Anda di halaman 1dari 22

KERANGKA INTERVENSI STUNTING PADA BALITA

Tugas Matakuliah Gizi Pertumbuhan Manusia

OLEH :

NORBERTUS R. RATRIGIS

MERDIN ELISABETH PANIE

MARIA ANTONIA NURAK

ELFRIDA NONA FERNI

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2018

i Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat penyertaan-
Nya makalah tentang “Kerangka Intervensi Stunting Pada Balita” selesai disusun. Tidak lupa kami
juga menyampaikan terima kasih atas dukungan sahabat dan keluarga yang membantu dalam
penyelesaian tulisan ini.

Harapan kami semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan juga menambah pengetahuan
tim penulis yang sedang melaksanakan perkuliahan pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana Kupang.

Akhirnya karena keterbatasan pengetahuan penulis, kritik dan saran kami harapan untuk
menyempurnakan tulisan ini.

Kupang, Desember 2018

Penulis

ii Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II METODE ..................................................................................................... 3
2.1 Sumber Data dan Infromasi ............................................................................ 3
2.2 Analisa Data ................................................................................................... 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 4
3.1 Prevalensi Stunting terkini .............................................................................. 4
3.2 Dampak Stunting ............................................................................................. 5
3.3 Penyebab dan Faktor Resiko Stunting ............................................................ 8
3.4 Kerangka Intervensi Stunting.......................................................................... 10
3.5 Ringkasan Kerangka Intervensi Stunting ........................................................ 16
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

iii Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Balita pendek (stunted)
dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi
badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006. Sedangkan defenisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted)
dan kurang dari – 3SD (severely stunted).
Stunting tidak hanya seseorang itu pendek menurut usianya, akan tetapi pengalaman dan
bukti internasional menunjukkan bahwa stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan
menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross
Domestic Products) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu,
stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya kesenjangan/inequality, sehingga mengurangi
10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi.
Secara Global, WHO menetapkan target penurunan stunting sebesar <20%. Sedangkan
secara bertahap Pemerintah Indonesia melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
tahun 2015-2019, menetapkan target penurunan stunting sebesar 37% pada tahun 2014 menjadi
28% pada tahun 2019.
Melalui gerakan SUN, Indonesia termasuk dalam 50 negara yang berkomitmen untuk
memperbaiki komitmen politik, menyelaraskan berbagai pihak, memajukan kebijakan dan
peraturan perundang-undangan serta secara cepat meluaskan tindakan gizi yang efektif. Pada
bulan Juni 2013, pemimpin pemerintahan dari 19 negara serta mitra pembangunan, sektor swasta,
masyarakat dan kelompok -kelompok masyarakat sipil ilmiah melakukan upaya pencegahan
setidaknya 20 juta anak agar tidak mengalami pertumbuhanyang terhambat pada tahun 2020,
sejalan dengan target globalrencana pelaksanaan yang komprehensif untuk 2025 (WHO, 2014).
Komitmen nasional untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia sudah cukup baik, karena
sudah menjadi bagian dari misi nasional ‘Mewujudkan bangsa yang berdaya saing’ tertulis pada
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/RPJPN 2005- 2025 (UU 17/2007
tentang RPJPN 2005-2025), serta tertuang dalam RPJMN 2015-2019 untuk menurunkan angka
prevalensi stunting dari 37,2% menjadi 28% di tahun 2019.
Namun untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan informasi-informasi yang mendukung.
Keberhasilan dalam mengatasi pendek juga sangat tergantung strategi intervensi pada waktu yang

1 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
tepat. Berdasarkan alasan tersebut, tulisan untuk memenuhi kebutuhan informasi tentang masalah
pendek berskala dunia, nasional, permasalahan yang terkini, serta solusinya berdasarkan kajian
dari literature, penelitian, disertasi yang diperoleh penulis.

1.2 Rumusan Masalah


Angka kejadian stunting baik secara global maupun di Indonesia masih tinggi. Stunting
pada awal kehidupan hingga usia balita menpengaruhi kemampuan kognitif, meningkatkan
mortalitas dan morbiditas, menurunnkan produktifias yang berakibat pada melebarnya kemiskinan
antar generasi. Oleh karena itu rumusan dalam kajian ini adalah mengetahui besaran masalah,
dampak, factor resiko serta intervensi yang tepat berbasis bukti-bukti penelitian dan pengalaman
dalam penanganan stunting baik secara global maupun di Indonesia.

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan gambaran besaran masalah stunting secara global maupun di Indonesia
dan intervensi yang tepat.
b. Tujuan Khusus
1. Memberikan gambaran besaran masalah stunting baik secara global maupun di
Indoenesia.
2. Memberikan gambaran dampak stunting.
3. Memberikan gambaran tentang penyebab dan factor resiko stunting.
4. Rekomendasi intervensi yang tepat berbasis bukti dan pengalaman dalam
penanganan stunting.

1.4 Manfaat
Manfaat kajian ini adalah sebagai salah satu referensi baik bagi pemerintah, lembaga donor,
lembaga swadaya masyarakat dalam upaya penanggulangan stunting baik secara global maupun
di Indonesia.

2 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
BAB II
METODE

Metode yang digunakan pada kajian ini adalah melakukan review berbagai literatur hasil
penelitian di dunia dan Indonesia serta menyajikan dalam suatu rangkaian infromasi meliputi
besaran masalah, dampak, factor resiko dan rekomendasi intervensi stunting yang efektif dan
efisien.

2.1 Sumber Data


Data atau informasi yang digunakan pada kajian ini bersumber pada data sekunder baik
global maupun Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1. Laporan World Helath Organization yang bersumber dari ebook dan website.
2. Laporan Bank Dunia dalam buku An Investment Framework for Nutrition tahun 2016.
3. Hasil Riset Kesehatan Dasar di Indonesia tahun 2008, 2013 dan 2018.
4. Hasil penelitian baik lembaga ataupun perorangan berupa jurnal baik internasional maupun
di Indonesia.
5. Hasil penelitian berupa tesis ataupun disertasi.
6. Laporan hasil pelaksanaan program penanganan stunting baik global maupun di Indoensia.

2.2 Analisa Data dan Infromasi


Data dan infromasi yang diperoleh dari berbagai sumber di olah dan disajikan sesuai tujuan
penulisan kajian ini.

3 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Prevalensi Stunting Terkini


Secara Global pada tahun 2016, 154,8 juta anak-anak balita di dunia mengalami stunting
dengan beban tertinggi terkonsentrasi di negara-negara berkembang (WHO, 2018). Sejak tahun 1990-
an hingga 2014 prevalensi stunting diseluruh dunia menurun 40% menjadi 24% (World Bank, 2016)
Di Kawasan Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting ketiga terbesar.
Gambar 1. Prevalensi Balita Stunting Secara Global

Gambar 2. Prevalensi Balita Stunting di Kawasan Asia Tenggara

Di Indonesia selama tahun 2013 hingga 2018 prevalensi stunting menurun dari 37,2 %
menjadi 30,8%. Hal ini artinya masih ada 7,5 juta anak balita mengalami stunting. Propinsi Nusa

4 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
Tenggara Timur adalah propinsi dengan prevalensi stunting tertinggi yakni 42,6%, sedangkan
Propinsi DKI Jakarta yaitu 17,7%.(Riset Kesehatan Dasar/ Riskesdas 2018)
Gambar 3. Prevalensi Stunting menurut propinsi di Indonesia

3.2 Dampak Stunting


Stunting pada masa kanak-anak membutuhkan perhatian yang serius karena tidak hanya
mempengaruhi kesehatan jangka panjang dan kemampuan kognitif tetapi juga menghambat
pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan hilangnya
11% GDP (Gross Domestic Products) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%.
Selain itu, stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya kesenjangan/inequality, sehingga
mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-
generasi. Baru-baru ini, makalah National Academy of Medicine (Huebner et al. 2016) melaporkan
peluang dalam konteks AS: “pengembalian investasi selama masa pranatal dan anak usia dini rata-rata
antara 7 dan 10 persen lebih besar dari investasi yang dilakukan pada usia yang lebih tua (Carneiro
dan Heckman, 2003 dalam Buku Worl Bank 2016).

5 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
Gambar 4. Dampak Buruk Stunting

Meningkatkan Morbiditas dan Menurunnya Kemampuan

Sumber: Diolah dari The World Bank; An Investment Framework For Nutrition(2016)

Dari hasil penelitian, berikut dampak buruk baik jangka pendek dan panjang pada
balita stunting, antara lain:
1. Meningkatkan Mortalitas dan Morbiditas
Stunting melibatkan beberapa perubahan patologis yang ditandai oleh hambatan
pertumbuhan yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas dan menurunkan potensi
fisik, perkembangan saraf, dan kapasitas ekonomi (Prendergast dan Humphrey 2014).
Malnutrisi dalam bentuk stunting, wasting, retardasi pertumbuhan janin, menyusui
suboptimum, dan defisiensi mikronutrien adalah penyebab mendasari sekitar 45 persen
dari kematian anak-anak di bawah usia lima tahun dan seperlima dari kematian ibu di
negara berkembang (Black et al. 2013). Selain itu, berat badan lahir rendah yang rendah
dan praktek menyusui yang kurang optimal adalah salah satu penyebab utama kematian
neonatal (Black et al. 2013).
Dalam beberapa penelitian besar yang ditinjau oleh Prendergast dan Humphrey
(2014), hubungan yang jelas dapat dilihat antara z-skor tinggi badan dan morbiditas.
Anak-anak dengan pertumbuhan linear yang buruk 1,5 kali lebih mungkin untuk tertular
infeksi pernafasan dan diare; anak-anak dengan stunted yang parah lebih dari enam kali
lebih mungkin untuk kontrak kondisi ini. Anak-anak yang sangat stunted juga memiliki
peningkatan risiko kematian tiga kali lipat dari infeksi lain seperti sepsis, meningitis,
tuberkulosis, hepatitis, dan selulitis (Prendergast dan Humphrey 2014). Anak yang

6 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
stunted beresiko menderita penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

2. Menurunnya Kemampuan kognitif atau kecerdasan.


Kondisi yang menyebabkan stunting, seperti kebiasaan makan yang buruk atau
diare yang persisten, memiliki efek merugikan pada otak anak dengan menyebabkan
perubahan pematangan otak, yang pada gilirannya mengganggu pembentukan neural
circuit (Udani 1992) dan menghasilkan defisit kognitif (Kar, Rao, dan Chandramouli
2008). Bukti terbaru menunjukan anak-anak yang kerdil lebih mungkin untuk memulai
sekolah terlambat dan mengulang kelas atau putus sekolah (Daniels dan Adair 2004;
Mendez dan Adair 1999). Prado et al. (2016) menunjukkan bahwa intervensi secara
independen mempengaruhi skor perkembangan seperti keterampilan motorik dan bahasa.

3. Memperburuk Kesenjangan dan Kemisikinan Antar Generasi


Studi terbaru menunjukan, balita yang stuntend pada usia 36 bulan pada saat
dewasa sepertiganya akan hidup sebagai keluarga miskin. Kemiskinan meningkatkan
risiko stunting dan bentuk lain dari kekurangan gizi dengan menurunnya daya beli rumah
tangga miskin, mengurangi akses ke layanan kesehatan dasar, dan akses terhadap
lingkungan yang tidak sehat, sehingga mengorbankan asupan makanan (baik kualitas dan
kuantitas) dan meningkatkan paparan infeksi. Pada saat yang bersamaan, malnutrisi
berkontribusi terhadap kesehatan yang buruk dan perkembangan kognitif yang buruk,
yang mengakibatkan kerugian manusia dan kerugian produktivitas jangka panjang.
(Horton and Steckel 2013)

4. Mengurangi Produktifitas pasar kerja dan Menghambat Pertumbuhan Ekonomi.


Kekurangan gizi membebani negara-negara berkembang miliaran dolar berupa
pendapatan yang hilang melalui penurunan produktivitas ekonomi, khususnya melalui
upah yang lebih rendah, kemampuan fisik dan mental yang lebih rendah, dan lebih
banyak hari tidak bekerja sebagai akibat dari penyakit. Di tingkat individu, balita stunted
diperkirakan akan mengurangi potensi penghasilan seumur hidup setidaknya 10 persen
(World Bank 2006). Penelitian lain menunjukkan bahwa peningkatan 1 persen dalam
tinggi badan orang dewasa menghasilkan peningkatan 2,4 persen dalam pendapatan
(Thomas dan Strauss 1997). Biaya ekonomi dari kurang gizi memiliki efek terbesar dan
paling rentan di negara berkembang.
Analisis yang sudah ada memperkirakan kerugian ini pada 4 hingga 11 persen
PDB di Afrika dan Asia setiap tahun (Horton dan Steckel 2013). Sebagian besar kerugian

7 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
tersebut disebabkan oleh defisit kognitif. Studi terbaru lainnya oleh Lin, Lutter, dan Ruhm
(2016) menunjukkan bahwa kinerja kognitif secara positif terkait dengan pasar tenaga
kerja dan dalam hal peningkatan pendapatan seumur hidup. Fink dkk. (2016) juga
menemukan gangguan pertumbuhan pada anak-anak dari negara-negara berkembang
menyebabkan hilangnya 0,5 tahun dalam pencapaian pendidikan, yang mengakibatkan
kerugian ekonomi. Karena stunted terkonsentrasi di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah sehingga membebani kemampuan negara-negara ini untuk mendapatkan
keuntungan dari kemajuan teknologi dan berpotensi memperburuk ketidaksetaraan
pendapatan global.

3.3 Penyebab dan Faktor Resiko Stunting


Informasi tentang pendek diperoleh dengan mengacu pada beberapa faktor dari “Logical
framework of the Nutritional Problems” atau dari Conceptual framework of the determinans of the
child undernutrition, sebagai berikut.
Gambar 5. Penyebab Terjadinya Stunting pada Balita

8 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
Dari kerangka teori tersebut, dibuat kerangka pembahasan yang khusus diperuntukkan
masalah pendek di Indonesia, yang bentuknya adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Kerangka Konsep Penyebab Stunting

Beberapa penelitian secara spesifik menunjukan bahwa balita stunted berkaitan erat dengan
pola asuh meliputi praktek pemberian ASI dan pemberian Makanan Pendamping ASI, kekurangan
zat gizi makro maupun mikro yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan pendidikan gizi keluarga dan
pendapatan keluarga serta harga bahan makanan yang mahal. Sedangkan factor penyakit infeksi
ditunjukan disebabkan oleha kesehatan lingkungan dengan meningkatnya kejadian diare dan ISPA
pada balita stunted. Hal sesuai dengan penelitian Kusumawati, dkk (2015) menunjukan bahwa factor
resiko yang berkaitan dengan stunting adalah penyakit infeksi sebesar 66%, sanitasi lingkungan 52%
dan ketersedian pangan 62%.
Hal yang sama dikemukan oleh Goodars Danaeia, dkk (2016), mengemukakan bahwa resiko
stunting berkaitan erat dengan gangguan pertumbuhan janin dan kelahiran premature, factor
lingkungan, status gizi dan status infeksi ibu hamil, intake gizi dan kejadian penyakit bayi/ balita.
Status gizi ibu, status kesehatan ibu, akses terhadap layanan kesehatan unk mendapat pelayanan
selama masa kehamilan menjadi yang berkontribusi terhadap kejadian stunting pada balita. Ibu hamil
KEK ataupun anemia beresiko lebih besar melahirkan anak BBLR dan lahir premature. Sebuah studi
kohort pada tahun 2013 oleh Balitbangkes Kementerian Kesehatan telah berhasil mengikuti dan
menganalisis 220 ibu hamil sampai melahirkan, analisis multivariat tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi panjang lahir bayi didapatkan factor resiko panjang lahir bayi adalah TB ibu, IMT ibu,
Umur kehamilan, paritas, penambahan BB selama kehamilan dan kurang konsumsi protein.

9 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
Sehingga secara spesifik ringkasan factor resiko kejadian pada balita stunted seperti pada
gambar berikut.
Gambar 7. Faktor Resiko Stunting

Lila <23,5 cm Maternal


Fetal
Ibu Hamil Malaria Nutrition Growth

STUNTING
Ibu Hamil Anemia and Restriction
Infeksi cacing Infection dan
Preterm

Defisiensi Zinc, Vit. A


Non ASI Ekslusif dan Pemberian ASI < 24 bulan
MP-ASI dan Def. Energi Ptrotein Child Nutrotion and
ISPA
Diare Infection
Status Imunisasi
Infeksi Cacing

Sanitasi lingkungan buruk Enviromental Factor


Akses air bersih kurang

3.4 Kerangka Intervensi Stunting


Berdasarkan bukti-bukti ilmiah, bahwa penyebab stunting bersifat multi factor sehingga
dalam melakukan intervensi tidak semata-mata persoalan lembaga yang berwenang dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan melainkan melibatkan peran aktif lintas sector dan program.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang turut serta dalam gerakan global yaitu Scalling
Up Nutrition (SUN), berikut beberapa modifikasi intervensi untuk menanggulangui permasalah
stunting, antara lain diuraikan dalam 2 kegiatan pokok yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi
gizi sensitive.
a. Intervensi Gizi Spesifik
Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi Spesifk. Ini merupakan intervensi yang
ditujukan kepada ibu dan anak yang berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka
kegiatan intervensi gizi spesifk umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga
bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kegiatan yang
idealnya dilakukan untuk melaksanakan Intervensi Gizi Spesifk dapat dibagi menjadi beberapa
intervensi utama yakni intervensi pada ibu dan pada bayi/ balita.
a.1. Intervensi Untuk Ibu Hamil, ibu menyusui dan Ibu Bayi/ Balita
- Upaya Promosi Kesehatan melalui Kelas Ibu Hamil, Konseling Ibu Hamil, Kelas Ibu
bayi/ balita.

10 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
Upaya promosi kesehatan dilakukan diberbagai tingkatan baik pada fasilitas
kesehatan, kelas ibu hamil, dan melalui kampanye media massa dan media sosial.
Upaya pokok peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan perbaikan sikap ibu
berfokus pada:
 Pemeriksaan kesehatan selama kehamilan (antenatal care),
 Gizi Selama Masa kehamilan
 Praktek pemberian air susu ibu (ASI)
 Praktek Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
 Perawatan bayi balita sehat dan sakit.
 Stimulasi dan deteksi tumbuh kembang bayi/ balita
 Promosi Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada keluarga.
Upaya-upaya tersebut selain bermanfaat untuk kesehatan ibu sendiri dan
mempersiapkan ibu dalam mempraktekan praktek asuh, asih dan asih untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang calon bayi nantinya.
Beberapa penelitian terbukti secara signifikan meningkatkan pertumbuhan
linier (skor Z tinggi badan menurut umur) dan kenaikan berat badan (skor Z usia berat
badan menurut umur) dan mengurangi tingkat stunting (Lassi et al. 2013). Promosi
pemberian ASI dan menghasilkan peningkatan menyusui eksklusif mempengaruhi
stunted dengan mengurangi insiden diare. Perkiraan dampak yang digunakan dalam
analisis ini berasal dari Lamberti et al. (2011) yang mempresentasikan efek menyusui
pada kejadian diare.

- Suplementasi Makanan Tambahan Tinggi Energi, Protein dan Mikronutrien


Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak yang dilakukan Badan Litbang
Kesehatan di Kota Bogor menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil
lebih rendah dibandingkan standar IOM (International of Medicine), dan ternyata
sekitar 80% ibu hamil mendapatkan asupan kalori <100% AKK (angka kecukupan
kalori), sekitar 78% ibu hamil mendapatkan asupan protein <100% AKP (angka
kecukupan protein) serta >80% ibu hamil kekurangan mikronutrien asam folat, zat
besi dan zink. SDT (Studi Diet Total) tahun 2014 yang sampelnya merepresentasikan
nasional dan provinsi, juga menunjukkan bahwa >80% bumil asupan kalori <100%
AKK dan >70% bumil asupan protein <100% AKP. Mikronutrien yang diperlukan
pada ibu hamil terutama adalah kalsium, asam folat, zat besi (Fe) dan vitamin D.
Kalsium diperlukan sejak kehamilan karena penting untuk pertumbuhan janin yang
dikandung. Sumber kalsium bisa berasal dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan,
sereal/gandum, tahu, tempe, brokoli dan sayuran berwarna hijau) atau hewan (susu,

11 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
keju, daging warna merah, ikan salmon, tuna, sarden, telur, udang, dll). Untuk zat
besi, penting untuk pembentukan sel darah merah, sumbernya antara lain: hati,
unggas, kerang-kerangan, ikan, sayuran hijau dan daging merah. Mengingat sebagian
besar ibu hamil kekurangan energi, protein dan juga mikronutrien, maka program
pemberian makanan tambahan TKPM (tinggi kalori, protein dan mikronutrien) bagi
ibu hamil harus segera diprogramkan, untuk seluruh sasaran ibu hamil.
Keseimbangan suplementasi energy, protein dan mikro nutrient mengacu
kecukupan gizi yang dianjurkan ibu hamil. The 2013 Lancet Series tentang
Maternal and Child Malnutrition melaporkan penurunan 34 persen dalam risiko bayi
lahir prematur dan lahir mati dari 16 penelitian. Lebih lanjut, data dari lima penelitian
menunjukkan pengurangan 32 persen dalam risiko berat badan lahir rendah, dengan
efek yang lebih jelas diucapkan pada wanita yang kekurangan gizi daripada wanita
yang cukup gizi (Imdad dan Bhutta 2012). Baru-baru ini, Ota dkk. (2015)
menemukan peningkatan berat badan rata-rata lahir dan penurunan yang signifikan
dalam kejadian bayi lahir premature dengan suplementasi protein energi seimbang.

- Pengobatan Penyakit Infeksi Malaria dan Cacingan


Kecacingan pada anak menyebabkan terganggunya penyerapan zat-zat yang
bergizi pada usus halus, sehingga anak akan mengalami gangguan pertumbuhan
karena zat yang bermanfaat dicuri oleh cacing. Selain itu anak akan menderita
anemia, yang menyebabkan zat gizi tidak sampai ke otak sehingga mengalami
hambatan pertumbuhan dan perkembangan otak. Hal inilah yang menjadikan anak
anak mempunyai kecerdasan yang kurang. Pada ibu hamil, kecacingan juga
menyebabkan anemia yang menyebabkan ibu cenderung melahirkan bayi dengan
berat lahir kurang(BBLR), karena zat gizi yang harusnya terserap untuk janin dalam
kandungan terhambat karena diterserap oleh cacing.
Percobaan pengobatan profilaksis malaria pada kehamilan di daerah endemik
malaria untuk memperkirakan efeknya pada hasil kelahiran telah menunjukkan
pengurangan signifikan pada berat badan lahir rendah dan peningkatan berat badan
rata-rata bayi (Garner dan Gülmezoglu 2006; Radeva-Petrova dkk. 2014 ), yang pada
gilirannya memiliki efek signifikan pada stunted. Penelitian lebih lanjut juga
menunjukkan bahwa, di antara kehamilan pertama dan kedua di daerah malaria,
intervensi pencegahan seperti pengobatan dugaan intermiten malaria pada kehamilan
ditemukan memiliki khasiat 35% perlindungan gabungan pada pengurangan berat
lahir rendah (Eisele, Larsen dan Steketee 2010). Meskipun intervensi ini menonjol

12 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
sebagai satu-satunya intervensi non-gizi yang dimasukkan dalam analisis, dampaknya
yang signifikan terhadap hasil kelahiran.

a.2. Intevensi Untuk Bayi dan Balita


- Suplementasi Makanan Tinggi kalori, protein dan micronutrient
Intervensi untuk memastikan asupan nutrisi yang cukup untuk anak-anak usia
6-24 bulan dapat menyediakan antara 100 hingga 1.500 kalori tambahan, serta
mikronutrien esensial, untuk meningkatkan z-skor tinggi-berat badan pada anak-anak
ini. Imdad, Yakoob, dan Bhutta (2011) menemukan bahwa suplemen makanan
tambahan dengan atau tanpa konseling nutrisi, secara signifikan meningkatkan berat
badan dan tinggi z-skor. Selain itu, penyediaan makanan pelengkap, dengan atau
tanpa pendidikan, dapat mengurangi stunting sebesar 67 persen pada populasi yang
tidak aman pangan (Lassi et. Al. 2013).
Suplementasi micronutrient vitamin A dan Zinc yang terbukti memperbaiki
peningkatan z score tinggi badan bayi/ balita. WHO menyarankan untuk
menyediakan 100.000 unit internasional (IU) vitamin A untuk bayi berusia 6–11
bulan, dan 200.000 IU vitamin A setiap empat hingga enam bulan untuk anak-anak
usia 12–59 bulan. Walaupun beberapa penelitian tidak menunjukan korelasi antara
kecukupan vitamin dan tinggi badan namun vitamin A mempengaruhi stunting,
dengan mengurangi kejadian diare dan kejadian kematian akibat diare pada anak-
anak.
Zinc adalah mikronutrien penting yang berhubungan dengan fungsi
kekebalan tubuh, pertumbuhan dan diferensiasi sel, dan metabolisme. Sebuah
tinjauan sistematik dari 36 uji coba acak terkontrol menunjukkan bahwa tinggi
badan rata-rata meningkat secara signifikan, sebesar 0,37 cm, dan insidensi diare
menurun 13 persen pada anak-anak yang menerima suplemen zinc profilaksis selama
24 minggu (Imdad et al. 2011). Saat ini, WHO tidak memiliki rekomendasi khusus
tentang suplementasi zinc preventif.

- Stimulasi Perkembangan bayi/ balita


Usia awal kehidupan adalah waktu yang tepat dalam mengoptimalkan seluruh
potensi pada bayi/ balita. Prinsip asuh, asih dan asih adalah cara yang ideal dalam
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayi/ balita. Belajar dari
pengalaman program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Bina Keluarga Balita
(BKB) dan kelompok bermain anak (play group), upaya stimulasi tumbuh kembang
anak agar diintegrasikan dan dioptimalkan pada kegiatan posyandu.

13 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
- Perawatan Kesehatan Bagi Bayi/ balita sakit
Bayi/ balita merupakan kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan.
Hal sesuai dengan penelitian Kusumawati, dkk (2015) menunjukan bahwa factor
resiko yang berkaitan dengan stunting adalah penyakit infeksi sebesar 66%, sanitasi
lingkungan 52% dan ketersedian pangan 62%. Sakit yang berulang pada bayi balita
akan meningkatkan resiko kematian dan gangguan pertumbuhan pada bayi/ balita.

b. Intervensi Gizi Sensitif


Sedangkan Intervensi Gizi Sensitif dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan
diluar sector kesehatan dan berkontribusi pada 70% penurunan Stunting. Sasaran dari intervensi
gizi spesifk adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita. Kegiatan
terkait Intervensi Gizi Sensitif dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang umumnya
makro dan dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga. Pokok- pokok kegiatan meliputi
upaya social protection melalui penyediaan jaminan kesehatan nasional, pemberian transfer cash
bagi kelompok ibu hamil dan bayi balita dari keluarga miskin, upaya penyehatan lingkungan dan
peningkatan ketersedian pangan keluarga. Penjelasan kegiatan tersebut dibahas dibawah ini.

- Ibu Hamil menjadi peserta jaminan kesehatan nasional (JKN)


Ibu hamil dan bayi/ balita adalah kelompok yang rentan terhadap serangan berbagai
penyakit. Oleh karena itu supaya tidak ada kendala pembiayaan, sebaiknya keluarga yang
mempunyai balita dianjurkan untuk menjadi peserta JKN dengan mendaftar ke BPJS
setempat. Bila mereka telah menjadi peserta JKN, semua intervensi untuk mengatasi
penyakit yang diderita akan ditanggung BPJS Kesehatan.

- Pemberian paket tunai (transfer cash) bagi ibu hamil dan bayi/ balita dari keluarga miskin
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial yang
memberikan bantuan uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dengan
syarat dapat memenuhi kewajiban terkait pendidikan dan kesehatan. PKH, bertujuan
mengurangi beban RTSM dan diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar
generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari kemiskinan Program Bantuan
Tunai Bersyarat. Persyaratan tersebut berupa kehadiran di fasilitas pendidikan (anak usia
sekolah) maupun kehadiran di fasilitas kesehatan (anak balita dan ibu hamil). Program ini
bertujuan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan peserta

14 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
PKH, Meningkatkan taraf pendidikan peserta PKH, dan meningkatkan status kesehatan
dan gizi peserta PKH.

- Penggunaan Kelambu Anti Malaria


Salah satu upaya mengurangi kejadian malaria pada ibu dan bayi/ balita serta
masyarakat pada umumnya adalah tidur menggunakan kelambu berinsektisida.
Penggunaan kelambu berinsektisida menjadi salah satu cara efektif mencegah terjadinya
penyakit malaria. Menurut WHO (2007) penggunaan kelambu berinsektisida di beberapa
negara di Benua Afrika telah berhasil menurunkan angka kesakitan malaria rata-rata 50%,
menurunkan angka kelahiran bayi dengan berat badan kurang rata-rata 23%, menurunkan
angka keguguran pada kehamilan pertama sampai keempat sebesar 33%, menurunkan
angka parasitemia pada plasenta dari seluruh kehamilan sebesar 23%.

- Promosi Kesehatan Bagi Calon Pengantin


Upaya promosi kesehatan bagi calon pengantin merupakan suatu upaya
peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan perbaikan sikap bagi calon pengantin.
Kegiatan ini bertujuan sebagai bekal awal bagi pasangan calon pengantin mengetahu
tentang kesehatan reproduksi, perawatan kesehatan ibu, pengetahuan gizi keluarga dan
kesehatan ibu dan anak. Dalam kaitannya dengan penurunan stunting, kegiatan ini
menekankan prinsip asuh, asih dan asah dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

- Penyediaan Infranstruktur Air Minum


Penyedian infranstruktur air bersih untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
penggunaan air bersih yang sehat dan aman untuk dikonsumsi dan kebutuhan hygiene
sanitasi keluarga.
Beberapa penelitian menunjukan rendahnya ketersediaan air bersih memberikan
dampak buruk pada semua sektor, termasuk kesehatan. Disebutkan bahwa tanpa akses air
minum yang higienis mengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh penyakit. Juga
diketahui sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman
berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia (Unicef
Indonesia, 2012).

- Penyediaan Jamban Sehat


Perilaku tidak buang air besar sembarangan, akan sulit dilaksanakan bila tidak
tersedia jamban yang sehat pada tingkat keluarga. Program peningkatan sehat dapat
dilakukan melalui arisan jamban sehat dan bantuan jamban sehat bagi keluarga miskin.

15 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
Beberapa penelitian menunjukan ketersedian jamban sehat berkait kejadian diare pada
anggota keluarga. Pada balita dengan diare berulang akan menghambat penyerapan zat
gizi yang berakibat pada gangguan pertumbuhan anak dan kematian pada anak (Unicef,
2012).

- Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi Masyarakat


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada hakikatnya merupakan perilaku
pencegahan oleh individu atau keluarga dari berbagai penyakit. Penerapan PHBS yang
berkaitan perilaku gizi adalah pengetahuan tentang gizi keluarga dalam pemilihan
makanan dan konsumsi suplemnetase gizi yang dianjurkan baik pada ibu hamil, wanita
usia subur dan bayi/ balita. Perilaku gizi yang baik akan menunjang keberhasilan dalam
upaya perbaikan status gizi individu khususnya stunting.

3.5 Ringkasan Intervensi Stunting


Secara ringkas intervensi gizi pada balita stunting seperti pada tabel berikut.

No Jenis Intervensi Sasaran Pelaksana Ket


I. Intervensi Gizi Spesifik
a. Promosi Kesehatan pada ibu Ibu hamil, ibu Kementerian Kesehatan
hamil, ibu menyusui dan ibu bayi/ menyusui dan
balita ibu bayi/ balita.
b. Suplementasi makanan tambahan Ibu hamil Kementerian Kesehatan
tinggi energy, protein dan
mikronutrien pada ibu hamil.
c. Pengobatan penyakit infeksi Ibu Hamil Kementerian Kesehatan
malaria dan cacingan pada ibu
hamil.
d. Suplementasi makanan tambahan Bayi/ balita Kementerian Kesehatan
tinggi energy, protein dan
mikronutrien pada bayi/ balita.
e. Stimulasi Perkembangan Anak Bayi/ balita Kementerian Kesehatan
f. Perawatan bayi/ balita sakit. Bayi/ balita Kementerian Kesehatan
II. Intervensi Gizi Sensitif
a. Ibu hamil mejadi peserta Jaminan Ibu Hamil BPJS Kesehatan
Kesehatan Nasional
b. Pemberian Social Protection Ibu hamil dari Kementerian Sosial

16 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
berupa transfer tunai bagi rumah keluarga
tangga miskin. Miskin.
c. Penggunaan Kelambu anti Masyarakat Kementerian Kesehatan
malaria dikeluarga.
d. Promosi kesehatan bagi calon Calon Kemnterian Agama dan
pengantin. Pengantin Kesehatan
e. Penyediaan infranstruktut air Masyarakat Kementerian PUPR dan
minum pada masyarakat. PDAM
f. Penyedian jamban sehat bagi Masyarakat Kemnterian PUPR
keluarga.
g. Promosi Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Kementerian Kesehatan
dan Sehat (PHBS) bagi
masyarakat.

17 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
BAB IV
PENUTUP

Stunting tidak hanya seseorang itu pendek menurut usianya, akan tetapi pengalaman
dan bukti internasional menunjukkan bahwa stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi
dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross
Domestic Products) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu,
stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya kesenjangan/inequality, sehingga mengurangi
10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi.
Penyebab stunting dipengaruhi oleh berbagai factor sehingga dalam melakukan
intervensi tidak semata-mata persoalan lembaga yang berwenang dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan melainkan melibatkan peran aktif lintas sector dan program.
Berdasarkan butkti-bukti penelitian dan pengalaman program sebelumnya, diperlukan
modifikasi intervensi untuk menanggulangi permasalahan stunting. Bentuk modifikasi program
antara lain diuraikan dalam 2 kegiatan pokok yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi
sensitive. Intervensi Gizi Spesifik merupakan intervensi yang ditujukan kepada ibu hamil, bayi
dan balita yang berkontribusi pada 30% penurunan stunting yang dilakukan oleh sektor
kesehatan. Sedangkan Intervensi Gizi Sensitif dilakukan melalui berbagai kegiatan
pembangunan diluar sector kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran
dari intervensi gizi spesifk adalah masyarakat secara umum dan dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga. Jenis
intervensi ini meliputi penyediaan terhadap akses air minum dan sanitasi lingkungan, social
protection dan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga miskin.

18 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO . Reducing Stunting in Children. 2017. Akses Online:


http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/260202/9789241513647-
eng.pdf;jsessionid=D35CFC20435BF6D8483C089847A74A86?sequence=1
2. Kemenkes RI. Pendek/ Stunting di Indonesia. Masalah dan Solusi. 2015. Kementerian
Kesehatan RI.
3. World Bank. An Investment Framework for Nutrition. 2016. World Bank.
4. Map of Global Stunting : http://apps.who.int/gho/data/view.xgswcah.25-map
5. Map of reginal stunting : http://apps.who.int/gho/data/view.xgswcah.25-viz
6. Farah Ardiah, dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian Stunting di wilay Perkotaan
dan Pedesaan. 2017.
7. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018.2018. Kementerian Kesehatan RI.
8. Gondas Danaiea. Risk Factors for Childhood Stunting in 137 Developing Countries: A
Comparative Risk Assessment Analysis at Global, Regional, and Country Levels. 2016.
Akses Online: Pubmed.com
9. Linda Adair, dkk. Age-Specific Determinants of Stunting in Filipino Children. 2016. Akses
Online: Pubmed.com

19 Kerangka Intervensi Stunting| Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat – PPs UNDANA 2018

Anda mungkin juga menyukai