Anda di halaman 1dari 18

Inspeksi Kornea

Pemeriksaan Fluoresein Dan Uji Sensibilitas Kornea

Lia Utari
Pembimbing : dr. Eva Imelda, M.Ked, Sp. M
ANATOMI KORNEA
PEMERIKSAAN FLUORESEIN
Fluoresein adalah pewarnaan khusus yang memulas kornea dan
menonjolkan setiap ketidakteraturan pada permukaan epitel kornea.

Fluoresein adalah tes yang menggunakan pewarna orange


(fluorescein) dan cahaya biru untuk menilai adanya defek pada
kornea dan mendeteksi benda asing di mata. Tes ini juga dapat
mendeteksi kerusakan pada epitel kornea, permukaan luar mata
Tujuan
1. Tes ini berguna dalam mengidentifikasi goresan dangkal atau
masalah lain pada permukaan kornea.
2. Melihat benda asing pada  permukaan mata.
3. Mengetahui abnormalitas produksi air mata (mata kering)
4. Kornea abrasi (goresan pada permukaan kornea)
5. Benda asing tubuh (corpus allienum), seperti bulu mata atau
debu
6. Infeksi
7. Cedera atau trauma
8. Mata kering parah yang berhubungan dengan arthritis
(keratoconjunctivitis sicca)
Prinsip Kerja
Zat warna fluoresin bila menempel  pada epitel kornea
yang defek akan memberikan warna hijau karena jaringan
epitel yang rusak  bersifat lebih basa
ALAT DAN BAHAN

Zat warna fluoresein 0,5% - 2%


tetes mata atau kertas fluoresein
Obat tetesanestetikum pantokain
Aqua bides atau larutan garam
fisiologik
Kertas tissue
Sediaan Fluoresein
Prosedur Pemeriksaan

Menggunakan Fluoresein Tetes


 Mata ditetes pantokain 0,5% sebanyak 1 tetes pada mata yang
ingin diperiksa
 Zat warna fluoresein diteteskan pada mata yang ingin diperiksa
(1 tetes)
 Zat warna diirigasi dengan menggunakan aqua bides atau
larutan garam fisiologik sampai air mata tidak berwana hijau
lagi
 Kornea dilihat dengan seksama dengan memakai lampu biru
apakah ada yang berwarna hijau atau tidak.
Menggunakan Kertas Fluoresein

 Sepotong kertas blotting yang mengandung pewarna disentuhkan ke


permukaan mata (selama 20 detik).

 Pasien diminta untuk berkedip. Berkedip menyebarkan pewarna sekitar dan


melapisi “film air mata” menutupi permukaan kornea. (Film air mata
mengandung air, minyak, dan lendir untuk melindungi dan melumasi mata.)

 Lampu biru diarahkan ke mata pasien. Setiap masalah pada permukaan kornea
akan diwarnai dengan pewarna dan tampak hijau di bawah cahaya biru.
Intepretasi
1. Bila terdapat warna hijau
pada kornea berarti terdapat
defek pada epitel kornea
2. Defek ini dapat dalam
bentuk erosi kornea atau
Keratitis epiteleal pada kornea ditunjukkan dengan
fluoresein tes dengan cahaya biru (kiri), dengan cahaya
infiltrat yang mengakibatkan
biasa (kanan)
kerusakan pada epitelkornea.
SENSIBILITAS KORNEA
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi saraf
trigeminus yang memberikan sensibilitas kornea.

Pengukuran sensibilitas kornea penting untuk


mendiagnosis, monitoring atau prognosis kornea dan
penyakit sistemik yang melibatkan nervus siliaris.

Sensibilitas kornea terpengaruhi oleh antara lain, warna


iris, adanya arcus senilis, menstruasi, kehamilan, dan
pemakaian obat topical antiinflamasi nonsteroid.
 Pemeriksaan sensibilitas kornea menggunakan dua alat ukur yaitu
estiometer dan kapas pilin.

 Estiometer mempunyai nilai kuantitatif sehingga hasil pengukuran


tampak gradasi dan mudah untuk dianalisa, tetapi tidak tau nilai
berapa yang dianggap  positive atau negative.

 Sedangkan menggunakan kapas pilin hanya mempunyai nilai kualitatif


yaitu positive dan negative tetapi tidak dapat diketahui gradasinya.

 Penggabungan dua alat ukur tersebut menghasilkan nilai kuantitatif


dan kualitatif.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
Menggunakan kapas pilin

Caranya dengan meminta penderita melihat ke arah


nasal, kemudian dirangsang dengan kapas basah dari
bagian lateral kornea. Bila refleks  berkedip (+) berarti
sensibilitas kornea baik dan fungsi trigeminus normal.
Menggunakan Estesiometer

Pasien duduk di depan pemeriksa, kemudian mata yang akan diperiksa disinari
lampu senter dari jarak kurang lebih 40 cm, dan pasien diminta melihat ke ara
lampu senter.

Estesiometer dengan panjang filamen 6 cm, diarahkan ke mata responden dan


disetuhkan ke kornea parasentral bagian temporal dengan arah tegak lurus
sampai filamen sedikit membengkok 5 derajat.

Bila tidak ada refleks berkedip maka pemeriksaan diulangi dengan panjang
filamen dikurangi 0,5 cm, begitu seterusnya sampai terjadi refleks berkedip.
Hasil yang dicatat adalah panjang filamen terpanjang yang menyebabkan
refleks kedip.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai