Anda di halaman 1dari 38

Case repport

PLATEAU TIBIA FRACTURE

Pembimbing : dr. Rudiansyah Harahap, Sp.OT

Disusun oleh : Angga Prama Syamsudi Putra


REKAM MEDIS
2
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Pelem Golek Rt 06/II, Semarang
No CM : 25XXXXX
Tanggal masuk: 16-06-2017
Ruang/kelas : Amarilis I
3
ANAMNESIS

Keluhan utama : Nyeri pada lutut kiri


Riwayat penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD RSUD Tugurejo jam 09:00 WIB (16/06/2017) setelah
kecelakaan tunggal jatuh dari sepeda motor, pasien diantar oleh keluarganya
dengan keluhan nyeri pada lutut kiri dan sulit untuk digerakkan pada jam 01:30
WIB. Pasien jatuh sendiri akibat menghindari pengendara motor lain dari belakang,
pasien jatuh ke aspal dengan posisi kaki terlebih dahulu kemudian kaki kiri pasien
tertindih badan sepeda motor. Saat kejadian pasien dalam keadaan sadar, mual
muntah (-), pusing (-).
4
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Sosial dan Ekonomi
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal Pasien tinggal bersama berkeluarga. Biaya
Riwayat DM : disangkal pengobatan ditanggung BPJS.
Riwayat Alergi obat : disangkal Kebiasaan merokok (-), minum alkohol (-),
minum obat-obatan (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Kesan ekonomi : cukup.
Riwayat jantung : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal 5
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 17 Juli 2017 pukul 14.10 WIB
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15
Tanda vital
o Tekanan darah :125/80 mmHg
o Nadi : 88 x/menit, reguler (isi dan tegangan cukup)
o Respiratory rate : 20 x/menit, irama reguler
o Suhu : 36,7o C (aksiler) 6
STATUS INTERNUS

Kepala :Mesosefal,
Mata :Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, reflek pupil (+)
Hidung :Nafas cuping hidung (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-
/-), sekret (-), septum deviasi (-)
Telinga :Sekret (-/-), serumen (-/-), laserasi (-/-)
Mulut : bibir sianosis (-)
Thorax : Jantung (dbn), Pulmo (dbn)
Abdomen: dbn 7
STATUS LOKALIS

Regio Genu Sinistra


Look : vulnus (-) Hiperemis (+), oedema (+),
pemendekan dibanding kaki kanan (-), angulasi (-),
deformitas (-)
Feel : nyeri tekan setempat (+), krepitasi (-),
sensibilitas distal (+), suhu rabaan hangat (+),
pulsasi arteri dorsalis pedis (+), CRT < 2
Move : gerakan aktif dan pasif terhambat, nyeri
bila digerakkan (+), tampak gerakan terbatas (+),
ROM terbatas karena nyeri (+). 8
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hb 14.90 12.5-15.5 g/dL
Leukosit 13.47 4-10 Ribu
Eritrosit 5.602 4.4-5.9 Juta
Hematokrit 43.60 40-52 %
MCV 83.70 60-100 Mikro m3
MCH 27.60 26-34 Pg
MCHC 33.20 32-36 g/dL
RDW 13.00 11.5-14.5 %
Tombosit 270 140-392 Ribu
Limfosit 34.20 25-40 %
Monosit 8.00 2-8 Mikro m3
Eosinophil 2.70 2-4 103/mikro
Basophil 0.3 0-1.0 103/mikro
Neutrophil 57.50 50-70 103/mikro
Limfosit % 3.24 0.9-5.2 %
Monosit % 0.98 0.16-1 %
Eosinophil % 0.20 0.045-0.44 %
Basophil % 00.4 0-0.2 % 9
Neutrophil % 3.82 1.8-8 %
KIMIA KLINIK

GDS 86 70-100 mg/dL


SGOT 39 0-35 IU/dL

SGPT 40 0-35 IU/dL


Ureum 11.4 10-50 mg/dL

Kreatinin 0.75 0.45-0.75 mg/dL

SEROLOGI
HbsAg Non reaktif

PT + BT

Waktu Pembekuan 500 2-8 Menit

Waktu Perdarahan 145 1-3 Menit


10
X-foto genu sinistra
AP & Lateral

- Tampak garis lusen tibia


1/3 proksimal lateral.
- Soft tissue bengkak.
- Sela sendi tidak
menyempit.
- Struktur tulang baik.

Kesan :
Fraktur plateau tibia sinistra

11
INITIAL PLAN

1. Ip Dx: Fraktur plateau tibia sinistra


2. Ip Tx
Medika Mentosa :
Terapi cairan: infus RL 20 tpm
Antibiotik (Injeksi Novelmicin 1x2 gr IV)
Analgetik (Injeksi Dexketoprofen 2x1 amp IV)
Non-medikamentosa
Pasang spalk / bidai
Bed rest
12
Konsul spesialis orthopedi dan traumatologi : Pro ORIF
3. Ip Mx 4.Ip Ex
Keadaan Umum Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
dialami pasien
Tanda-tanda vital
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
ROM
Menjelaskan komplikasi yang bisa terjadi terhadap pasien
Compartment
syndrome Memberi arahan kepada pasien untuk dilakukan fisioterapi
Pasien di minta untuk menjaga kebersihan luka, juga konsumsi makan
tinggi protein dan vitamin, juga cukup istirahat

13
Post orif plateau tibia
dengan screw dan plat
penopang

14
PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam


Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

15
TINJAUAN PUSTAKA
16
ANATOMI REGIO GENU (KNEE JOINT)

Os Tibia terdiri dari akhir proksimal yang disebut


sebagai plateau (terbagi menjadi medial yang
berbentuk konkaf dan lateral yang berbentuk
konvex), tubercle, batang/shaft, dan akhir distal
disebut sebagai pilon (sendi dan medial
maleolus).
Tibial plateau merupakan penopang massa tubuh
dan melakukan artikulasi dengan condylus
femoralis untuk membentuk knee joint.
17
18
MEKANISME CEDERA

Dapat diakibatkan karena kekuatan pergeseran dan tekanan.


Kekuatan valgus atau varus Split
Beban axial Depresi
Kombinasi split / depresi (80 %)
Kekuatan kecepatan yg tinggi (bumper fracture)
Komminutif
Pergeseran
Cedera jaringan lunak 19
KLASIFIKASI

Schatzker

20
OTA

21
Three column

22
DIAGNOSIS

Anamnesis Pemeriksaan Fisik


Usia ATLS
Komorbiditas Luka terbuka, deformitas, pembengkakkan,
ketidakstabilan tulang.
Tingkat aktivitas pasien,
pekerjaan Kompartement sindrom
Mekanisme cedera Penilaian neurovaskular, API & ABI
Arah kekuatan benturan Distal pulses
Penilaian dan pemantauan pembengkakkan soft
tissue
23
RADIOLOGY

Foto X-ray

Pemeriksaan standar untuk trauma pada lutut


adalah dengan posisi anteroposterior (AP), lateral,
dan oblik. 24
Foto X-ray digunakan untuk mengidentifikasi garis
fraktur dan pergeseran yang terjadi tetapi tingkat
kominutif atau depresi dataran mungkin tidak terlihat 25
jelas.
Bila kondilus lateral remuk, ligamen
medial sering utuh, tetapi bila kondilus
medial remuk, ligament lateral biasanya 26
robek
CT-scan
digunakan untuk
mengidentifikasi adanya
pergeseran dari fraktur tibial
plateau. CT-scan potongan
sagital meningkatkan akurasi
diagnosis dari fraktur tibial
plateau dan diindikasikan pada
kasus dengan depresi artikular.
27
TATA LAKSANA

Non-Operative
Fraktur yang non-displaced dan stabil baik untuk
diterapi non-operative.
Pemakaian hinged cast-brace.
Latihan isometric untuk quadriceps, pasif, aktif,dan
pergerakan aktif dari lutut sebagai stabilitas dapat
dilakukan.
Dibolehkan untuk memikul beban tubuh secara partial
selama 8-12 minggu, dan progressif hingga memikul
beban tubuh secara keseluruhan.
28
Terapi dengan long leg cast juga dapat digunakan
Terapi non-operative. (a) tampaknya
tidak mungkin bahwa fraktur
bikondilus yang kompleks ini dapat
direduksi dengan sempurna dan
difiksasi secara memuaskan dengan
operasi, maka (b,c) pen traksi bawah
dimasukkan dan gerakan dilatih
dengan tekun (d) sepuluh hari
kemudian sinar X memperlihatkan
reduksi yang sangat baik dan hasil
akhir sangat bagus.

29
Operative
Indikasi operasi pada fraktur tibial plateau adalah7 :
Fraktur terbuka
Floating Knee
Depressi pada articular yang dapat ditoleransi adalah <2mm
sampai 1 cm.
Sindrom kompartemen
Adanya kerusakan vascular.
30
Polytrauma
Terapi pembedahan berdasarkan tipe fraktur nya (Schatzker classification) yaitu :
Schatzker tipe 1. Fraktur yang bergeser. Fragmen kondilus yang besar harus benar-benar
direduksi dan difiksasi pada posisinya. Ini terbaik dilakukan dengan operasi terbuka.
Schatzker tipe 2. Fraktur komunitif. Pada dasarnya ini adalah fraktur kompresi, mirip dengan
fraktur kompresi vertebra. Kalau depresi ringan (kurang dari 5 mm) dan lutut stabil atau jika
pasien telah tua dan lemah serta mengalami osteoporosis, fraktur diterapi secara tertutup
dengan tujuan memperoleh kembali mobilitas dan fungsi bukannya restitusi anatomis.
Schatzker tipe 3. Kominusi dengan fragmen lateral yang utuh. Prinsip terapinya mirip dengan
prinsip yang berlaku untuk fraktur tipe 2

31
Schatzker tipe 4. Fraktur pada kondilus medial. Fraktur yang sedikit bergeser dapat
diterapi dalam gips penyangga. Kalau fragmen nyata sekali bergeser atau miring,
reduksi terbuka dan fiksasi diindikasikan. Kalau ligament lateral juga robek, ini harus
diperbaiki sekaligus
Schatzker tipe 5 dan 6. Merupakan cedera berat yang menambah resiko sindrom
kompartemen. Fraktur bikondilus sering dapat direduksi dengan traksi dan pasien
kemudian diterapi seperti pada cedera tipe 2

32
Raft-screw. (a-c) ukuran kortikal screw sebesar 3,5 mm dimasukkan dibawah
subkondral dan dari raft diatas fragmen plateau. Pada kasus tipe 2,5, atau 6, diperlukan
juga buttress plat
33
Fraktur tibial plateau- fiksasi. (a) sekrup tunggal mungkin sudah mencukupi untuk retakan
sederhana, meskipun (b) plat penopang dan sekrup lebih aman. (c) depresi yang lebih dari 1 cm
dapat diterapi dengan peninggian dari bawah dan (d) disokong dengan pencangkokan tulang. (e)
fraktur compels dapat diterapi dengan operasi tetapi, kecuali kalau reduksi dapat dijamin
sempurna, terapi dengan traksi dan gerakan saja mungkin lebih bijaksana ; mengikat fragmen yang
menonjol ke atas permukaan sendi akan mengundang osteoarthritis dini
34
KOMPLIKASI

Early Late
Sindroma kompartemen. Pada fraktur Kekakuan sendi
bikondilus tertutup terdapat banyak
perdarahan dan resiko munculnya Malunion atau non-union
sindrom kompartemen. Kehilangan fiksasi
Kerusakan dari nervus peroneal. Hal ini
umum terjadi pada trauma di aspek
lateral dimana nervus peroneal berjalan
dari proksimal ke bagian atas dari fibula
dan lateral dari tibial plateau
Laserasi arteri popliteal 35
PROGNOSIS

Fraktur tibial plateau dapat menyebabkan kerusakan yang


parah
Insidensi arthritis post trauma dihubungkan dengan usia
pasien, lokasi dari pergeseran, dan reduksi.
Fraktur karena energy tinggi yang diterapi dengan fiksasi
eksternal hanya memiliki insidensi sebesar 5% mengenai
masalah luka

36
1. Appley, A. Graham, Louis Solomon, 1995; Terjemahan Ortopedi, dan Fraktur Sistem Appley; Edisi Ketujuh, Widya Medika, Jakarta.

2. Basmajian, John, 1978; Therapeutic Exercise.; Third edition, The William and Wilkins, London.

3. Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue.

4. Sjamsuhidajat R, Jong W. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi III. Jakarta: EGC.

5. Chusid, JG, 1993; Neuro Anatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Edisi empat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

6. Kisner, Carolyn and Lynn Callby, 1996; Therapeutic Exercise Fundation and Techniques: Third edition , FA. Davis Company, Philadelphia.

7. Norkin, C. C, Joice and White, 2005; Measurement of Joint Motion a Guide to Goniometry; Second edition, F. A Davis Company, Philadelpia.

8. Norkin and White, 1995; Measurement of Joint Motion a Guide to Goniometry; Second Edition, F.A Davis Company , Philadelpia.

9. Skinner, Harry B. 2006. Current Diagnosis & Treatment In Orthopedics. USA: The McGraw-Hill Companies.

10. Snell, Richard. S, 2013. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Bagian 2. Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

11. Russe, OA ,& John JG , 1975; International SFTR Method Of Measuring and Receding Joint Motion: First Edition, Hans Hubber Publishers
Bern Stuttgart Vienna, Switzerland. 37
TERIMA KASIH

38

Anda mungkin juga menyukai