Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA

FRAKTUR DISTAL RADIUS


DEFINISI
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada
pergelangan tangan. Umumnya sering terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan
biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang
menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar
dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia
penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius. Fraktur
radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Abraham Colles
adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distal pada tahun 1814 dan
sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan
pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca
menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang
terentang. Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam
posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan
persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius dapat terjadi dislokasi ke arah
dorsal maupun volar, radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur
avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan
ke arah radial menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal. Komplikasi yang sering terjadi
adalah kekakuan dan deformitas (perubahan bentuk), jika pasien mendapat penanganan
terlambat (Solomon and Apley, 2010; Lichtman et al., 2011).

EPIDEMIOLOGI
Fraktur radius distal adalah salah satu fraktur yang paling umum dari ekstremitas atas. Lebih
dari 450.000 terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Fraktur radius distal mewakili sekitar
seperenam dari semua patah tulang yang dirawat di bagian gawat darurat. Insiden fraktur radius
distal pada usia tua selalu berhubungan dengan osteopenia dan naik dalam insiden dengan
bertambahnya usia, hampir secara paralel dengan peningkatan kejadian patah tulang pinggul.
Fraktur radius distal yang terjadi pada usia muda, disebabkan oleh trauma. Baik karena
kecelakaan lalu lintas ataupun terjatuh dari ketinggian (Oestern, 2014).
Faktor resiko fraktur radius distal pada orang tua termasuk penurunan tulang mineral,
jenis kelamin perempuan, ras kulit putih, riwayat keluarga, dan menopause dini (American
Academy of Orthopaedic Surgeons, 2014).
ANATOMI

Gambar 1. Anatomi radius distal (Thompson J, 2010).

Radius distal terdiri dari atas tulang metaphysis (Cancellous), Scaphoid facet dan
Lunate Facet, dan Sigmoid notch, bagian dari metaphysis melebar kearah distal, dengan korteks
tulang yang tipis pada sisi dorsal dan radial.
Permukaan artikular memiliki permukaan cekung ganda untuk artikulasi dengan baris
karpal proksimal (skafoid dan fossa lunate), serta kedudukan untuk artikulasi dengan ulna
distal. 80 % dari beban aksial didukung oleh radius distal dan 20% ulna dan kompleks
fibrocartilage segitiga (TFCC) (Thompson J, 2010).
Radius distal mengandung permukaan sendi yaitu :
1. Facet skafoid
2. Facet lunatum
3. Sigmoid notch
Skafoid merupakan sisi lateral dari distal radius, sisi medial dari distal radius yaitu
sigmoid notch dan facet lunatum (Thompson J, 2010).
DRUJ ( distal radioulnar joint )
Sisi distal dari ulna berartikulasi dengan radius distal dan merupakan tempat
melekatnya kompleks ligamentum triangular fibrocartilage.
Radius distal terbagi menjadi 3 kolum, yaitu :
1. Kolum lateral
2. Kolum medial : terbagi menjadi sisi dorsal dan sisi medial
Kedua kolum ini berkorelasi secara anatomis dengan facet dari tulang schapoid dan facet dari
tulang lunatum (Thompson J, 2010).

PATOFISIOLOGI
Pada kebanyakan aktifitas, sisi dorsal dari radius distal cenderung mengalami tension,
sisi volar dari radius distal cenderung mengalami kompresi, hal ini disebabkan oleh bentuk
integritas dari korteks pada sisi distal dari radius, dimana sisi dorsal lebih tipis dan lemah
sedangkan pada sisi volar lebih tebal dan kuat. Beban yang berlebihan dan mekanisme trauma
yang terjadi pada pergelangan tangan akan menentukan bentuk garis fraktur yang akan terjadi
(American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2014).

CEDERA YANG BERKAITAN DENGAN FRAKTUR DISTAL RADIUS


Lebih dari 68 persen dari fraktur pada radius distal dan ulna memiliki korelasi dengan
cedera jaringan lunak, seperti robekan parsial dan total dari TFCC, ligament schapolunatum,
dan ligament lunotriquetral (American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2014).

MEKANISME CEDERA
Mekanisme umum fraktur radius distal pada usia muda termasuk jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kendaraan bermotor, atau cedera karena olah raga. Pada orang tua, fraktur radius
distal sering timbul dari mekanisme energi yang rendah, seperti terjatuh pada saat berjalan,
ataupun terpeleset. Mekanisme cedera yang paling umum terjadi adalah jatuh ke tangan terulur
dengan pergelangan tangan dalam dorsofleksi. Fraktur radius distal terjadi ketika dorsofleksi
pergelangan tangan bervariasi antara 40 dan 90 derajat, dengan derajat yang lebih rendah dari
gaya yang dibutuhkan pada sudut yang lebih kecil. Impaksi pada tulang metaphysis distal radius
terhadap tulang karpal juga sering terjadi. Selain itu, kekuatan dari mekanisme trauma juga
sering mengakibatkan keterlibatan permukaan artikular. Mekanisme dengan energi tinggi
(misalnya, trauma kendaraan/kecelakaan lalu lintas) dapat mengakibatkan pergeseran atau
fraktur yang sangat kominutif (fraktur lebih dari tiga fragmen) dan mengakibatkan sendi wrist
tidak stabil (Solomon and Apley, 2010; American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2014).

EVALUASI KLINIS
Dari klinis pasien biasanya terlihat dengan deformitas berupa dinner fork deformity
biasa terjadi pada colles fracture, dengan gambaran seperti garpu makan, dimana distal dari
radius displaced (bergeser) kearah dorsal. Dapat juga berupa garden spade biasa terjadi pada
smith fracture dimana distal dari radius displaced (bergeser) kearah volar. Pergelangan tangan
biasanya juga bengkak dengan hematoma, nyeri tekan dan keterbatasan dalam melakukan
gerakan. Siku ipsilateral dan bahu juga harus diperiksa untuk cedera terkait. Penilaian terhadap
neurovaskular juga harus dilakukan, dengan perhatian khusus pada fungsi saraf median. Gejala
sindroma karpal tunnel juga kadang terjadi (13 % sampai 23 %) karena posisi paksa
hiperekstensi dari pergelangan tangan, trauma langsung dari fragmen fraktur, pembentukan
hematoma, atau peningkatan tekanan kompartemen (Scott, 2018).

EVALUASI RADIOLOGI
Posisi Anteroposterior dan Lateral dari wrist joint/pergelangan tangan harus dilakukan.
Bahu atau siku juga harus dievaluasi radiologi foto pergelangan tangan kontralateral juga biasa
dilakukan untuk dapat membantu menilai sudut ulnar varians dan sudut scapholunate.
Computed tomography scan dapat membantu untuk menunjukkan tingkat keterlibatan
intraartikular.
Penilaian Radiologi normal.
• Radial Inclination : rata-rata 23 derajat (kisaran, 13-30 derajat).
• Radial Length : rata-rata 11 mm (rentang, 8 sampai 18 mm).
• Palmar (volar) tilt : rata-rata 11 sampai 12 derajat (kisaran, 0-28 derajat).(6)

(4)

Gambar 2. Penilaian radiologi normal radius distal.


KLASIFIKASI RADIUS DISTAL FRAKTUR
Klasifikasi radius distal fraktur berdasarkan keterlibatan intraartikular.
1. Mayo Clinic Classification

Gambar 3. Mayo Clinic Classification radius distal fraktur (Oestern, 2014).


Tipe 1 adalah fraktur extraarticular (diluar sendi). Tipe 2, 3, 4 adalah fraktur intraarticular
(pada sendi) dibedakan berdasarkan displacement (pergeseran) dan kompleksitas fraktur.

2. Frykman Classification

Gambar 4. Klasifikasi radius distal fraktur oleh frykman (Thompson J, 2010).

Pembagian fraktur distal radius berdasarkan klasifikasi Frykman dibagi berdasarkan


keterlibatan intraarticular dari DRUJ dan sendi radiocarpal dan adanya fraktur styloideous
ulnar. Pembagian tersebut dimana tipe I dan II merupakan fraktur ekstraartikular dan tipe II-
VIII merupakan intraarticular fraktur. Pada tipe dengan bilangan ganjil merupakan fraktur
distal radius tanpa fraktur styloideous ulna dan pada tipe dengan bilangan genap merupakan
fraktur distal radus yang disertai dengan fraktur styloideous ulnar (Solomon and Apley, 2010).
TERAPI/PENGOBATAN
Semua pasien dengan radius distal fraktur umumnya selalu ditangani dengan reposisi
tertutup dan imobilisasi dengan gyps/cast, kecuali pasien dengan open fraktur ataupun kondisi
fragmen fraktur yang tidak memenuhi kriteria acceptable.
Jika fraktur stabil dan hasil reduksi baik, maka tidak diperlukan tindakan operasi
lanjutan. Jika fraktur dinilai tidak stabil, dinilai dari pergeseran (displaced) dari fragmen setelah
dilakukan tindakan reduksi tertutup, maka dapat dipertimbangkan tindakan operatif (Scott,
2018).

Penanganan dari fraktur radius distal :

Gambar 5. Plating rekomendasi untuk fraktur medial column dari radius distal (Scott, 2018).

Bila di tinjau secara biomekanik saat terjadinya trauma, sisi volar dari radius distal
mengalami kompresi yang lebih besar bila di bandingkan dengan sisi volar. Oleh karena itu,
tahap awal untuk mendapatkan reduksi yang stabil yaitu dengan cara mengoptimalisasi fiksasi
pada volar cortex, pada kasus dengan fraktur kominutif pada sisi dorsal maka hal yang penting
untuk di perhatikan yaitu reposisi secara akurat aposisi dari korteks volar nya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Terapi/pengobatan termasuk (Solomon and Apley, 2010; Schneppendahl,
Windolf and Kaufmann, 2012):
 Pola fraktur.
 Faktor lokal : kualitas tulang, cedera jaringan lunak, fraktur kominusi (fraktur lebih dari
3 fragmen), Displaced (pergeseran) dari fraktur, dan energi dari cedera .
 Pasien faktor : usia pasien fisiologis, gaya hidup, pekerjaan, dominasi tangan, kondisi
medis yang terkait, cedera terkait, dan kepatuhan.

Secara radiologi, posisi radius dikatakan acceptable/dapat diterima, jika :


1. Panjang Radial : 2 sampai 3 mm dari pergelangan tangan kontralateral .
2. Palmar tilt : tilt netral (0 derajat).
3. Intraartikular step - off : < 2 mm.
4. Radial Inclination : < kehilangan 5 derajat (Bernasek, 1989).

TINDAKAN NON OPERASI


Semua fraktur harus dilakukan reduksi tertutup, jika diperlukan juga. Reduksi fraktur
membantu untuk mengurangi bengkak setelah fraktur, memberikan penghilang rasa sakit, dan
mengurangi kompresi pada saraf median.
Imobilisasi cast/gyps, diindikasikan untuk (American Academy of Orthopaedic Surgeons,
2014):
 Nondisplaced atau patah tulang radius dengan pergeseran minimal.
 Displaced fraktur dengan pola fraktur yang stabil diharapkan dapat sembuh dalam
posisi radiologi yg acceptable/dapat diterima.
 Dapat juga digunakan blok hematom dengan menggunakan analgetik, berupa lidocain,
ataupun juga berupa sedasi.

Teknik reduksi tertutup (Solomon and Apley, 2010; Scott, 2018):


 Fragmen distal pada posisi hyperekstensi.
 Traksi dilakukan untuk mengurangi pergeseran pada bagian distal terhadap proksimal
fragmen, dengan melakukan penekanan pada distal radius.
 Kemudian dilakukan pemasangan gyps (cast), dengan pergelangan tangan dalam posisi
netral dan sedikit fleksi.
 Posisi ideal lengan, durasi imobilisasi, dan cast yang digunakan, apakah long arm cast,
ataupun short arm cast, masih kontroversial, tidak ada studi prospektif yang telah
menunjukkan keunggulan satu metode di atas yang lain.
 Fleksi pergelangan tangan yang ekstrim harus dihindari, karena meningkatkan tekanan
karpal kanal (dan kompresi saraf median) serta kekakuan jari tangan. Fraktur yang
membutuhkan pergelangan tangan fleksi ekstrim untuk mempertahankan reduksi
mungkin memerlukan fiksasi operatif.
 Gips harus dipakai selama kurang lebih 6 minggu atau sampai sudah terlihat proses
penyembuhan dari radiologi. Pemeriksaan radiologi juga Sering diperlukan untuk
mendeteksi hilangnya reduksi.

Gambar 6. Tehnik Reduksi tertutup pada fraktur radius distal (Ilyas and Jupiter, 2010).

OPERASI
Indikasi (American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2014):
 Cedera energi tinggi
 Kehilangan reduksi
 Artikular kominutif, step-off, atau gap
 Metaphyseal kominutif atau adanya bone loss (bagian fragmen tulang yang hilang)
 Kehilangan dinding penopang bagian volar disertai pergeseran (displaced) 
Terganggunya posisi DRUJ (Distal Radial Ulnar Joint).

TINDAKAN OPERASI
ORIF (Fiksasi Interna dgn plate & Screw)
Fiksasi dengan plate adalah tindakan primer untuk fraktur yang tidak stabil dari volar
dan medial kolum dari distal radius. Distal radius plate dikategorikan berdasarkan lokasi dan
tipe dari plate. Lokasinya bisa dorsal medial, volar medial dan radial styloid.
Prinsip dari penanganan radius distal adalah mengembalikan fungsi dari sendi
pergelangan tangan (wrist joint). Plate yang konvensional dapat digunakan buttress ataupun
neutralization plate, plate dengan locking screw juga kini sering digunakan, umumnya untuk
tulang yang sudah mengalami pengeroposan (osteoporosis) (Bernasek, 1989).

Gambar 7,8. Contoh plating pada radius distal fraktur,dan penggunaan konvensional plate
dan screw (Ilyas and Jupiter, 2010).
PINNING PERKUTANEUS
 Pinning secara perkutan : ini terutama digunakan untuk fraktur ekstraartikular atau dua
bagian fraktur intraartikular.
 Ini dapat dicapai dengan menggunakan dua atau tiga buah Kirschner wire ditempatkan
pada lokasi fraktur, umumnya dari styloid radial, diarahkan proksimal dan dari sisi
dorsoulnar dari fragmen radial distal diarahkan proksimal.
 Pinning perkutan umumnya digunakan untuk melengkapi short arm cast atau fiksasi
eksternal. Pin dapat dicabut 3 sampai 4 minggu setelah operasi, dengan tambahan gyps
dipertahankan 2 sampai 3 minggu (Scott, 2018).

FIKSASI EKSTERNAL
 Penggunaannya telah berkembang dalam popularitas didasarkan pada studi yang
menghasilkan tingkat komplikasi yang relatif rendah.
 Spanning fiksasi eksternal
Ligamentotaxis digunakan untuk mengembalikan panjang radial dan kecenderungan
radial, tapi jarang mengembalikan palmar tilt.
 Fiksasi eksternal saja mungkin tidak cukup stabil untuk mencegah beberapa derajat
kolaps dan hilangnya palmar tilt selama penyembuhan (Bernasek, 1989; Scott, 2018).
 Overdistraksi harus dihindari karena dapat menyebabkan jari kaku dan dapat diakui
oleh peningkatan jarak interkarpal pada fluoroskopi intraoperative (Bernasek, 1989;
Scott, 2018).
 Pin dapat di remove pada 3 sampai 4 minggu, meskipun sebagian besar
merekomendasikan 6 sampai 8 minggu fiksasi eksternal (American Academy of
Orthopaedic Surgeons, 2014).

FIKSASI AJUVAN
 Tambahan graft mungkin autograft, allograft, ataupun synthetic graft.
 Ajuvan Kirschner kawat fiksasi dapat membantu untuk fragmen yang lebih kecil (Scott,
2018).

PROGNOSIS
Beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis dari fraktur distal radius. Prognosis
yang fungsional yang lebih buruk terkait dengan adanya kompensasi pekerja, status sosial
ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah dan kepadatan tulang yang rendah. Faktor yang
mengarah ke prognosis yang baik yaitu akurasi reduksi articular, pemulihan hubungan anatomi
dan upaya awal untuk mendapatkan kembali gerakan pergelangan tangan dan jari
(Schneppendahl, Windolf and Kaufmann, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Orthopaedic Surgeons (2014) Comprehensive Orthopaedic Review,
Comprehensive Orthopaedic Review.
Bernasek, T. L. (1989) ‘Campbell’s operative orthopaedics’, Journal of Orthopaedic Trauma.
doi: 10.1097/00005131-198912000-00021.
Ilyas, A. M. and Jupiter, J. B. (2010) ‘Distal Radius Fractures-Classification of Treatment and
Indications for Surgery’, Hand Clinics. doi: 10.1016/j.hcl.2009.08.003.
Lichtman, D. M. et al. (2011) ‘American Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical Practice
Guideline on’, The Journal of Bone & Joint Surgery. doi: 10.2106/jbjs.938ebo.
Moreau, P. G. (1994) ‘Rockwood and Green’s Fractures in Adults’, Annals of Saudi Medicine.
doi: 10.5144/0256-4947.1994.75.
Oestern, H. J. (2014) ‘Distal radius fractures’, in Bone and Joint Injuries: Trauma Surgery III.
doi: 10.1007/978-3-642-38388-5_13.
Schneppendahl, J., Windolf, J. and Kaufmann, R. A. (2012) ‘Distal radius fractures: Current
concepts’, Journal of Hand Surgery. doi: 10.1016/j.jhsa.2012.06.001.
Scott, J. (2018) ‘Rockwood & Green’s fractures in adults.’, The Journal of Bone and Joint
Surgery. British volume. doi: 10.1302/0301-620x.84b3.0840465c.
Solomon, L. and Apley, A. G. (2010) Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, Apley’s
System of Orthopaedics and Fractures. doi: 10.1007/s13398-014-0173-7.2.
Thompson J (2010) ‘Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed’, in Elsevier Saunders.

Anda mungkin juga menyukai