Anda di halaman 1dari 12

BRAIN DEATH

Iqbal Hilmi Fauzan


FK UMS 2013
Kematian Otak
Untuk tujuan terapan, kematian otak
diklasifikasikan menjadi tiga jenis:
Kematian Otak Kortikal
Kematian Batang Otak
Kematian Otak Utuh
Kematian Otak Cortikal
 Disebut juga sebagai kematian cerebral atau persistent vegetative
state
 Dalam kondisi ini, pasien secara klinis mengalami koma dan
terdapat tanda-tanda disfungsi otak berat dengan hilangnya
aktivitas otak akibat dari :
1. Hipoksia
2. Trauma
3. Toksik/racun
 Dalam kondisi ini, orang tersebut akan ada dalam keadaan
vegetatif karena batang otak mempertahankan respirasi dan
aktivitas jantung
 Orang vegetatif dianggap tidak mati, tapi karena kehilangan
kesadaran yang ireversibel, mereka dianggap sebagai "mayat
hidup"
Kematian Batang Otak
 Kematian batang otak secara praktis dinggap sebagai
hilangnya fungsi vital yang mengontrol aktivitas jantung,
respirasi dan jalur reticular secara ireversible dan
permanen. Disini cerebrum mungkin masih intak/utuh
tetapi fungsionalnya terputus dari batang otak.
 Diagnosis kematian batang otak didasarkan pada
batang otak yang sudah tidak berfungsi secara
permanen. Undang-undang Transplantasi Organ
Manusia Act tahun 1994 di India, menyebutkan bahwa
kematian batang otak didefinisikan sebagai "kematian
batang otak merupakan suatu keadaan dimana semua
fungsi dari batang otak terhenti secara permanen dan
ireversibel"
Kematian Otak Utuh

 Disebut juga sebagai kematian otak campuran


 Terdiri dari kombinasi antara kematian otak kortikal dan
batang otak.
 Kematian otak terjadi ketika sel-sel mengalami
anoksia/tidak adanya oksigen didalam tubuh manusia.
Yang terjadi pertama kali dari kematian otak adalah
kematian korteks serebral diikuti oleh otak tengah dan
batang otak.
Pentingnya Penentuan Kematian Otak

Implikasi praktis medikolegal untuk penentuan kematian


otak adalah:
1. Penentuan awal kematian otak untuk pengambilan
cepat organ untuk tujuan transplantasi
2. Legalitas peralatan pendukung terhentinya kehidupan
3. Penentuan waktu kematian dalam litigasi pidana dan
perdata
Penentuan Kematian Batang Otak
Penentuan kematian otak dilakukan di India, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam UUD Transplantasi Organ manusia Act
1994 dan disertifikasi oleh dewan ahli medis yang terdiri dari berikut:
1. Praktisi Medis yang terdaftar (RMP) di Rumah Sakit bertanggung
jawab menentukan kematian batang otak
2. RMP independen, Spesialis, untuk dinominasikan oleh RMP yang
bertanggung jawab di Rumah Sakit harus disetujui oleh otoritas
yang berwenang
3. Seorang ahli saraf atau ahli bedah saraf untuk dinominasikan oleh
RMP yang bertanggung jawab di Rumah Sakit harus disetujui oleh
otoritas berwenang
4. RMP menangani seseorang yang mengalami kematian batang
otak
Kondisi
Diagnosis kematian batang otak tergantung pada kondisi
berikut :
1. Pasien harus dalam keadaan koma dan penyebab coma
"kerusakan struktural batang otak" (yaitu, hipoksia
berkepanjangan, trauma, penyakit atau keracunan) harus
ditetapkan
2. Pengecualian penyebab lain dari coma-vide inra
3. Tidak adanya refleks batang otak
4. Tidak ada respirasi spontan
5. Orang yang mengalami kematian otak harus diperiksa oleh
ahli medis dua kali pada selang waktu enam jam
6. Sertifikat kematian otak harus ditandatangani oleh semua
anggota
Penyebab Coma yang harus
disingkirkan :
 (Suhu inti tubuh <90 ° F atau 32,2 C) hipotermia
 Obat penekan sistem saraf pusat seperti barbiturat,
benzodiazepin dll. overdosis / keracunan
 Gangguan metabolik endokrin
 Intoksikasi (alkohol).
Refleks Batang Otak
Kerusakan struktural dan fungsional kematian batang otak
harus dinilai dari tidak adanya refleks batang otak.
1. Tidak adanya respon pupil
2. Tidak adanya refleks kornea
3. Tidak adanya refleks vestibulo-okular (respon kalori)
4. Tidak adanya meringis
5. Tidak adanya batuk / refleks muntah
6. Tidak adanya respon motorik saraf kranial terhadap
rangsangan nyeri
7. Tidak adanya respirasi spontan
Refleks Nervus Cranial Mati batang
otak
Murid Aferen - N.II Tidak Respon
Eferen - N.III
Kornea Aferen - NV TidakRespon
Eferen - N.VII
Vestibulo- Aferen - N.VIII TidakRespon
coclear Eferen - N.III & VI
Meringis Aferen - NV TidakRespon
Eferen - N.VII
Batuk Aferen - N.IX TidakRespon
Eferen – NX
Kesalahan dalam Diagnosis Kematian
 Biasanya tidak ada kesulitan yang muncul dalam mendiagnosis
kematian somatic, tetapi dalam kasus-kasus tertentu kesalahan
mungkin terjadi karena suara jantung lemah atau gerakan
pernapasan. Demikian pula kesalahan mungkin timbul jika
pemeriksaan klinis tidak dilakukan dengan benar. Berikut ini adalah
kondisi dimana kesulitan mungkin timbul atau kesalahan mungkin
terjadi :
1. Kasus kematian jelas
2. Hipotermia
3. Depresan SSP, misalnya keracunan barbiturat
4. Gangguan metabolik dan endokrin

Anda mungkin juga menyukai