Anda di halaman 1dari 17

MATI BATANG OTAK

PEMBIMBING : dr. Sumarnita Tarigan,Sp.S


Anatomi Batang Otak
Definisi Mati

 Mati Klinis

Henti napas (tidak ada gerakan napas spontan) ditambah henti sirkulasi (jantung) total


dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.

 Mati Biologis (Kematian semua organ)

Selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila
upaya resusitasi dihentikan. Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua jaringan,
dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sikulasi,
diikuti oleh jantung, ginjal, paru, dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau
hari.
Lanjutan…

 Mati Serebral (Kematian Korteks)

Kerusakan ireversibel serebrum, terutama neokorteks. Mati otak (MO, kematian otak
total) adalah mati serebral ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum,
otak tengah, dan batang otak

 Mati Sosial ( Status vegetative yang menetap)

Merupakan kerusakan berat ireversibel pada pasien yang tetap tidak sadar dan tidak
responsif, tetapi mempunyai elektroensefalogram (EEG) aktif dan beberapa reflek yang utuh.
DEFINISI MBO

 Berdasarkan Panduan Australian and New Zealand Intensive Care Society (ANZICS) yang


dipublikasikan pada tahun 1993, kematian otak didefinisikan sebagai berikut: “Istilah
kematian otak harus digunakan untuk merujuk pada berhentinya semua fungsi otak secara
ireversibel. Kematian otak terjadi saat terjadi hilangnya kesadaran yang ireversibel (koma),
dan hilangnya respon refleks batang otak dan fungsi pernapasan pusat secara ireversibel,
atau berhentinya aliran darah intrakranial secara ireversibel”.
Lanjutan…

 Dalam penyataan IDI tentang mati dalam SKPB IDI No.336/PBIDI/a.4 tertanggal 15 maret
1988 yang disusul dengan SKPB IDI No.231/PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut
dinyatakan bahwa seorang dikatakan mati, bila fungsi pernafasan dan jantung telah
berhenti secara pasti atau ireversibel, atau terbukti telah terjadi kematian batang otak
Etiologi

 Penyebab umum kematian otak termasuk trauma, perdarahan intrakranial, hipoksia,

overdosis obat, tenggelam, tumor otak primer, meningitis, pembunuhan dan bunuh diri.

Dalam kepustakaan lain, hipoglikemia jangka panjang disebut sebagai penyebab kematian

otak.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi penting terjadinya kematian otak adalah peningkatan hebat tekanan
intrakranial (TIK) yang disebabkan perdarahan atau edema otak. Jika TIK meningkat
mendekati tekanan darah arterial, kemudian tekanan perfusi serebral (TPS) mendekati nol,
maka perfusi serebral akan terhenti dan kematian otak terjadi.

Penghentian aliran darah ke otak secara total akan menyebabkan hilangnya kesadaran
dalam waktu 5 sampai 10 detik. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada pengiriman oksigen ke
sel-sel otak yang kemudian langsung menghentikan sebagian metabolismenya. Aliran darah ke
otak yang terhenti untuk tiga menit dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang bersifat
irreversibel.
Kriteria MBO

 Kriteria Harvard

Kunci perkembangan diagnosis kematian otak diterbitkan “Kriteria Harvard”, kunci diagnosis
tersebut adalah :

• Tidak bereaksi terhadap stimulus noksius yang intensif (unresponsive coma).

• Hilangnya kemampuan bernapas spontan.

• Hilangnya refleks batang otak dan spinal.

• Hilangnya aktivitas postural seperti deserebrasi.

• EEG datar.

Hipotermia dan pemakaian depresan seperti barbiturat harus disingkirkan. Kemudian, temuan klinis
dan EEG harus tetap saat evaluasi sekurang kurangnya 24 jam kemudian
Lanjutan…
 Kriteria Minnesota

elemen kunci kriteria Minnesota adalah :


 Hilangnya respirasi spontan setelah masa 4 menit pemeriksaan.

 Hilangnya refleks otak yang ditandai dengan: pupil dilatasi, hilangnya

refleks batuk, refleks kornea dan siliospinalis, hilangnya doll’s eye


movement, hilangnya respon terhadap stimulus kalori dan hilangnya refleks
tonus leher.

 Status penderita tidak berubah sekurang-kurangnya dalam 12 jam

 Proses patologis yang berperan dan dianggap tidak dapat diperbaiki.


Lanjutan…

Pertimbangan utama dalam mendiagnosis kematian otak adalah sebagai berikut :

 Hilangnya fungsi serebral

 Hilangnya fungsi batang otak termasuk respirasi spontan

 Bersifat ireversibel.

Hilangnya fungsi serebral ditandai dengan berkurangnya pergerakan spontan dan


berkurangnya respon motorik dan vokal terhadap seluruh rangsang visual, pendengaran dan
kutaneus. Refleks-refleks spinalis mungkin saja ada
Langkah Penetapan Diagnosis MBO
Langkah-langkah penetapan kematian batang otak meliputi hal-hal berikut :

 Evaluasi kasus koma

 Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi terkini pasien

 Penilaian klinis awal refleks batang otak

 Periode interval observasi

o Sampai dengan usia 2 bulan, periode interval observasi 48 jam

o Usia lebih dari 2 bulan - < 1 tahun, periode interval observasi 24 jam

o Usia lebih dari 1 tahun - < 18 tahun, periode interval observasi 12 jam

o Usia 18 tahun ke atas, periode interval observasi berkisar 6 jam


Lanjutan…

 Penilaian klinis ulang refleks batang otak

 Tes apnea

 Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi

 Persiapan akomodasi yang sesuai

 Sertifikasi kematian batang otak

 Penghentian penyokong kardiorespirasi


Faktor Perancu
 Kondisi-kondisi berikut dapat mempengaruhi diagnosis klinis kematian batang otak,
sedemikian rupa sehingga hasil diagnosis tidak dapat dibuat dengan pasti hanya
berdasarkan pada alasan klinis sendiri. Pada keadaan ini pemeriksaan konfirmatif
direkomendasikan :

1. Trauma spinal servikal berat atau trauma fasial berat

2. Kelainan pupil sebelumnya

3. Level toksis beberapa obat sedatif, aminoglikosida, antidepresan trisiklik,


antikolinergik, obat antiepilepsi, agen kemoterapi, atau agen blokade neuromuskular

4. leep apnea atau penyakit paru berat yang mengakibatkan retensi kronis CO 2
Kesimpulan

Kriteria untuk kematian otak sendiri berevolusi seiring waktu. Kematian otak

didefinisikan sebagai hilangnya semua fungsi otak secara ireversibel, termasuk batang otak.

Tiga temuan penting dalam kematian otak adalah koma, hilangnya refleks batang otak, dan

apnea. Pada pasien, harus diperiksa kondisi-kondisi serta kriteria eksklusi. Harus ditemukan

kondisi cedera otak berat yang konsisten dengan proses terjadinya kematian otak, tidak

bernafas secara spontan, dan hasil yang negatif pada pemeriksaan refleks-refleks batang otak.

Anda mungkin juga menyukai