Anda di halaman 1dari 11

Kasus 3

Topik: dislokasi panggul


Tanggal (kasus): 8 Nov 2013
Tanggal (presentasi): 20 Nov 2013

Persenter: dr. Ridhalul Ikhsan


Pendamping: dr. Yunalis, M.Kes

Tempat Presentasi : Ruang Geutanyoe RSUTP


Obyektif Presentasi:

Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi : Laki-laki, 48 tahun, nyeri paha atas kanan


Tujuan:
-

Mampu mendiagnosis trauma yang mengakibatkan dislokasi panggul


Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan
Mampu melakukan penatalaksanaan yang tepat

Bahan bahasan:
Cara membahas:

Tinjauan Pustaka

Presentasi dan diskusi

Diskusi

Data pasien:
Nama klinik: RSUD Datu Beru

Riset

Nama: Tn. B
Telp: (-)

Kasus
Email
Nomor Registrasi: 02 01 58 07
Terdaftar sejak: 7 Nov 2013

Audit
Pos

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Pasien datang keluhan nyeri dipaha kanan dan panggul kanan sejak 3 hari SMRS. Sebelumnya pasien terpeleset dikamar mandi. Saat
2.
3.
4.
5.
6.
I.

ini pasien mengeluhkan nyeri dipaha kanan dan panggul kanan, sulit digerakkan, bengkak dan terasa panas.
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum mengkonsumsi obat apapun.
Riwayat kesehatan/penyakit:
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama.
Riwayat pekerjaan: Petani
Pemeriksaan Fisik
STATUS PRESENT
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Tekanan Darah
: 130/90 mmHg
4. Nadi
: 86x/menit, reguler
5. Frekuensi Nafas : 22x/menit
6. Temperatur
: 37o C
II. STATUS GENERAL
A. Kulit
Warna

: Sawo matang

Turgor

: Kembali cepat

Sianosis

: (-)

Oedema

: (-)

B. Kepala
Mata
Telinga
Hidung

: Cekung (-), refleks cahaya (+/+), konj. Palp inf pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
: Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
: Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-)

C. Mulut
Bibir

: Pucat (-), Sianosis (-)

Lidah

: Beslag (-), Tremor (-)

Mukosa

: Basah (+)

Tenggorokan

: Tonsil dalam batas normal

Faring

: Hiperemis (-)

D. Leher
Bentuk

: Kesan simetris

Kel. Getah Bening

: Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)

E. Axilla
F. Thorax

: Pembesaran KGB (+)

1. Thoraks depan
Inspeksi
Bentuk dan Gerak

: Normochest,

pergerakan simetris.

Tipe pernafasan

: Thorako-abdominal

Retraksi

: (-)

Palpasi
Stem premitus
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap.Paru bawah

Paru kanan
Normal
Normal
Normal

Paru kiri
Normal
Normal
Normal

Perkusi
Lap. Paru atas

Paru kanan
Sonor

Paru kiri
Sonor

Lap. Paru tengah


Lap.Paru bawah

Sonor
Sonor

Sonor
Sonor

Paru kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kanan
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)

Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kiri
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(-), Wh(-)

Auskultasi
Suara pokok
Lap. Paru atas
Lap.Paru tengah
Lap.Paru bawah
Suara tambahan
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
2. Thoraks Belakang
Inspeksi
Bentuk dan Gerak

: normochest,

pergerakan simetris.

Tipe pernafasan

: thorako-abdominal

Retraksi

: interkostal (-)

Palpasi
Stem premitus
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap.Paru bawah

Paru kanan
Normal
Normal
Normal

Paru kiri
Normal
Normal
Normal

Perkusi
Lap. Paru atas
Lap. Parutengah

Paru kanan
Sonor
Sonor

Paru kiri
Sonor
Sonor

Lap.Paru bawah

Sonor

Sonor

Suara pokok
Lap. Paru atas
Lap.Paru tengah
Lap.Paru bawah

Paru kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler

Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler

Suara tambahan
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah

Paru kanan
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)

Paru kiri
Rh(-),Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(-), Wh(-)

Auskultasi

G. Jantung
- Inspeksi

: Ictus cordis di ICS V

- Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V 2 cm lateral linea midclavicula sinistra


- Perkusi

Batas atas

: ICS III sinistra

Batas kanan : Linea parasternalis kanan


Batas Kiri
-

Auskultasi

: ICS V 2 cm lateral lnea midclavicula sinistra

: HR : 86 x/menit, reguler, bising (-).

H. Abdomen
-

Inspeksi

: Kesan simetris, distensi minimal (+)

Palpasi

: Nyeri tekan (-),


Lien tidak teraba, hepar teraba dibawah arcus costa dan 5 cm di bawah processus xipoideus (BPX)

Perkusi

: Tympani (+), Shifting Dullness (-)

Auskultasi

: peristaltik usus (+)

I. Genetalia
: Tidak dilakukan pemeriksaan
J. Anus
: Hemoroid (-)
K. Panggul
:
Inspeksi : Sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan abduksi. Tungkai tidak mengalami pemendekan karena
perlekatan musculus rectus femoris mencegah caput femur bergeser ke proksimal.
Palpasi : Teraba caput femur pada panggul dan nyeri.
ROM (Range Of Movement) : Terbatas dan nyeri jika digerakkan.
L. Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Edema
Ikterik
Gerakan
Tonus otot
Sensibilitas
Atrofi otot

Superior
Kanan
Kiri
+
Terbatas
Aktif
Berkurang
Normotonus
N
N
-

Inferior
Kanan
Kiri
Aktif
Aktif
Normotonus Normotonus
N
N
-

III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (7 Nov 2013)
Jenis pemeriksaan
Darah Rutin
Haemoglobin

Hasil Pemeriksaan

Nilai Rujukan

13,8 gr/dl

10,9 16,7 gr/dl

Leukosit

8,4 x 103 /ul

3,9-10,4.103/ul

Trombosit

297 x 103 / ul

148-382.103/ul

Hematokrit

30,8 %

32,5-49,4%

Clotting Time

4-15

Bleeding Time

3-7

Gol. Darah

Hasil foto rotgen femur


Dislokasi panggul dextra
IV.

DIAGNOSA SEMENTARA
Dislokasi anterior panggul dextra
V. PLANNING
1. Penatalaksanaan awal
2. Rawat di Ruang Bedah Pria

VI.

PENATALAKSANAAN

UMUM
-

Tirah baring

Diet makan biasa

VII.

KHUSUS
IVFD RL 20 ggt/i
Injeksi cefotaxim 1gr/12 jam
Injeksi ranitidine 1amp/12jam
Injeksi keterolak 1 amp/8 jam
PROGNOSIS

Quo ad vitam
Quo ad sanactionam
Quo ad functionam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

Daftar Pustaka:
1. Penanganan non-operatif dislokasi diakses pada http://www.id.wordpress.com/tag/bedah/orthopedi/penanganannon-oeratifdislokasi
diakses pada tanggal 15 Juli 2013.
2. Traumatic hip dislocation in adults diakses pada http://www.189.abstract.htm diakses pada 15 Juli 2013.
3. Koval KJ, Zuckerman JD, Handbook of fracture. Edisi III. Penerbit Lippincott Williams & Wilkins. 2006.
4. Laporan kasus dislokasi hip diakses pada http://www.astosit.blogspot.com/2010/09/laporan-kasus-dislokasi-hip.html diakses pada
15 Juli 2013.
5. Apley AG. Osteonecrosis of the hips. In: Apleys System of Orthopaedics and Fractures, 8 th Ed. Oxford: BH Co.2001.
6. Gustilo RB. Fracture dislocation of the hip. In: Fractures and Dislocations. Philadelphia: Mosby 1993.
7. Salter RB. Traumatic dislocation and fracture dislocation of the hip. In: Textbook of Disorders and Injuries of Musculoskeletal
System, 3 rd ed. New York: Churchill Livingstone.1999.
8. John T. Gorczyca, MD dalam Hip Dislocations and Femoral Head Fractures University of Rochester Medical Center Created
March 2004; Revised January 2006.
Joint Reduction, Hip Dislocation, Posterior diakses pada http://www.emedicine.medscape.com diakses pada tanggal 15 Juli 2013

Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui cara mendiagnosa dislokasi panggul
2. Mengenal komplikasi yang akan ditimbulkan
3. Mengetahui penatalaksaan yang tepat

Rangkuman
1. Subjektif:
Pasien datang keluhan nyeri dipaha kanan dan panggul kanan sejak 3 hari SMRS. Sebelumnya pasien terpeleset dikamar mandi. Saat ini
pasien mengeluhkan nyeri dipaha kanan dan panggul kanan, sulit digerakkan, bengkak dan terasa panas.

2. Objektif:
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sangat mendukung untuk mendiagnosa dislokasi panggul. Pada kasus ini
diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Gejala klinis berupa nyeri di antara paha kanan dan panggul sebelah kanan sejak 3 hari SMRS, sulit digerakkan, bengkak dan terasa

panas pada bagian yang cedera


Pemeriksaan inspeksi : Sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan abduksi. Tungkai tidak mengalami pemendekan karena
perlekatan musculus rectus femoris mencegah caput femur bergeser ke proksimal. Palpasi : Teraba caput femur pada panggul dan

nyeri. ROM (Range Of Movement) : Terbatas, dan nyeri jika digerakkan.


Pemeriksaan foto femur didapatkan dislokasi panggul.

3. Asesmen (penalaran klinis):


Dislokasi panggul adalah bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior),
di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentral). Dislokasi panggul terjadi akibat
trauma yang berkekuatan tinggi dan cedera lainnya yang mampu mengancam nyawa.1,2
Dislokasi panggul merupakan kasus emergensi yang harus ditangani segera mungkin. Apabila ditangani lebih dari 8 jam setelah
trauma akan menyebabkan 40% terjadinya nekrosis avaskular dan 10-20% akan mengalami kelumpuhan saraf dan juga terdapat komplikasi
lainnya yaitu kerusakan pembuluh darah (A.Glutea superior), biasanya terjadi pada dislokasi anterior, kerusakan kaput femur, miositis
osifikans, dan osteoarthritis.1,5,6,7
Dislokasi panggul dapat terjadi karena didapat maupun bawaan (kongenital), dislokasi panggul didapat dibagi dalam 3 tipe :
1. Tipe Dislokasi Posterior
Tipe dislokasi posterior merupakan tipe yang paling sering ditemukan dibandingkan tipe dislokasi anterior. Tipe ini terjadi sekitar
80-95% pada dislokasi panggul traumatik. Iliaka; kepala femur berada posterior dan superior sepanjang aspek lateral ilium. Caput femur
bergeser ke postero-inferior dan berada dekat greater sciatic notch. Saat trauma Arah trauma dan lutut ditransmisikan sepanjang batang

femur dan mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury) atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu dengan derjat
fleksi paggul bervariasi 1,3
2. Tipe Dislokasi Anterior
Dislokasi anterior terjadi sekitar 10-15% pada dislokasi panggul traumatik, Caput femur berada di daerah membrane obturator Pubik;
caput femur bergeser ke antero-superior sepanjang ramus superior os pubis. Pada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari suatu tempat
tinggi dan menggeserkan kaput femur di depan asetabulum. Mengakibatkan rotasi eksterna dan abduksi panggul.
3. Tipe Dislokasi Sentral
Pada keadaan ini ditemukan fraktur kominutif bagian sentral asetabulum dimana terjadi perpindahan caput femur dan fragmen
acetabulum ke dalam panggul. Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan arah samping sehingga trauma ditransmisikan lewat
trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput femors masuk ke rongga pelvis.1,4
Tipe Dislokasi Kongenital
Dislokasi kongenital adalah suatu fase dari berbagai ketidakstabilan pinggul pada bayi-bayi yang baru lahir. Biasanya pada saat
kelahiran, pinggul benar-benar stabil dan dipertahankan berfleksi sebagian. Tetapi, kadang-kadang sendi tak stabil dalam arti bahwa sendi itu
berdislokasi atau dapat berdislokasi-artinya meskipun biasanya berada di tempatnya, sendi itu dengan mudah dapat dibuat berdislokasi
dengan manipulasi perlahan-lahan.6
4. Plan:
Diagnosis: Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien dapat didiagnosis dislokasi anterior
panggul dextra.
Penatalaksanaan:
Terapi dilakukan dengan membaringkan penderita di lantai dan lakukan anestasi. Dengan melakukan pengamatan secara cermat,
suruh seorang asisten menarik pelvisnya dengan kuat sepanjang manuver pada SIAS. Pegang tungkai penderita dan bengkokkan panggul
dan lutut sampai 90o. Rotasikan tungkainya ke posisi netral. Hal ini akan mengubah dislokasi anterior menjadi posterior. Tarik tungkai
penderita terus menerus ke atas agar dapat mengangkat kaput femur ke dalam asetabulum.9

Jika panggul tidak dapat direduksi, turukan tungkainya ke lantai ketika sedang mempertahankan reduksi. Jika panggul masih tidak
dapat direduksi, maka gunakan traksi sesuai dengan arah deformitas (fleksi dan adduksi). Saat mempertahankan traksi, angkat tungkainya
pada posisi vertikal agar dapat membawa kaput femur pada tepi anterior asetabulum. Sekarang, dengan masih mempertahankan traksi,
rotasikan tungkai ke internal dan turunkan pahanya menjadi posisi yang diekstensikan.9
Jika panggul masih tidak dapat direduksikan, suruh seorang asisten terus memegang pelvis dengan kuat. Suruh asisten kedua berdiri di
depannya dan menarik dengan kuat sesuai dengan arah femur. Abduksikan panggul yang normal dan letakkan tumit anda tanpa sepatu pada
tempat kaput femur yang anda pikirkan. Kemudian tekan ke arah posterolateral hingga kaput masuk ke dalam socket dengan bunyi debam.
Jika gagal, rujuk untuk dilakukan reduksi terbuka. Setelah dilakukan reduksi diperlukan perawatan lebih lanjut, pertahankan penderita di
tempat tidur hingga ia dapat mengontrol panggulnya kembali. Kemudian biarka ia berdiri dan menahan beban berat. Amati kaput femur
terhadap nekrosis aseptik.9
Pendidikan: dilakukan pada pasien dan keluarga pasien untuk memahami kondisi penyakit pasien sehingga dapat membantu penyembuhan
pada pasien dan tetap member dukungan kepada pasien.
Konsultasi: konsultasi lebih lanjut ke ahli bedah ortopedi dan rehab medik untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut dan mencegah
komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai