Anda di halaman 1dari 31

GAMBARAN RADIOLOGIS RHEUMATOID

ARTHRITIS

Arnelli Hutagalung 100100169

Arnella Hutagalung 100100173

Lucyana Carolina Sembiring 100100213

Indah Khairani Nasution 100100237

David Erickson 100100313

PEMBIMBING

dr. Henny Maisara S., Sp. Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN USU

DEPARTEMEN RADIOLOGI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN


2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,
yang berjudul “ Gambaran Radiologis Rheumatoid Arthtritis” sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan tugas P3D di Departemen Radiologi RSUP. H. Adam
Malik Medan.

Dengan ini, kami mengucapkan penghargaan dan rasa hormat kepada dr.
Henny Maisara S., Sp. Rad yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan
makalah ini.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi sendi kronis yang di


tandai dengan suatu tanda khusus dari kehancurnya tulang dan sendi. RA juga
merupakan suatu penyakit sistemik, dan beberapa keluhan pasien dapat dilihat
berdasarkan adanya manifestasi di ekstra artikular ( Tobon, et al 2009).

Sedangkan menurut CDC 2012 RA adalah suatu penyakit inflamsi sistemik


yang bermanifestasi pada banyak sendi di tubuh. Proses inflamasinya terutama
menyerang batas dr sendi (membarana sinovial), tapi dapat juga menyerang organ
– organ lain. Inflamasi dari sinovium mengawali terjadinya erosi dari tulang dan
kartilago dan kadang – kadang menyebabkan deformitas sendi. Nyeri, bengkak, dan
kemerahan adalah suatu manifestasi umum pada sendi. Walaupun penyebabnya
tidak diketahui, RA dipercaya merupakan kegagalan respon imun. RA dapat
menyerang semua usia dan berhungan dengan kelelahan dan kekakuan yang
berkepanjangan setelah beristirahat. RA tidak dapat disembuhkan, tetapi mulai
banyak tersedia obat – obat baru yang efektif untuk menyembuhkan penyakit ini
dan deformitas sendi. Sebagai tambahan untuk medikasi dan pembedahan,
menejemen diri yang baik, termasuk olahraga, telah diketahui untuk mengurangi
rasa sakit dan kecacatan.

Insidensi RA beragam terhadap populasi. Diperkirakan dari Amerika Utara


dan Eropa Utara berkisar antara 20 – 50 kasus per 100.000 populasi. Di Eropa
Selatan, insidensinya lebih rendah yaitu sekitar 9 – 24 kasus per 100.000 populasi
telah dilaporkan ( Tobon, et al 2009).
Kebanyakan populasi di dunia, prevalensi RA relatif konstan yaitu berkisar
antara 0,5 – 1%. Prevalensi yang tinggi didapatkan di Pima Indian dan Chippewa
Indian masing-masing sebesar 5,3% dan 6,8%. Prevalensi RA di India dan negara
Barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75%. Sedangkan di China , Indonesia, dan
Philipina prevalensinya kurang dari 0,4%, baik di daerah urban maupun rural. Hasil
survey yang dilakukan di Jawa Tengah mendapatkan prevalensi RA sebesar 0,2%
di daerah rural dan 0,3% di daerah urban. Sedangkan penelitian yang dilakukan di
Malang pada penduduk berusia di atas 40 tahun mendapatkan prevalensi RA
sebesar 0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di daerah kabupaten. Di Poliklinik
Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, kasus baru RA merupakan
4,1% dari seluruh kasus baru tahun 2000 dan pada periode Januari s/d Juni 2007
didapatkan sebanyak 203 kasus RA dari sejumlah kunjungan sebanyak 1.346 orang
(15,1%). Prevalensi RA lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki dengan rasio 3:1 dan dapat terjadi pada semua kelompok umur,
dengan angka kejadian tertinggi didapatkan pada dekade ke-4 dan ke-5 (Swarjana,
2009).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Rheumatoid arthritis adalah penyakit peradangan kronis dengan komponen


genetik yang cukup besar (Remmers,et al.,2007).

2.Etiologi

Penyebab pasti RA masih belum diketahui dan belum ada obatnya


(http://www.arthritiscare.org.uk/AboutArthritis/Conditions/Rheumatoidarthritis
last accessed 05 March 2008).

3.Faktor Risiko

Seratus tujuh puluh tujuh pasien dengan diagnosis Undifferentiated arthritis


berkembang menjadi RA dalam waktu satu tahun. AllelsSE mempunyai hubungan
dengan adanya antibodi anti-CCP, tetapi tidak dengan adanya rheumatoid factor.

Adapun faktor risiko RA yang diketahui adalah :

a. Faktor Genetik
b. Umur dan Jenis Kelamin
c. Faktor Sosioekonomi
d. Faktor Hormonal
e. Etnik / ras
f. Faktor Lingkungan

(Tobon, 2009)

4. Gejala Klinis

Keparahan dari penyakit ini bervariasi antara satu orang dengan orang
lainnya. Gejala dapat berubah dari hari ke hari. Peningkatan mendadak gejala dan
penyakit disebut flare. Flare dapat berlangsung selama beberapa hari hingga bulan.
Kunci dari gelaja RA adalah nyeri, lelah, dan rasa hangat, bengkak, kemerahan pada
sendi. Kekakuan sendi pada pagi hari dalam jangka waktu yang lama merupakan
gejala yang umum. Inflamasi pada sendi kecil pergelangan tangan dan tangan
adalah gejala yang khas. Jika sendi dari satu sisi tubuh RA, maka sendi yang sama
di sisi lain biasanya RA juga (http://www.arthritis.org/conditions-
treatments/disease-center/rheumatoid-arthritis/ diambil pada tanggal 22 Maret
2014).

Gejala klinis RA bermacam-macam, tetapi onset nyeri disertai bengkaknya


sendi kecil secara simetris merupakan gejala yang paling sering ditemui. Onset RA
yaitu akut dan subakut pada sekitar 25% pasien, namun pola dari gejalanya juga
mencakup onset palindromic, gejala monoartikular (bentuk lambat dan akut),
sinovitis ekstra-artikular (tenosinovitis, bursitis), polymyalgic-like onset, dan gejala
umum (malaise, kelelahan, penurunan berat badan, demam). Onset palindromic
ditandai dengan episode berulang dari oligoartritis tanpa sisa kerusakan pada
gambaran radiologis, sedangkan polymyalgic-like onset mungkin secara klinis
dibedakan dari polymyalgia rheumatica pada orang tua (Grassi W., De Angelis R.,
Lamanna G., Cervini C., 1998)

Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi tahun


1987, adalah :

1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya
1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang
(hiperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan
dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi
kriteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan,
siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak mutlak
bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyarthritis
simultaneously).
5. Nodul reumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang
dokter.
6. Faktor reumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor reumatoid
serum yang diperiksa dengan cara memberikan hasil positif kurang dari 5%
kelompok kontrol.
7. Terdapat perubahan gambar radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar
rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus
menunjukan adanya erosi atau deklasifikasi tulang yang berlokalisasi pada
sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

Diagnosis rheumatoid arthritis ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari


7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu
(Mansjoer dkk, 2001).

5. Patofisiologi/Patogenesis

Rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik ditandai dengan proliferasi


sinovitis yang menyebabkan kerusakan pada kartilago dan tulang, dan
mengakibatkan deformitas sendi dan peningkatan keterbatasan fungsionalnya.
Kondisi ini merupakan suatu penyakit autoimun yang etiologi tepatnya tidak
diketahui, meskipun kecenderungan genetik dikenal menjadi faktor predisposisi.
Gen HLA-DRB1 dan PTPN22 dikatakan memainkan peran dalam hal ini, gen-gen
lain juga terlibat namun pengaruh faktor genetik hanya mencapai sekitar sepertiga
dari kasus rheumatoid arthritis. Satu-satunya faktor lingkungan yang diketahui
sebagai pemicu hanyalah merokok (Min-Hsiung Pan,dkk., 2010).
(Min-Hsiung Pan,dkk., 2010, Anti-inflammtory activity of natural dietary
flavonoidshttp://pubs.rsc.org/ di ambil 17 Maret 2014)

6. Diagnosis

6.1. Anamnesis

1. Salam (ucapkan salam, persilakan masuk, observasi pasien, posisikan pasien


sesuai kondisi pasien)
2. Identitas (nama, umur, alamat, pekerjaan)
3. Keluhan utama (ONSET)
4. Keluhan tambahan (keluhan penyerta atau keluhan lain)
5. Riwayat penyakit sistemik
6. Riwayat pengobatan
7. Penjelasan kepada pasien
Pada umumnya dari hasil anamnesis di dapat :

 Gejala pertama timbul pada sendi-sendi kecil pada jari-jari, pergelangan tangan
dan kaki, terasa hangat, bengkak, dan sendi terasa sakit dan sulit untuk
bergerak.
 Sendi pada kedua sisi tubuh (simetris) biasanya mengalami gejala yang sama.
 Pasien dengan RA biasanya sering mengalami kelelahan, hilangnya nafsu
makan, dan demam ringan.
 Kaku di pagi hari yang berlangsung selama beberapa jam atau lebih.
 Nodul dapat terbentuk di bawah kulit, sering di atas area tulang yang sering
terkena tekanan (seperti siku)
 Seiring waktu, kerusakan pada tulang rawan dan sendi dapat menyebabkan
deformitas sendi
 Diagnosis RA umunya ditentukan setelah melihat sejarah kesehatan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, melihat distribusi sendi yang terkena, sendi
bengkak, ada rasa hangat atau demam, sulit untuk bergerak, dan adanya nodul
di bawah kulit.
 Pemeriksaan pencitraan seperti sinar-X, sonogram atau pencitraan resonansi
magnetik dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat keterlibatan sendi atau
kerusakan sendi.
 Tes darah juga dapat menunjukan adanya antibodi yang disebut faktor rematik,
yang ditemukan pada 80% orang dengan RA, namun juga bisa didapat pada
orang dengan tanpa RA.

6.2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada sistem musculoskeletal meliputi:

 Inspeksi pada saat diam


 Inspeksi pada saat gerak
 Palpasi
a) Gaya berjalan yang abnormal pada pasien RA yaitu pasien akan segera
mengangkat tungkai yang nyeri atau deformitas, sementara tungkai yang nyeri akan
lebih lama diletakkan dilantai, biasanya diikuti oleh gerakan lengan yang asimetris,
disebut gaya berjalan antalgik.
b) Sikap/fostur badan, pasien akan berusaha mengurangi tekanan artikular
pada sendi yang sakit dengan mengatur posisi sendi tersebut senyaman mungkin,
biasanya dalam posisi pleksi.
c) Deformitas, akan lebih terlihat pada saat bergerak
d) Perubahan kulit, kemerahan disertai deskuamasi pada kulit di sekitar sendi
menunjukkan adanya inflamasi pada sendi.
e) Kenaikan suhu sekitar sendi, menandakan adanya proses inflamasi di daerah
sendi tersebut
f) Bengkak sendi, bisa disebabkan oleh cairan, jaringan lunak, atau tulang.
g) Nyeri raba
h) Pergerakan, sinovitis akan menyebabkan berkurangnya luas gerak sendi
pada semua arah.
i) Krepitus, merupakan bunyi berderak yang dapat diraba sepanjang gerakan
struktur yang diserang.
j) Atropi dan penurunan kekuatan otot
k) Ketidakstabilan
l) Gangguan fungsi, gangguan fungsi sendi dinilai dengan observasi pada
penggunaan normal, seperti bangkit dari kursi atau kekuatan menggenggam
m) Nodul, sering ditemukan pada berbagai atropi, umumnya ditemukan pada
permukaan ekstensor (punggung tangan, siku, tumit belakang, sacrum)
n) Perubahan kuku, adanya jari tabuh, thimble pitting onycholysis atau
serpihan darah
o) Pemeriksaan sendi satu persatu, meliputi pemeriksaan rentang pergerakan
sendi, adanya bunyi krepitus dan bunyi lainnya.
p) Rheumatoid arthritis mempengaruhi berbagai organ dan sistem lainnya,
yaitu:
1) Kulit: nodul subkutan (nodul rheumatoid) terjadi pada banyak pasien
dengan RA yang nilai RF nya normal, sering lebih dari titik-titik tekanan
(misalnya, olekranon. Lesi kulit dapat bermanifestasi sebagai purpura
teraba atau ulserasi kulit.
2) Jantung: morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang meningkat pada
pasien dengan RA. Faktor risiko non tradisional tampaknya memainkan
peran penting. Serangan jantung , disfungsi miokard, dan efusi
perikardial tanpa gejala yang umum, dan gejala perikarditis konstriktif
jarang. Miokarditis, vaskulitis koroner, penyakit katup, dan cacat
konduksi kadang-kadang diamati.
3) Paru: RA mempengaruhi paru-paru dalam beberapa bentuk, termasuk
efusi pleura , fibrosis interstisial, nodul (Caplan sindrom), dan obliterans
bronchiolitis-pengorganisasian pneumonia.
4) GI: keterlibatan usus, seperti dengan keterlibatan ginjal, merupakan
komplikasi sekunder akibat efek obat-obatan, peradangan, dan penyakit
lainnya. Hati sering terkena pada pasien dengan sindrom Felty (yaitu
splenomegali, dan neutropenia).
5) Ginjal: Ginjal biasanya tidak terpengaruh oleh RA langsung. Umumnya
akibat pengaruh, termasuk karena obat-obat (misalnya, obat anti-
inflammatory peradangan (misalnya, amyloidosis ), dan penyakit yang
terkait (misalnya, sindrom Sjögren dengan kelainan tubulus ginjal).
6) Vascular: lesi vasculitik dapat terjadi di organ mana saja namun yang
paling sering ditemukan di kulit. Lesi dapat hadir sebagai purpura
gamblang, borok kulit, atau infark digital.
7) Hematologi: Sebagian besar pasien aktif memiliki penyakit anemia
kronis, termasuk anemia normokromik-normositik, trombositosis, dan
eosinofilia, meskipun yang terakhir ini jarang terjadi. Leukopenia
ditemukan pada pasien dengan sindrom Felty.
8) Neurologis: biasanya saraf jeratan, seperti pada saraf median di carpal,
lesi vasculitik, multipleks mononeuritis, dan myelopathy leher rahim
dapat menyebabkan konsekuensi serius neurologis.
9) Okular: keratoconjunctivitis sicca adalah umum pada orang dengan RA
dan sering manifestasi awal dari sindrom Sjögren sekunder. Mata
mungkin juga episkleritis , uveitis, dan scleritis nodular yang dapat
menyebabkan scleromalacia.

Pada artritis reumatoid yang lanjut, tangan pasien dapat menunjukkan


deformitas boutonnierre dimana terjadi hiperekstensi dari sendi distal interfalangs
(DIP) dan fleksi pada sendi proksimal interfalangs (PIP). Deformitas yang lain
merupakan kebalikan dari deformitas boutonniere, yaitu deformitas swan-neck,
dimana juga terjadi hiperekstensi dari sendi PIP dan fleksi dari sendi DIP. Jika sendi
metakarpofalangs telah seutuhnya rusak, sangat mungkin untuk menggantinya
dengan protesa silikon.

6.3. Pemeriksaan Laboratorium


a. Tanda peradangan, seperti LED dan CRP, berhubungan dengan
aktivitas penyakit, selain itu, nilai CRP dari waktu ke waktu
berkorelasi dengan kemajuan radiografi.
b. Parameter hematologi termasuk jumlah CBC dan analisis cairan
sinovial.
c. Jumlah sel darah lengkap (anemia, trombositopenia, leukositosis,
leucopenia).
d. Analisis cairan sinovial
1) Inflamasi cairan sinovial (WBC count > 2000/μL) hadir dengan
jumlah WBC umumnya dari 5,000-50,000 / uL.
2) Biasanya, dominasi neutrofil (60-80%) yang diamati dalam
cairan sinovial (kontras dengan dominasi sel mononuklear di
sinovium).
3) Karena cacat transportasi, kadar glukosa cairan pleura,
perikardial, dan sinovial pada pasien dengan RA sering rendah
dibandingkan dengan kadar glukosa serum.
e. Parameter imunologi meliputi autoantibodies (misalnya RF, anti-
RA33, anti-PKC, antibodi antinuclear).
f. Rheumatoid factor Rheumatoid Faktor, RF ditemukan pada sekitar 60-
80% pasien dengan RA selama penyakit mereka, tetapi kurang dari
40% pasien dengan RA dini.
g. Antibodi Antinuclear: Ini adalah hadir di sekitar 40% pasien dengan
RA, namun hasil tes antibodi terhadap antigen subset paling nuklir
negatif.
h. Antibodi yang lebih baru (misalnya, anti-RA33, anti-PKC): Penelitian
terbaru dari antibodi anti-PKC menunjukkan sensitivitas dan
spesifisitas sama atau lebih baik daripada RF, dengan peningkatan
frekuensi hasil positif di awal RA. Kehadiran kedua-anti antibodi PKC
dan RF sangat spesifik untuk RA. Selain itu, anti-PKC antibodi,
seperti halnya RF, menunjukkan prognosis yang buruk.
6.4. Foto Polos
Pada tahap awal penyakit, biasanya tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan radiologis kecuali pembengkakan jaringan lunak. Tetapi, setelah sendi
mengalami kerusakan yang lebih berat, dapat terlihat penyempitan ruang sendi
karena hilangnya rawan sendi. Juga dapat terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan
penurunan densitas tulang. Perubahan-perubahan ini biasanya irreversibel.
Tanda pada foto polos awal dari artritis reumatoid adalah peradangan
periartikular jaringan lunak bentuk fusiformis yang disebabkan oleh efusi sendi dan
inflamasi hiperplastik sinovial. Nodul reumatoid merupakan massa jaringan lunak
yang biasanya tampak diatas permukaan ekstensor pada aspek ulnar pergelangan
tangan atau pada olekranon, namun adakalanya terlihat diatas prominensia tubuh,
tendon, atau titik tekanan. Karakteristik nodul ini berkembang sekitar 20% pada
penderita artritis reumatoid dan tidak terjadi pada penyakit lain, sehingga
membantu dalam menegakkan diagnosis.

Artritis erosif yang mengenai tulang karpal dan sendi metakarpofalangs


A : Perubahan erosif pada ulna dan distal radius. B : Erosi komplit pada
pergelangan tangan

C : Swelling dan erosi pada sendi MTP 5. D : Nodul subkutaneus multipel pada
tangan
6.5. CT-Scan
Computer tomography (CT) memiliki peranan yang minimal dalam
mendiagnosis artritis reumatoid. Walaupun demikian, CT scan berguna dalam
memperlihatkan patologi dari tulang, erosi pada sendi-sendi kecil di tangan yang
sangat baik dievaluasi dengan kombinasi dari foto polos dan MRI.
CT scan jarang digunakan karena lebih rendah dari MRI dan memiliki
kerugian dalam hal radiasi. CT scan digunakan sebatas untuk mengindikasikan
letak destruksi tulang dan stabilitas tertinggi tulang secara tepat, seperti pada
pengaturan pre-operatif atau pada tulang belakang.

6.6. USG
Sonografi dengan resolusi tinggi serta pemeriksaan dengan frekuensi tinggi
digunakan untuk mengevaluasi sendi-sendi kecil pada artritis reumatoid. Efusi dari
sendi adalah hipoekhoik, sedangkan hipertrofi pada sinovium lebih ekhogenik.
Nodul-nodul reumatoid terlihat sebagai cairan yang memenuhi area kavitas dengan
pinggiran yang tajam. Erosi tulang dapat terlihat sebagai irregularitas pada korteks
hiperekhoik. Komplikasi dari arthritis reumatoid, seperti tenosinovitis dan ruptur
tendon, juga dapat divisualisasikan dengan menggunakan ultrasonografi. Hal ini
sangat berguna pada sendi MCP dan IP. Tulang karpal dan sendi karpometakarpal
tidak tervisualisasi dengan baik karena konfigurasinya yang tidak rata dan
lokasinya yang dalam.

A B
Erosi (tanda panah) pada sendi metakarpofalangs pada penderita artritis reumatoid
(A) bidang longitudinal (B) bidang transverse. M, kaput metakarpal dan P, falangs.

(A) Gambaran normal bagian longitudinal dari sendi metakarpofalangs.


(B) Sendi metakarpofalangs pada pasien artritis reumatoid. FP, bantalan
lemak; M dan MC,kaput metakarpal; P, falangs; S, sinovitis.

Sonografi telah digunakan dalam mendiagnosis artritis reumatoid dengan


tujuan meningkatkan standar yang tepat untuk radiografi konvensional.
Ultrasonografi, terkhusus dengan menambahkan amplitude color doppler (ACD)
Imaging, juga menyediakan informasi klinis yang berguna untuk dugaan artritis
reumatoid. ACD imaging telah diaplikasikan untuk artritis reumatoid dengan tujuan
mengevaluasi manifestasi dari hiperemia pada peradangan jaringan sendi.
Hiperemia sinovial merupakan ciri patofisiologi yang fundamental untuk artritis
reumatoid.

6.7. MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menyediakan gambaran yang baik
dengan penggambaran yang jelas dari perubahan jaringan lunak, kerusakan
kartilago, dan erosi tulang-tulang yang dihubungkan dengan artritis reumatoid.

koronal T1-weighted pada sendi metakarpofalangs 2-4, memperlihatkan


erosi radial yang luas pada kaput metakarpal 2 dan 3.

Diagnosis awal dan penanganan awal merupakan manajemen utama pada


artritis reumatoid. Dengan adanya laporan mengenai sensitivitas MRI dalam
mendeteksi erosi dan sinovitis, serta spesifitas yang nyata untuk perubahan edema
tulang, hal itu menandakan bahwa MRI merupakan penolong untuk mendiagnosis
awal penyakit artritis reumatoid. MRI juga memberikan gambaran yang berbeda
pada abnormalitas dari artritis reumatoid, sebagai contoh, erosi tulang, edema
tulang, sinovitis, dan tenosinovitis.
8. Diagnosa Banding

OA RA GOUT PSEUDOGOUT

Age of onset 50+ 20 – 40 40+ 40+


(years)
Sex ♀=♂ ♀3 : 1♂ ♀1 : 10♂ ♀1 : 3♂

clinical Painful Early Acute Acute attacks:


deformitis morning attacks: sodium
stifness: sodium Pyrophosphate
symmetry uratextals: crystal
thopy
Rheumatid - + - -
factor
HLA B- 27 - - - -

location Big Small joint Various: 1st Big joints knees/


joints/hips/ MCP/PIP MTP ankles/ wrists/
knee/ disc spaces
shoulders
Symmetry Fairly Yes No Ussualy

Initial joint S.T. S.T. swelling Joint effution


space
radiography swelling and with or
squaring
off joint space whitout
calcification
Joint space and ostephyt
later
calcification no no Soft tissue: chondrocalcinosis
tophi
Osteoporosis No Juxta- No no
articular
generelize
Cysts & Central cyst Peripheral: Punch out none
erosion at edges of with sclerotic
joint margins

(Griffiths, 1981)

7. Penatalaksanaan

Terapi untukRAtelah meningkat pesatdalam 30tahun terakhir. Saat


memberikan perawatan kepada pasien membantu mereka tetap berfungsi dengan
baik dan dalam tingkatan normal. . Denganobat yang tepat, banyak pasiendapat
mencapai"remisi" - yaitu, tidak memilikitanda-tandapenyakit aktif.

Tidak ada obatuntukRA. Tujuanpengobatan adalah untukmengurangigejala.


Doktermelakukan ini denganmemulai terapimedis yang tepatsecepat mungkin,
sebelumsendi mengalami kerusakan permanen. Tidak adapengobatan tunggalyang
bekerja untuksemua pasien. Banyak orangdenganRAharus mengubahpengobatan
merekasetidaknya sekaliselama hidup mereka. (American College of
Rheumatology)

Pharmaceutical treatments for rheumatoid arthritis: Corticosteroids

Generic Manufacturer
Name U.S. Trade Name(s)* How Supplied Usual Adult Dose

Cortico- Multiple Acetate - Injectable Acetate:


steroids: Medrol®, Depo- IM—20, 40, and 80 IM—10 to 80 mg
Methyl- Medrol®, Solu- mg/ml every 1 to 2 weeks
prednisolone Medrol® Intra-articular,
Sodium succinate - intralesional —4 to
Injectable: 80 mg every 1 to 5
IM—40, 125, and weeks
500 mg, 1 and 2 g
vials Sodium succinate:
IM—10 to 80 mg
Oral: daily
IV—10 to 40 mg
Generic Manufacturer
Name U.S. Trade Name(s)* How Supplied Usual Adult Dose

Tabs—2, 4, 8, 16, every 4 to 6 hours; up


and 32 mg to 30 mg/kg every 4
to 6 hours

Oral:
2 to 60 mg in 1 to 4
divided doses to start,
followed by gradual
reduction

Prednisone Multiple Oral Solution—1 and Use lowest effective


Deltasone®, 5 mg/ml dose. Usually ≤ 10
Sterapred®, Tabs—1, 2.5, 5, 10, mg/day, but doses
LiquiPred 20, and 50 mg range from 5–60
mg/day

Prednisolone Multiple Oral Use lowest effective


Orapred®, Solution/Syrup—5, dose (5 to 7.5
Pediapred®, 15, and 20 mg/5 ml mg/day), up to 60
Prelone®, Delta- Oral Tabs—5 and 15 mg/day
Cortef®, mg
Econopred®

IM = intramuscular; IV = intravenous; kg = killigram; mg = milligram; ml


= millileter

Pharmaceutical treatments for rheumatoid arthritis: Oral DMARDs


Manufacturer
U.S. Trade
Generic Name Name(s)* How Supplied Usual Adult Dose

Hydroxy- Multiple Oral Tabs—200 200 to 400a mg/day in 1 or 2


chloroquineb Plaquenil®b mg divided doses

Leflunomideb Multiple Oral Tabs—10 10 to 20 mg/day in a single


Arava®b and 20 mg dose. May give loading dose
of 100mg/day for 3 days in
patients with low risk of
hepatic or hematologic
toxicity.

Methotrexateb Multiple Injectable—25 IM, SQ, oral—7.5 to 20


Trexall®b, mg/ml, 20 mg mg/week in a single dose
Folex®b, and 1 g vials
Rheumatrex®b Oral Tabs—2.5,
5, 7.5, 10, and 15
mg

Sulfasalazineb Multiple Oral 500 to 3,000 mg/day in 2 to


Azulfidine®b, Suspension— 4 divided doses
EN-tabs®b, 250 mg/5 ml
Sulfazine®b Oral Tabs—500
mg

G = gram; IM = intramuscular; mg = milligram; ml = millileter

a. Listed trade names are limited to commonly prescribed U.S. products w hen
multiple trade names are available.
b. Initial dose is 400 to 600 mg/day for 4 to 12 weeks.

Dosed according to the RA dosing recommendations.

Pharmaceutical treatments for rheumatoid arthritis: Biologic


DMARDs
Manufacturer
Generic U.S. Trade Injectable
Name Name(s)* Supply Usual Adult Dose

Abatacept Bristol Myers 250 mg vial IV—Dosed according to


Squibb body weight (< 60 kg = 500
Orencia® mg; 60–100 kg = 750 mg;
>100 kg = 1,000 mg); dose
repeated at 2 weeks and 4
weeks after initial dose,
and every 4 weeks
thereafter
SQ—may give weight-
based IV loading dose,
then 125 mg SQ once
weekly

Adalimumab Abbott 40 mg/0.8 ml, 20 SQ—40 mg every other


Humira® mg/0.4 ml week; may increase to 40
prefilled syringe mg per week in patients not
taking concomitant MTX

Anakinraa Amgen 100 mg/0.67 ml SQ—100 mg/day; dose


Kineret® syringe should be decreased to 100
mg every other day in renal
insufficiency

Certolizumaba UCB 200 mg powder SQ—Initial dose of 400 mg


Pegol Cimzia® for (as 2 SQ injections of 200
reconstitution, mg), repeat dose 2 and 4
200 mg/ml weeks after initial dose;
solution Maintenance dose is 200 mg
every other week (may
consider maintenance dose
of 400 every 4 weeks)

Etanercept Amgen 50 mg/ml in 25 SQ—50 mg once weekly


Pfizer mg or 50 mg with or without MTX
Immunex single use
Enbrel® prefilled syringe
Manufacturer
Generic U.S. Trade Injectable
Name Name(s)* Supply Usual Adult Dose

Golimumab Centocor Ortho 50 mg/0.5 ml SQ—50 mg once per month


Biotech syringe in combination with MTX
Simponi®

Infliximab Centocor Ortho 100 mg in a 20 ml IV—3 mg/kg in


Biotech vial combination with MTX at 0,
Remicade® 2, and 6 weeks followed by
maintenance every 8 weeks
thereafter; may increase to
maximum of 10 mg/kg or
treat as often as every 4
weeks

Rituximaba Biogen 100 mg/10 ml IV—1,000 mg IV infusion


Idec/Genentech and 500 mg/50 separated by 2 weeks (one
Rituxan® ml vial course) every 24 weeks or
based on clinical evaluation,
but not sooner than every 16
weeks

Tocilizumaba Genentech/Roche 80 mg/4 ml, 200 IV—4 mg/kg every 4


Actemra®, mg/10 ml, 400 weeks; increase to 8 mg/kg
RoActemra® mg/20 ml vial every 4 weeks based on
clinical response

Kg = kilogram; mg = milligram; ml = millileter; MTX = methotrexate; IV =


intravenously SQ = subcutaneously

Listed trade names are limited to commonly prescribed U.S. products w hen
multiple trade names are available.

Dosed according to the RA dosing recommendations..

(Donahue, 2012).
Pengelolaan Didirikan RA

Tujuan dari pengobatan adalah untuk menekan semua peradangan dan


mencegah kerusakan sendi.Kebanyakan pasien akan memerlukan terapi DMARD
jangka panjang. Mempertimbangkan follow up setiap 3-6 bulan dan khusus setiap
6-12 bulan setelah peradangan di obati.

Pada setiap kunjungan :

 Menilai terapi obat saat ini termasuk dosis dan pemantauan efek samping.
 Periksa sendi untuk peradangan aktif( Jika review diperlukan klinis fitur ).
 Ketika awal CRP atau ESR meningkat , penilaian serial mungkin
membantu.
 Tinjaumasalah kesehatanumum dan penyakit penyerta.

Jika penilaianmenunjukkanperadangan aktifyang sedang berlangsung, kemudian


mempertimbangkanataumeninjau:
 Kepatuhan terhadaprejimen pengobatan.
 Dosisobatsaat ini dandosissubstitusi/penambahanobatalternatif.
 Rujukankembalike dokter spesialis.
 Rujukan kembali ke Physiotherapist (PT) atau/dan Occupational Therapist
(OT).

Jika penilaianmenunjukkankerusakan sendi, kemudian mempertimbangkanatau


meninjau:
 Menghilangkan nyeri.
 Rujukan kembali ke Physiotherapist (PT) atau/dan Occupational Therapist
(OT).
 Rujukan ke bedah.
Selalumempertimbangkan bahwapasienmungkin memilikikombinasi
dariperadangan dan kerusakan (British Columbia Medical Assosiation).

Edukasi

 Melindungi sendi.
 Olahraga di rumah.

Istirahat relatif
Diperlukan untuk sendi meradang yang akut.

Latihan

Penyakit akut : dengan sangat sendi yang meradang , pembidaian dilakukan untuk
tidak ada pergerakan dilakukan dua kali sehari dan untuk mencegah kontraktur
jaringan lunak.

Penyakit ringan : ( sinovitis moderat ) membutuhkan Program


isometrik(Cuccurullo, 2004).

8.Follow up

Untuk mencegah terjadinya komplikasi, orang-orang dengan RA harus


secara reguler berkonsultasi dengan ahli kesehatan. Untuk memonitor peradangan
yang berhubungan dengan penyakit-penyakit rematik dilakukan tes C-Reaktif
Protein (CRP) dan tes Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR).

Tes CRP dapat memonitor peradangan yang berhubungan dengan penyakit-


penyakit rematik. Kenaikan dari angka CRP dalam darah menunjukan bahwa pasien
tersebut mengalami infeksi atau peradangan akut. Pada orang yang sehat, CRP
biasanya kurang dari 10 mg/L darah. Kebanyakan dari infeksi dan peradangan
menunjukan angka CRP yang lebih tinggi dari 100 mg/L darah. Walaupun tes
tersebut tidak memberikan hasil spesifik untuk mendiagnosis RA, tes tersebut dapat
menunjukan kelainan autoimun, dan dapat juga membantu ahli kesahatan untuk
memonitor peradangan dan menentukan apakah pengobatan sudah tepat.

Tes ESR dapat dilakukan untuk mengukur dan memonitor peradangan yang
dihubungkan dengan penyakit rematik. Tes darah ini dapat mengukur laju sel darah
merah yang belum menggumpal.

Selama fase respon terhadap peradangan, jumlah fibrinogen yang tinggi


dapat menyebabkan sel-sel darah merah yang berlengketan satu sama lain.
Peningkatan angka ESR dapat menunjukan bahwa pasien tersebut mengalami
penyakit rematik. Nilai normal pada laki-laki yang berumur kurang dari 50 tahun
adalah 15 mm/jam, dan nilai normal untuk laki-laki yang berumur lebih dari 50
tahun adalah 20 mm/jam. Nilai normal pada perempuan berumur kurang dari 50
tahun adalah 20 mm/jam, dan nilai normal pada perempuan yang berumur lebih dari
50 tahun adalah 30 mm/jam (Lehigh Valley Health Network, 2014).
9. Prognosis

RA sering menyebabkan deformitas pada sendi metacarpophalangeal


(MCP). Pasien-pasien dengan deformitas yang parah dapat dihambat dengan
operasi silicone metacarpophalangealarthroplasty (SMPA) (Chung KC.,2012).

Sedangkan dari hasil penelitian Quinn et al pada tahun 2005 didapatkan


kekambuhan menggunakan terapi standard dengan atau tanpa infliximab pada
pasien RA dengan prognosis buruk.

BAB 3
Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang kami kutip adalah :

1. RA merupakan penyakit peradangan kronik yang menyerang secara sistemik.


2. Penyebab pastinya belum diketahui.
3. Gejala klinis yang paling sering ditemui adalah kekakuan sendi pada pagi hari
dalam jangka waktu yang lama merupakan gejala yang umum.
4. Tanda pada foto polos awal dari artritis reumatoid adalah peradangan
periartikular jaringan lunak bentuk fusiformis yang disebabkan oleh efusi
sendi dan inflamasi hiperplastik sinovial. Nodul reumatoid merupakan massa
jaringan lunak yang biasanya tampak diatas permukaan ekstensor pada aspek
ulnar pergelangan tangan atau pada olekranon, namun adakalanya terlihat
diatas prominensia tubuh, tendon, atau titik tekanan.
5. Penatalaksanaan RA untuk saat ini tidak ada obat yang spesifik, tetapi tujuan
pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala.
6. Follow up untuk penyakit RA dapat dilakukan 2 pemeriksaan yaitu CRP dan
ESR.

DAFTAR PUSTAKA
Arthritis Foundation. http://www.arthritis.org/conditions-treatments/disease-
center/rheumatoid-arthritis/ diambil pada tanggal 22 Maret 2014

BCGuidelines.ca. 2012. Rheumatoid Arthritis Diagnosis, Management and


Monitoring. British Columbia Medical Assosiation.

Cuccurullo, S. 2004. Physical Medicine and Rehabilitation Board Review.New


York: Demos Medical Publishing. Available
from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK10277/?term=rheumatoid%
20arthritis

Donahue KE, Jonas DE, Hansen RA, et al. 2012. Drug Therapy for Rheumatoid
Arthritis in Adults: An Update [Internet]. Rockville (MD): Agency for
Healthcare Research and Quality (US); (Comparative Effectiveness
Reviews, No. 55.). Available
from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK97388/?term=rheumatoid%
20arthritis

Eric Ruderman, MD, Siddharth Tambar, and reviewed by the American College of
Rheumatology Communications and Marketing Committee.
2012.Rheumatoid Arthritis.www.rheumatology.org

Grassi W, De Angelis R, Lamanna G, Cervini C.,1998. The clinical features of


rheumatoid arthritis. Italy : NCBI.

Griffiths, H. J., 1981. Basic Bone Radiology. New York: Appleton century crofts/
New York.

Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Meschan, I., dkk. 1985. Rontgen Signs in Diagnostic Imaging ED2th. Philadelphia:
W. B. Saunders Company.

Min-Hsiung Pan,dkk., 2010.Anti-inflammtory activity of natural dietary


flavonoidshttp://pubs.rsc.org/ di ambil 17 Maret 2014

Remmers, et al.,2007. STAT4 and the Risk of Rheumatoid Arthritis and Systemic
Lupus Erythematosus. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2630215/

Anda mungkin juga menyukai