Anda di halaman 1dari 45

FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

CASE REPORT

“HEMORRHAGIC DISEASE OF THE NEWBORN PADA BAYI LAKI-


LAKI USIA 3 HARI”

Disusun Oleh:

Faisal Afghaniy, S. Ked

J510170027

Pembimbing:

Dr. Eko Jaenudin Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD DR HARJONO S PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

CASE REPORT

“HEMORRHAGIC DISEASE OF THE NEWBORN PADA BAYI LAKI-


LAKI USIA 3 HARI”

Disusun oleh:

Faisal Afghaniy, S. Ked

J510170027

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas


Kedokteran Unoversitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari tanggal Oktober 2018

Pembimbing:

Dr. Eko Janudin Sp. A


(…………………………….)

Dipresentasikan dihadapan

Dr. Eko Jaenudin Sp. A


(…………………………….)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Nama : By. Ny. S Ruang : HCU


ANAMNESIS Umur : 3 hari Perinatologi
Berat Badan : 3100 gr

Nama Lengkap : By. Ny. S Jenis Kelamin : Laki-laki


Tempat, Tanggal
: Ponorogo, 5 Oktober 2018 Umur : 3 hari
Lahir
Nama Ayah : Tn. B Pendidikan Ayah : SMA
Pekerjaan Ayah : Petani Umur : 34 tahun
Nama Ibu : Ny. S Pendidikan Ibu : SMP
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga Umur : 31 tahun
Alamat : Sukorejo, Ponorogo Diagnosis Masuk : HEMORRHAGIC
DISEASE OF THE
Masuk RS tanggal : 4 Oktober 2018 NEWBORN

Ko. Asisten : Faisal Afghaniy,


Dokter yang Merawat : dr. Eko Jaenudin, Sp. A
S.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Tanggal, 7 Oktober 2018


KELUHAN UTAMA : Muntah darah
KELUHAN TAMBAHAN : lemah, pasif
1. Riwayat Penyakit Sekarang
- Hari MRS
Pasien lahir pada tanggal 5 Oktober 2018 di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo pukul 17.10 WIB. Pasien lahir dengan SCTP pada usia
kehamilan 39-40 minggu. APGAR skor pasien saat lahir 6-8, ketuban
jernih tidak bercampur mekonium. Saat lahir langsung menangis,
gerakan aktif, sianosis (-), ikterik (-), hipotermi (+), anus (+). Berat
badan pasien 3100 gram dengan panjang 51 cm.
- Hari saat pemeriksaan : pasien menangis kurang kuat, gerakan kurang
aktif, anemis (+), sianosis (-), ikterik (-), NGT berwarna merah
kecokelatan, sesak (-), BAB dan BAK normal.

Kesan:
• Pasien mulai tampak lemah, menangis kurang kuat, gerakan kurang
aktif, maupun anemis pada hari ke-2.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat trauma saat lahir : disangkal
- Riwayat lahir : lahir dengan cara SCTP
- Riwayat aspirasi ketuban saat lahir : disangkal
- Riwayat infeksi saat lahir : disangkal
- Riwayat perdarahan : disangkal
- Riwayat hipotermi : (+)

Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit yang berhubungan maupun


tidak berhubungan dengan penyakit pasien saat ini.

3. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat gangguan pembekuan darah : disangkal
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Kesan : Tidak didapatkan riwayat penyakit dalam keluarga yang dapat


menular dan berhubungan dengan keluhan pasien sekarang ini.

POHON KELUARGA

34 th 31 th

9 th 2 hr

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

Kesan: tidak ada penyakit keluarga yang diturunkan dan riwayat


keluarga yang ditularkan yang berhubungan dengan penyakit sekarang
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

RIWAYAT PRIBADI

1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


a. Riwayat Kehamilan Ibu Pasien
Ibu G2P1A0 hamil saat usia 31 tahun. Ibu mulai memeriksakan
kehamilan ketika usia kehamilan 1 bulan kemudian kontrol rutin ke
dokter spesialis obsgyn untuk USG. Hasil USG menyatakan bahwa
posisi janin adalah presentasi kepala. Saat kontrol, ibu mendapatkan
vitamin B12, dan obat penambah darah yang selalu dihabiskan. Selama
hamil ibu merasakan mual dan muntah pada awal usia kehamilan. Ibu
tidak memiliki riwayat trauma, perdarahan maupun infeksi saat
kehamilan, Tekanan darah ibu selama kontrol sekitar 190/90 mmHg.
Kenaikan berat badan selama kehamilan dinyatakan normal.
Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.

b. Riwayat Persalianan Ibu Pasien


Ibu merasa kencang-kencang sejak tanggal 4 Oktober 2018. Ibu
melahirkan anaknya di RSUD Ponorogo ditolong oleh dokter Spesialis
Kandungan, persalinan dilakukan secara Sectio Caesaria. Umur
kehamilan 39 - 40 minggu, bayi lahir dengan berat badan 3,100 gram
dengan panjang badan 51 cm. Bayi lahir langsung menangis spontan dan
tidak ditemukan adanya kecacatan saat lahir.

c. Riwayat Pasca Lahir Pasien


Setelah lahir bayi langsung menangis spontan dan gerak aktif, warna
kulit merah, tidak biru, bayi mendapat ASI pada hari pertama, BAK dan
BAB kurang dari 24 jam.
Kesan: Riwayat ANC, persalinan dan PNC baik

2. Riwayat Makan
- Hari ke 1-3 : minum asi melalui botol bayi (dot)
Kesan: ASI ekslusif sesuai dengan usianya.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

3. Perkembangan dan kepandaian :


Motorik kasar : belum dapat dinilai
Motorik halus : belum dapat dinilai
Personal sosial : belum dapat dinilai
Bahasa : belum dapat dinilai
Kesan : perkembangan dan kepandaian belum dapat dinilai.
4. Riwayat Vaksinasi
Jenis Usia
Hepatitis B Belum
BCG Belum
DPT Belum
Polio Belum
HiB Belum

Kesan: Belum mendapat imunisasi dasar lengkap.

3. Sosial Ekonomi dan Lingkungan


a. Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai kuli bangunan, dan ibunya sebagai ibu
rumah tangga. Total penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari dirasakan
cukup.
b. Lingkungan
Pasien tinggal di rumah bersama Ayah, Ibu, dan kakak laki-lakinya.
Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Atap
rumah terbuat dari genteng dengan dinding semen, dan lantai rumah
terbuat dari keramik biasa. WC dan kamar mandi menjadi satu, gabung
dengan rumah, tempat penampungan berupa bak. Udara dan penerangan
cukup, dan dirumah terdapat 2 pintu. Ayah ataupun tetangga sekitar
tidak ada yang memelihara unggas, dan kandang hewan dekat rumah.
Tidak terdapat pabrik disekitar rumah.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Kesan:Keadaan sosial ekonomi menengah kebawah, dan lingkungan


cukup baik.

4. Anamnesis Sistemik
- Serebrospinal : Nyeri kepala (-),demam (-), kejang (-), penurunan
kesadaran (-)
- Kardiopulmoner : Kulit kebiruan (-), kuku-kuku jari berwarna biru (-)
- Respiratorius : Batuk (-), berdahak, pilek (-), sesak (-), retraksi (-)
- Gastrointestinal : Nyeri perut (-), mual (-), muntah merah pekat (+),
kembung (-), BAB (+) normal, diare (-), kontipasi (-)
- Urogenital : BAK (+) normal, warna jernih kekuningan
- Integumentum : Pucat (+), bintik merah (-), kuning (-)
- Muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri saat bergerak (-), lemas (-),
nyeri sendi (-), eutrofi
Kesan: Didapatkan gangguan pada sistem gastrointestinal.

5. Tanda Vital
- Keadaan umum : Tampak sakit
- Kesadaran : Compos mentis
- Suhu badan : 36,6o C
- Nadi : 148x/menit,
- Pernapasan : 34x/menit
- SPO2 : 98%

6. Status Gizi
a. Perhitungan
- Panjang Badan : 51 Cm
- Berat Badan : 3,1 Kg
- Lingkar kepala : 29 cm
- Lingkar lengan atas : 7 cm
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

- Panjang badan : 51 cm
- Lingkar dada : 30 cm
KESIMPULAN : BBLN

PEMERIKSAAN FISIK

- Kulit : Warna pucat (+), ikterik (-), sianosis (-).


- Kepala : Normochepal, rambut warna hitam, lurus, ubun-
ubun cekung (-)
- Mata : CA (+/+), si (-/-), perdarahan sub konjungtiva (-/-)
- Hidung : Sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-), septum
deviasi (-/-)
- Mulut : Sianosis (-)
- Kelenjar limfe : Tidak didapatkan pembesaran limfonodi
- Otot : Tidak didapatkan kelemahan, atrofi, maupun nyeri
otot
- Tulang : Tidak didapatkan deformitas tulang
- Sendi : Gerakan bebas
Kesan: Kulit , kelenjar limfe, otot, tulang, sendi dalam batas normal.

PEMERIKSAAN KHUSUS
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran limfonodi leher, tidak teraba massa
abnormal
Thoraks : Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Jantung :
 Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
 Palpasi : Tidak kuat angkat
 Auskultasi : Suara jantung I-II interval reguler, bising
jantung (-).

Kesan: Pemeriksaan leher dan jantung dalam batas normal.


FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Pulmonal

Kanan DEPAN Kiri


Simetris (+), retraksi (-) Inspeksi Simetris (+), retraksi (-)
Ketinggalan gerak (-), Palpasi Ketinggalan gerak (-),
fremitus kanan kiri sama fremitus kanan kiri sama
(+) (+)
SDV (+) normal , Rh (-), Auskultasi SDV (+) normal, Rh (-),
wheezing (-) wheezing (-)

Kanan BELAKANG Kiri


Simetris (+) Inspeksi Simetris (+)
Ketinggalan gerak (-), Palpasi Ketinggalan gerak (-),
fremitus kanan kiri sama fremitus kanan kiri sama
(+) (+)
SDV (+) normal, Rh (-), Auskultasi SDV (+) normal, Rh (-),
wheezing (-) wheezing (-)

Kesan : Pemeriksaan fisik paru didapatkan normal.

Abdomen : - Inspeksi : Distensi (-), sikatrik (-), purpura (-)


- Auskultasi : Peristaltik (+) normal
- Palpasi : Supel, massa abnormal (-), nyeri tekan (-), turgor
kulit menurun (-), undulasi (-), nyeri tekan (-)
Hati : Hepatomegali (-)
Limpa : Splenomegali (-)
Anogenital : Warna kulit coklat, rambut mons pubis (-), tanda-tanda radang (-),
penis dan skrotum dalam batas normal.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Kesan : Pemeriksaan abdomen, hati, limpa, dan anogenital dalam batas


normal, tidak didapatkan hepatomegali dan ascites (-) serta tanda dehidrasi
(-).

Ekstremitas Dan Status Neurologis


Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral dingin (-/-), petekie (-/-), a. dorsalis pedis teraba
kuat, dan CRT < 2 detik.

LENGAN TUNGKAI
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Lemah Lemah Lemah Lemah
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Clonus Negatif Negatif Negatif Negatif

Reflek primitif : Hisap (+), rooting (+), moro (+), menggenggam (+)

Kesan : status neurologis dalam batas normal.

Kepala : Normochephal, rambut hitam, caput succedanum (-), cephal


hematom (-), ubun-ubun cekung (-), sutura melebar (-)
Mata : CA (+/+), SI (-/-), edema palpebra (-/-), sekret (-/-), kekeruhan
kornea (-/-), perdarahan konjungtiva (-/-)
Hidung : Sekret (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-/-)
Telinga : Serumen (-), hiperemis (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor

Kesan: Pada pemeriksaan kepala, mata, hidung, telinga, mulut dalam batas
normal.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap dengan Diff Count

Tanggal 5 Oktober 2018


Nilai Normal
Lekosit 13600 5000 – 10000 103/ uL
Eritrosit 5.15 3.80 – 6.10 106/ uL
Hemoglobin 19.4 10.0 – 17.0 g/dL
Hematokrit 61.1 29 – 54 %
Index eritrosit
MCV 118.6 98.0 – 122.0 fl
MCH 37.7 33.0 – 41.0 pg
MCHC 31.8 31.0 – 35.0 g/dL
Trombosit 251 229 – 553 103/uL
RDW – CV 17.0 11.5 – 14 .5 %
PDW 15.9 Fl
MPV 9.8 Fl
P-LCR 34.7 %
PCT 2.5 %

Kesan : Pemeriksaan laboratorium darah rutin adanya peningkatan leukosit


dan RDW-CV.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Tanggal 12 Oktober 2018

Nilai Normal
Lekosit 18500 5000 – 10000 103/ uL
Eritrosit 3.04 3.80 – 6.10 106/ uL
Hemoglobin 10.1 10.0 – 17.0 g/dL
Hematokrit 30.8 29 – 54 %
Index eritrosit
MCV 101.2 98.0 – 122.0 fl
MCH 33.2 33.0 – 41.0 pg
MCHC 32.8 31.0 – 35.0 g/dL
Trombosit 251 229 – 553 103/uL
RDW – CV 19.5 11.5 – 14 .5 %
PDW 15.8 Fl
MPV 9.8 Fl
P-LCR 33.6 %
PCT 2.6 %
Kesan : Pemeriksaan laboratorium darah rutin adanya peningkatan leukosit,
eritrosit dan RDW-CV.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Tanggal 13 Oktober 2018

Nilai Normal
Lekosit 14400 5000 – 10000 103/ uL
Eritrosit 3.98 3.80 – 6.10 106/ uL
Hemoglobin 12.2 10.0 – 17.0 g/dL
Hematokrit 37.9 29 – 54 %
Index eritrosit
MCV 95.3 98.0 – 122.0 fl
MCH 30.7 33.0 – 41.0 pg
MCHC 32.2 31.0 – 35.0 g/dL
Trombosit 371 229 – 553 103/uL
RDW – CV 17.3 11.5 – 14 .5 %
PDW 15.7 Fl
MPV 8.8 Fl
P-LCR 25.8 %
PCT 3.3 %

Kesan : Pemeriksaan laboratorium darah rutin adanya peningkatan leukosit


dan RDW-CV serta penurunan MCV, MCH, RDW-CV.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Tanggal 14 Oktober 2018


Nilai Normal
Lekosit 16800 5000 – 10000 103/ uL
Eritrosit 4.60 3.80 – 6.10 106/ uL
Hemoglobin 14.0 10.0 – 17.0 g/dL
Hematokrit 42.9 29 – 54 %
Index eritrosit
MCV 93.2 98.0 – 122.0 fl
MCH 30.4 33.0 – 41.0 pg
MCHC 32.7 31.0 – 35.0 g/dL
Trombosit 234 229 – 553 103/uL
RDW – CV 17.1 11.5 – 14 .5 %
PDW 15.9 Fl
MPV 8.9 Fl
P-LCR 28.2 %
PCT 2.1 %

Kesan : Pemeriksaan laboratorium darah rutin adanya peningkatan leukosit


dan RDW-CV serta penurunan MCV, MCH, RDW-CV.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

RINGKASAN
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN LAB
1. UK 39-40 minggu - Keadaan umum : 5/10/18
2. Pasien lahir dengan SCTP Tampak sakit Hb 19.4 H
3. APGAR skor pasien saat lahir 6-8 - Kesadaran : Compos Ht 61.1 H
4. Saat lahir langsung menangis, mentis RDW-CV 17.0 H
gerakan aktif, sianosis (-), ikterik (-), - Suhu badan : 36,6o C RDW-SD 78.2 H
hipotermi (+), anus (+). - Nadi : 148x/menit, Lymph# 5.1 H
5. Berat badan pasien 3100 gram - Pernapasan : 34x/menit Mid# 1.7 H
dengan panjang 51 cm. - SPO2 : 98% Mid% 12.8 H
6. Hari saat pemeriksaan : pasien - Panjang Badan : 51 Cm
menangis kurang kuat, gerakan - Berat Badan : 3,1 Kg 12/10/18
kurang aktif, anemis (+), NGT - Lingkar kepala : 29 cm Er 3.04 L
berwarna merah kecokelatan, BAB - Lingkar lengan atas : 7 RDW-CV 19.5 H
dan BAK normal. cm RDW-SD 61.5 H
7. Pasien mulai tampak lemah, - Panjang badan : 51 cm Lymph# 6.0 H
menangis kurang kuat, gerakan - Lingkar dada : 30 cm Mid# 3.4 H
kurang aktif, maupun anemis pada Gran# 9.1 H
hari ke-2. Mid% 18.3 H
Gran% 49.2 L

13/10/18
Leko 14400 H
MCV 95.3 L
MCH 30.7 L
RDW-CV 17.3 H
RDW-SD 59.3 H
PCT 3.3 H
P-LCC 96 H
Lymph# 5.3 H
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Gran# 2.3 H
Mid% 15.9 H
Gran% 47.1 L

14/10/18
Leko 16800 H
MCV 93.2 L
MCH 30.4 L
RDW-CV 17.1 H
RDW-SD 57.5 H
Gran# 13.3 H
Lymph% 13.5 L
Gran% 79.3 H

DAFTAR MASALAH

a. Aktif
 Hari saat pemeriksaan : pasien menangis kurang kuat, gerakan
kurang aktif, anemis (+), NGT berwarna merah kecokelatan, BAB
dan BAK normal.
 Keadaan umum : Tampak sakit
 Perdarahan saluran pencernaan

b. Inaktif
 Masalah sosial ekonomi
b. Kemungkinan Penyebab
• Hemorrhagic disease of the newborn
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

RENCANA PENGELOLAAN

a. Rencana Tindakan
- Nilai dan perbaiki airway, breathing, circulation
- Observasi tanda-tanda vital seperti suhu,pernafasan, nadi /6 jam
- Monitoring kondisi umum
- Infus D10% 8 tpm
- Pasang NGT
- Pasang 02 1 l/jam
b. Rencana penegakan diagnosis
Pemeriksaan laboratorium cek darah rutin dengan diff count
Pemeriksaan rontgen thorax
c. Rencana Terapi
 O2 1 lpm
 Inf. D10% 8 tpm
 Inj. Amoxicillin 2 x 150 mg
 Inj. Neo K 1 x 1
d. Rencana Evaluasi
 Keadaan umum
 Tanda vital
 Darah lengkap
e. Rencana Edukasi
 Menjelaskan tentang penyakit pasien pada orangtua
 Jika anak demam diberikan obat penurun panas dan di kompres air
hangat
 Memberi motivasi mengenai perjalanan penyakit pada keluarga
 Menjelaskan tentang personal hygine dan lingkungan yang baik
 Menjaga kebersihan lingkungan dan makanan
 Menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas maupun
kuantitas.
 Memotivasi untuk kontrol pasca perawatan di RS.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

FOLLOW UP

SOA PLANNING
TANGGAL
05-10-2018 S/ P/
Menangis (+), aktif (+),  O2 1 lpm
pucat (-), sianosis (-), ikterik  Inf.
(-), sesak (-), retraksi (-),  Inj. Amoxicillin 2 x 150
BAK (+) Normal, BAB (+) mg
Normal.  Inj. Neo K 1 x 1

O/
Vital sign:
T : 36,6°C, HR: 148x/menit,
RR: 34x/menit
SpO2 : 98%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB
cekung (-), mata cekung (-),
napas cuping hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+,
Rbh -/-, Wh -/-, retraksi
dinding dada (+), Cor : BJ
I/II reguler, bising (-)
Abdomen: peristaltic (+)
Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-),

A/
N. HDN
N. SCTP
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

N. Aterm
N. BBLN

SOA PLANNING
TANGGAL
06-10-2018 S/ P/
Menangis (+), gerak lemah  O2 1 lpm
(+), pucat (-), sianosis (-),  Inf.
ikterik (-), NGT merah  Inj. Amoxicillin 2 x 150
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

kecokelatan, sesak (-), retraksi  Inj. Neo K 1 x 1


(-), BAK (+) Normal, BAB (+)
Normal.

O/
Vital sign:
T : 36,3°C, HR: 130x/menit,
RR: 47x/menit
SpO2 : 91%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB cekung
(-), mata cekung (-), napas
cuping hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh -
/-, Wh -/-, retraksi dinding
dada (+), Cor : BJ I/II reguler,
bising (-)
Abdomen: peristaltic (+)
Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-),

A/
N. HDN
N. SCTP
N. Aterm
N. BBLN

SOA PLANNING
TANGGAL
07-10-2018 S/
P/
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Menangis (+), gerak lemah  O2 1 lpm


(+), pucat (+), sianosis (-),  Inf.
ikterik (-), NGT keruh, sesak (-  Inj. Amoxicillin 2 x
), retraksi (-), BAK (+) 150
Normal, BAB (+) Normal.  Inj. Kalnex 3 x 50
 Inj. Neo K 1 x 1
O/
Vital sign:
T : 36,9°C, HR: 157x/menit,
RR: 42x/menit
SpO2 : 88%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB cekung
(-), mata cekung (-), napas
cuping hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh -
/-, Wh -/-, retraksi dinding
dada (+), Cor : BJ I/II reguler,
bising (-)
Abdomen: peristaltic (+)
Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-),

A/
N. HDN
N. SCTP
N. Aterm
N. BBLN
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

SOA PLANNING
TANGGAL
08-10-2018 S/ P/
Menangis (+), gerak lemah (+),  O2 1 lpm
pucat (+), sianosis (-), ikterik (-  Inf.
), NGT keruh, sesak (-), retraksi  Inj. Amoxicillin 2 x 150
(-), BAK (+) Normal, BAB (+)  Inj. Kalnex 3 x 50
Normal.  Inj. Neo K 1 x 1

O/
Vital sign:
T : 36,9°C, HR: 157x/menit,
RR: 42x/menit
SpO2 : 88%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB cekung (-
), mata cekung (-), napas cuping
hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh -
/-, Wh -/-, retraksi dinding dada
(+), Cor : BJ I/II reguler, bising
(-)
Abdomen: peristaltic (+)
Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-),

A/
N. HDN
N. SCTP
N. Aterm
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

N. BBLN
SOA PLANNING
TANGGAL
09-10-2018 S/ P/
Menangis (+), gerak lemah (+),  O2 1 lpm
pucat (+), sianosis (-), ikterik (-  Inf.
), NGT keruh, sesak (-), retraksi  Inj. Amoxicillin 2 x 150
(-), BAK (+) Normal, BAB (+)  Inj. Kalnex 3 x 50
Normal.  Inj. Neo K 1 x 1

O/
Vital sign:
T : 37,1°C, HR: 146x/menit,
RR: 55x/menit
SpO2 : 98%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB cekung (-
), mata cekung (-), napas cuping
hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh -
/-, Wh -/-, retraksi dinding dada
(+), Cor : BJ I/II reguler, bising
(-)
Abdomen: peristaltic (+)
Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-),

A/
N. HDN
N. SCTP
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

N. Aterm
N. BBLN
SOA PLANNING
TANGGAL
10-10-2018 S/ P/
Menangis (+), gerak lemah (+),  O2 1 lpm
pucat (+), sianosis (-), ikterik (-  Inf.
), NGT keruh, sesak (-), retraksi  Inj. Bactesyn 3 x 100
(-), BAK (+) Normal, BAB (+)  Inj. Kalnex 3 x 50
Normal.  Inj. Neo K 1 x 1
 Inj. Aminos 3 x 7.5 cc
O/
Vital sign:
T : 36,6°C, HR: 162x/menit,
RR: 58x/menit
SpO2 : 98%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB cekung (-
), mata cekung (-), napas cuping
hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh -/-
, Wh -/-, retraksi dinding dada
(+), Cor : BJ I/II reguler, bising
(-)
Abdomen: peristaltic (+)
Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-),

A/
N. HDN
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

N. SCTP
N. Aterm
N. BBLN

SOA PLANNING
TANGGAL
11-10-2018 S/ P/
Menangis (+), gerak lemah (+),  O2 1 lpm
pucat (+), sianosis (-), ikterik (-  Inf.
), NGT keruh, sesak (-), retraksi  Inj. Bactesyn 3 x 100
(-), BAK (+) Normal, BAB (+)  Inj. Kalnex 3 x 50
Normal.  Inj. Neo K 1 x 1
 Inj. Aminos 3 x 7.5 cc
O/
Vital sign:
T : 37,3°C, HR: 157x/menit,
RR: 52x/menit
SpO2 : 96%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB cekung (-
), mata cekung (-), napas cuping
hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh -/-
, Wh -/-, retraksi dinding dada
(+), Cor : BJ I/II reguler, bising
(-)
Abdomen: peristaltic (+)
Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-),

A/
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

N. HDN
N. SCTP
N. Aterm
N. BBLN

SOA PLANNING
TANGGAL
12-10-2018 S/ P/
Menangis (+), gerak lemah (+),  O2 1 lpm
pucat (+), sianosis (-), ikterik (-  Inf.
), NGT keruh, sesak (-), retraksi  Inj. Bactesyn 3 x 100
(-), BAK (+) Normal, BAB (+)  Inj. Kalnex 3 x 50
Normal.  Inj. Neo K 1 x 1
 Inj. Aminos 3 x 7.5 cc
O/
Vital sign:
T : 36,1°C, HR: 150x/menit,
RR: 52x/menit
SpO2 : 98%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB cekung (-
), mata cekung (-), napas cuping
hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh -/-
, Wh -/-, retraksi dinding dada
(+), Cor : BJ I/II reguler, bising
(-)
Abdomen: peristaltic (+)
Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-),
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

A/
N. HDN
N. N. SCTP
N. Aterm
N. BBLN

SOA PLANNING
TANGGAL
13-10-2018 S/ P/
Menangis (+), gerak lemah (+),  O2 1 lpm
pucat (+), sianosis (-), ikterik (-  Inf.
), NGT keruh, sesak (-), retraksi  Inj. Bactesyn 3 x 100
(-), BAK (+) Normal, BAB (+)  Inj. Kalnex 3 x 50
Normal.  Inj. Neo K 1 x 1
 Inj. Aminos 3 x 7.5 cc
O/
Vital sign:
T : 37,4°C, HR: 137x/menit,
RR: 58x/menit
SpO2 : 98%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB cekung (-
), mata cekung (-), napas cuping
hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh -/-
, Wh -/-, retraksi dinding dada
(+), Cor : BJ I/II reguler, bising
(-)
Abdomen: peristaltic (+)
Normal
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Ekstemitas: Akral dingin (-),


sianosis (-),

A/
N. HDN
N. SCTP
N. Aterm
N. BBLN

SOA PLANNING
TANGGAL
14-10-2018 S/ P/
Menangis (+), gerak lemah (+),  O2 1 lpm
pucat (+), sianosis (-), ikterik (-  Inf.
), NGT keruh, sesak (-), retraksi  Inj. Bactesyn 3 x 100
(-), BAK (+) Normal, BAB (+)  Inj. Kalnex 3 x 50
Normal.  Inj. Neo K 1 x 1
 Inj. Aminos 3 x 7.5 cc
O/
Vital sign:
T : 36,9°C, HR: 164x/menit,
RR: 59x/menit
SpO2 : 98%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB cekung (-
), mata cekung (-), napas cuping
hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh -/-
, Wh -/-, retraksi dinding dada
(+), Cor : BJ I/II reguler, bising
(-)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Abdomen: peristaltic (+)


Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-),

A/
N. HDN
N. SCTP
N. Aterm
N. BBLN

SOA PLANNING
TANGGAL
15-10-2018 S/ P/
Menangis (+), gerak lemah (+),  O2 1 lpm
pucat (+), sianosis (-), ikterik (-  Inf.
), NGT keruh, sesak (-), retraksi  Inj. Bactesyn 3 x 100
(-), BAK (+) Normal, BAB (+)  Inj. Kalnex 3 x 50
Normal.  Inj. Neo K 1 x 1
 Inj. Aminos 3 x 7.5 cc
O/
Vital sign:
T : 36,5°C, HR: 151x/menit,
RR: 56x/menit
SpO2 : 98%
KU : lemah
Kepala: CA -/-, UUB cekung (-
), mata cekung (-), napas cuping
hidung(-/-)
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh -/-
, Wh -/-, retraksi dinding dada
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

(+), Cor : BJ I/II reguler, bising


(-)
Abdomen: peristaltic (+)
Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-),

A/
N. HDN
N. SCTP
N. Aterm
N. BBLN
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

TINJAUAN PUSTAKA
Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN)

A. DEFINISI
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) disebut juga sebagai
Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN), dahulu lebih dikenal dengan
Acquired Prothrombin Complex Deficiency (APCD). HDN adalah
perdarahan spontan atau akibat trauma yang disebabkan karena penurunan
aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX, dan
X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi lain, kadar fibrinogen, dan jumlah
trombosit, masih dalam batas normal. Kelainan ini akan segera membaik
dengan pemberian vitamin K.1
B. ETIOLOGI
Proses hemostasis merupakan mekanisme yang kompleks, terdiri dari
empat fase yaitu fase vaskular (terjadi reaksi lokal pembuluh darah), fase
trombosit (timbul aktifitas trombosit), fase plasma (terjadi interaksi
beberapa faktor koagulasi spesifik yang beredar di dalam darah) dan fase
fibrinolisis (proses lisis bekuan darah). Bila salah satu dari keempat proses
ini terganggu, maka akan timbul gangguan pada proses hemostasis yang
manifestasi klinisnya adalah perdarahan.1
Secara umum gangguan pembekuan darah masa anak disebabkan oleh
beberapa keadaan seperti pada tabel di bawah ini;
Etiologi gangguan pembekuan darah masa anak2 :
1. Kekurangan faktor pembekuan darah yang tergantung vitamin K
2. Penyakit hati
3. Percepatan penghancuran faktor koagulasi
a. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
b. Fibrinolisis (penyakit hati, agen trombolitik, pasca pembedahan)
4. Inhibitor terhadap faktor koagulasi
a. Inhibitor spesifik
b. Antibodi antifosfolipid
c. Lain-lain : antitrombin, paraproteinemia
5. Lain-lain
a. Setelah transfusi masif
b. Setelah mendapatkan sirkulasi ekstrakorporal
c. Penyakit jantung bawaan, amiloidosis, sindroma nefrotik
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

C. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian HDN berkisar antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran
bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis. Di Amerika Serikat,
frekuensi HDN dilaporkan bervariasi antara 0,25-1,5% pada tahun 1961,
dan menurun menjadi 0-0,44% pada 10 tahun terakhir dengan adanya
program pemberian profilaksis vitamin K. Di Jepang, insiden HDN
mencapai 20 – 25 per 100.000 kelahiran.16 Danielsson pada tahun 2004
melaporkan bahwa insidens HDN di Hanoi Vietnam sangat tinggi, sebesar
116 per 100.000 kelahiran. Angka kematian akibat HDN di Asia mencapai
1:1200 sampai 1:1400 kelahiran. Angka kejadian tersebut ditemukan lebih
tinggi, mencapai 1:500 kelahiran, di daerah-daerah yang tidak memberikan
profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru lahir.2,3
Di Indonesia, data mengenai HDN secara nasional belum tersedia.
Hingga tahun 2004 didapatkan 21 kasus di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS Dr
Sardjito Yogyakarta dan 8 kasus di RSU Dr Soetomo Surabaya.
D. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya HDN antara lain
obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin K, yang diminum ibu
selama kehamilan, seperti antikonvulsan (karbamasepin, fenitoin,
fenobarbital), antibiotika (sefalosporin), antituberkulostik (INH, rifampicin)
dan antikoagulan (warfarin). Faktor resiko lain adalah kurangnya sintesis
vitamin K oleh bakteri usus karena pemakaian antibiotika berlebihan,
gangguan fungsi hati (koletasis), kurangnya asupan vitamin K pada bayi
yang mendapatkan ASI ekslusif, serta malabsorbsi vitamin K akibat
kelainan usus maupun akibat diare.2,4

E. KLASIFIKASI
Meskipun terdapat beberapa kontroversi mengenai rentang waktu
antara kelahiran sampai terjadinya perdarahan awal, vitamin K deficiency
bleeding diklasifikasi menjadi tiga periode waktu setelah kelahiran, antara
lain4:

1. Vitamin K deficiency bleeding dini


Awal-awal vitamin K perdarahan kekurangan biasanya terjadi
selama 24 jam pertama setelah lahir. Hal ini terlihat pada bayi yang
lahir dari ibu mengambil antikonvulsan atau obat antituberkulosis.
Komplikasi perdarahan yang serius dapat terjadi dalam jenis
perdarahan. Mekanisme yang antikonvulsan dan antituberkulosis obat
menyebabkan perdarahan kekurangan vitamin K pada neonatus tidak
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

dimengerti dengan jelas, tetapi penelitian yang terbatas menunjukkan


bahwa perdarahan kekurangan vitamin K adalah hasil dari defisiensi
vitamin K dan dapat dicegah dengan pemberian vitamin K kepada ibu
selama 2-4 minggu terakhir kehamilan. Suplemen vitamin K diberikan
setelah kelahiran untuk onset dini perdarahan kekurangan vitamin K
mungkin terlalu terlambat untuk mencegah penyakit ini, terutama jika
suplementasi vitamin K tidak disediakan selama kehamilan. 4
Obat ibu banyak dan atau paparan racun selama kehamilan
berhubungan dengan perdarahan kekurangan vitamin K pada neonatus
(misalnya, antikonvulsan: fenitoin, barbiturat, karbamazepin, obat
antitubercular: rifampisin, isoniazid, vitamin K antagonis: warfarin,
phenprocoumon). 4

2. Vitamin K deficiency bleeding klasik


Klasik vitamin K perdarahan kekurangan biasanya terjadi setelah
24 jam dan hingga akhir minggu pertama kehidupan. Klasik vitamin K
perdarahan kekurangan diamati pada bayi yang belum menerima
vitamin K profilaksis saat lahir. Insiden klasik berkisar defisiensi
vitamin K perdarahan 0,25-1,7 kasus per 100 kelahiran. Biasanya
penyakit ini terjadi dari hari kedua kehidupan sampai akhir minggu
pertama, namun dapat terjadi selama bulan pertama dan kadang-kadang
tumpang tindih dengan akhir-onset perdarahan kekurangan vitamin K.
Bayi yang memiliki Vitamin K deficiency bleeding klasik sering sakit,
menunda makan, atau keduanya. Perdarahan biasanya terjadi pada
umbilikus, GI saluran (yaitu, melena),, kulit hidung, situs bedah
(misalnya, sunat), dan, jarang, di otak. 4
3. Vitamin K deficiency bleeding lambat (Acquaired prothrombin complex
deficiency)
Hal ini biasanya terjadi antara usia 2-12 minggu, namun, akhir-
onset vitamin K perdarahan kekurangan dapat dilihat selama 6 bulan
setelah kelahiran. Penyakit ini paling sering terjadi pada bayi yang
disusui yang tidak menerima vitamin K profilaksis saat lahir. Vitamin
K konten rendah dalam ASI matang dan berkisar dari 1-4 mcg / L.
Kontaminan industri dalam ASI telah terlibat dalam mempromosikan
vitamin K perdarahan kekurangan. Lebih dari setengah dari bayi hadir
dengan perdarahan intrakranial akut.4
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Tabel Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K

Secondary PC
Dini Klasik Lambat (APCD)
deficiency

Umur < 24 jam 1-7 hari 2 minggu - 6 bulan Segala usia


(terbanyak 3-5 (terutama 2-8
hari) minggu)

Penyebab Obat yang -Pemberian -Intake Vit K -Obstruksi bilier


& Faktor diminum makanan inadekuat
Resiko selama terlambat -Penyakit hati
kehamilan -Kadar Vit K
-Intake Vit K rendah pada ASI -Malabsorbsi
inadekuat -Intake kurang
-Tidak dapat
profilaksis Vit K (nutrisi
-Kadar Vit K parenteral)
rendah pada ASI

-Tidak dapat
profilaksis Vit K
Frekuensi < 5% pada 0,01-1% 4-10 per 100.000
kelompok (tergantung pola kelahiran (terutama
resiko makan bayi) di Asia Tenggara)
tinggi

Lokasi Sefalhemat GIT, umbilikus, Intrakranial (30-


Perdarahan om, hidung, tempat 60%, kulit hidung,
umbilikus, suntikan, bekas GIT, tempat
intrakranial sirkumsisi, suntikan, umbilikus,
, intrakranial UGT, intratorakal
intraabdom
inal, GIT,
intratorakal
Pencegaha - -Vit K profilaksis -Vit K profilaksis
n Penghentia (oral/i.m) (oral/i.m)
n/penggant
ian obat -Asupan vit K -Asupan vit K yang
penyebab yang adekuat adekuat
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

F. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI


1. Proses Koagulasi
Proses koagulasi atau kaskade pembekuan darah terdiri dari jalur
intrinsik dan jalur ekstrinsik. Jalur intrinsik dimulai saat darah
mengenai permukaan sel endotelial, sedangkan jalur ekstrinsik dimulai
dengan pelepasan tissue factor (Faktor III) pada tempat terjadinya
luka.2,6
Jalur pembekuan darah intrinsik memerlukan faktor VIII, IX, X,
XI dan XII, dibantu dengan protein prekalikrein, High-Molecular
Weight Kininogen (HMWK), ion kalsium dan fosfolipid dari trombosit.
Jalur ini dimulai ketika prekalikrein, HMWK, faktor XI dan faktor XII
bersentuhan dengan permukaan sel endotelial, yang disebut dengan fase
kontak. Adanya fase kontak ini menyebabkan konversi dari
prekalikrein menjadi kalikrein, yang kemudian mengaktifkan faktor XII
menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa memacu proses pembekuan melalui
aktivasi faktor XI, IX, X dan II (protrombin) secara berurutan (Gambar
1).2
Aktifasi faktor Xa memerlukan bantuan dari tenase complex, terdiri
dari ion Ca, faktor VIIIa, IXa dan X, yang terdapat pada permukaan sel
trombosit. Faktor VIIIa pada proses koagulasi bersifat seperti reseptor
terhadap faktor IXa dan X. Aktifasi faktor VIII menjadi faktor VIIIa
dipicu oleh terbentuknya trombin, akan tetapi makin tinggi kadar
trombin, malah akan memecah faktor VIIIa menjadi bentuk inaktif.2,6,7
Jalur ekstrinsik dimulai pada tempat terjadinya luka dengan
melepaskan tissue factor (TF). TF merupakan suatu lipoprotein yang
terdapat pada permukaan sel, adanya kontak dengan plasma akan
memulai terjadinya proses koagulasi. TF akan berikatan dengan faktor
VIIa akan mempercepat aktifasi faktor X menjadi faktor Xa sama
seperti proses pada jalur intrinsik. Aktifasi faktor VII terjadi melalui
kerja dari trombin dan faktor Xa. Faktor VIIa dan TF ternyata juga
mampu mengaktifkan faktor IX, sehingga membentuk hubungan antara
jalur ekstrinsik dan intrinsik.2
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Gambar Kaskade pembekuan darah.

Selanjutnya faktor Xa akan mengaktifkan protrombin (faktor II)


menjadi trombin (faktor IIa). Trombin akan mengubah fibrinogen
menjadi fibrin monomer dengan bantuan kompleks protrombinase yang
terdiri dari fosfolipid sel trombosit, ion Ca, faktor V dan Xa. Faktor V
merupakan kofaktor dalam pembentukan kompleks protrombinase.
Seperti faktor VIII, faktor V teraktivasi menjadi faktor Va dipivu oleh
adanya trombin. Selain itu trombin juga mengubah faktor XIII menjadi
faktor XIIIa yang akan membantu pembentukan cross-linked fibrin
polymer yang lebih kuat.2

2. Perkembangan Hemostasis Selama Masa Anak


Sistem koagulasi pada neonatus masih imatur sehingga pada saat
lahir kadar protein koagulasi lebih rendah. Kadar dari sistem
prokoagulasi seperti protein prekalikrein, High Molecular Weight
Kininogen (HMWK), faktor V, XI dan XII serta faktor koagulasi yang
tergantung vitamin K (II, VII, IX, X) pada bayi cukup bulan lebih
rendah 15 – 20% dibandingkan dewasa dan lebih rendah lagi pada bayi
kurang bulan. Kadar inhibitor koagulasi seperti antitrombin, protein C
dan S juga lebih rendah 50% dari normal. Sedangkan kadar factor VIII,
faktor von Willebrand dan fibrinogen setara dengan dewasa.3,8
Kadar protein prokoagulasi ini secara bertahap akan meningkat dan
dapat mencapai kadar yang sama dengan dewasa pada usia 6 bulan.
Kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K berangsur kembali
ke normal pada usia 7-10 hari. Cadangan vitamin K pada bayi baru lahir
rendah mungkin disebabkan oleh kurangnya vitamin K ibu serta tidak
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

adanya cadangan flora normal usus yang mampu mensintesis vitamin


K.3
Selain itu kadar inhibitor koagulasi juga meningkat dalam 3 – 6
bulan pertama kehidupan kecuali protein C yang masih rendah sampai
usia belasan tahun.2 Meskipun kadar beberapa protein koagulasi lebih
rendah, pemeriksaan prothrombin time (PT) dan activated partial
thromboplastin time (aPTT) tidak jauh berbeda dibandingkan dengan
anak dan dewasa. Namun didapatkan pemanjangan pemeriksaan
bleeding time terutama pada usia < 10 tahun, sehingga interpretasi hasil
pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara hati-hati.4,8

3. Defisiensi Vitamin K
Vitamin K merupakan salah satu vitamin larut dalam lemak, yang
diperlukan dalam sintesis protein tergantung vitamin K (Vitamin K –
dependent protein ) atau GIa. Vitamin K diperlukan sintesis
prokoagulan faktor II, VII, IX dan X (kompleks protrombin) serta
protein C dan S yang berperan sebagai antikoagulan (menghambat
proses pembekuan). Molekul-molekul faktor II, VII, IX dan X pertama
kali disintesis dalam sel hati dan disimpan dalam bentuk prekursor tidak
aktif. Vitamin K diperlukan untuk konversi prekursor tidak aktif
menjadi faktor pembekuan yang aktif.3
Kekurangan vitamin K dapat menimbulkan gangguan dari proses
koagulasi sehingga menyebabkan kecenderungan terjadinya
perdarahan atau dikenal dengan Vitamin K Deficiency Bleeding
(VKDB).2
Gambar 2. menunjukkan terjadinya fase karbosilaksi dalam siklus
metabolisme vitamin K. Pada kondisi defisiensi vitamin K, rantai
polipeptida dari faktor koagulasi tergantung vitamin K tetap terbentuk
normal, namun fase karboksilasi (proses gamma karboksilasi dari
amino terminal glutamic acid) tidak terjadi. Sehingga bentuk akarboksi
dari faktor II, VII, IX dan X tidak mampu berikatan dengan ion kalsium
dan tidak dapat berubah menjadi bentuk aktif yang diperlukan dalam
proses koagulasi.2
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Gambar 2. Siklus vitamin K dan reaksi karboksilasi.

Kadar vitamin K pada ASI < 5 mg/ml, jauh lebih rendah


dibandingkan dengan susu formula yaitu sekitar 50 - 60 mg/ml. Selain
itu pada usus bayi yang mendapat susu formula, mengandung bakteri
bacteriodes fragilis yang mampu memproduksi vitamin K. Sedangkan
pada bayi dengan ASI eksklusif, ususnya mengandung bakteri
Lactobacillus yang tidak dapat memproduksi vitamin K.2

G. DIAGNOSIS
Pendekatan diagnosis HDN melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Anamnesis dilakukan untuk mencari informasi tentang onset
perdarahan, lokasi perdarahan, pola pemberian makanan, serta riwayat
pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan. Pemeriksaan fisik
ditujukan untuk melihat keadaan umum bayi dan lokasi perdarahan pada
tempat-tempat tertentu seperti GIT, umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi dan
lain sebagainya.2
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan aktifitas faktor II,
VII, IX, dan X sedangkan faktor koagulasi lain normal sesuai dengan usia.
Terdapat pemanjangan waktu pembekuan, Prothrombin Time (PT) dan
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Partial Thromboplastin Time (PTT), sedangkan Thrombin Time (TT) dan


masa perdarahan normal. Pemeriksaan lain seperti USG, CT Scan atau MRI
dapat dilakukan untuk melihat lokasi perdarahan misalnya jika dicurigai
adanya perdarahan intrakranial. Selain itu respon yang baik terhadap
pemberian vitamin K memperkuat diagnosis HDN.2,3,8
HDN harus dibedakan dengan gangguan hemostasis lain baik yang
didapat maupun yang bersifat kongenital. Diantaranya gangguan fungsi hati
juga dapat menyebabkan gangguan sintesis faktor-faktor pembekuan darah,
sehingga memberikan manifestasi klinis perdarahan. Tabel dibawah
memperlihatkan gambaran laboratorium kedua kelainan tersebut.2

Tabel Gambaran laboratorium HDN dan Penyakit Hepar

Komponen HDN Penyakit Hepar

Morfologi eritrosit Normal Sel target


PTT Memanjang Memanjang
PT Memanjang Memanjang
Fibrin Degradation Product (FDP) Normal Normal/naik sedikit
Trombosit Normal Normal
Faktor koagulasi yang menurun II,VII,IX,X I,II,V,VII,IX,X

H. DIAGNOSIS BANDING
I.
Pada kasus HDN ini, terdapat beberapa diagnosis banding antara lain seperti
cryoglobulinemia, sindrom cushing, disseminated intravascular
coagulation, defisisensi faktor IX/V/VII/VIII/XI/XIII, thrombotik
thrombocytopenia purpura. 8

J. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN


Penatalaksanaan HDN terdiri dari penatalaksanaan untuk pencegahan
dan penatalaksaan untuk mengobati kelainan ini.
1. Pencegahan HDN
Dapat dilakukan dengan pemberian vitamin K Profilaksis. Ada tiga
bentuk vitamin K, yaitu :
1. Vitamin K1 (phylloquinone), terdapat dalam sayuran hijau
2. Vitamin K2 (menaquinone), disintesis oleh flora usus normal
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

3. Vitamin K3 (menadione), vitamin K sintetis yang sekarang jarang


diberikan karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik.2
Pemberian vitamin K per oral sama efektifnya dibandingkan
pemberian intramuskular dalam mencegah terjadinya HDN klasik,
namun tidak efektif dalam mencegah timbulnya HDN lambat. Amerika
Serikat merekomendasikan penggunaan phytonadione, suatu sintesis
analog vitamin K1 yang larut dalam lemak, diberikan secara i.m. 2,9
Thailand sejak tahun 1988 merekomendasikan pemberian vitamin
K 2 mg per oral untuk bayi normal dan 0,5 – 1 mg i.m untuk bayi
prematur atau tidak sehat. Ternyata mampu menurunkan angka
kejadian VKDB dari 30 – 70 menjadi 4 – 7 per 100.000 kelahiran. Sejak
tahun 1999 Vitamin K 1 mg i.m harus diberikan pada semua bayi baru
lahir dan diberikan bersama imunisasi rutin.5
Kanada sejak tahun 1997 merekomendasikan pemberian vitamin
K1 intramuskular 0.5mg (untuk bayi < 1500g) dan 1 mg (untuk bayi >
1500g) diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir. Untuk orang tua
yang menolak pemberian secara i.m., vitamin K1 diberikan per oral
dengan dosis 2mg segera setelah minum diulang pada usia 2-4 minggu
dan 6-8 minggu. AAP pada tahun 2003 merekomendasikan pemberian
vitamin K pada semua bayi baru lahir dengan dosis tunggal 0.5mg-1mg
i.m. departemen kesehatan RI pada tahun 2003 mengajukan
rekomendasi untuk pemberian vitamin K1 pada semua bayi baru lahir
dengan dosis 1mg i.m (dosis tunggal) atau secara per oral 3 kali @ 2
mg pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari dan umur 1-2 tahun.10
Untuk ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus
mendapat profilaksis vitamin K1 5 mg/hari selama trimester ketiga atau
10 mg i.m pada 24 jam sebelum melahirkan. Selanjutnya bayinya diberi
vitamin K1 1 mg i.m dan diulang 24 jam kemudian.2 Meskipun ada
penelitian yang melaporkan hubungan antara pemberian vitamin K i.m
dengan meningkatnya angka kejadian kanker pada anak, namun
penelitian terbaru yang dilakukan oleh Mc. Kinney pada tahun 1998
tidak membuktikan adanya peningkatan resiko terjadinya kanker pada
anak yang mendapatkan profilaksis vitamin K i.m.1
Neo K ampul merupakan vitamin K yang sering digunakan pada
bayi yang baru lahir yang diberi secara i.m. untuk pencegahan dan
pengobatan pada penyakit hemorragic pada bayi baru lahir. Neo K
ampul mempunyai kandungan Phytonadione, dengan kemasan 1 ampul
2 mg/ ml. Dosis pemberian 0,5 – 1 mg i.m, 1 – 6 jam setelah kelahiran.
Efek samping Neo K ini apa bila diberikan secara berlebihan akan
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

menyebabkan Hiperbilirubinemia, dan terjadi reaksi hipersensitif


termasuk syok anafilaktik dan kematian.12
Health Technology Assesment (HTA) Departemen Kesehatan(Depkes)
RI tahun 2003
1. Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1
2. Dosis yang diberikan 1 mg dosis tunggal IM atau oral 3 kali masing-
masing 2 mg pada waktu lahir, umur 3-7 hari, dan saat bayi berumur 1-
2 bulan
3. Untuk bayi yang lahir ditolong dukun diwajibkan pemberian vitamin
K1 secara oral
4. Ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus
mendapat vitamin K 5 mg sehari selama trimester ketiga atau 24 jam
sebelum melahirkan diberikan vitamin K 10 mg/IM, kepada bayinya
diberikan vitamin K 1 mg IM dan diulang 24 jam kemudian.
2. Pengobatan Defisiensi Vitamin K
Bayi yang dicurigai mengalami HDN harus segera mendapat
pengobatan vitamin K1 dengan dosis 1 – 2 mg/hari selama 1 – 3 hari.
Vitamin K1 tidak boleh diberikan secara intramuskular karena akan
membentuk hematoma yang besar, sebaiknya pemberian dilakukan
secara subkutan karena absorbsinya cepat. Pemberian secara intravena
harus dipertimbangkan dengan seksama karena dapat memberikan
reaksi anafilaksis, meskipun jarang terjadi.2 Adapun hal-hal yang perlu
diingat dalam penatalaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam dengan berhentinya
perdarahan dan membaiknya masa protrombin.
2. Bayi yang mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan
fresh frozen plasma (FFP) 10 sampai 15 ml/kg. Perdarahan yang
hebat yang menyebabkan Hb turun (12 mg/dL ) diberikan packed
red cells (PRC).
3. Jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa (perdarahan
intrakranial) dapat diberikan prothrombin complex-concentrates
(PCCs).

K. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada HDN ini adalah perdarahan intrakranial,
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

dan komplikasi pemberian vitamin K antara lain reaksi anafilaksis bila


diberikan secara IV, anemia haemolitik, hiperbilirubinemia dalam dosis
tinggi, dan hematoma pada lokasi suntikan.12,13

C. PROGNOSIS
Prognosis HDN ringan pada umumnya baik, setelah mendapat vitamin
K1 akan membaik dalam waktu 24 jam.9 Angka kematian pada HDN dengan
manifestasi perdarahan berat seperti intrakranial, intratorakal dan
intraabdominal sangat tinggi. Pada perdarahan intrakranial angka kematian
dapat mencapai 25% dan kecacatan permanen mencapai 50 – 65%.2,8
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

DAFTAR PUSTAKA

1. Mupanemunda, RH, Watkinson, M. Key Topic In Neonatology. 1999. Bios


Scientific Publishers.Oxford.

2. Pansatiankul, B., Jitapunkul, S. 2008. Risk factors of Acquaired Prothrombin


Complex Deficiency Syndrome: A Case-Control Study. Journal Med Assoc Thai
91:S1-8. Available from: http://www.medassocthai.org/journal [Accesed on July
7th 2015].

3. Prof. DR. dr. Sudigdo Sastroasmoro Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K, Buku
Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak 2007: 279-281.

4. Raspati, Harry., Reniarti, Lelani., Susanah, Susi. 2010. Gangguan Pembekuan


Darah didapat Defisiensi Vitamin K. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

5. Hagstrom JN, 2003. Hypoprothrombinemia. Available from:


http://www.emedicine.medscape.com/article/956030 [Accessed on February
11th 2013].

6. Nimavat, D.,dkk. 2009. Hemorrhagic Disease of Newborn. Medscape Reference.


Available from: http://emedicine.medscape.com/article/974489 [Accessed on
February 11th 2013].

7. Isarangkura P, Chuansumrit A. 1999. Vitamin K Deficiency in infant. 1999.


Available from: http://www.ishapd.org/1999/43.pdf [Accesed on February 11th
2013].

8. Johnson, Monco., J, Marilyn. 2007. Gangguan koagulasi. Buku Ajar Pediatri


Rudolph Vol 2. Jakarta: EGC.

9. Corrigan, James J. 2000. Penyakit Perdarahan dan Trombosis. Ilmu Kesehatan


Anak Nelson Vol 2 Eds 15. Jakarta: EGC.

10. Schwartz, Robert. 2011. Factor II. Available from:


http://emedicine.medscape.com/article/209742 [Accessed on February 11th
2013].

11. Lee, Kimberley G., Dkk. 2010. Hemorrhagic Disease of The Newborn.
MedlinePlus. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007320.htm [Accessed on
February 11th 2013].
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 8 4 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

12. Tulchinsky, TH. 2007. Vitamin K Prophylaxis for Newborn: A Position Paper.
Braun School of Public Health. Available from:
http://archives.who.int/eml/expcom/expcom16/COMMENTS/VitK.pdf [Accessed
on February 11th 2013].

13. Kementerian kesehatan Anak, Pentingnya Pemberian Vitamin K1 Pada Bayi Baru
Lahir. Direktorat Bina Kesehatan Anak. 2011.
http://www.kesehatananak.depkes.go.id. [Accessed on March 05th 2013].

Anda mungkin juga menyukai