Patofisiologi
Osteoporosis
Hilangnya Massa
Tulang Selama Transisi
Perimenopause
Pengukuran
Kepadatan Tulang
Patofisiologi Osteoporosis
Variasi-variasi pada gen yang mengkode
reseptor vitamin D lazim terjadi pada
perempuan pascamenopause yang mengalami
penurunan kepadatan tulang.
Kombinasi massa tulang yang rendah dan hilangnya massa tulang yang
cepat bersifat saling memperkuat risiko tinggi fraktur tulang.
1. Nyeri punggung
2. Penurunan tinggi badan dan mobilitas
3. Fraktur tulang belakang
4. Fraktur humerus, humerus bagian
atas, bagian distal lengan bawah, dan
tulang rusuk.
Lokasi paling umum ditemukan fraktur vertebral adalah ruas ke-12 tulang thoracic dan tiga
ruas pertama lumbar vertebrae.
Perubahan fisik juga memiliki dampak negatif terhadap citra diri dan harga diri.
2 Fraktur Colles
Terdapat 10 kali lipat peningkatan fraktur lengan
bawah distal pada perempuan kulit putih ketika
mereka beranjak dari usia 35- 65 tahun.
Berdasarkan penelitian
cross-sectional yang
besar dilaporkan bahwa
terdapat prevalensi
gejala depresi yang lebih
besar pada perempuan
yang mengalami fraktur.
Telah diketahui dengan baik bahwa fraktur yang dikarenakan osteoporosis disertai dengan
penurunan kondisi psikologis dan fisik.
Seiring terjadinya depresi, sulit untuk mengetahui mana yang muncul terlebih dahulu,
depresi atau fraktur yang mengakibatkan depresi.
Telah dilaporkan bahwa orang-orang yang depresi memiliki insiden jatuh yang lebih besar,
dan oleh karena itu maka tidaklah beralasan untuk memikirkan bahwa depresi merupakan
alasan utama pada beberapa orang.
Orang-orang yang depresi
cenderung kurang aktif
dan sulit makan, ini
merupakan faktor-faktor
yang dapat membantu
hilangnya massa tulang.
Di sisi lain, suatu studi kohort yang melibatkan perempuan-perempuan Amerika, meskipun
menemukan adanya hubungan antara depresi dan fraktur, ternyata gagal mendeteksi
peningkatan depresi terkait dengan hasil pengukuran kepadatan tulang yang lebih rendah.
Suatu penelitian
kohort prospektif yang
sempurna yang di
lakukan di Kanada
mengindikasikan
bahwa peningkatan
fraktur bersifat
persisten setelah
mengontrol faktor-
faktor tersebut
Ditemukan adanya efek langsung SSRIs
terhadap tulang
Mengganggu keseimbangan
dengan cara meningkatkan
resorpsi dan hilangnya massa
Penggunaan Dapat melemahkan tulang
SSRI formasi tulang
Menurunkan kepadatan tulang
Pengukuran Kepadatan Tulang
Terdapat 50-100% peningkatan risiko
fraktur untuk setiap penurunan standar
deviasi massa tulang (sekitar 0.1 g/cm
massa tulang).
Hasil pengukuran massa tulang yang lebih
rendah pada tulang panggul bahkan lebih
prediktif; satu deviasi standar berhubungan
dengan 3 X lipat peningkatan risiko fraktur.
Meskipun kepadatan tulang yang rendah
diyakini dapat memperkirakan risiko Korelasi yang baik antara risiko fraktur
fraktur, namun peningkatan kepadatan dan rendahnya kepadatan tulang
tulang karena respon terhadap terapi tidak telah menimbulkan pertanyaan
menunjukkan korelasi langsung dengan
reduksi fraktur.
Apakah korelasi tersebut
Oleh karena itu, nilai presentase perbedaan
yang dicapai oleh berbagai terapi memiliki
memiliki nilai untuk
arti klinis yang rendah. skrining osteoporosis ?
Karena kecepatan hilangnya massa tulang setelah menopause memiliki kontribusi
yang sama terhadap risiko fraktur seperti massa tulang total yang ada saat
menopause
Maka hasil pengukuran kepadatan tulang yang normal pada saat menopause
tidak berarti bahwa pasien tidak memiliki risiko fraktur di masa yang akan datang.
Dual-energy x-ray
absorptiometry (DEXA)
memberikan presisi yang baik
untuk semua lokasi fraktur
osteoporosis, dan dosis
radiasi yang digunakan untuk
sinar-x dada standar lebih
sedikit.
Score Z Standar deviasi di antara pasien dan rata-rata massa tulang untuk jenis kelamin,
usia, dan berat badan yang sama. Skor AZ yang lebih rendah dari -2.0 (2.5% dari populasi
normal pada usia yang sama) memerlukan evaluasi diagnostik untuk penyebab-penyebab
selain hilangnya massa tulang karena pascamenopause.
4. Nyeri punggung merupakan gejala klinis utama dari fraktur tulang belakang.
Nyeri yang disertai dengan fraktur bersifat akut, dan kemudian akan berkurang
selama lebih dari 2-3 bulan, namun masih bertahan sebagai nyeri punggung
ringan kronis karena peningkatan lordosis lumbar. Nyeri akan reda dalam
jangka waktu 6 bulan kecuali terdapat multipel fraktur yang menimbulkan rasa
nyeri yang konstan
Resume
5. Evaluasi osteoporosis secara menyeluruh merupakan salah satu
komponen penting perawatan untuk pasien yang menunjukkan
gejala fraktur. Semua fraktur osteoporotic berhubungan dengan
peningkatan risiko mortalitas yang persisten selama 5-10 tahun
setelah fraktur