Anda di halaman 1dari 29

MATI BATANG OTAK

Oleh :
Feriandi Handuga
Ferlijan Abdima

Pembimbing :
dr. Riswandi, Sp.An

BAGIAN/SMF ANESTESIOLOGI DAN INTESIVECARE


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
Definisi Mati

• Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan


sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan
respirasi secara permanen (mati klinis).
• Walaupun kematian batang otak mudah dipahami dalam
sebuah konsep namun untuk menjelaskan dalam kata-
kata definisi dari kematian batang otak adalah hal yang
cukup sulit. Pada jaman Mesir kuno dan Yunani
“Kematian adalah Ketika jantung yang merupakan
bagian vital dari jiwa seorang manusia berhenti
berdetak”. (steven laureys, death unconsiousness and
the brain)
PP RI No 18 Tahun 1981
meninggal dunia adalah keadaan insani yang
diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang
bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut
jantung seseorang telah berhenti.
Indonesia

IDI (1985)
seseorang dinyatakan mati jika batang otaknya
tidak berfungsi lagi.
henti nafas (tidak ada gerak nafas
Mati Klinis spontan) ditambah henti sirkulasi (jantung)
total dengan semua aktivitas otak terhenti,
tetapi tidak ireversibel.

selalu mengikuti mati klinis bila tidak


Mati biologis dilakukan resusitasi jantung paru (RJP)
atau bila upaya resusitasi dihentikan
Mati kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum,
serebral terutama neokorteks.

mati serebral ditambah dengan nekrosis


Mati Otak
sisa otak lainnya, termasuk serebelum,
otak tengah dan batang otak.
Etiologi
• Trauma
• Perdarahan intrakranial
• Hipoksia
• Overdosis obat
• Tenggelam
• Tumor otak primer
• Meningitis
• Pembunuhan
• Bunuh diri
Patofisiologi
Diawali ↑ TIK TIK mendekati
Tekanan Darah
contoh : perdarahan,
Arterial
edema otak

Tekanan perfusi
Kematian Perfusi
serebral mendekati
Otak serebral
nol
Terjadi berhenti
Otak hanya mendapat 23
ml/100 mg/menit (normal
55 ml/100 mg/menit
Kriteria Mati Batang Otak
Mati otak  penghentian ireversibel
semua fungsi otak.
Kriteria Harvard untuk mati otak :
Tak reseptif dan tak responsif
Tak ada gerakan ( observasi selama 1 jam)
Tidak ada refleks-refleks
EEG isoelektrik
NB : semua tes diulangi minimal 24 jam.
Kriteria Minnesota
• Menekankan pentingnya henti nafas sebagai
penentu mati otak.
• Kriteria :
– Diketahui ada lesi intrakranial yang tidak dapat
diperbaiki
– Tak ada gerakan spontan
– Henti nafas
– Refleks batang otak negatif
– Semua hasil pemeriksaan tak berubah selama paling
sedikit 12 jam.
Mekanisme Mati Otak

Neuronal Injury Neuronal Swelling

Decreased Intracranial Increased Intracranial


Blood Flow Pressure
Diagnosis
• Diagnosis kematian batang otak merupakan
diagnosis klinis.
• Bila telah dipastikan, normalnya ventilator  akan
dilepaskan dari pasien dan henti jantung akan
terjadi tidak lama kemudian.
• Diagnosis MBO mempunyai dua komponen
utama :
– Keadaan pra kondisi
– tes klinik fungsi batang otak
Keadaan Pra Kondisi
• Pasien dalam keadaan koma dengan henti
napas, yaitu tidak responsif dan dibantu
ventilator
• Penyebabnya adalah kerusakan otak
struktural yang tidak dapat diperbaiki lagi,
yang disebabkan oleh gangguan yang
dapat menuju MBO
Tes Klinis Fungsi Batang Otak
• Penentuan kematian batang otak
memerlukan penilaian fungsi otak oleh
minimal dua orang klinisi dengan interval
waktu pemeriksaan beberapa jam.
• Tiga temuan penting pada kematian batang
otak :
– koma dalam
– hilangnya seluruh refleks batang otak
– apnea.
KOMA DALAM
• Koma dalam tidak adanya respon
motorik serebral terhadap rangsang nyeri
di seluruh ekstremitas (nail-bed pressure)
dan penekanan di supraorbital
Hilangnya Refleks Batang Otak
• Tidak ada refleks cahaya
• Tidak ada refleks kornea
• Tidak ada refleks vestibulo-okular
• Tidak ada respon motor dalam distribusi saraf
kranial terhadap rangsang adekuat pada area
somatik
• Tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau
refleks batuk terhadap rangsang oleh kateter
isap yang dimasukkan ke dalam trakea
Tes Apnea
• Tes apnea dapat dilakukan apabila :
– Suhu tubuh ≥36,5⁰ C
– Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam
sebelumnya)
– PaCO normal (PaCO arterial ≥ 40 mmHg)
2 2

– PaO normal (pre-oksigenasi arterial PaO


2 2

arterial ≥ 200 mmHg)


• Jika syarat terpenuhi, tes apnea dapat
dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai
berikut :
– Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan
ventilator
– Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea.
– Amati dengan seksama adanya gerakan pernafasan.
– Ukur PaO , PaCO , dan pH setelah kira-kira 8 menit,
2 2

kemudian ventilator disambungkan kembali


• Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan
PaCO2 ≥ 60 mmHg (atau peningkatan PaCO2
lebih atau sama dengan nilai dasar normal),
hasil tes apnea dinyatakan positif.
• Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes apnea
dinyatakan negatif.
• Hubungkan ventilator selama tes apnea apabila
tekanan darah sistolik turun sampai < 90 mmHg.
• Jika refleks batang otak semua hasilnya
negatif dan tes apnea menunjukkan tidak
adanya gerakan pernapasan, maka pasien
dinyatakan mati batang otak.
DAFTAR PUSTAKA
• Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia tentang mati. Surat
Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia SK PB IDI
No.231/PB.A.4/07/90
• Laureys Steven. Death, unconsiousness and the brain; Science and
Society; Nov 2005.
• Wijdicks. Current Concepts, The Diagnosis of Brain Death, N Engl J
Med, 2010, 344 (16)
• Kowalks, Welsh, Mayer. Buku Ajar Patofisiologi.2011
• Burkle CM, Pope TM (2015). Brain death: legal obligations and the
courts. Brain Death Wijdicks EFM (editor). Thieme. p.174 – 179
• Muramoto O. Informed consent for the diagnosis off brain death: a
conceptual argument. Philosophy, Ethics, and Humanities in
Medicine. 2016;11(8):1-15
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai