Oleh:
Sandra Juwita W.P
Baiq Cipta Hardianti
Made Saskaprabawanta
Pirsa Hatpri Nur I.
22010115210045
22010115210089
22010115210152
22010114210161
LEMBARPENGESAHAN
Laporan kunjungan kerja di Klinik IMS Griya Asa Resosialisasi Argorejo/Sunan
Kuning
Semarang
dengan
judul
LAPORAN
KEGIATAN
DAN
RESOSIALISASI
ARGOREJO/SUNAN
KUNING
Pembimbing II
KATAPENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan manajemen program outreach PKBI
Semarang di Wilayah Resosialisasi Argorejo/Sunan Kuning dalam rangka
melengkapi tugas kepaniteraan pada Praktik Belajar Lapangan di Departemen
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro dapat terselesaikan dengan lancar.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Bambang Darmawan dan dr. Dwi Yoga Yulianto selaku Dosen
Pembimbing Lapangan di Griya Asa PKBI Resosialisasi Argorejo/Sunan
Kuning Semarang
2. Ari Istiyadi selaku Koordinator Lapangan di Griya Asa Resosialisasi
Argorejo/Sunan Kuning Semarang
3. Bapak Suwandi selaku Ketua Resosialisasi Argorejo/Sunan Kuning Semarang
4. Ibu I selaku Wanita Pekerja Seks Resosialisasi Argorejo/Sunan Kuning
Semarang
5. Ibu pengasuh Resosialisasi Argorejo/Sunan Kuning Semarang
6. Rekan rekan PBL yang memberikan dukungan
Semoga laporan kegiatan dan manajemen outreach dapat bermanfaat bagi
yang memerlukannya dan dapat menjadi panduan pelaksanaan kegiatan periode
selanjutnya.
Penulis
DAFTARISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan Umum dan Khusus.............................................................................
1.4 Sasaran Outreach...........................................................................................
1.5 Target Outreach..............................................................................................
1.6 Indikator Outreach.........................................................................................
1.7 Strategi Outreach...........................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
2.1 Sejarah Resosialisasi Argorejo.......................................................................
2.2 Program Outreach..........................................................................................
2.3 Tren Perilaku Berisiko untuk Transmisi HIV/IMS di
Indonesia..............................................................................................................
2.4 Peranan Skrining dan Pengobatan Infeksi Menular Seksual
dalam Mencegah Transmisi HIV.........................................................................
BAB III. HASIL PENGAMATAN.........................................................................
3.1 Hasil Wawancara dengan Ketua Resosialisasi.............................................
3.2 Hasil Wawancara dengan Provider Outreach...............................................
3.3 Hasil Wawancara Dengan Mucikari/ Pengasuh...........................................
3.4 Hasil Wawancara Dengan Wanita Pekerja Seks...........................................
BAB IV. ANALISIS MASALAH, PEMBAHASAN DAN
PEMECAHAN MASALAH..................................................................
4.1 Permasalahan................................................................................................
4.2 Pembahasan..................................................................................................
4.3 Pemecahan Masalah.....................................................................................
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN..................................................................
5.1 Kesimpulan..................................................................................................
5.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN........................................................34
DAFTAR GAMBAR
DAFTARTABEL
Tabel 1. Tabulasi Data Wawancara WPS...............................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jawa Tengah menempati peringkat 6 jumlah kasus HIV-AIDS di
Indonesia dan Kota Semarang sebagai peringkat pertama terdapat 49,07%
Rumusan Masalah
1. Apakah ada peraturan dari Resosialisasi tentang pencegahan IMS?
2. Bagaimana pengetahuan petugas outreach tentang komunikasi empati
(informasi, metode, alat bantu KIE, penilaian perubahan perilaku),
penentuan jumlah WPS yang didampingi, dan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan?
3. Bagaimana peran mucikari dalam pencegahan IMS?
4. Bagaimana tingkat pengetahuan WPS tentang IMS dan HIV AIDS serta
VCT?
1.3
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui keberhasilan program outreach dalam mengubah
perilaku Wanita Pekerja Seks (WPS) dari berperilaku seks tidak aman
(unsafe sex) menjadi berperilaku seks aman (safe sex).
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
10
1.4
Sasaran Outreach
1.5
Target Outreach
1.
2.
3.
Argorejo/Sunan Kuning
Voluntary Counselling Test (VCT) dilakukan secara rutin setiap 3
bulan oleh 100% WPS di Resosialisasi Argorejo/Sunan Kuning
1.6
Indikator Outreach
1. Angka IMS dan HIV/AIDS WPS terkendali
2. 100% WPS melakukan skrining setiap 3 minggu dan VCT setiap 3
bulan secara rutin
3. Penggunaan kondom oleh WPS 100%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
11
12
Program Outreach
Outreach atau pendampingan adalah suatu metode komunikasi
yang bertujuan untuk mengubah perilaku pelanggan menjadi perilaku
yang diharapkan, baik perilaku individual ataupun kelompok. Perubahan
perilaku sesuai teori komunikasi meliputi lima tahapan yaitu awareness,
pemahaman/ pengertian, menentukan sikap, mencoba dan mengadopsi,
dimana
diperlukan
suasana
penuh
empati
selama
komunikasi
berlangsung.3
Pesan yang dikomunikasikan antara lain perilaku-perilaku yang
akan diubah sesuai tujuan dari provider, dalam penanggulangan HIV
adalah perilaku yang memudahkan terjadinya transmisi HIV. Perilakuperilaku tersebut antara lain mempraktikan seks yang aman, misalkan pada
kelompok risiko tinggi tersebut dengan menggunakan kondom. Hal
tersebut dikomunikasikan dalam tiga pesan meliputi pesan inti, pesan
dasar dan pesan tambahan. Pesan ini meliputi HIV-AIDS dan IMS, yaitu
penyebab, gejala, proses penularan, pengobatan, komplikasi dan
pencegahan. Pesan dasar mengenai kesehatan reproduksi, faktor yang
berpengaruh pada organ reproduksi, bagaimana menjaga kesehatannya
agar keturunan yang dihasilkan juga sehat.
Target outreach adalah jumlah WPS yang dijangkau, yang
merupakan populasi yang masih berisiko tertular IMS dan HIV-AIDS.
Jumlah WPS yang akan didampingi adalah jumlah WPS sebagai sasaran
prioritas yang akan diharapkan berubah perilaku yang berisiko. Jumlah
WPS yang diakhiri pendampingannya adalah jumlah WPS yang telah
mengadopsi seks sehat, yaitu WPS yang tidak IMS atau sekali IMS, tidak
HIV dan AIDS, dan menggunakan kondom 100 %.
Provider harus dapat memahami sampai di tingkatan mana tahapan
komunikasi telah dicapai. Pada komunikasi individual ataupun kelompok
13
secara tatap muka, bila sasaran telah mulai bertanya maka tahapan
komunikasi telah melewati tahap awarness, maka dapat dimulai anjuran
dengan diskusi tanya jawab untuk mencoba atau trial, dan seterusnya akan
terjadi adopsi perilaku yang diharapkan. Dalam penanggulangan penyakit
pesan tersebut disusun dalam faktor risiko individual ataupun kelompok
yang disebut sebagai PRI (penilaian risiko individual) dan PRK (penilaian
risiko kelompok).
PRI (penilaian risiko individual) adalah sekumpulan risiko
individual yang akan memudahkan transmisi penyakit, mempersulit
kesembuhan,
menyebabkan
drop-out
pengobatan,
meningkatkan
kelompok
dengan ciri yang sama misalnya kelompok waria, kelompok WPS dalam
satu wisma, kelompok IDU dan lain-lain, biasanya ada suatu keadaan yang
menyatukan kelompok tersebut, yang sangat dipengaruhi oleh stake
holder. Untuk WPS stake holder yang paling berpengaruh adalah
Pengasuh/Mucikari/GM, pengurus resosialisasi dan aparat pemerintah RT,
RW, Lurah, Camat, dan petugas Dinas kesehatan.
2.3
kepada
melakukan/memiliki
pasangan
perilaku
seksualnya
berisiko.
yang
Program
mungkin
tidak
pemerintah
yang
dan
mengontrol
epidemik
HIV
terutama
dalam
14
15
penelitian,
keberadaan
IMS
pada
genital
dapat
meningkatkan
dengan
gonorrhea
mencapai
10
kali
lipat
dibandingkan
16
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1
: 540 orang
: 6 gang
: 115 wisma aktif
: 250 orang
: 158 orang
: 12 orang
Pasal Pertama
a
kegiatan PE
Memberikan cuti terhadap anak asuhnya yang tenggarai terkena
IMS
Mengikuti pertemuan koordinasi yang diselenggarakan oleh
17
oleh tamu
Memberikan informasi jumlah kondom setiap akhir bulan pada
terpakai
Pengasuh dianjurkan untuk skrining dan VCT
Pasal Kedua
a
b
c
menggunakan kondom.
Anak asuh memberikan informasi terkait dengan tamu yang menolak
menggunakan kondom kepada bapak/ibu asuh atau pengurus.
Pasal Ketiga
a
buah kondom.
Tamu yang menginap wajib membeli kondom dari pengurus jaga saat
lapor.
Tamu/pelanggan wajib menggunakan kondom saat berhubungan seks.
18
kondom 100%.
Akan mendapatkan souvenir menarik dari pengurus.
Anak asuh
kondom 100%.
Akan mendapatkan souvenir menarik dari pengurus.
b. Sanksi
1 Sanksi-sanksi untuk anak asuh
a Teguran lisan diberikan bila tidak memakai kondom selama 3
kali hubungan seksual dan harus cek ulang IMS. Namun jika
membandel akan diperingatkan tertulis 1, 2, dan 3 termasuk
b
19
Ditutup
tempat
usahanya
jika
tidak
mengindahkan
surat
pernyataan
yang
disaksikan
oleh
Kesehatan
Program kesehatan merupakan upaya pengendalian penularan
20
PENGURUS
RT 1
RT 2
RT 3
PUSKESMAS
RT 5
RT 4
RT 6
PUSKESMAS
21
ANAK ASUH
KETUA RESOS
PENGAWAS LAPANGAN
KORLAP PE
Pengamanan
Pengamanan merupakan bentuk penjagaan dari WPS agar lebih
22
Selain itu, terdapat pengamanan uang hasil kerja para WPS berupa
kewajiban menabung setiap bulan kepada petugas resosialisasi. Tabungan
WPS ini akan dikumpulkan dan dibagikan kembali kepada para WPS
sebagai modal bagi mereka saat alih profesi. WPS diwajibkan
untuk
Pengentasan
Pengentasan merupakan upaya resosialisasi dan alih profesi, yaitu
melakukan
outreach,
provider
diharapkan
mampu
23
Informasi
mengatakan
perlunya
informasi-informasi
sebelum
Faktor Risiko
Faktor risiko yang perlu perhatian dalam pelaksanaan outreach yaitu
tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks dan kepatuhan
WPS dalam skrining IMS serta pemeriksaan VCT secara rutin. Faktorfaktor risiko tersebut menjadi tujuan provider dalam melakukan
outreach.
3) Metode Komunikasi
Dalam pelaksanaan outreach, metode komunikasi yang dilakukan
berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan tujuan dari pendampingan.
Komunikasi dapat berupa face to face, seperti pendampingan terhadap
WPS dengan IMS dan metode kelompok atau massal, seperti
pemberian penyuluhan kesehatan tentang IMS dan HIV/AIDS kepada
seluruh WPS di ruang serba guna Resosialisasi Argorejo.
4) Alat Bantu KIE
Provider menggunakan berbagai macam jenis alat bantu KIE selama
pendampingan. Alat bantu tersebut dapat berupa brosur, leaflet, lembar
balik, dildo, dan juga LCD. Penggunaan alat bantu tersebut
disesuaikan dengan metode komunikasi yang digunakan dan sasaran
WPS yang dilakukan pendampingan.
5) Tingkat Perubahan Perilaku
Dari hasil wawancara, provider belum memahami dan menguasai
tentang penilaian tingkat perubahan perilaku dari sasaran yaitu tahap
awarness, pemahaman, menentukan sikap, mencoba, dan mengadopsi.
Provider menilai perubahan perilaku dengan cara menilai pemahaman
24
25
26
A. Wawancara WPS I
Identitas
WPS bernama Nn. I, berusia 34 tahun dan berasal dari Palembang.
Ia mengaku belum menikah dan anak tunggal dengan ayah sebagai
pendeta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Ia bekerja sebagai WPS karena
ingin mendapatkan kebebasan dari kekangan keluarga dan tuntutan
ekonomi. Nn. I sudah bekerja di Resosialisasi Sunan Kuning/Argorejo
selama 1 tahun dan berawal dari ajakan teman. Sebelum bekerja sebagai
WPS, Nn. I mengaku pernah bekerja sebagai PE di Sunan Kuning selama
3 tahun dan usaha karaoke di Bali. Pendidikan terakhir WPS adalah D3
dan agama yang dianut adalah Kristen. WPS sehari-hari bekerja di wisma
SP dan bertempat tinggal di wisma tersebut.
Pengetahuan IMS, HIV-AIDS, Skrining dan VCT
Informasi mengenai IMS, HIV, skrining IMS, dan VCT sering
diberikan oleh berbagai narasumber di resosialisasi. WPS mengetahui
pencegahan agar tidak menularkan atupun tertular IMS/HIV-AIDS dengan
melakukan seks aman dengan kondom, secara rutin skrining IMS, VCT
dan patuh berobat bila sakit, tidak memakai narkoba jarum suntik bersama
dan tidak membuat tato di tubuh. Dalam 1 tahun ini, WPS selalu
mengikuti kegiatan skrining IMS yang dilakukan 3 minggu sekali dan
VCT tiap 3 bulan sekali. WPS pernah memperoleh obat profilaksis IMS,
Menurut WPS, skrining bertujuan untuk mengetahui kesehatan organ
genitalnya, sehingga dia mengetahui kondisi kesehatan reproduksinya.
WPS menjalani skrining dan VCT terakhir bulan lalu. Saat proses VCT
dijelaskan mengenai penyakit infeksi HIV dan AIDS, faktor risiko, gejala,
27
penyebaran,
penularan,
pengobatan,
akibat/komplikasi
dan
3.5
28
No
Pertanyaan
1
Memperoleh informasi tentang IMS/HIV-
Ya
1
Tidak
0
2
3
4
5
6
7
8
9
10
AIDS/skrining/VCT
Mengetahui cara mencegah penularan IMS/HIV-AIDS
Skrining IMS secara rutin ke Griya Asa/Puskesmas Lebdosari
Mengetahui kegunaan skrining IMS secara rutin
Pernah mendeita IMS selama ini
Melakukan VCT secara rutin
Mengetahui kegunaan VCT secara rutin
Kebiasaan membilas vagina
Kebiasaan minum alkohol
Mengetahui kegunaan penggunaan kondom dalam hubungan
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
11
seksual
Selalu menggunakan kondom di setiap hubungan seksual
12
(100%)
Pelanggan yang menolak sebagai alasan utama tidak
13
14
menggunakan kondom
Kondom yang diberikan cukup dengan kebutuhan WPS
Pengurus resosialisasi, Koordinator lapangan, Mucikari dan
1
1
0
0
Kuning
sudah
berjalan
dengan
adanya
program
29
kondomisasi pada pelanggan yang datang, WPS wajib skrining IMS yang
dilakukan 1 kali/3 minggu dan VCT 1 kali/3 bulan.
Edukasi yang diberikan adalah untuk terus melakukan pelayanan
seks yang aman guna pencegahan penularan IMS dan HIV-AIDS dari dan
ke pelanggan. WPS diedukasi untuk selalu rutin skrining dan VCT, serta
melaksanakan pola hidup yang sehat, makan teratur, beristirahat dan
mengikuti kegiatan yang diadakan di resosialisasi dengan tertib
BAB IV
ANALISIS MASALAH, PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH
4.1. Permasalahan
1. Hasil wawancara dengan ketua resosialisasi didapatkan belum terdapat
mekanisme limbah kondom secara khusus.
2. Pengurus resosialisasi tidak memiliki data WPS yang memiliki IMS
maupun HIV
3. Kurangnya penguasaan provider mengenai tingkat perubahan perilaku
dari sasaran outreach
30
4.2. Pembahasan
Kondom yang telah dipakai untuk berhubungan seksual akan
bersentuhan langsung dengan cairan tubuh baik dari pria maupun wanita.
Kondom yang telah terkontaminasi cairan tubuh dapat berisiko untuk
menularkan infeksi menular seksual ataupun HIV kepada petugas
pembuang sampah, sehingga dimungkinkan dapat menambah jumlah
penderita IMS dan HIV di luar area Resosialisasi, bila hal itu terjadi maka
penyebaran IMS dan HIV akan sulit dikontrol.
Data detail mengenai penderita IMS dan HIV diperlukan oleh
pengurus resosialisasi untuk digunakan sebagai bahan evaluasi penderita
penyakit IMS dan HIV. Data detail mengenai penderita IMS dan HIV
dapat digunakan oleh pengurus resosialisasi untuk menentukan kebijakan
baru terkait dengan kegatan WPS selama berada di area resosialisasi yang
disesuaikan dengan perkembangan IMS dan HIV di area tersebut.
Dari hasil wawancara, provider belum memahami sepenuhya
tentang penilaian tingkat perubahan perilaku dari sasaran yaitu tahap
awarness, pemahaman, menentukan sikap, mencoba, dan mengadopsi.
Provider menilai perilaku sasaran dengan menggunakan pertanyaan
singkat setelah penyuluhan serta melihat hasil skrining dan VCT.
Pemahaman mengenai perubahan perilaku sangat penting bagi provider
saat menilai tingkat keberhasilan kegiatan pendampingan, sesuai dengan
tujuan dari outreach yaitu perubahan perilaku berisiko menjadi perilaku
yang aman bagi WPS saat melaksanakan kegiatan di resosialisasi
Argorejo.
31
2. Pembuatan folder data diri hasil skrining, dan VCT WPS yang disusun
sesuai wisma masing masing.
3. Pelatihan mengenai penilaian perubahan perilaku kepada provider secara
rutin dan berkala.
4. Diperlukan edukasi pada Mucikari dan WPS secara rutin dan berkala
mengenai bahaya IMS dan HIV-AIDS sehingga diharapkan makin
meningkatkan kesadaran Mucikari dan WPS untuk mencegah transmisi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
2.
telah
disesuaikan
dengan tujuan
3.
4.
32
5.2
Saran
Perlu diadakan evaluasi hasil kegiatan outreach sesuai dengan tujuan
dan target program yang telah ditetapkan secara rutin dan berkala
mengenai pelaksanaan program outreach di Wilayah Resosialisasi
Argorejo/Sunan Kuning Semarang agar kegiatan dapat disesuaikan
dengan perkembangan IMS dan HIV-AIDS.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Gambaran Umum Resosialisasi Argorejo Semarang. Available from :
http://eprints.undip.ac.id/40711/4/BAB_IV_YUNI.pdf
2. Modul Outreach PKBI Semarang 2014
3. Dewson S, Davis S, Casebourne J. Maximising the Role of Outreach in
Client Engegement, Research Report DWPRR 326. 2006, Depertment for
Work and Pensions.
4. HIV-AIDS Jawa Tengah. Available from: http://www.aidsjateng.or.id
5. Sedyaningsih ER, Gortmaker SL. Determinants of Safer-Sex Behaviors of
Brothel-based Female Commercial Sex Workers in Jakarta, Indonesia. J
Sex Res. 1999 May;36(2):190-7
6. HIV-AIDS and other sexually transmitted infections. Available from:
http://www.who.int/ith/diseases/hivaids/en/
7. Centers for Disease Control and Prevention US. The role of STD
Dectection and Treatment in HIV Prevention CDC Fact Sheet. Available
from: http://www.cdc.gov/std/hiv/stdfact-std-hiv.htm
8. Ministry of Health Republic of Indonesia, HIV/STI Integrated Biological
Behavior Surveillance (IBBS) among Most-At-Risk Groups (MARG) in
Indonesia, 2007
Dokumentasi
34