa kulit lebih keras melawan
ujung laras, dan jejak moncong senjata mungkin akan terbentuk. Jika luka tempel di atas
tulang terutama tulang tengkorak, terjadi fenomena yan sama dengan luka senjata api.
Tampak gambaran linier atau seperti bintang6.
Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan bunuh diri.
Cara yang biasa dilakukan:
1) Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik senjata.
2) Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak
miring.
Sasarannya, yaitu :
- Daerah temporal
- Dahi sampai occiput
- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang disebabkan
karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk kedalam dan akan
keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini menembakkan cetakan laras dan
robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata api dengan picu, maka picu akan
menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan
schot hand.
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat dicari
antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala dengan selaput
otak keras (tabula interna).2,5,9
25
Gambar 8 . luka tembak tempel
28
peluru menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang
berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut
terlempar karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai
kekuatan menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang
besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar
berlipat ganda dari pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk
beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang logam.
Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:
a. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk, maka biasanya
sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan dan beberapa
serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat
luka keluar menjadi lebih lebar.
b. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka hal ini
didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya tembus
waktu keluar dari kulit masih cukup besar.
Gambar 12. Tidak ditemukan kelim lecet pada luka tembak keluar
Adapun faktor–faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka tembak
masuk adalah:12
Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada dalam tubuh
dan membentur tulang.
Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena
terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end to
end), keadaan ini disebut “tumbling”.
Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut “yawing”.
Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka tembak
keluar menjadi lebih besar.
29
Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar, maka
fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan memperbesar
luka tembak keluarnya.
Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal ini
disebabkan:12
- Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang, sehingga
kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu diketahui bahwa
kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan berhubungan langsung dengan
ukuran peluru dan velocity.
- Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan keluar
yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan luka tembak masuk.
30
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
1. Ukurannya kecil, karena peluru Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
menembus kulit seperti bor dengan teratur dibandingkan luka tembak masuk,
kecepatan tinggi karena kecepatan peluru berkurang
sehingga menyebabkan robekan jaringan
2. Pinggiran luka melekuk kearah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena
karena peluru menembus kulit dari luar peluru melekuk keluar
3. Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi
4. Bisa tampak kelim lemak Tidak terdapat kelim lemak
5. Pakaian masuk ke dalam luka, dibawa Tidak ada
oleh peluru yang masuk
6. Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, Tidak ada
kelim tato, atau jelaga
7. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip kerucut
bagus bentuknya
8. Bisa tampak warna merah terang akibat Tidak ada
adanya zat karbon monoksida
9. Disekitar luka terdapat kelim ekimosis Tidak ada
10. Perdarahan hanya sedikit Perdarahan lebih banyak
11. Pemeriksaan radiologi atau analisa Tidak ada
aktivitas netron mengungkapkan adanya
lingkaran timah atau zat besi di sekitar luka
31
dalam bentuk luka.Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa
penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:
1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
Kecepatan
Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
Bentuk dan ukuran peluru
Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka
yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah
(low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian
tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila terkena
tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole),
maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam
fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut disebabkan karena adanya
penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle
bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim
lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke segala arah,
maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan terbentuk lubang
yang lebih besar dari diameter peluru
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang terjadi
akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang terbentuk
akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui dari
bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan
kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease
ring/ grease mark)
32
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka yang
terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas besar
seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula dengan gas yang
terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang
tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang luka
ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan dangkal,
disebut bullet slap atau bullet graze
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu dengan luka
tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound
2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling
a. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke dalam
kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-bintik hitam
dan bercampur dengan perdarahan
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam tersebut
tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less powder
terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan gravid
3) Akibat asap (smoke effect): jelaga
a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk asap atau
jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen 35%, CO
10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan methane
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit, sehingga
bila dihapus akan menghilang.
4) Akibat api (flame effect): luka bakar
a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang akan
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm, sedangkan
untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5 cm
5) Akibat partikel logam (metal effect): fouling
a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru
bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat
pergesekan tersebut
33
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka
dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.
6) Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras
a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel yang erat
(hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh, dimana
di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan moncong
senjata
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong senjatanya
dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan pada
soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak sebagian
sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh karena
tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir mesiu ada yang
keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga terdapat adanya kelim
jelaga dan kelim tato.
7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya cukup tebal,
maka dapat terjadi:
Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang luka tembak
Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit
oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik,
akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat. Untuk menghadapi penyulit
pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut: Luka tembak
dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by volume). Setelah 2-3 menit luka tersebut
dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi dan membersihkan darah. Dengan
pemberian hidrogen perokside tadi, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga
diskripsi dari luka dapat dilakukan dengan akurat. Selain secara makroskopik, yaitu dengan
karakteristik pada luka tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk
menentukan secara pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena
34
tidak selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun
pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi,
dan pemeriksaan radiologik.
1.Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu akibat trauma
mekanis dan termis12,20.
Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat12,20 :
a. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang mengalami
kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel,
b. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir
mesiu.
c. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal,
d. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilik staining)
e. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan),
dan adanyabutir-butir mesiu
f. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik
g. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam
kecoklatan
1) Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak
banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka
2) Pada luka tembak tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan
jaringan dibawah kulit.
3) Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada
permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit
2.Pemeriksaan Kimiawi
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat,
karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada “smokeles gun powder” dapat ditemukan nitrit dan
selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah,
barium, antimon, dan merkuri.Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari
peluru sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan
thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam
atau di sekitar luka. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada
tangan yang menggenggam senjata1.
3. Pemeriksaan dengan Sinar-X
35
Pemeriksaan foto rontgen pada luka tembak kurang bermanfaat. Ada beberapa alasan
penggunaan fotot rontgen yakni:
a. Untuk mengetahui lokasi peluru.
b. Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru. Meskipun luka tembaknya merupakan luka
tembak terbuka, peluru mungkin pecah dan berada dalam tubuh.
c. Untuk mengetahui saluran peluru.
d. Untuk mengetahui defek pada tulang.
e. Untuk mengetahui adanya emboli udara berkaitan dengan adanya bahaya pada
pembuluh darah yang besar akibat peluru.
f. Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya luka akibat
peluru.
g. Untuk menyingkirkan adanya peluru dalam tubuh.
Radiografi dapat juga digunakan pada pasien hidup untuk menentukan beberapa
karakteristik adanya peluru dalam tubuh. Terdapat masalah yang tidak diharapkan saat
radiografi digunakan sebagai pemeriksaan rutin untuk memeriksa luka tembak.
Foto rontgen dapat menyatakan ada peluru yang mungkin tidak berhubungan dengan
penembakan yang sedang diselidiki. Yang kedua, kaliber dari peluru tidak dapat ditentukan
dengan tepat dengan menggunakan foto rontgen. Adanya distorsi dengan menggunakan foto
rontgen besar dan tergantung jarak peluru dari film X ray. Sangat sulit memperkirakan kaliber
yang tepat dari peluru berdasarkan penampilan peluru di foto rontgen. Pemeriksaan radiografi
yang lain kadang-kadang digunakan pada pemeriksaan luka tembak. Ini terdiri dari soft X-
rays yang terkadang dinamakan grenz rays.
Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya untuk memudahkan
dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila ada partikel-partikel
yang tertinggal. Pada “tandem bullet injury” dapat ditemukan dua peluru walaupun luka
tembak masuknya hanya satu. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka
dapat dipastikan bahwa korban ditembak dengan senjata jenis “shoot gun” , yang tidak
beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet. Bila pada tubuh korban tampak
satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata jenis rifled.
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak
sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologi ini akan
dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru pada foto
rongent (Idris, 1997). Pramono (1996) menyatakan luka tembak masuk dilukis dalam
keadaan asli atau dibuat foto. Pada luka tembak jarak dekat dibuat percobaan parafin, yang
36
kegunaannya untuk menentukan sisa mesiu pada tangan penembak atau sisa-sisa mesiu
sekitar luka tembak untuk jarak dekat12.
4.Pemeriksaan baju pada korban luka tembak
Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek baju yang
dibuat oleh peluru. Beberapa cara pemeriksaannya13 :
a. Idealnya baju korban harus dilepaskan tanpa merusak baju tersebut.
b. Untuk mengidentifikasi korban, dapat dicari barang-barang yang ada di saku.
c. Baju harus dilepaskan dari korban, tapi jika hal ini dapat merusak maka dilakukan
manipulasi sehingga luka dapat dilihat.
d. Korban yang meninggal, sekarat, dan potensial untuk resusitasi
kardiopulmonologi dirawat oleh petugas medis. Berkaitan dengan hal ini, baju
koraban harus dipotong atau dirobek.
Pemeriksaan baju pada korban dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik yang berbeda.
Ini meliputi :
a. Dengan mata telanjang
b. Dengan menggunakan gelas
c. Dengan mikroskop binokular
d. Dengan fotografi inframerah
37
d. Kepadatan jaringan sasaran
Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak, yang gambaran nya tidak
hanya terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada sasaran, tetapi juga oleh produk
ikutan yang terjadi saat tembakan dilepaskan, yaitu partikel logam akibat geseran anak peluru
dengan laras, butir mesiu yang tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan
mesiu dan pada luka tembak yang terjadi akibat tembak tempel, kerusakan jaringan akibat
moncong laras yang juga menekan sasaran. Luka tembak masuk dapat dibedakan menjadi
luka tembak masuk jarak jauh, luka tembak masuk jarak dekat, luka tembak masuk jarak
sangat dekat dan luka tembak tempel.
Senapan angin yang mendorong anak peluru menggunakan udara atau gas CO2 bertekanan
tinggi dapat memberikan kecepatan anak peluru saat tinggal laras sebesar 194 m perdetik,
sehingga bila ini mengenai mata, dapat menembus atap orbita dan masuk ke dalam rongga
tengkorak.
2.7 Luka Akibat Tembakan Senjata Angin
Luka fatal akibat proyektil yang berasal dari senjata angina merupakan hal yang tidak
wajar karena penetrasinya sering kali minimal; lokasi yang biasa terkena adalah tungkai,
bokong, dan terkadang tubuh. Luka akibat senjata angina ini bervariasi mulai dari trauma
superficial pada kulit, jaringan subkutis dan otot, hingga luka yang yang lebih serius meliputi
wajah, leher dan mata.
Kematian dapat saja terjadi pada luka akibat senjata angina bila mengenai bayi dan
anak karena tulang tengkoraknya masih tipis.
Senjata bertenaga angin dapat berupa senjata tangan (pistol) atau senjata laras panjang
(senapan/ bedil). Pada senjata angina, tekanan yang tinggi dapat dihasilkan dengan
memompa, mekanisme kokang hingga penuh, atau dengan melepaskan udara yang
terkompresi dari silinder. Tekanan tersebut membuat proyektil keluar dari laras. Target pada
pistol angin biasanya 10 meter. Akurasi menurun jelas pada jarak lebih dari ini dan menjadi
tidak efektif pada jarak 50 meter. Luka yang terbentuk pada kulit ditandai dengan adanya
lubang sesuai diameter peluru. Dapat terlihat abrasi pada tepi lubang. Sedikit perubahan
warna pada batas dapat terlihat karena debu timah dan oli yang terakumulasi pada laras.
2.8 Medikolegal
Luka tembak bisa terjadi karena:
38
1. pembunuhan
2. bunuh diri
3. kecelakaan
Dalam membuat kesimpulan luka, sebaiknya dokter menentukan derajat keparahan luka yang
dialami korban atau disebut juga derajat kualifikasi luka. Penentuan luka berat harus
disesuaikan dengan ketentuan undang undang yaitu yang diatur dalam KUHP 90
KUHP Pasal 9021
Luka berat berarti:
1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh sama sekali
atau yang dapat menimbulkan bahaya maut.
2) Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian
3) Kehilangan salah satu pancaindera
4) Mendapat cacat berat
5) Menderita sakit lumpuh
6) Terganggu daya piker selama 4minggu atau lebih
7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
KUHP Pasal 35121
1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan
bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2) Jika perbuatan itu manjadikan luka berat yang bersalah diancam pidana penjara paling
lama lima tahun.
3) Jika mengakibatkan mati diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
39
KUHP 35321
2) Jika perbuatan itu menjadi luka berat, sitersalah dihukum selama-lamanya tujuh tahun
KUHP pasal 354
1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam karena penganiyaan
berat dengan pidana penjara paling lama 8 tahun
KUHP pasal 355
1) Penganiyaan berat yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu diancam
dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru
kedalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan luka
masuk kecil dan dapat disertaimdengan lika keluar yang lebih besar. Luka ini
biasanya juga disertai dengan kerusakan pembuluh darah, tulang dan jaringan
disekitarnya.
Terdapat berbagai jeni senjata yang dapat didasarkan pada berbagai macam
hal, antara lain berdasarkan tenaga pendorong yang terdiri dari senjata api dan senjata
angin. Berdasarkan cara penggunaannya senjata genggam, dapat juga didasarkan pada
40
bentuk permukaaan dalam laras yaitu senjata berlaras rata dan senjata beralur
melingkar.
Mekanisme terjadinya senjata, baik senjata angin atau senjata api pada prinsipnya
sama yaitu memanfaatkan tekana tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak
proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengna kecepatan tinggi. Tekanan tinggi
tersebut dapat berasal dari gas co2 atau pembakaran mesiu.
Gambaran luka tembak dapat berupa gambaran makroskopik dan
mikroskopik. Pada gambaran makroskopik dapat dijumpai adanya luka berbentuk
bintang maupun oval, dipinggir luka biasa terdapat adanya kelim pato maupun kelim
jelaga. Sedangkan pada gambaran mikroskopik dapat dilihat perubahan progresif
epitel akibat panas dan mekanik. Demikian pula kemungkinan didapatkannya butir-
butir mesiu dalam saluran luka dan pada permukaan epitel.
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap akan luka tembak, maka dapat
dilakukan pemeriksaan radiologis yaitu X-ray dan CT-scan. Umumnya X-ray lebih
sering dilakukan mengingat akan faktor biaya yang lebih terjangkau.
B. Saran
1. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter mampu mendeskripsikan luka tembak
sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.
2. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu
kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cook P, Lawrence B, Ludwig J, et al. The medical cost of gunshot injuries in the
United States. JAMA 1999;282:447-54
2. World Health Organization (WHO). Small arms and global health. Paper prepared for
SALW talks. Geneva: July 2001
3. Mahoney P.F., Ryan J., Brooks A.J., Scheab C.W. (2004) Ballistic Trauma – A
practical guide 2nd ed. Springer:Leonardo Cheshirs
4. Krisis Perlindungan hak asasi manusia di Indonesia. Laporan Hak Asasi Manusia
Triwulan kedua Tahun 1998. http:/www.elsam.or.id/pdf/paper/1998/Tri2_98.pdf(Juli
2014)
5. Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic Science and Medicine: Forensic Pathology of
Trauma. Totowa, New Jersey: Human Press Inc; 2007
6. Denton, J scott, Segovia, et al. Practical Pathology of Gunshot Wounds. Arch Pathol
Lab Med. 2006;130:1283-9
7. Gunshot Wound. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/gunshot-wound. (Juli
2014)
41
8. Gunshot Wound. http://www.mondofacto.com/facts/dictionary?gunshot+wound(Juli
2014)
9. Gunshot Wound. http://www.freemd.com/gunshots-wounds/ (Juli 2014)
10. Jenis Senapan Angin. http://katalogsenapanku.blogspot.com/p/blog-page.html (Juli
2014)
11. Jenis-jenis Peluru Senapan Angin. http://www.artileri.org/2012/05/jenis-jenis-peluru-
senapan-angin.html
12. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: BinarupaAksara,
1997;p.131-168.2.
13. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,Practice and
Resource. 2006.3.
14. Algozi Agus M. Luka Tembak [online]. [cited 2014Juli].
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf.
15. Prof. Dr. Amri Amir Sp.F(K).2011. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi 2. Ms: 40-103
16. Gunshot Wounds Mahoney Criminal Defense Group. diakses dari www.Gunshot
Wounds _ Mahoney Criminal Defense Group.com ( Juli 2014)
17. http//www.Interpretation of Gunshot Wounds Validated Science or Forensic Alchemy
The TruthAboutForensicScience.com diakses Juli 2014
18. Ashari irwan. Luka Tembak [online]. [cited 2014 Juli].http://www.irwanashari.com/luka-
tembak/
19. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. Gunshot wound [online]. [cited 2014 Juli].
http://www.freewebs.com/gunshot_wound/luka tembak padatulang.htm.
20. Anonim. Forensic Pathology [online]. (Juli 2014). .http://library.med.utah.edu/WebPath/
FORHTML/FOR039.html
21. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
http://www.tribunais.tl/files/Codigo_Penal_Indonesio_%28Bahasa_Indonesia%29.pdf
(Juli 2014)
42