Anda di halaman 1dari 24

REAKSI JARINGAN MUSKULOSKELETAL TERHADAP PENYAKIT DAN CEDERA

Setelah mereview struktur dan fungsi normal dari berbagai jaringan muskuloskeletal, kamu sekarang
siap untuk mereview struktur dan fungsi abnormal yang disebabkan oleh reaksi biologis jaringan
terhadap penyakit dan cedera. Sebagai pelajar, dan praktisi, kamu harus selalu ingat kalau pasienmu
adalah manusia-dengan kemauan ini itu. Jadi, kamu harus harus memikirikan bagaimana reaksi
jaringannya, atau kedinamisan biologis sel muskuloskeletal, yang bertindak dan bereaksi sebagai
populasi hidup sejalan dengan waktu dan lokasi tertentu-yang merupakan patogenesis dari berbagai
situasi patologis. Dengan mengetahui reaksi ini, atau proses patologinya, kamu akan mengerti lebih baik
tentang manifestasi klinis, radiografi dan laboratorium dari banyak kondisi klinis abnormal dari sistem
muskuloskeletal yang kamu hadapi di depan pasien. Sehingga, dengan manifestasi klinis ini, kamu bisa
membuat diagnosa yang intelek seperti yang didiskusikan di chapter 5. Sebagai tambahan kamu akan
lebih menghargai alasan atau rasionalisasi untuk prinsip umum dan metode spesifik dari penatalaksaan
nya, seperti yang digariskan di chapter 6 dan dijelaskan di chapter sebelumnya

TULANG

Reaksi dari Tulang

Tulang, yang merupakan jaringan ikat tipe spesial hanya memiliki reaksi terbatas terhadap sejumlah
besar kondisi abnormal. Meskipun hasil dari reaksi ini dimanifestasikan dengan perubahan signifikan
pada struktur kasar tulang, sifat utama dari reaksi baiknya dijelaskan pada level mikroskopik selular
karena reaksi terjadi pada tulang hidup.

Ada empat cara dasar dimana tulang bereaksi terhadap kondisi abnormal :

(1) Kematian lokal, (2) perubahan deposisi tulang (3) perubahan resorpsi tulang dan kegagalan mekanik
berupa fraktur.

Ketika area tulang sepenuhnya jauh dari aliran darah, terjadi reaksi kematian lokal (nekrosis tulang
avaskular). Segmen resultan dari tulang mati kemudian menjadi kondisi abnormal sendiri yang
menginisiasi reaksi lanjut dari jaringan hidup sekitarnya, seperti yang didiskusikan di ch 13. Tulang yang
masih hidup dapat bereaksi terhadap kondisi abnormal baik dengan perubahan deposisi atau perubahan
resorpsi atau keduanya. Deposisi tulang bagaimanapun menyangkut kombinasi 2 proses utama disebut
pembentukan osteoblas dari matriks organik dan kalsifikasi dari matriks ini membentuk tulang,
kalsifikasi dari matriks dapat kurang dari normal (hipokalsifikasi), tapi jarang lebih dari normal. Jadi
reaksi dari tulang hidup adalah sbb:

1. Gangguan deposisi tulang


a) Peningkatan deposisi (peningkatan formasi matriks dengan kalsifikasi normal)
b) Penurunan deposisi (penurunan formasi matriks atau hipokalsifikasi)
2. Gangguan resorpsi tulang
a) Peningkatan resorpsi
b) Penurunan resorpsi
3. Kombinasi gangguan deposisi dan resorpsi

Kondisi abnormal dapat mendorong satu atau lebih reaksi pada bagian tulang yang terkena
(reaksi lokal tulang sebagai struktur) atau dapat mendorong satu atau lebih reaksi pada seluruh
tulang (reaksi umum tulang sebagai organ). Reaksi pada tulang ini lebih dari ketertarikan
akademik , mereka memiliki kepentingan klinis karena menyebabkan perubahan densitas tulang
dan dapat dideteksi dan dipelajari dengan baik oleh adanya tomografi computer dan magnetic
Resonance Imaging (MRI). Baik peningkatan deposisi atau penurunan resorpsi atau kombinasi
keduanya, dijumpai lebih banyak tulang terdeteksi oleh peningkatan densitas radiografik,
dimana pada reaksi yang berlawanan dihasilkan sedikit tulang dan terdeteksi oleh penurunan
densitas radiografik.
Sepanjang kehidupan seseorang, tulang terbentuk, terdeposit oleh osteoblas dan pada saat yang
sama tulang dipisahkan atau diresorpsi oleh osteoclast. Jadi, untuk menjaga masa tulang
normal, penting untuk menjaga keseimbangan antara deposisi osteoblas dan osteoklas
Normalnya, masa tulang individu meningkat bertahap dari lahir sampai pertengahan 20-an pada
masa dewasa muda. Tetap konstan sepanjang paruh baya dan pada masa tua menurun secara
progresif dengan konsenkuensi pelemahan progresif dari tulang yang menyebabkan mudah
terjadinya fraktur.

Contoh Reaksi Tulang Hidup


Bermacam reaksi dari tulang hidup dipengaruhi oleh bermacam-macam penyakit klinis dan
cedera, beberapa muncul dari sistem muskuloskeletal dan beberapa muncul dari sistem lain di
tubuh. Contoh dari kondisi klinis abnormal hanya disebutkan disini, tapi tiap-tiapnya
didiskusikan di chapter depan. Masing-masing kondisi klinis ini dijumpai gangguan dalam
ekuibrium normal antara deposit tulang dan resorpsi tulang

Reaksi Umum Seuruh Tulang sebagai Organ


Deposisi Tulang lebih hebat daripada Resorpsi Tulang
Osteoporosis
Pada osteoporosis deposisi tulang normal namun resopsi tulang terganggu dan ada peningkatan
total jumlah tulang
Akromegali
Deposisi tulang meningkat dapat akromegali dengan adanya osifikasi intra membran dari
periosteum

Deposisi Tulang lebih rendah daripada Resorpsi Tulang


Osteoporosis Deposisi tulang menurun karena penurunan pembentukan osteoblast matriks dan
peningkatan resorpsi tulang dengan hasil ada penurunan marker di total tulang. Contoh
osteoporosis general adalah congenital osteogenesis imperfekta, disuse osteoporosis,
osteoporosis terkait steroid dan osteoporosis post menopause.

Rickets pada anak dan osteomalasia pada dewasa


Meskipun pembentukan osteoblast pada mastriks normal pada rickets yang terlihat pada anak,
seperi osteomalasia pada dewasa, ada penurunan kalsifikasi dari matriks dengan resultan
penurunan dari jumlah kalsifikasi tulang.

Reaksi lokalisasi tulang sebagai struktur


Deposisi tulang lebih besar dari resorpsi tulang
Hipertropi kerja. Tulang bereaksi terhadap stress ekstra dan strain dari peningkatan fungsi
dengan meningkatkan deposisi tulang, contoh dari hukum Wolff. Sebagai contoh pada
deformitas varus rigid yang mana pusat berat kaki adalah bagian kaki sebelah lateral, hipertropi
metatarsal lima.
Osteoartritis degeneratif. Tulang subkondral di bawah merupakan bagian dari permukaan sendi
yang mengambil sebagian besar dari tekanan eksesif intermiten yang berekasi dengan
peningkatan deposisi tulang yang dilihat secara radiologis sebagai sklerosis subkondral.

Fraktur. Periosteum dan endosteum bereaksi terhadap injuri tulang dengan peningkatan
lokalisasi deposit tulang untuk membentuk kallus sebagai bagian dari proses penyembuhan

Infeksi. Periosteum dengan nanah, bereaksi terhdap infeksi dengan deposisi tulang baru

Neoplasma osteosklerotik. Reaksi dari peningkatan deposisi tulang untuk neoplasma jinak
tertentu dan lesi tulang seperti neoplama disebut tulang reaktif dimana tulang membentuk
neoplasma tulang tertetu yang disebut tumor tulang.

Deposisi tulang kurang dari Resorpsi tulang


Disuse atrofi. Tulang bereaksi terhadap stress dan tekanan dari penurunan fungsi dengan
penurunan deposisi tulang dimana resorpsi berlanjut dan tidak berubah. Hasilnya adalah
penurunan lokalisasi tulang. Pada anggota gerak bawah, sebagai contoh, pemanjangan
imobilisasi memperlama penyembuhan terhadap kekuatan mengangkat beban dan paralisis
parah dalam jangka waktu lama karena atrofi tulang disuse.

Rematoid arthritis. Tulang bereaksi terhadap inflamasi jaringan periartikular dengan penurunan
deposisi tulang dan peningkatan resorpsi tulang. Tentu disuse atrofi juga faktor karena
koesksisten menrun dalam fungsi sendi yang terkait.

Infeksi. Proses inflamasi dalam tulang berakibat dekonstruksi dari tulang yang ada dengan
peningkatan resorpsi secara lokal, meski periosteum bereaksi dengan deposisi tulang baru di
luar tulang.

Neoplama osteolitik. Beberapa neoplasma tulang jinak dan neoplasma ganas kebanyakan
menyebabkan dekonstruksi lokal dari tulang yang ada dengan peningkatan resorpsi meski
periosteum dan endosteum mendeposit tulang reaktif
Kegagalan mekanikal tulang
Serat kolagen yang keras dari mariks tulang organik memberikan kekuatan terhadap tekanan,
dimana matriks kalsifikasi anorganik memberikan kekuatan kompresi. Spesimen anatomi dari
tulang panjang seperti radius yang komplit terkalsifikasi secara buatan, memiliki efek seperti
struktur jaringan lunak dan bisa dilipat atau bahkan disimpul tanpa hancur. Dengan kontras,
spesimen anatomi tulang panjang dimana matriks organik telah dipisahkan, menjadi jaringan
keras tapi rapuh seperti tabung kaca dan hantaman langsung atau daya angulasi
menyebabkannya hancur.
Karena derajat mineralisasi tulang secara bertahap meningkat selama anak anak, respon dari
tulang yang terkena injuri bervariasi sesuai umur sampai masa dewasa. Pada dewasa, tulang
yang terkena tenaga kuat akan hancur secara komplit atau fraktur. Pada anak tulang yang
terkena tenaga kuat akan fraktur juga. Namun dengan tenaga yang tidak terlalu kuat, tulang
anak akan melengkung atau terlipat tanpa frakur yang nyata, fenomena ini disebut deformasi
plastik dari tulang.

Plate Episisial
Reaksi dari Epifisial Plate
Sebagiamana yang dikatakan sebelumnya, tiap plate epifisial adalah struktur tulang rawan
khusus yang lewat secara longitudinal ke lokasi terjadinya struktur pertumbuhan tulang. Seperti
tulang, struktur ini mampu bereaksi terhadap sejumlah besar kondisi abnormal. Ada 3 cara plate
epifisal bereaksi : (1) Peningkatan perumbuhan, (2)penurunan pertumbuhan, (3)pertumbuhan
torsional. Pertumbuhan Normal pada tiap plate epifisis membutuhkan plate tetap memiliki
struktur intak dengan pembuluh darah normal. Tekanan intemitten berhubungan dengan
aktivitas fisik normal juga penting. Injuri terkait epifisial plate dapat menyebabkan bagian atau
semuanya menulang dan berhenti tumbuh. Hiperemia berkepanjangan menstimulasi
pertumbuhan diamana iskemia relatif memperlambatnya. Iskemia komplit pada epifisis
menyebabkan nekrosis dari perlekatan epifisis dan terjadi perhentian pertumbuhan total.
Tekanan eksesif berlanjut pada epifisial plate memperlambat pertumbuhan dan penurunan
tekanan intermiten normal juga memperlambat Bila stimulasi atau perlambatan muncul pada
satu bagian dari epifisal plate saat pertumbuhan normal tetap berlanjut, pertumbuhan menjadi
tidak rata, dibawah kondisi ini, deformitas angulatori progresif berkembang di tulang selama
masa pertumbuhan,
Contoh reaksi di plate epifisis
Seperti tulang, bermacam reaksi di plate epifisis dapat menyebabkan variasi luas dari klinis
penyakit dan injuri, beberapa muncul dari sistem muskuloskeletal dan beberapa muncul dari
sistem lain di tuuh. Contoh dari kondisi klinis abnormal hanya disebut disini, tetapi masing
masing akan dijelaskan di chapter selanjutnya.

Reaksi Umum Seluruh Plate Epifisial


Peningkatan Pertumbuhan Umum
Arachnodaktil (Marfan Syndrome), pada Marfan Sindrom dimana terjadi kelainan pertumbuhan
bayi, terdapat pertumbuhan kartilago eksesif pada setiap plate epifisis.

Pituitary Gigantism. Pertumbuhan eksesif dari hormone pertumbuhan dari adenoma


esosinofilik dari kelenjar pituitary anterior selama anak menstimulasi pertumbuhan di epifial
plate, menyebabkan gigantism pituitary

Perlambatan pertumbuhan umum


Akondroplasia. Pada akondroplasia, kelainan pertumbuhan pada bayi terdapat defisiensi
pertumbuhan kartilago di seluruh epifisial plate

Pituitary dwarfism . Defisiensi hormone pertumbuhan dari kelenjar pituitary anterior elama
anak-anak memperlambat pertubuhan di seluruh epifisal plate.

Rickets. Defisiensi kalsifikasi dari kartilago preoseus dari plate epifisial pada zona kalsifikasi
menyebabkan perlambatan pertumbuhan di seluruh epifisal plate
Reaksi lokal dari plate epifisis

Peningkatan pertumbuhan lokal


Inflamasi kronik
Hiperemia berkepanjangan berkaitan dengan kondisi inflamasi kronik dekat plate epifisis
menstimulasi pertumbuhan lokal. Fenomena ini diobservasi pada penyakit seperti osteomielitis
kronik dan arthritis rheumatoid.

Fraktur Displasia pada Badan Tulang panjang


Ketika ateri pensuplai nutrisi ke badan tulang terdisrupsi oleh frakturm kompensasi hiperemia
temporer pada akhir epifisis pada tulang panjang mengikuti dan mengakibatkan stimulasi
temporer dari pertumbuhan lokal

Malformasi Arterivena Kongenital


Hiperemia yang berkepanjangan berhubungan dengan berbagai jenis tipe malformasi arterivena
yang membuat berlanjutnya stimulasi dari plate epifisis yang melibatkan tungkai dan menjadi
kelebihan pertumbuhan tungkai

Penurunan Pertumbuhan Lokal


Retardasi Disuse Ketika tungkai tidak digunakan dalam jangka panjang seperti imobilisasi yang
berkepanjangan, pengurangan bebabn berkepanjangan, paralisis berat yang berkepanjangan,
segala hal tersebut menyebabkan penurunan tekanan intermitten yang menyebabkan
perlambatan pertumbuhan dari tungkai yang terkait.
Injuri Fisik. Fraktur yang melewati plate epifisis atau menghancurkannya, seringkali diikuti oleh
bony union melewati plate dan percepatan lokal pertumbuhan
Injuri Termal. Kartilago dari plate epifisis kadang hancur baik oleh dingin lokal (frostbite) atau
panas lokal (luka bakar)
Iskemia. Nekrosis total avaskular dari epifisis selalu berhubungan dengan nekrosis kartilago dari
plate epifisis dibawahnya karena pembuluh darah epifisis menyuplai kedua struktur tersebut.
Infeksi. Kartilago dari plate epifisis biasanya rentan terhadap aksi kondrotik dari pus yang
dihasilkan beberapa infeki, terutama oleh Stafilokokus. Kerusakan kartilago biasanya melibatkan
sebagian dari plate epifisial mengakibatkan kelainan pertumbuhan berikutnya.
Pertumbuhan Torsional Lokal
Ketika pertumbuhan tulang panjang dan plate epifisialnya mengalami gaya kontinius atau
twisting intermitten (torsional), seperti pada kebiasaan postural duduk di lantai, tulang secara
bertahap mejadi memutar (menjadi torsi) pada arah yang sama tenaga yang mengenai. Kelainan
torsional pada tulang panjang terjadi melweati daerah pertumbuhan torsional melibatkan plate
epifisial dan bisa terbalik pada arah yang berlawanan. Kondisi klinis disebabkan oleh deformitas
torsional dari tulang panjang yang tumbuh dan koreksinya didiskusikan di chapter 7.

Sendi Sinovial
Pada sendi sinovial normal, kartilago yang mulus dan saling terhubung pada permukannya
menyebabkan tiap gerakan menjadi tanpa friksi dan nyeri. Kontrasnya, tiap iregularitas atau
kerusakan terhadap permukaan artikular menyebabkan perubahan degenerative progresif pada
sendi, dengan hasil gerakan terbatas dan nyeri. Kapsul sendi biasanya sensitif terhadap
regangan dan peningkatan tekanan cairan sendi, yang menjelaskan kenapa kondisi abnormal
dari sendi sangat nyeri. Sehingga penyakit dan injuri pada sendi menyebabkan disabititas berat.
Kartilagi hyaline artikuler yang konsistensinya seperti karet kompressible dan resilien. Ketika
dibebankan dalam fungsi normalnya, menjadi rata, terdeformitas atau terkompresi . Dan ketika
beban diangkat, kembali ke bentuk semula. Dengan beban siklikal dan tidak diberi beban,
matriks dari kartilago artikular bersifat seperti spons yang berperan dalam difusi nutrisi cairan
sendi ke dalam dan membuat produk sisa keluar matriks. Sebagai tambahan, perubahan
tekanan siklikal dari sendi normal ditransmisikan via matriks sebagai sinyal untuk melanjutkan
sintesis kolagen dan proteoglikan matriks. Kontrasnya, imobilisasi berkepanjangan dari sendi
terkena mengurangi secara signifikan sinyal dengan deteriorasi konsekuen dari fungsi kondrosit
dan kartilago artikular sendiri.

Raksi dari Kartilago Artikular


Kartilago artikular yang tidak mengandung pembuluh darah, limfatik, atau saraf bisa bereaksi
terhadap kondisi abnormal dengan 3 cara (1) destruksi (2) degenerasi (3) proliferasi periferal
Pada seksi kartilago artikular ini, referensi lengkap diberikan untuk membuat investigasi sientifik
kalau kamu telah melakukannya menggunakan kelinci percobaan. Termasuk di dalamnya tidak
hanya data penelitian tetapi contoh pentingnya filosofi dan nature dari penelitian medis. Empat
investigasi ini meliputi efek bahaya terhadap kartilago artikular dari imobilisasi berkepanjangan
sendi sinovial, kompresi terus menerus dari permukaan sendi, dan injeksi intamuskular
berulang dari hidrokortison.

Dekstruksi
Kekuatan regenerasi dari kartilagi artikular sangat terbatas sehingga kerusakan kartilago
merupakan lesi yang serius. Kartilago artikular hancur oleh kondisi yang berhubungan dengan
nutrisi utama dari cairan sendi sama halnya dengan enzim kondrolitik yang muncul pada tipe
pus tertentu. Meskipun kartilago radiolusen, dekstruksi dari kartilago bisa dideteksi secara
radiografis dengan adanya penurunan lebar normal atau ketebalan dari ruangan kartilago antara
ujung tulang radioopak.

Artritis Rematoid, Panus yang menempel pada kartilago mengganggu nutrisi kartilago dengan
cairan sendi pada arthritis rheumatoid.

Infeksi. Pus dari artritis septic stafilokokus dan arthritis tuberkulosa biasanya kondrolitik

Imobilisasi berkepanjangan dari sendi sinovial. Ketika lutut kelinci diimobilisasi dalam kondisi
fleksi selama 3 minggu, membrane sinovial menjadi aderen terhadap kartilago artikular yang
tidak kontak terhadap permukaan sendi disebelahnya. Fenomena ini melenyapkan ruang cairan
antara karrtilago dan membran sinovial dimana terjadi pemblokan nutrsi normal cairan sinovial
dari karrtilago di bawahnya dan memproduksi lesi yang tidak bisa disembuhkan disebut
obliterative degeneration of articular cartilage. Lesi ini dapat dilihat pada pasien manusia yang
sekunder terlimitasi berkepanjangan karena deformitas sendi persisten.

Kompresi Berkepanjangan dari Kartilgo Artikular. Ketika dua sendi bepasangan secara terus
menerus terkompresi satu sama lain selama 8 hari, area kontak dari dua sendi secara komplit
terisolasi dari nutrisi cairan sendi sinovial, menghasilkan pressure sore yang disebut compression
necrosis of articular cartilage

Injeksi Intra-articular Hidrokortison. Setelah dua minggu atau lebih injeksi hidrokortison ke
sendi lutut, terjadi perubahan degenatif progresi yang terlihat di kartilago artikular: penipisan,
fisura, fibrilasi, penurunan proteoglikan, dan lesi kistik yang mengandung deposit kalsium dalam
matriks. Kami menyebutnya hydrocortisone arthropathy

Degenerasi
Tipe progresif lambat dari perubahan degenaratif kartilago artikular disebut sebagai bagian dari
proses penuaan, kartilago menipis dan kurang selular. Perubahan bertahap ini merobek render
kartilago sehingga lebih rentan terhadap injuri. Diperparah dengan penahanan beban dari
permukaan sendi, penurunan viskositas dari cairan sendi, dan kerusakan lokal atau dekstruksi
kartilago.
Degenerasi dari kartilago artikular diinisiasi oleh perubahan pada substansi semen interseluler
(kondromalasia) dari matriks dan pelepasan kolagen fibril subsequent (fibrillation). Akhirnya
kartilago yang terdegenerasi yang secara primer pada daerah tengah atau daerah penahan
beban, tererosi terekspos ke tulang subkondral yang dengan gerakan terus menerus menjadi
menipis, mengeras dan terkelupas.
Kondisi di bawah mendiskusikan kondisi abnormal dari degenerasi kartilago artikuler
Penuaan Prematur Kartilago. Percepatan dari proses pematangan normal pada kartilago
artikuler menyebabkan penuaan dini kartilago yang disebabkan robekan dan pemakaian
berlebihan.
Dekstruksi Kartilago Sebelumnya. Dari seluruh lesi dekstruktif yang disebutkan sebelumnya
(termasuk degenerasi obliteratif, kompresi nekrosis dan artropati hidrokortison) mengarah ke
degenerasi progresif dari kartilago tersisa dan telah dibuktikan secara eksperimental dan klinis.
Inkrongruitas atau Iregularitas Permukaan Sendi. Ketika terdapat hasil dari penyakit
sebelumnya, dua sendi yang berhadapan tidak lagi mulus dan kongruous, menyebabkan
peningkatan pada area lokal yang mengalami peningkatan tekanan dan peningkatan friksi sendi
menyebabkan pengikisan eksesif kartilago artikular dengan degenerasi resultan.

Proliferasi Perifer
Rima perifer dari kartilago artikular sendi perifer, tidak seperti area tengah, dilapisi oleh
perikondrium yang berhubungan dengan membrane sinovial pada adanya degenerasi dari area
tengah kartilago dengan gerakan yang terus menerus, perikondrium perifer berproliferasi dan
bertahap menghasilkan cincin perifer dari kartilago yang menebal.
Cincin perifer ini terdiri dari kartilago yang menulang.
Kemungkinan Penyembuhan dan Regenerasi dari Kartilago Artikular. Seperti yang telah
didemontrasikan oleh para investigator, kartilago artikular yang rusak sulit untuk
menyembuhkan diri atau meregenerasi.
Di samping fakta bahwa istirahat dan bergerak merupakan terapi umum bagi penyakit
muskuloskeletal, kepentingan, waktu dan durasinya masih berupa kontroversi. Sayangnya,
kebanyakan dokter dan ahli bedah lebih banyak mengistirahatkan daripada menggerakkan,
berdasarkan dari tradisi dan pengalaman empiris daripada investigasi sains.
Investigasi dari efek merugikan imobilisasi sendi, dengan atau tanpa kompresi, mengantarkan
pengarang untuk mempertimbangkan antitesis tepat dari istirahat bekepanjangan dan
imobilisasi berkepanjangan. Jelas bahwa otot skeletal yang lelah, karena gerakan
berkepanjangan akan lebih pasif daripada aktif. Konsekuensinya pada tahun 1970 dikeluarkan
konsep dari continuous passive motion (CPM) dari sendi sinovial berdasarkan hipotesis bahwa
gerakan tertentu akan menstimulasi regenerasi kartilago artikular melalaui diferensiasi sel
mesenkim pluripoten di tulang subkondral. Sejak itu, sejumlah luas ahli telah membuktikan CPM
menstimulasi dan mempercepat regenerasi kartilago artikular, ligament dan tendon lebih dari
imobilisasi atau gerakan aktif intermiten. Satu contoh dari penelitian yang sedang dilakukan
meliputi model penelitian “biological resurfacing” dari defek mayor full-thickness di permukaan
artikular sendi lutut kelinci yang dilakukan graft periosteal autogen. Model eksperimental dan
hasil dari temuan sains disebutkan di gambar 3.12 sampai 3.18. Konsep ini sekarang
diaplikasikan pada manajemen post operatif berbagai penyakit dan injuri muskuloskeletal pada
manusia.

Reaksi dari Membran Sinovial


Membran sinovial yang mensekresikan cairan sinovial untuk nutrisi dan lubrikasi dari kartilago
artikular, dapat bereaksi terhadap kondisi abnormal dengan tiga cara (1) memproduksi sejumlah
besar cairan, (2) menjadi tebal (hipertrofi) (3) membentuk adesi antara dirinya dengan kartilago
artikular. Efusi sendi dapat berupa cairan serosa, dengan sprain ringan, dapat berupa eksudat
inflamasi, seperti di sinovitis dan arthritis rematoid, atau juga purulen gross, seperti di arthritis
septic atau juga hemoragik, seperti pada injuri berat atau hemofolia. Semua kecuali efusi serosa
transien diikuti dengan variasi derajat pembentukan hipertropi sinovial dan adesi sinovial. Adesi
sinovial dapat terbentuk karena pembatasan gerak sendi yang berkepanjangan seperti
imobilisasi dengan cast atau splint kaku.
Membran sinovial dari pelapis tendon dan bursa dapat mengalami reaksi sejenis yang sama
terhadap kondisi abnormal seperti membrane sendiri sinovial.

Reaksi dari Sendi Kapsul dan Ligamen


Kapsul sendi fibrosa dan ligament mengizinkan pergerakan terbatas tapi menyediakan stabilitas
sendi dengan mencegah gerakan yang tidak diinginkan. Struktur ini bereaksi terhadap kondisi
abnormal dengan (1) menjadi tidak respon terhadap regangan dan pemanjangan (joint laxity),
sehingga menyebabkan instabilitas sendi, atau (2) menjadi ketat dan memendek (joint
contracture), sehingga membatasi batasan gerakan sendi.

Joint Laxity
Berikut kondisi abnormal disebabkan joint laxity.
1. Laksiti kongenital general dari kapsul dan ligamen: Ketidaknormalan ini disebabkan genetik.
2. Injuri : Dislokasi traumatik atau subluksasio dengan rupture kapsul atau ligament
menyebabkan instabilitas sendi.
3. Infeksi : pada arthritis septik, kapsul dapat hancur oleh pus, berujung pada dislokasi sendi
patologis.

Joint Contracture

Berikut kondisi abnormal yang menyebabkan kontraktur sendi dengan terbatasnya gerakan
sendi.
1. Kontraktur sendi kongenital : Terlihat pada deformitas kongenital tertentu, seperti clubfeet.
2. Infeksi : Fibrosis dan pepmbentukan skar dari kapsul diikuti infeksi dapat mengakibatkan
kontraktur fibrosa dari sendi.
3. Artritis Kronik : Artritis Reumatoid dan degeneratif sendi mengakibatkan kontraktur sendi
progresif
4. Kontraktur Otot : Kontraktur Iskemik, (sekunder terhadap sindrom kompartemen),
imbalanas otot, dan spasme otot berkepanjangan dapat berujung pada kontrakur otot,
dengan konsekuensi keterbatasan gerakan sendi yang normalnya digerakkan oleh otot
terkait.
Otot Rangka

Reaksi dari Otot Rangka

Struktur kompleks otot rangka bereaksi terhadap banyak penyakit dan injuri dengan cara
terbatas seperti atrofi, hipertrofi, nekrosis. Kontraktur dan regenerasi. Kamu dapat mengingat
dari diskusi mengenai otot di chapter 2 kalau satu unit motor dari otot skeletal terdiri dari sel
tanduk anterior, akson di dalam serat otot perifer, sambungan mioneruronal dan satu serat otot
disuplai satu sel tanduk anterior. Reaksi dari otot rangka dipengaruhi oleh penyakit atau injuri
dari komponen berikut.

Atropi Disuse

Otot rangka yang tidak digunakan secara normal, dengan alas an apapun bereaksi dengan
menjadi melemah dan mengecil. Penyakit dari sel tanduk anterior (seperti poliiomielitis),
serabut saraf perifer (seperti opineuritis), sambungan mioneuronal (seperti miestenia gravis),
dan serat otot individual (seperti distrofi muscular), semua bereaksi menjadi disuse atrofi,
karena injuri dari komponen ini. Sebagai tambahan, diuse atrofi disebabkan oleh imobilisasi
berkepanjangan dari sendi terkait, kekakuan sendi, dan penyakit sendi kronis. Bagaimanapun,
nyeri yang timbul di sendi abnormal memulai reflex inhibisi dari kontraksi di otot terkait,
fenomena yang timbul merupakan tambahan dari atrofi otot.

Hipertrofi Kerja

Ketika otot yang diberikan latihan berulang melewati resistensi, umumnya karena kontraksi
isometric, bereaksi dengan menjadi lebih kuat dan lebih besar. Hipertrofi disebabkan oleh
pembesaran dari serat otot individual dan tidak dengan peningkatan jumlah serat otot,
tergantung pada berkelanjutannya latihan.

Nekrosis Iskemia

Oklusi dari arteri yang mensuplai otot baik oleh spasme vascular traumatic persisten,
thrombosis, embolisme, atau kompartemen sindrom berujung pada nekrosis iskemia dari otot
dalam 6 jam, sebuah fakta yang memiliki kepentingan praktis yang penting, terutama pada
orang yang berhubungan dengan injuri tungkai.
Kontraktur

Bila otot terus berada dalam kondisi memendek dalam waktu lama, terjadi pemendekan
persisten yang tidak bisa diregangkan kembali. Kontraktur biasanya tidak dapat kembali seperti
semula. Kontraktur otot juga terjadi pada penyakit otot tertentu, seperti polimiositis, distrofi
muscular, dan serebral palsi. Sebagai tambahan, serat otot dari jaringan nekrotik tergantikan
oleh jaringan parut fibrosa yang padat, yang menyebabkan deformitas sendi progreasif.

Regenerasi

Serat otot yang terkena injuri dapat regenerasi sampai derajat tertentu, dari sarkolema dan sel
otot dan mungkin dari aktivitas dari sel satelit pada tiap serat. Mengikuti hilangnya sebagian
inervasi dari otot rangka, setidaknya beberapa serat otot yang paralisis dapat menemukan serat
otot motorik baru yang tetap intak, dimana terdapat hubungan terhadap penyembuhan
kekuatan otot

Deformitas Otot

Banyak penyakit dan injuri dari sistem muskuloskeletal bermanifestasi dalam bentuk abnormal,
atau ukuran, dari tungkai atau tubuh. Beberapa dari deformitas ini seperti clubfeet terlihat jelas
dalam inspeksi eksternal bahkan bagi pengamat kasual, sedangkan yang lain, seperti kurvatura
tulang belakang yang ringan, lebih tidak jelas terlihat. Lainnya seperti bentuk abnormal dari
ukuran sendi, tertutupi ole kulit dan jaringan lunak dan hanya terlihat oleh inspeksi internal bagi
pengamat radiografik. Deformitas muskuloskeletal dapat timbul di tulang, sendi, atau jaringan
lunak dan deformias yang terjadi dapat melibatkan satu atau leih struktur.

Ketika menjumpai deformitas muskuloskeletal kamu harus mempertimbangkan struktur dimana


deformitas terjadi juga penyebab deformitas. Sebagai tambahan kamu harus mengakses
seberapa beratnya deformitas tidak hanya dari penampilan namun juga dari fungsi. Deformitas
dapat berupa kongenital atau didapat selama kehidupan post natal. Banyak deformitas
muskuloskeletal didiskusikan secara individu di chapter selanjutnya. Pada saat ini, pelajari reaksi
jaringan muskuloskeletal terhadap penyakit dan injuri, dan kamu akan menemukan pentingnya
mempertimbangkan tipe dan penyebab deformitas dalam struktur muskuloskeletal. Mengetahui
aspek deformitas akan membantu berpikir diagnosis dan pencegahan yang mungkin serta
koreksinya.

Tipe Deformitas Tulang

Hilangnya Kelurusan Tulang

Tulang panjang dapat keluar dari alignment karena terputar dalam aksis panjangnya atau karena
ter-crooked. Bila deformitas angulasi dekat dengan sendi, deformitas dapat terlihat dalam
inspeksi eksternal pada sendi, tapi inspeksi interna oleh pemeriksaan radiografis
mengungkapkan lokasi nyata dari deformitas. Deformitas angulatori pada tulang pendek seperti
badan vertebra, berhubungan dengan perubahan bentuk seluruhnya dan arena permukaan atas
dan bawah tidak lagi parallel terjadi adanya wegde.

Panjang Abnormal

Tulang panjang dapat pendek abnormal atau panjang abnormal. Ketika deformitas terkait hanya
satu pasang tungkai, hasilnya adalah disrepansi kepanjangan tungkai.

Bony Outgrowth

Lesi seperti osteokondroma yang timbul dari permukaan tulang mungkin berubah
konfigurasinya secara sufisien sehingga terjadi deformitas tulang yang nyata secara klinis.

Penyebab deformitas tulang

Abnormalitas Kongenital dari Perkembangan Tulang

Tulang mungking tidak terbentuk karena kegagalan tumbuh (aplasia), tidak tumbuh (hipoplasia),
tumbuh abnormal (dysplasia), atau berkembang lebih (duplikasi)

Fraktur

Hilangnya alignment dapat terjadi pada waktu fraktur, dan bila tidak dikoreksi dengan reduksi
yang cukup, tulang menyembuh dengan deformitas tulang residual . Keika fraktur gagal
menyatu, ada selalu deformitas residual pada tempat fraktur. Fraktur melewati tulang abnormal
dapat kasar dan memghasilkan deformitas yang mirip seperti fraktur yang melewati tulang
normal. Dapat juga berupa fraktur mikroskopik dan berulang, pada kasus tertentu, membentuk
deformitas tulang rogresif seperti pada badan vertebra osteoporotic.

Kelainan pada Perkembangan late Epifisis

Deformitas yang muncul dari beragam reaksi plate epifisis terhadap penyakit dan injuri telah
dipertimbangakn secara umum di tiap chapter

Bending Tulang Lunak Abnormal

Pada kelainan metabolic tulang menyeluruh seperti rickets dan osteomalasia, matriks tlang tidak
terkalsifikasi normal shingga tulang menjadi lunak dan bertahap menekuk atau terputar tanpa
fraktur yang nyata.

Overgrowth dari tulang Dewasa

Pada kelainan tulang diseminata seperti deformans osteoarthritis (Penyakit Pagets) tulang
dewasa menebal da mudah retak. Sehingga lesi tulang tertentu tumbuh keluar dari permukaan
tulang membentuk deformitas tulang lokal, bila besara dan superficial menghasilkan deformitas
kklinis yang nyata.

Tipe Deformitas Sendi

Kelainan Letak Sendi

Ketika hubungan antara permukaan sendi normal hilang, sendi bergeser secara komplit atai
setengah bergeser. Sendi yang terdislokasi tidak stabil dan berhubungan dengan deformitas.

Hipermobilitas Sendi

Kapsul sendi fibrosa dan ligamen normal berperan sebagai check reins mencegah mobilitas
eksesif dari sendi. Bila meeka secara congenital, laks, tertarik atau terkoyak, resultan
hipermobilitas menyebabkan deformitas yang terlihat ketika tertekan, saat mengangkat beban
yang ditransmisikan ke sendi tersebut.
Mobilitas restriksi dari Sendi

Untuk alsan apapun, mobilitas sendi terestriksi, satu jenis deformitas sendi muncul. Contohnya,
bila sendi lutut kurang ekstensi 30°, kondisi disebutkan sebagai deformitas fleksi lutut 30°.

Penyebab Deformitas Sendi

Abnormalitas Kongenital dari Perkembangan Sendi

Sendi mungkin tidak stabil saat lahir dan menjadi terdislokasi, seperti pada dislokasi congenital
dari pangggul, berkembang menjadi mobilitas restriksi dan kontraktur, seperti pada clubfoot
congenital dan atau gagal berkembang, seperti congenital radioulnar sinotosis. Seua sendi tubuh
menjadi hipermobil karena laksitas kongenitasl menyeluruh. Semua dari abnormalitas
congenital dapat membentuk deformitas sendi.

Dislokasi Didapat

Saat sendi terdislokasi sebagai hasil dari injuri atau infeksi, deformitas sendi yang tidak stail
muncul.

Blok Mekanik

Pada penyakit sendi degenerative, seperti osteoarthritis dan fraktur displaced intra artikular,
permukaan sendi menjadi irregular dan tidak cocok sau sama lain yang disebut incongruous.
Sehingga, mobilitas sendi terbatas oleh blok mekanikal. Derangemen internal sendi seperti
koyaknya meniscus dysplasia dan longgarnya tubuh dapat membatasi mobilitas sendi dengan
blok mekanis.

Adesi Sendi

Pada penyakit sendi inflamasi tertentu seperti rematik arthritis dan septic arthritis kartilago
artikular hancur secara komplit. Hasilnya terjadi adesi dalam sendi, baik diantara permukaan
sendi atau diantara permukaan membrane sinovial. Sehingga, berdasarkan injuri atau infeksi,
otot atau tendon mereka menjadi menempel ke tulang degan adesi, mencegah otot
berkontraksi dan tendok bergeser. Ketika adesi berada di sendi atau diluar sendi, terjadi
keterbatasan gerakan sendi yang mengakibatkan deformitas sendi.
Kontraktur Otot

Pada otot yang terkena, pemendekan persisten terjadi dari spasme pemanjangan otot dapat
disebabkan oleh pemanjangan spase otot, pemanjangan imbilisasi, penyakit otot, da iskemia
nekrosis dari otot. Akibat dari kontraktur otot adalah deformitas sendi, atau sendi yang
dikontrol oleh otot.

Ketidakseimbangan Otot

Ketidakseimbangan kekuatan dianatara otot yang mengontrol pergerakan dari sendi terkait
disebabkan oleh paralisis flaksid, seperti pada poliomyelitis, atau paralisis spastic seperti pada
tipe spastic serebral palsy. Pada kasus apapun, tarikan otot tidak seimbang secara bertahap
membentuk deformitas progresif, terutama selama masa anak-anak karena ada faktor
tambahan pertumbuhan rangka

Kontraktur Fibrosa dari fasia dan kulit

Pemendekan persisten dari jaringan parut fibrosa pada kulit dan fasia dalam menyebabkan
keterabatasan mobilitas sendi dengan deformitas pada sendi terdekat

Tekanan eksternal

Ketika tekanan dari luar secara berulang embebankan sendi menjdi posisi deformitas, ligament
pada sisi konveks deformitas menjadi teregang, dimana sisi konkaf menjadi terkontraksi.
Hasilnya deformitas menjadi permanen. Contoh umum adalah berbagai deformitas, seperti
hallus valgus dengan bunion yang disebabkan oleh tekanan ketat dari sepatu runcing pria dan
wanita, korban mode.

Defomitas sendi oleh penyebab lain

Deformitas sendi tertentu seperti tipe idiopatik dari tulang belakang kurvatura lateral,
berkembang pada anak sehat tanpa alas an yang jelas. Deformitas tulang d an jaringan lunak
berkembang pada skoliosis idiopatik, tetapi penyebab utama skoliosismasih belum jelas.
Beberapa Hal Penting dalam Terminologi Klinis

Sebelum mengenalkan pada berbagai kondisi klinis sistem muskuloskeletal, penting untuk
menjelaskan makna dari berbagai terminology klinis pada istilah muskuloskeletal untuk
mencegah kebingungan dari awal. Istilah masing masing memiliki makna yang berlawanan dan
sering membingungkan pelajar. Semua istilah menjelaska pergerakan sendi atau deformitas
tungkai, mereka sering digunakan dalam diskusi kondisi klinis sistem muskuloskeletal.

Terminologi Menjelaskan Pergerakan Sendi

Gerakan Aktif dan Pasif

Pergerakan sendi dapat aktif atau pasif. Pergerakan aktif merupakan hasil aktivitas muscular
seseorang. Pergerakan pasif terjadi sebagai hasil dari tenaga eksternal, seperti pergerakan sendi
oleh orang lain )seperti fisioterapis), gravitasi, atau continuous passive motion (CPM) pada
perangkat pergerakan.

Abduksi dan Adduksi

Pergerakan abduksi dan adduksi terjadi pada sendi bahu, panggul, metacarpofalangeal dan
metatarsofalangeal.

Aduksi adalah pergerakan menjauh dari garis tengah tubuh.

Adduksi adalah pergerakan ke arah garis tengah tubuh.

Pada tangan dan kaki, garis tengah digunakan sebagai referensi untuk garis sepanjang jari
tengah da jari kaki tengah.

Fleksi dan Ekstensi

Pergerakan fleksi dan ekstensi terjadi pada sendi siku, metacarpofalangeal, interfalang jari
tangan, lutut dan interfalang jari kaki, yang fleksi dari posisi nol ke ekstensi komplit. Pada sendi
ini, ekstensi dibawah nol disebut hiperekstensi. Fleksi dari bahu disebut elevasi ke depan dari
posisi anatomis.

Dorsofleksi dan Plantasfleksi

Peregerakan dorsofleksi dan plantar fleksi erjadi pada sendi maa kaki dan metatarsofalangeal.
Pergerakan dorsifleksi dan pamar fleksi terjadi di pergelanagn tangan

Dorsifleksi merupakan pergerakan kaki atau jari kaki searah permukaan dorsal, juga pergerakan
tangan searah dengan permukaan dorsal.

Plantarfleksi merupakan pergerakan kaki atau jari kaki searah permukaan plantar.

Palmar fleksi adalah pergerakan tangan atau jari searah permukaan palmar.

Eversi dan Inersi

Pergerakan eversi dan inverse terjadi simultan pada sendi kaki subtalar dan midtarsal.

Eversi adalah memutar permukaan plantar kaki keluar dalam hubungan dengan kaki.

Iversi adalah memutar permukaan plantar kaki ke dalam dalam hubungan dengan kaki.

Rotasi Internal dan Rotasi Eksternal

Pergerakan rotasi internal dan rotasi eksternal terjadi di bahu, panggul, dan pada derajat
tertentu dari lutut

Rotasi internal adalah memutarnya permukaan anterior dari tungkai ke dalam atau secara
medial.

Rotasi eksternal adalah memutarnya permukaan anterior dari tungkai keluar atau secara lateral.

Pronasi dan Supinasi

Pergerakan pronasi dan supinasi dari lengan bawah melewati sendi siku dan pergelangan tangan
dan di kaki bawah melewati sendi midtarsal.

Pronasi dari lengan bawah adalah memutar pemukaan palmar tangan ke bawah.
Pronasi dari tungkai bawah merupakan deformitas dimana kaki bawah terfiksir dalam posisi
eversi.

Supinasi dari lengan bawah adalah pemutaran pemukaan palmar tangan ke atas.

Supinasi dari tungkai bawah merupakan deformitas dimana kaki bawah terfiksir dalam posisi
inversi.

Terminologis yang Mendeskripsikan Deformitas di Kaki

Tipe dan penyebab deformitas muskuloskeletal dijelaskan secara umum di chapter3, tapi
teminologi deskriptif deformitas tersebut djelaskan di sini.

Deformitas postural merupakan akibat dari postur. Tipe deformitas ini dapat dikoreksi dengan
aksi otot pasien sendiri.

Deformitas statik berhubungan dengan gravitasi dimana tubuh tidak bergerak.

Deformitas dinamik terjadi akibat aksi otot pasien sendiri. Deformitas seperti ini merupakan
akibat imbalans otot tidak resistan terhadap oreks paasif, merupakan deformitas mobile.

Deformitas structural resisten terhadap koreksi pasif.

Kalkaneus dan Equinus

Deformitas Kalkaneus dan equines terjadi pada mata kaki saja.

Kalkaneus adalah deformitas dimana kaki tetap pada posisi dorsifleksi sehingga dalam menahan
beban, hanya tumit yang menyentuh lantai.

Equinus adalah defrmitas dima kaki tetap dalam posisi plantar fleksi dalam menahan beban,
hanya forefoot yang menyentuh lantai.

Cavus dan Planus

Deformitas ini hanya terjadi di kaki


Pes cavus adalah pembesaran sudut longitudinal normal kaki, sudut yang terlalu tinggi.
Kombinasi deformitas kalkaneus belakang kaki dan ekuinus atau plantar fleksi dari kaki depan
disebut kalkaneocavus.

Pes planus adalah pengecilan sudut longitudinal normal kaki, sudut yang terlalu rendah atau kaki
rata.

Torsi Interna dan Torsi Eksterna

Torsi interna dan eksterna terlihat sebagai putaran dari aksis longitudinal dari tulang panjang,
biasanya di tibia atau femur.

Pada internal rotasi, aspek anterior dari ujung distal tulang terputar ke dalam atau ke tengah
dalam hubungan ke aspek anterior dari akhir proksimal, sebagai contoh, torsi tibi interna dan
torsi femoral.

Pada eksternal rotasi, aspek anterior dari akhir distal tulang panjang terputar keluar atau lateral
dalam hubungan ke aspek anterior dari akhir proksimal, sebagai contoh, torsi tibia eksterna dan
torsi femoral eksterna.

Anteversi dan Retroversi

Anteversi dan retroversi mengarah pada hubungan antara leher femur dan badan femoral.

Anteversi femoral terjadi ketika lutut diarahkan ke anterior, leher femoral diarahkan ke anterior
beberapa derajat.

Retroversi femoral terjadi ketika lutut diarahkan ke anterior, leher femoral diarahkan ke
posterior beberapa derajat.

Angulasi atau Deformitas Busur

Deformitas angulasi terjadi sering pada lokasi fraktur badan tulang panjang tapi juga terjadi
sebagai deformitas busur dalam tulang intak. Hal yang membuat rancu terjadi berhubungan
dengan deskripsi angulasi atau deformitas bowing. Adjektif yang mendeskripsikan deformitas
angulasi atau busur mengacu pada arah apeks sudut.

Varus dan Valgus


Deformitas varus da valgus mengacu pada angulasi abnormal dalam tungkai. Deformitas
angulasi selalu terjadi pada sendi, atau di tulang dekat sendi, namun juga dapat terjadi
melewati badan tulang panjang. Istilah tertentu ini mungkin menyebabkan kebingungan lebih
dari istilah lain, sebagian karena istilah latin original memiliki makna berbeda dari yang sekarang
diterima secara universa. Kamu akan mudah mengingatnya bila membayangkan pasien dalam
posisi anatomi dengan garis imaginer.

Varus

Varus adalah angulasi yang sesuai pada garis imaginer dimana pasien ditempatkan

Cubitus parus adalah penurunan sudut pembawa siku.

Coxa para adalah penurunan sudut femoral neck-shat (kurang dari 130°)

Genu varum juga disebut kaki busur dimana lutut terpisah bila didekatkan bersama.

Heel varus adalah penurunan sudut normal antara aksis kaki dan tumit, seperti pada posisi
inversi.

Talipes equines adalah deformitas inverse dari kaki yang dikombinasi dengan ekuinus atau
deformitas plantar fleksi dari mata kaki. Kombinasi ini terlihat pada clubfoot kongenital.

Metatarsus varus atau lebih umum disebut metatarsus adductus adalah deformitas aduksi dari
kaki depan yang berhubungan dengan kaki belakang.

Hallux varus adalah deformitas adduksi dari jempol kaki melalui sendi metatarsofalangeal.

Valgus

Valgus adalah angulasi yang tidak sesuai dengan lingkaran imaginer dimana pasie ditempatkan.

Cubitus valgus adalah peningkatan sudut pembawa siku.

Coxa valga adalah peningkatan sudut femoral neck-shat (ebih dari 130°), contohnya pada sudut
170° terlihat kurang dari sudut normal 130°

Genu valgum juga disebut lutut ketok. Pada kondisi ini, kaki terpisah bila lutut didekatkan
bersama.
Heel valgus adalah peningkatan sudut normal antara aksis kaki dan tumit, seperti pada posisi
eversi.

Talipes calcaeovalgus adalah deformitas eversi dari kaki yang dikombinasi dengan kalkaneus
atau deformitas dorsifleksi dari mata kaki.

Hallux valgus adalah deformitas abduksi dari jempol kaki melalui sendi metatarsofalangeal.

Penguruan Klinis dari Pergerakan Sendi dan Deformitas

Setelah mempelajari istilah klinis yang menjelaskan pergerakan dan deformitas sendi, kamu
harus mempelajari metode standar pengukuran dan pencatatan gerakan dan kelainan di
ekstremitas.

Pengukuran dan pencatatan pergerakan sendi penting karena mereka menyediakan data yang
berguna untuk aktivitas berikut:

1. Diagnosis kelainan dan injuri pada sistem muskuloskeletal.


2. Menentukan pemburukan atau peningkatan atau sebab klinis dari penyakit atau injuri.
3. Asement objektif dari hasil pengobatan baik operasi maupun non operasi.
4. Komunikasikan pasien dengan sejawat dan professional kesehatan lainnnya
5. Untuk akurasi kamu harus mengukur pergerakan sendi dan deformitas menggunakan
goniometer.

Posisi Anatomis

Dari awal, atau posisi nol, kebanyakan sendi pada manusia berada pada posisi anatomis dimana
seseorang berdiri tegak, kepala, mata, dan jari kaki menghadap depan, dan kaki didekatkan, dan
lengan tergantung pada sisi dengan telapak tangan menghadap depan.

Anda mungkin juga menyukai