Anda di halaman 1dari 12

Sinar-X merupakan pancaran dari gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan

gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi dengan gelombang yang sangat
pendek. Sinar-X mempunyai sifat heterogen serta memiliki panjang gelombang yang bervariasi
dan tidak terlihat. perbedaan sinar-X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada
panjang gelombang (Stanford University, 2017)

Anatomi Os Humerus (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari
ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada
bagian distal bersendi pada siku lengan dengan dua tulang, ulna dan radius. Os Humerus atau
tulang pangkal lengan ada sepasang dan berbentuk tulang panjang dan terletak pada brachium.
Humerus berartikulasi dengan Scapula di proksimal dan dengan radius ulna di distal. Os
Humerus dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proksimal humeri, shaft humeri dan distal humeri
(Maurice, 1997).

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi apabila tulang dikenai beban yang lebih besar daripada
yang diabsorsinya. Adapun penyebab terjadinya fraktur meliputi pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan puntir mendadak, dan kontraksi otot ekstrem. Fraktur pada tulang
menyebabkan edema jaringan lemak, persarafan ke otot dan sendi terganggu, dislokasi sendi,
kerusakan saraf,dan kerusakan pembuluh darah (Suratun., 2006).

Teknik pemeriksaan Os Humerus Dextra adalah pasien berdiri dengan menghadap


cahaya. Posisi pasien : pasien berdiri menghadap sinar dan kaset ukuran 24 x 30 cm diletakkan di
bucky stand. Posisi objek : tulang selangka kiri yang akan difoto diusahakan menempel pada
bucky stand dan menghadap arah sinar Arah sinar : vertical tegak lurus dengan titik bidik tepat
pada angle scapula Marker : L FFD : 100cm

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja anatomi os humerus ?


2. Bagaimana patologi os humerus secara umum ?

3. Bagaimana patologi os humerus secara khusus ?

4. Apa saja proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan os humerus ?

5.Apa saja proteksi radiasi yang digunakan dalam pemeriksaan os humerus ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui anatomi os humerus

2. Untuk mengetahui patologi os humerus secara umum

3. Untuk mengetahui patologi os humerus secara khusus

4. Untuk mengetahui proteksi yang digunakan dalam pemeriksaan os humerus

5. Untuk proteksi radiasi yang digunakan dalam pemeriksaan os humerus ?


2.1 Anatomi Humerus

Humerus atau tulang pangkal lengan ada sepasang dan berbentuk tulang panjang dan terletak
pada brachium. Humerus berartikulasi dengan scapula di proksimal dan dengan radius ulna di
distal. Humerus dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proksimal humeri, shaft humeri dan distal
humeri (Maurice, 1997).

1. Proksimal Humeri Pada proksimal humeri, terdapat caput humeri yang setengah bulat dan
dilapisi oleh tulang rawan. Caput humeri merupakan bagian humerus yang berartikulasi
dengan kavitas glenoidalis yang merupakan bagian scapula. Arah caput humeri serong
mediosuperior dan sedikit posterior. Caput humeri dipisahkan dengan struktur di
bawahnya oleh collum anatomicum (Subagyo, 2002). Didapatkan dua tonjolan tulang
yang disebut tuberculum majus dan tuberculum minor. Tuberculum majus mengarah ke
lateral dan melanjutkan diri ke distal sebagai crista tuberculi majoris. Tuberculum minor
mengarah ke anterior dan melanjutkan diri sebagai crista tuberculi minoris. Di antara
kedua tuberculum serta crista tuberculi dibentuk sulcus intertubercularis yang dilapisi
tulang rawan dan dilalui tendon caput longum m. bicipitis.
2. Shaft humeri Shaft humeri memiliki penampang melintang berbentuk segitiga.
Permukaan shaft humeri dapat dibagi menjadi facies anterior medialis, facies anterior
lateralis dan facies posterior. Pertemuan facies anterior medialis dengan facies posterior
membentuk margo medialis. Margo medialis ke arah distal makin menonjol dan tajam
sebagai crista supracondilaris medialis. Pertemuan facies anterior lateralis dengan facies
posterior membentuk margo lateralis. Margo lateralis ini juga ke arah distal makin
menonjol dan tajam sebagai crista supracondilaris lateralis.
3. Dipertengahan sedikit proksimal facies anterior lateralis didapatkan tuberositas deltoidea.
Di posterior dari tuberositas deltoidea dan di facies posterior humeri didapatkan sulcus
nervi radialis (sulcus spiralis) yang berjalan superomedial ke inferolateral. Foramen
nutricium didapatkan dekat margo medialis dan merupakan lubang masuk ke canalis
nutricium yang mengarah ke distal. 3. Distal humeri Distal humeri lebih tipis dan lebar
dibandingkan dengan shaft humeri. Margo medialis yang melanjutkan diri sebagai crista
supracondilaris medialis berakhir sebagai epicondilus medialis. Demikian pula margo
lateralis yang melanjutkan diri sebagai crista supracondilaris lateralis berakhir sebagai
epicondilus lateralis. Epicondilus medialis lebih menonjol dibandingkan epicondilus
lateralis serta di permukaan posterior epicondilus medialis didapatkan sulcus nervi
ulnaris.

2.2 Patologi khusus

Dalam pelaksanaan nya terdapat berbagai macam pemeriksaan berdasarkan objek yang
ingin dilihat, salah satu nya adalah pemeriksaan radiologi os humerus atau tulang lengan atas.Os
humerus merupakan tulang terpanjang dari anggota gerak bagian atas yang didalam nya terdapat
sebuah batang dan dua ujung (Evelyn C, 2009).

Dapat diartikan pemeriksaan radiologi os humerus adalah pemeriksaan tulang lengan atas
dengan menggunakan modalitas energi radiasi untuk diagnosis maupun terapi. Radiografi os
humerus biasanya dilakukan dengan klinis fraktur dan dislokasi (Lampignano and Kendrick,
2018).

a) Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi apabila tulang dikenai beban yang
lebih besar daripada yang diabsorsinya. Adapun penyebab terjadinya fraktur meliputi
pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan kontraksi otot
ekstrem. Fraktur pada tulang dapat menyebabkan edema jaringan lemak, persarafan ke
otot dan sendi terganggu, dislokasi sendi, kerusakan saraf,dan kerusakan pembuluh darah
(Suratun., 2006).

Fraktur juga didefinisikan sebagai hilangnya integritas tulang karena cedera


mekanis dan berkurangnya kekuatan tulang. Adapun kualifikasi fraktur sebagai berikut :

1) Simple : permukaan kulitnya masih utuh.


2) Compound : tulang berinteraksi dengan permukaan kulit.
3) Displaced : ujung-ujung tulang di garis fraktur tidak selaras.
4) Stress :fraktur berkembang perlahan-lahan yang mengikuti periode
peningkatan aktifitas fisik dimana tulang dikenakan beban berulang.
5) “greenstick” : memanjang hanya sebagian melalui tulang, umumnya terjadi
pada bayi yang tulang nya masih belum cukup kuat.
6) Pathologic : melibatkan tulang yang dilemahkan oleh proses penyakit yang
mendasarinya, seperti tumor (Cotran et al., 2015).

Menurut Sjamsuhidajat ( 1997 ) terjadinya fraktur dapat disebabkan oleh karena trauma
baik langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung seperti benturan yang menyebabkan
patahnya tulang atau trauma tidak langsung seperti jatuh bertumpu yang menyebabkan patah nya
tulang disekitar daerah tumpuan.

Menurut Engram (1998) fraktur juga dapat disebabkan oleh karena proses patologis
misalnya adanya tumor, infeksi atau osteoporosis pada tulang. Depkes (1995) menyatakan
penyebab primer fraktur diantaranya karena kecalakaan kendaraan bermotor atau jatuh, olah
raga, latihan yang kuat dan malnutrisi (Risnanto and Insani, 2014) namun fraktur humerus relatif
sering terjadi karna terjatuh (Waschke, 2015).

b) Dislokasi adalah keluarnya kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi terjadi


setelah trauma dengan gejala nyeri, dapat terjadi pemanjangan atau pemendekan tulang,
hilangnya tonjolan tulang yang normal, tidak dapat melakukan gerakan tertentu pada
sendi yang terkena (Librianty, 2015).

2.3 Patologi khusus

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal atau permukaan rawan sendi.
Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak, tekanan fisik yang menyebabkan
terjadinya fraktur (Hardisman dan Riski, 2014). Menurut Muttaqin, (2011) Fraktur humerus
adalah terputusnya hubungan tulang humerus disertai kerusakan jaringan lunak (otot, kulit,
jaringan saraf, pembuluh darah).

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur, seperti :

• Tumor tulang (jinak atau ganas), yaitu pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali atau
progresif
Menurut Loho, Lily L. Osteosarkoma (2014) dipercaya berasal dari sel stem mesenkim atau sel
osteoprogenitor yang mengalami gangguan dalam jalur diferensiasi osteoblas. Beberapa studi
membuktikan bahwa osteosarkoma mempunyai cancer stem cells. Penyebab yang paling
diketahui berhubungan dengan penyakit ini ialah radiasi. Osteosarkoma setelah terapi radiasi
merupakan komplikasi yang jarang dan biasanya terjadi setelah 15 tahun kemudian (antara 3-55
tahun). Penyakit ini mempunyai abnormalitas genetik seperti penyimpangan struktur kompleks
dan jumlah kromosom.

• Infeksi seperti osteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai
salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri

Menurut Yadnya, I Putu Oka Buda.dkk (2022) Osteomielitis merupakan infeksi tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Mekanisme infeksi tersebut meliputi riwayat
trauma, fraktur terbuka dan pembedahan. Faktor lainnya yang dapat memengaruhi terjadinya
osteomielitis, yaitu diabetes mellitus, periferal vascular disease, malnutrisi, hipotensi,
penggunaan steroid dengan jangka waktu yang lama, malignansi, alkoholik, perokok, gangguan
sistemik atau lokal pada penyakit immunocompromise, dan perkembangan infeksi dari ulcer
decubitus

• Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defenisi Vitamin D

Menurut Supartono, Basuki (2021) Rakitis nutrisi adalah penyakit rakitis yang disebabkan oleh
asupan nutrisi yang kurang. Kondisi ini menimbulkan gangguan proliferasi kondrosit dan defek
mineralisasi oteoid dan mineralisasi lempeng pertumbuhan. Nutrisi yang kurang biasanya
vitamin D dan kalsium (Munns et al., 2016). Anak dengan penyakit tersebut biasanya sering
gelisah dan mudah tersinggung, terjadi juga keterlambatan perkembangan (delayed milestone)
dan mengeluh nyeri tulang. Secara fisik terlihat adanya gangguan postur tubuh, gangguan
struktur dan fungsi tulang. Pembengkakan sendi dan pembesaran tulang sendi pergelangan
tangan dan sendi lutut, kelainan bentuk tulang kepala, bentuk tulang dada seperti tasbeh, kelainan
bentuk sendi lutut yaitu genu valgum dan genu varum. Genu varum cenderung muncul pada bayi
dengan Rakitis ketika mulai menahan beban atau berjalan.

• Stress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran
(Sachdeva,2000 dalam Kristiyanasari)
2.4 Teknik Radiografi

TEKNIK RADIOGRAFI OS HUMERUS DENGAN KASUS

FRAKTUR 1/3 DISTAL HUMERUS

Persiapan alat dan bahan:

• Pesawat sinar-x

• Nama merk : siemen

• jenis tabung : single

• Kaset dan Film ukuran 24 x 30

• Marker : R

Persiapan pasien:

Teknik pemeriksaan Os Humerus Dextra , pasien hanya di suruh untuk melepas

pakaian atas karena dapat mengganggu gambaran radiografi

Teknik pemeriksaan :

Teknik pemeriksaan Os Humerus Dextra di Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi

adalah pasien berdiri dengan menghadap cahaya.

Posisi pasien : pasien berdiri menghadap sinar dan kaset ukuran 24 x 30 cm diletakkan di

bucky stand.

Posisi objek : tulang selangka kiri yang akan difoto diusahakan menempel pada bucky

stand dan menghadap arah sinar.

Arah sinar (CR) : vertical tegak lurus dengan titik bidik tepat pada angle scapula.

FFD : 100cm
CP : Pertengahan OS Humerus

Kolimasi : Lebih luas dari objek atau seluas kaset

Marker : R

Ekspose

Pengolahan film yang dilakukan adalah dengan

automatic processing unit.

Isi Hasil Pembahasan

Berdasarkan radiografi yang telah diperoleh mengenai pemeriksaan fraktur Os

Humerus Dextra adalah secara umum

menggunakan proyeksi Posterior Antero (PA) karena dengan proyeksi ini sudah

menampakkan kelainan yang mencurigai dalam kasus Fraktur Humerus Dekstra, selain itu

dengan proyeksi ini pasien lebih merasa nyaman dan aman sehinggan fraktur yang dialami

tidak bertambah parah. Menurut penulis jika dilihat dari teori, proyeksi yang lebih

menguntungkan adalah proyeksi PA karena tidak mengganggu bagian tubuh yang sakit

lainnya.Dan keuntungan lainnya adalah pasien juga bisa melihat hasil foto secara langsung.

2.5 Proteksi radiasi

Proteksi radiasi adalah perlindungan orang dari efek berbahaya paparan radiasi

pengion dan cara mencapainya. Proteksi radiasi adalah pengawasan terhadap bahaya

radiasi melalui peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi dan bahanbahan
radioaktif

BAB 3
3.1 Teknik Radiografi Os Humerus dengan Kasus Fraktur 1/3 Distal Humerus di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi Kabupaten Karo tahun 2020

Berdasarkan radiografi yang telah diperoleh mengenai pemeriksaan fraktur Os Humerus


Dextra di Instalasi Radiologi RS Efarina Etaham Berastagi adalah secara umum menggunakan
proyeksi Posterior Antero (PA) karena dengan proyeksi ini sudah menampakkan kelainan yang
mencurigai dalam kasus Fraktur Humerus Dekstra, selain itu dengan proyeksi ini pasien lebih
merasa nyaman dan aman sehinggan fraktur yang dialami tidak bertambah parah. Menurut
penulis jika dilihat dari teori, proyeksi yang lebih menguntungkan adalah proyeksi PA karena
tidak mengganggu bagian tubuh yang sakit lainnya dan keuntungan lainnya adalah pasien juga
bisa melihat hasil foto secara langsung dengan jelas setelah film selesai dicuci. Tapi, ada juga
kerugian yang diperoleh pasien dalam kasus ini. Ketika melakukan proyeksi ini, pasien tidak
diperkenankan menggunakan aprone atau alat pelindung karna dapat mengganggu hasil foto
yang dihasilkan.Akibatnya, organ vital pasien tidak tertutupi dan menyebabkan beberapa organ
vital terkena radiasi.

3.2 Prosedur Pemeriksaan Radiografi Humerus pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar

Berdasarkan hasil observasi pada hari selasa 14 Maret 2023, pasien datang ke Instalasi
Radiologi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar diantar oleh perawat dan satu orang
keluarganya dengan menggunakan brangkar Perawat menyerahkan formulir permintaan
pemeriksaan radiologi dari dokter penanggung jawab pasien kepada petugas dibagian
administrasi untuk dilakukan pencatatan data pada billing administrasi. Kemudian setelah
pencatatan data selesai petugas langsung memanggil pasien untuk masuk kedalam ruang
pemeriksaan radiologi dan mempersilahkan keluarga pasien untuk menunggu diluar ruangan.

Berdasarkan hasil observasi penulis pada formulir permintaan pemeriksaan radiologi pada kamus
fraktur di Instalasi Radiologi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, dokter
penanggung jawab pasien hanya meminta pemeriksaan humerus bagian kiri. Namun,
pemeriksaan radiografi yang dilakukan oleh radiografer menggunakan proyeksi AP thorax
tampak humerus yang fraktur Hal ini diperkuat dengan pernyataan beberpa responden sebagai
berikut

“Pemeriksaan humerus dengan kasus fratur ataupun trauma di PKU karanganyar proyeksi
dilakukan dengan foto thorax ap dengan menampakkan thorax dan salah satu bagian humerus
yang fraktur.” (R1)

“Baik imah untuk prosedurnya biasanya kita menggunakan proyeksi AP Thorax tampak humerus
dengan ukuran kaset 35x43cm.” (R2)
BAB 4

PEMBAHASAN

Daftar pustaka

YUDHA PRASTYA. (2018).Penatalaksanaan Pemeriksaan OS Humerus Dengan Klinis Post


Trauma Di RSUD Kabupaten Tangerang

Evelyn C, P. (2009) Anatomi dan Fisiologi untuk para Medis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Lampignano, J. P. and Kendrick, L. E. (2018) Bontrager’s Textbook of Radiographic Positioning


and Related Anatomy. NINTH EDIT, Elseνier. Missouri: Elsevier, Inc.

Librianty, N. (2015) Panduan Mandiri Melacak Penyakit. Jakarta: PT. Lintas Kata.

Suratun. (2006) Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Cotran, R. S. et al. (2015) Pathologic basis of disease. Philadelphia: Elsevier, Inc.

Sjamsuhidajat.R.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Engram B. 1998. Medical Surgical Nursing Care Plans. Volume 2. Editor : Ester Monica.

Alih Bahasa : Suharyati Samba. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Risnanto and Insani, U. (2014) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Sistem
Muskuloskeletal). Sleman: CV Budi Utama.

Waschke, F. P. & J. (2015) SOBOTA ATLAS ANATOMI MANUSIA. Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai