BAB I
PENDAHULUAN
menghasilkan
menimbulkan
sperma
sehingga
ketidaknyamanan
kesalahan
sepanjang
hidup
penanganan
seorang
lelaki.
akan
Bila
disfungsi
ereksi,
bahkan
kematian
jaringan
testis
yang
trauma,
dan
berbagai
macam
benjolan
yang
dapat
menimbulkan
terjadi pada laki-laki usia 40-59 tahun. Epididimitis jarang terjadi pada anak-anak
prepubertas.4
Proses non infeksi yang sering menimbulkan keluhan nyeri akut pada skrotum
adalah torsio testis. Torsio testis merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang
urologi karena torsio testis menyebabkan strangulasi pada aliran darah testis
sehingga dapat berakhir dengan nekrosis dan atrofi testis. 5 Angka kejadian torsio
testis adalah 1 dari 160 orang remaja laki-laki dan 1 dari 4000 orang laki-laki
berusia kurang dari 25 tahun. Dua pertiga kasus terjadi pada rentang usia 12 18
tahun.6 Keadaan ini harus dibedakan dengan keluhan nyeri akut pada skrotum
lainnya karena keterlambatan diagnosis dan penanganan akan menyebabkan
hilangnya
testis
dan
skrotum.7 Berdasarkan
penelitian,
torsio
testis
dapat
diselamatkan 100% bila ditangani kurang dari 6 jam sejak terjadinya nyeri, hanya
20% yang dapat diselamatkan bila penanganan torsio dilakukan sesudah 12 jam,
dan 0% testis yang dapat bertahan bila ditangani sesudah 24 jam sejak timbulnya
nyeri.7
Faktor lain yang dapat menimbulkan keluhan nyeri akut pada skrotum adalah
trauma. Jumlah trauma pada skrotum yang murni berdiri sendiri yang terjadi di
Amerika hanya sekitar 1%. Rentang usia berkisar antara 10-30 tahun. Testis kanan
lebih sering terkena trauma dibandingkan dengan testis kiri karena kemungkinan
besar dapat terbentur saat mengenai os pubis. 7,8
Hernia inguinalis inkarserata sebagai salah satu diagnosa banding dari nyeri akut
pada skrotum banyak dikeluhkan oleh laki-laki. Hernia inguinalis yang sering
mengalami inkarserta adalah hernia inguinalis lateralis dan 75% lebih sering terjadi
pada laki-laki.9
tidak terlalu ringan (menengah) dan terjadi dalam beberapa hari cenderung
mengarahkan kepada epididimitis ataupun torsio appendiks testis.
Riwayat trauma
Adanya riwayat trauma tidak mengesampingkan diagnosis torsio testis.
Terjadinya trauma pada skrotum saat berolahraga sering menimbulkan nyeri
dalam
waktu
singkat.
Perlu
dilakukan
pemeriksaan
lebih
lanjut
bila
didapatkan adanya nyeri menetap setelah satu jam dari terjadinya trauma
untuk mengesampingkan diagnosis ruptur testis dan torsio akut.
Adanya riwayat hidrokel saat lahir serta undescensus testisdapat menjadi
predisposisi terjadinya hernia inguinalis ataupun torsio testis.
Adanya gejala pada infeksi pada traktus urinarius lebih mengarahkan
diagnosa kepada epididimitis ataupun orkhitis. Gejala ini juga diikuti oleh
gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, mual atau muntah serta adanya
riwayat pernah menderita infeksi pada traktus urinarius, pemasangan alat
pada saluran kemih, trauma maupun tindakan pembedahan. Kebanyakan
proses inflamasi yang terjadi pada anak-anak tidak hanya berhubungan
dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tapi juga disebabkan oleh virus,
trauma, atau adanya refluks urin.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pemeriksaan terhadap abdomen untuk mencari adanya nyeri pada
regio flank dan distensi vesika urinaria.
Pemeriksaan pada region inguinal dilakukan untuk menentukan secara jelas
adanya hernia inguinalis, bengkak maupun eritema.
di
daerah
menebal
dan
sedangkan
bila
funikulus.
teraba
Adanya funikulus
lembut
teraba
mendukung
lembut
saja
spermatikus
torsio
yang
testis,
mengindikasikan
testis.
Adanya
menandakan adanya
torsio testis.
transiluminasi
untuk
membedakan
hidrokel
dengan hernia.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan urin dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa infeksi traktus urinarius
pada pasien dengan nyeri akut pada skrotum. Pyuria dengan atau tanpa bakteri
mengindikasikan adanya suatu proses infeksi dan mungkin mengarah kepada
epididimitis. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan darah dan sediment
urin.11,12
Pemeriksaan Radiologis
Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah : 11,12
1. Color Doppler Ultrasonography
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri testikularis.
Merupakan Gold Standar untuk pemeriksaan torsio testis dengan sensitivitas
82-90% dan spesifitas 100%.
Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar testis
yang echotexture
Ultrasonografi dapat menemukan abnormalitas yang terjadi pada skrotum
seperti hematom, torsio appendiks dan hidrokel.
Pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam dan
adanya perubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis
sudah mulai terjadi.
2. Nuclear Scintigraphy
Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk
melihat aliran darah testis.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran
darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.
Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah
iskemia akibat infeksi.
Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu
Adanya daerah yang mengandung sedikit proton pada salah satu skrotum
merupakan tanda patognomonik terjadinya torsio.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
akut
skrotum
tergantung
dari
diagnosis
yang
ditegakkan.
Penyebab terbanyak
yang
menimbulkan
keluhan
EPIDIDIMITIS
1. Definisi
Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididimis.
Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk kurva (koil) yang menempel di
belakang testis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma yang matur. 3
1: Epididymis
2: Head of epididymis
3: Lobules of epididymis
4: Body of epididymis
5: Tail of epididymis
6: Duct of epididymis
7: Deferent duct (ductus
deferens or vas deferens)
dari
35
tahun
dan
homoseksual. Ureaplasma
urealyticum,
(seperti
Henoch-Schnlein
purpura
pada
anak-anak)
sering
timbulnya
epididimitis
dengan
rasa
nyeri
yang
hebat,
pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh terasa sangat nyeri. Gejala yang
juga sering menyertai adalah nyeri di selangkangan, daerah antara penis dan
anus serta punggung bagian bawah, demam dan menggigil. Pada pemeriksaan
colok dubur didapatkan prostat yang membengkak dan terasa nyeri jika
disentuh.
Tindakan pembedahan seperti prostatektomi.
seperti duh uretra dan nyeri atau itching pada uretra (akibat uretritis), nyeri
panggul dan frekuensi miksi yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat
infeksi pada vesika urinaria yang disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah
perineum, frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan terbakar
saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut prostatitis), demam dan nyeri
pada regio flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut pielonefritis). 6
Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai timbul
dari bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke
seluruh testis, skrotum dan kadangkala ke daerah inguinal disertai peningkatan
suhu badan yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja dan
tidak disertai dengan mual dan muntah.4,17
5. Tanda Klinis
Tanda klinis pada epididimitis yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik
adalah :3,4,15,16,17
Pada pemeriksaan ditemukan testis pada posisi yang normal, ukuran kedua testis
sama besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis dan epididimis
membengkak di permukaan dorsal testis yang sangat nyeri. Setelah beberapa
hari, epididimis dan testis tidak dapat diraba terpisah karena bengkak yang juga
meliputi testis. Kulit skrotum teraba panas, merah dan bengkak karena adanya
udem dan infiltrat. Funikulus spermatikus juga turut meradang menjadi bengkak
dan nyeri.
Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal
Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat ke
atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Namun
pemeriksaan ini kurang spesifik.
Pemeriksaan ini memiliki rentang kegunaan yang luas dimana pemeriksaan ini
lebih banyak digunakan untuk membedakan epididimitis dengan penyebab
akut skrotum lainnya.
Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi pasien
(seperti ukuran bayi berbeda dengan dewasa)
Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah
pada arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri testikularis
cenderung meningkat.
Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya abses skrotum
sebagai komplikasi dari epididimitis.
Kronik epididimitis dapat diketahui melalui pembesaran testis dan epididimis
yang disertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan menimbulkan
gambaran echoyang heterogen pada ultrasonografi.
Gambar 3. HasilColor Doppler sonogram di atas
menunjukkan peningkatan aliran darah epididimis
akibat adanya proses inflamasi4
2. Nuclear Scintigraphy
Pemeriksaan
ini
menggunakan
technetium-99
aliran
darah
yang
meragukan
4. Seminoma testis
5. Trauma testis
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis
dan bedah, berupa :
a. Penatalaksanaan Medis
Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. Antibiotik yang
sering digunakan adalah :3,4,6,15,20
Fluorokuinolon, namun penggunaannya telah dibatasi karena terbukti resisten
terhadap kuman gonorhoeae
Sefalosforin (Ceftriaxon)
Levofloxacin atau ofloxacin untuk mengatasi infeksi klamidia dan digunakan
pada pasien yang alergi penisilin
Doksisiklin, azithromycin, dan tetrasiklin digunakan untuk mengatasi infeksi
bakteri non gonokokal lainnya
Penanganan epididimitis lainnya berupa penanganan suportif, seperti : 16
Pengurangan aktivitas
Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama dua
sampai tiga hari untuk mencegah regangan berlebihan pada skrotum.
Kompres es
4. Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun obstruksi dari duktus
epididimis
5. Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism
6. Fistula kutaneus
11. Prognosis
Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang tepat dan
adekuat serta melakukan hubungan seksual yang aman dan mengobati partner
seksualnya. Kekambuhan epididimitis pada seorang pasien adalah hal yang biasa
terjadi.6
TORSIO TESTIS
1. Definisi
Torsio testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus yang berakibat
terjadinya gangguan aliran darah pada testis. 7
timbulnya
gangguan
perdarahan
testis
mulai
dari
bendungan vena yang menimbulkan oklusi arteri sampai iskemia yang dapat
menyebabkan nekrosis dan gangrene.5,7,17
Putaran torsi berkisar antara 180 o-720o, namun derajat yang menimbulkan
oklusi pembuluh darah dimulai dari 450 o-720ohingga terjadinya iskemia pada
arteri.21
4. Klasifikasi
Berdasarkan anatomi, torsio testis dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
5,21,22
Ekstravaginalis, tipe ini terjadi pada masa neonatus, umumnya karena terjadi
sebelum testis terfiksasi sempurna pada masa prenatal sehingga terjadi puntiran
testis pada fiksasi testis di bagian proksimal tunika vaginalis di masa
perkembangannya. Angka kejadiannya adalah 5% dari semua kejadian torsio
tertis dan berhubungan dengan berat badan lahir yang lebih. Torsio tipe ini dapat
pula disebabkan oleh undesensus testis.
Intravaginalis, tipe ini terjadi puntiran di dalam tunika vaginalis yang lebih dikenal
dengan fenomena lonceng dan bandulnya (bell and clapper deformity), biasanya
terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Tipe ini timbul akibat ketegangan yang
berlebihan pada testis. Angka kejadiannya adalah 16% dari semua kejadian
torsio testis
5. Gejala Klinis
Timbul nyeri testis yang hebat dan tiba-tiba yang sering disertai nyeri perut
dalam, mual dan muntah, serta demam. Nyeri perut selalu ada, sebab berdasarkan
perdarahan dan persarafannya, testis tetap merupakan organ perut. Pada 50%
pasien,
memiliki
spontan.7,16,17
6. Tanda Klinis
riwayat
nyeri
skrotum
yang
berulang
yang
menghilang
Pada permulaan testis teraba agak bengkak dengan nyeri tekan dan terletak
agak tinggi di skrotum, testis letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal dari testis
kontra lateral., pada torsi yang baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau
penebalan funikulus spermatikus. Kulit skrotum menjadi udem, berwarna merah
sehingga menyulitkan palpasi serta hilangnya refleks kremaster, dan Phren
sign positif.7,16
Torsio testis yang terjadi pada masa prenatal memiliki tanda berupa massa di
skrotum yang berbentuk bulat dan keras dan pemeriksaan transiluminasi bernilai
negatif.25
7. Pemeriksaan Laboratorium5,7,23
Hasil pemeriksaan urinalisis biasanya normal, namun pada 30% kasus,
ditemukan adanya leukosit pada urin.
Pada pemeriksaan darah, didapatkan hasil yang normal, namun pada 60%
kasus torsio terdapat peningkatan leukosit yang menandakan telah terjadi
proses infeksi
Pemeriksaan C-Reactive Protein (protein fase akut) dapat digunakan untuk
membantu membedakan inflamasi yang disebabkan oleh epididimitis dan
proses noninflamasi yang disebabkan oleh torsio testis. Peningkatan nilai CRP
menunjukkan adanya suatu proses peradangan akut.
8. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan
radiologist
yang
dapat
digunakan
untuk
membantu
berupa
sedikit
pembesaran
testis
dengan
sedikit
Nuclear Scintigraphy
- Pemeriksaan ini dilakukan bila terdapat keragu-raguan dalam melihat aliran darah
testis sehingga tidak salah dalam membedakan torsio testis dengan kondisi
lainnya.
- Gambaran scan dapat dikatakan abnormal bila terdapat penurunan penangkapan
proton pada testis yang terkena. Gambaran ini menunjukkan tidak adanya aliran
darah pada daerah tersebut.
- Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 90-100% dalam melihat aliran darah testis.
9. Diagnosis
Diagnosis torsio testis dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan
fisik saja namun bila terdapat keragu-raguan dapat dilakukan konfirmasi diagnosis
dengan menggunakan pemeriksaan penunjang lainnya. 23
10. Diagnosis Banding
Diagnosis banding torsio testis adalah semua keadaan darurat dan akut di
dalam skrotum seperti hernia inguinalis inkarserata, epididimitis akut, hidrokel,
torsio hidatid morgagni, dll.5,17,22
11. Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi torsio testis adalah: 7,5,16
Terapi konservatif berupa Detorsi manual yaitu mengembalikan testis ke posisi
awalnya dengan memutar ke arah beralawanan dengan arah torsi. Tindakan ini
cukup menyakitkan dan memerlukan tindakan bedah definitif lanjutan untuk
memfiksasi testis.
Tindakan Operasi
Pemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai adanya suatu trauma pada urethra
yang dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda trauma pada urethra seperti
hematuria dan prostat yang melayang pada pemeriksaan colok dubur.
CT Scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat lokasi testis yang abnormal, struktur
anatomi intratestikular, dan perfusi pada setiap organ. CT scan yang dilakukan
adalah CT scan abdominopelvik.
8. Diagnosis
Diagnosis definitif trauma testis ditentukan dengan melakukan eksplorasi.
Ultrasonografi skrotum dapat memberi gambaran akurat kerusakan testis sehingga
dapat dihindari eksplorasi yang tidak perlu. 17
9. Diagnosis Banding
Dengan ananmnesis yang baik mengenai riwayat trauma, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan ultrasonografi, trauma testis dapat dibedakan dengan torsio
testis, tumor testis, epididimitis, maupun hidrokel. 17
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan trauma testis dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Konservatif
Terapi konservatif dilakukan bila hanya terjadi pembengkakan dan nyeri
tekan minimal, atau pada ultrasonografi tidak terbukti terdapat ruptur testis. Terapi
konservatif terdiri dari elevasi skrotum, aplikasi kantong es, dan pemberian
antibiotik. Antibiotik diberikan terutama pada kasus skin avulsion dan luka tusuk
pada daerah skrotum.9,17
Tindakan Bedah
Tindakan bedah yang dilakukan tergantung dari jenis trauma, seperti : 9,24,25
- Trauma tumpul pada skrotum
Eksplorasi skrotum dilakukan untuk menyelamatkan testis, mencegah infeksi,
mengontrol
perdarahan,
dan
mempercepat
pemulihan.
Bila
terjadi
ruptur
merupakan
bagian
terbuka
dari
fasia
tranversalis
dan
aponeurisis
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus seperti perut kembung, muntah, obstipasi, dengan
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila sudah terjadi
strangulasi karena gangguan vaskularisasi terjadi gangguan toksik akibat gangrene,
gambaran klinik menjadi komplek dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih
hebat di tempat hernia, nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneum, dan
pasien menjadi lebih gelisah disertai demam dan menggigil. 17
6. Pemeriksaan Fisik
Pada
pemeriksaan
tanda
vital
didapatkan
tanda-tanda
dehidrasi
dan
peningkatan suhu tubuh. Pada inspeksi yang ditemukan adalah benjolan kemerahan
yang tidak dapat dimasukkan lagi, pada palpasi didapatkan nyeri tekan di daerah
skrotum dan distensi abdomen, pada perkusi abdomen didapatkan perut kembung
dan hipertimpani, sedangkan pada auskultasi didapatkan hiperperistaltik usus
dan metallic sound. Dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal bila telah
terjadi komplikasi.17
7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. 17
8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari hernia inguinalis inkarserata adalah keluhan akut skrotum
lainnya dan ileus obstruktif.17
9. Penatalaksanaan19,26
Penanganan Hernia Inkarserata
Tidak ada terapi konservatif untuk hernia jenis ini. Yang harus dilakukan adalah
operasi secepatnya untuk menghilangkan ileus.
Jenis operasi :
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal
berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus
dangan
jahitan
terputus,
menutup
dan
memperkuat
fasia
transversa,
dan
herniotomy
kemudian
usus
dikeluarkan
dan
- usus non-viable
- KU pasien jelek
- Narcose (pembiusan) yang lama
Penatalaksanaan hernia inguinalis inkarserata pada anak dilakukan dengan pasien
dipuasakan, dipasang sonde lambung, infus rumatan dan disuntikkan sedatif
sampai pasien tertidur dalam posisi Tredelenberg. Dengan tertidur, diharapkan
tekanan intraperitoneal akan normal kembali dan diharapkan isi kantong hernia
akan masuk kembali ke rongga peritoneal. Bila dalam waktu 6 jam setelah pasien
tertidur, hernia tidak berhasil direduksi, herniotomi harus dilakukan dengan
segera.27
Pada bayi dan anak yang mempunyai anatomi inguinal yang normal, tindakan
herniotomi hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan
annulus inguinalis ke ukuran yang semestinya. 27
10. Komplikasi
Komplikasi hernia inguinalis inkarserata adalah infeksi, hematom skrotalis, hidrokel,
hernia inguinalis rekurens, dan bila isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi
hubungan dengan rongga perut.27
11. Prognosis
Prognosis hernia inguinalis inkarserata tergantung dari lamanya isi hernia terjepit
dan penanganan yang diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Perbaikan
klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1% -3% dalam jarak waktu 10 tahun
kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang berlebihan pada saat
perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia yang
terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan, lebih umum dalam pasien
dengan hernia direk, khususnya hernia direk bilateral. Kekambuhan tidak langsung
biasanya
akibat
eksisi
yang
tidak
adekuat
dari
ujung
proksimal
kantung.
yang
memerlukan
penanganan
yang
segera
tepat,
dan
adekuat.
Menentukan diagnosis akut skrotum bukanlah suatu hal yang mudah karena akut
skrotum dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab dan area pemeriksaan yang
lunak membuat pemeriksaan klinis menjadi lebih sulit sehingga perlu diketahui
lebih banyak tentang ciri-ciri yang membedakan dari tiap faktor penyebab.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yusuf Hakan avusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J
Pediatrics 2005;72(3):201-4
.
2. Stanley
J.
Swierzwieski. Testicular
pain/Scrotal
2007.http://www.urologychannel.com
3. Anonymous. Epididimitis. 2008. http://www.wikipedia.org
4. Edmund S Sabanegh. Epididimitis. 2008.http://www.emedicine.com
Pain.
Epididimitis
and
Orchitis.
2008.
American
Urology
Association. http://www.urologyhealth.com
7. Timothy J Rupp. Testicular Torsion. 2006.http://www.emedicine.com
8. Corinne Deurdulian, et al. US Acute Scrotal Trauma: Optimal Technique, Imaging,
Findings and Management, Radiographics 2007;27:357-69
9. Robert A Mevorach, MD. Scrotal Trauma. 2007.http://www.emedicine.com
10. Anonymous. Hernia. 2007. http://www.wikipedia.org
11. Laris E. Galejs and Evan J. Kass. Diagnosis and Treatment of Acute
Scrotum. AAFP J 1999;19(4)
12. Oren F. Miller. Acute Scrotum. Pediatric Urology of Oklahoma 2006
13. Anonymous. Evaluation
of
the
Acute
Scrotum.
1999.http://www.urologyweb.com
14. Anonymous. Acute
Scrotal
Pain.
2007.www.imagingpathways.health.wa.gov.au
15. John N. Krieger. Epididimitis. Dalam: Smiths General Urology 6 th ed. 2003.h18995
16. Francis X. Schneck, Mark F. Bellinger. Abnormalities of the testis and scrotum
and their surgical management. Dalam: Walsh : Campbells Urology 8 th ed.
2002.h267-77
17. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi. 1997, EGC
Jakarta
18. Anonymous.
Epididimitis
and
Orchitis.
Association. http://www.urologyhealth.com
2008.
American
Urology
19. G.A Luzz, T.S. OBrein. Acute Epididymitis. BJU Int. 2001;87,747-755
20. Anonymous. Picture Torsio Testis. 2008.http://www.medicastore.com
21. Stanley
J.
Swierzwieski. Testicular
pain/Scrotal
Pain.
2007.http://www.urologychannel.com
22. Giovanni Grechi, Vincenzo Li Marzi. Testicular Torsion in Glenns Urology Surgery
5th ed. 1998, h.70-5
23. Anonymous. Testicular Torsion. 2007.http://www.wikipedia.org
24. Gerald H. Jordan. Scrotal Trauma in Glenns Urology Surgery 5 th ed. 1998, h.22231
25. Jack W. McAnich. Injuries to the scrotum in Smiths General Urology 6 th ed.
2003.h222-35
26. Valerie J. Halpin, L. Michael Brunt. Hernias in Washington Manual Surgery.
2002.h89-95
27. Arif,
Mansjoer.
Kapita
Selekta
Kedokteran.
2000,
Jakarta, h.313,383
http://rizsa82.wordpress.com/2008/07/16/corpus-callosum/
Media
Aesculapius.