Anda di halaman 1dari 39

PENGEMBANGAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

KAJIAN KONTRASEPSI PIL

Dosen Pengampu:
Dr. Wiryawan Permadi., dr., SPOG (K)

Disusun oleh : Kelompok V


Tiara Rica Dayani 131020180506
Heti Mulyati 131020180507

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
HidayahNya sehingga kami penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Kajian Kontrasepsi Pil”
Proses penyusunan makalah ini dapat dieselesaikan berkat dukungan,
bimbingan, arahan dan bantuan dari teman-teman dan dosen Dr. Wiryawan
Permadi., dr., SPOG (K) untuk itu kami ucapkan terimakasih banyak.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini kami masih memiliki
segala keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai
kehidupan yang lebih baik lagi.

Bandung, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar belakang.................................................................................. 1
1.2. Tujuan.............................................................................................. 3
1.3. Manfaat............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
2.1. Kajian Dasar Estrogen, Progesteron dan Kontrasepsi..................... 4
2.1.1. Estrogen dan Progesteron..................................................... 4
2.1.2. Kontrasepsi........................................................................... 6
2.1.3. Fungsi Estrogen dan Progesteron dalam Kontrasepsi.......... 6
2.2. Kontrasepsi Pil Kombinasi............................................................... 9
2.2.1. Jenis dan Komposisi............................................................. 9
2.2.2. Mekanisme........................................................................... 11
2.2.3. Efektivitas............................................................................ 15
2.2.4. Efek Samping, Keuntungan, dan Kerugian.......................... 15
2.2.5. Indikasi dan Kontraindikasi................................................. 16
2.2.6. Pelayanan Kontrasepsi (Kapan Mulai, Asuhan Efek Sam...- 17
ping, Cara Penggunaan, Pengelolaan bila Lupa Minum Pil)
2.2.7. Pelayanan Kontrasepsi Lanjutan.......................................... 23
2.3. Kontrasepsi Pil Progestin................................................................. 24
2.3.1. Jenis dan Komposisi............................................................. 24
2.3.2. Mekanisme........................................................................... 25
2.3.3. Efektivitas............................................................................ 26
2.3.4. Efek Samping, Keuntungan, dan Kerugian.......................... 26
2.3.5. Indikasi dan Kontraindikasi................................................. 27
2.3.6. Pelayanan Kontrasepsi (Kapan Mulai, Asuhan Efek Sam-.. 27
ping, Cara Penggunaan, Pengelolaan bila Lupa Minum Pil)

iii
2.3.7. Pelayanan Kontrasepsi Lanjutan.......................................... 30
2.4. Kajian Jurnal.................................................................................... 31
BAB III PENUTUP ................................................................................... 33
3.1. Simpulan.......................................................................................... 33
3.2. Saran ................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 35

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dikatakan bahwa penduduk sebagai
modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam
pembangunan berkelanjutan. Untuk itu dilakukan upaya pengendalian angka
kelahiran sehingga terwujud pertumbuhan penduduk yang seimbang melalui
diantaranya pengaturan kehamilan sebagai upaya untuk membantu pasangan
suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan
mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat dan obat
kontrasepsi.1,2
Jutaan lebih pasangan usia subur menggunakan KB untuk menghindari
kehamilan tetapi banyak yang gagal, karena berbagai alasan, diantaranya tidak
menerima informasi yang jelas tentang bagaimana menggunakan metode dengan
benar, tidak mendapatkan metode yang cocok, tidak dipersiapkan untuk efek
samping sehingga banyak yang drop out, atau persediaan alat/ obat kontrasepsi
yang habis. Lebih dari 120 juta wanita di seluruh dunia ingin mencegah
kehamilan, tetapi mereka dan pasangan mereka tidak menggunakan kontrasepsi/
unmet need. Alasan unmet need banyak sekali diantaranya pelayanan dan
persediaan kontrasepsi yang belum merata di seluruh daerah atau pilihan
kontrasepsi terbatas. Terbentur adat istiadat, sosial, budaya, dan agama dari
pasangan yang cukup kuat menghambat terjadinya unmet need. Kekhawatiran
efek samping dan masalah kesehatan serta tidak mnegetahui tentang pilihan
kontrasepsi dan penggunaannya. Kelompok umur ini membutuhkan bimbingan
dan arahan yang lebih baik dari sekarang mengenai kontrasepsi, sehingga
terwujud semua harapan baik dari masyarakat maupun pemerintah untuk
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.3

1
Metode KB dapat dibedakan menjadi KB cara modern dan cara
tradisional. Metode KB cara modern adalah sterilisasi, pil, IUD, suntik, susuk KB,
kondom, intravagina/ diafragma, kontrasepsi darurat dan Metode Amenorea
Laktasi (MAL). Sedangkan cara tradisional misalnya pantang berkala dan
senggama terputus. Menurut Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan
RI terlihat bahwa suntik dan pil adalah cara KB modern yang paling diketahui
oleh masyarakat di semua golongan usia, termasuk pada usia risiko tinggi di atas
35 tahun. Kedua jenis kontrasepsi tersebut dinilai kurang efektif untuk mencegah
kehamilan. Jenis kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan bagi wanita
risiko tinggi adalah MKJP seperti IUD, sterilisasi wanita dan sterilisasi pria.
Berdasarkan jenis tempat tinggal, pengetahuan mengenai sterilisasi, IUD,
kondom, diafragma, kontrasepsi darurat dan MAL di perkotaan cenderung lebih
tinggi, sedangkan pil, suntik dan implan di perkotaan juga lebih tinggi namun
tidak jauh berbeda dengan perdesaan. Pada setiap tingkatan pendidikan, baik
yang tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tidak tamat SMU+, maupun tamat
SMU+, metode yang paling diketahui adalah suntik dan pil. Sedangkan yang
kurang diketahui, di setiap tingkat pendidikan juga hampir sama, yaitu MAL,
kontrasepsi darurat, dan diafragma. Pada gambar di atas juga dapat kita lihat
bahwa yang mengetahui mengenai pil, suntik dan susuk cenderung sama di tiap
level pendidikan, kecuali untuk yang tidak sekolah. Sedangkan sterilisasi, IUD,
dan metode lain cenderung semakin diketahui seiring meningkatnya pendidikan.4
Berdasarkan data diatas, metode pil merupakan salah satu metode yang
paling dikenal masyarakat tentang metode kontrasepsi di Indonesia. Oleh karena
itu, penulis akan memaparkan kajian metode kontrasepsi pil dan
perkembangannya agar dapat dipergunakan dengan tepat oleh petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan serta bermanfaat bagi pengguna dalam
berkontrasepsi sehingga tercipta keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera, serta yang
terpenting dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia.

2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.2.1 Untuk mempelajari lebih mendalam tentang pelayanan KB khususnya
metode kontrasepsi pil.
1.2.2 Untuk mempelajari perkembangan metode kontrasepsi pil dan
pengkajiannya.
1.2.3 Untuk memberikan informasi yang komprehensif tentang pelayanan KB
khususnya metode kontrasepsi pil.
1.2.4 Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah pengembangan
pelayanan KB program studi magister kebidanan FK Universitas
Padjadjaran

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah
1.3.1 Manfaat Teoritis
Bermanfaat dalam pemaparan lebih dalam materi tentang pelayanan KB
khususnya metode kontrasepsi Pil sesuai evidence based.
1.3.2 Manfaat Praktis
Bermanfaat dalam pengembangan pelayanan KB terkini oleh tenaga
kesehatan khususnya bidan dalam metode kontrasepsi pil, sehingga
pengguna kontrasepsi dapat mempergunakannya dengan tepat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Metode kontrasepsi pil atau disebut juga oral contraceptive adalah suatu
cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil/ tablet di dalam strip yang berisi
gabungan hormon estrogen dan hormon progesteron atau yang hanya terdiri dari
hormon progesteron saja.5

2.1 Kajian Dasar Estrogen, Progesteron dan Kontrasepsi


Sebelum membahas kontrasepsi pil, dalam sub pokok bahasan ini akan
dipaparkan terlebih dahulu hormon-hormon yang terkandung dalam kontrasepsi
pil yaitu estrogen dan progesteron, serta konsep kontrasepsi terlebih dahulu.
2.1.1 Estrogen dan Progesteron6,7
1) Progesteron
Progesteron (bahasa Inggris: progesterone, P4) merupakan hormon
dari golongan steroid yang berpengaruh pada siklus menstruasi
perempuan, kehamilan dan embriogenesis. Progesteron tergolong
kelompok hormon progestogen yang banyak terdapat secara alami.
Hormon ini merupakan bentukan dari pregnenolon yang dihasilkan oleh
kelenjar dan berasal dari kolesterol darah. Progesteron bertanggung jawab
pada perubahan endometrium pada paruh kedua siklus mestruasi dan
perubahan siklik dalam serviks serta vagina. Progesteron menyiapkan
lapisan uterus (endometrium) untuk penempatan telur yang telah dibuahi
dan perkembangannya, dan mempertahankan uterus selama kehamilan.
Progesteron diproduksi dan disekresi di ovarium, terutama dari
korpus luteum pada fase luteal atau sekretoris siklus haid. Selain itu,
hormon ini juga disintesis di korteks adrenal, testis dan plasenta. Sintesis
dan sekresinya dirangsang oleh LH. Pada pertengahan fase luteal kadarnya
mencapai puncak kemudian akan menurun dan mencapai kadar paling
rendah pada akhir siklus haid, yang diakhiri dengan perdarahan haid. Bila
terjadi konsepsi, implantasi terjadi 7 hari setelah fertilisasi dan segera

4
terjadi perkembangan trofoblas yang mengeluarkan hormon gonadotropin
korion ke dalam sirkulasi. Sekresi progesteron selama fase folikuler hanya
beberapa milligram sehari, kemudian kecepatan sekresi ini terus
meningkat menjadi 10 sampai 20 mg pada fase luteal sampai beberapa
ratus milligram pada akhir masa kehamilan. Pada pria sekresi ini hanya
mencapai 1-5 mg sehari, dan nilai ini kira-kira sama dengan wanita pada
fase folikuler.
2) Estrogen
Estrogen adalah sekelompok senyawa steroid (mempunyai struktur
kimia berintikan steroid) yang secara fisiologis sebagian besar diproduksi
oleh kelenjar endokrin sistem reproduksi wanita. Pria sebenarnya juga
memproduksi estrogen, tetapi dalam jumlah jauh lebih sedikit. Hormon ini
termasuk zat lipofil yang sedikit larut dalam air.
Fungsi utamanya adalah sebagai hormon seks wanita dan
berhubungan erat dengan fungsi alat kelamin primer dan sekunder wanita.
Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria maupun wanita, kandungannya
jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hal yang spesifik bagi
hormon ini pada wanita usia subur adalah sekresinya dari ovarium
berlangsung secara siklik dan peranannya sangat penting dalam
mempersiapkan kehamilan.
Terdapat tiga hormon estrogen utama, yaitu yang disebut estradiol,
estrone, dan estriol.
a) Estradiol (E2) adalah estrogen terkuat, diproduksi oleh ovarium dan
bertanggungjawab terhadap tumbuh kembangnya payudara.
b) Estrone (E1), estrogen yang lebih lemah, diproduksi oleh ovarium dan
jaringan lemak.
c) Estriol (E3), estrogen terlemah dari ketiga estrogen utama, dibuat di
dalam tubuh dari estrogen-estrogen lain.
Secara biologis, estradiol adalah yang paling aktif. Perbandingan
khasiat biologis dari ketiga hormon tersebut E2 : E1 : E3 = 10 : 5 : 1.
Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan memiliki aktivitas

5
bersifat mirip estrogen. Zat buatan yang bersifat seperti estrogen disebut
xenoestrogen, sedangkan bahan alami dari tumbuhan yang memiliki
aktivitas seperti estrogen disebut fitoestrogen.

2.1.2 Konsep Kontrasepsi8


Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang bermaksud mencegah atau
melawan dan konsepsi yang bermaksud pertemuan antara sel telur (sel wanita)
yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi adalah Upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya tersebut
dapat bersifat sementara dapat pula permanen.

2.1.3 Fungsi Progesteron dan Estrogen dalam Kontrasepsi6,7,8


1) Progesteron
a) Pada siklus haid
(1) Mengatur siklus menstruasi bersama dengan hormon estrogen
dengan melalui feedback mekanisme terhadap FSH dan LH. Sekresi
secara bergantian hormon-hormon ini menentukan siklus menstruasi.
(2) Mempertebal dinding endometrium untuk persiapan proses
implantasi jika terjadi fertilisasi antara ovum dan sperma.
(3) Menghambat produksi LH agar korpus luteum mengalami
degenerasi saat tidak terjadi fertilisasi.
b) Pada masa kehamilan
(1) Menurunkan frekuensi dan intensitas dari kontraksi uterus, sehingga
dapat membantu mencegah ekspulsi dari hasil implantasi zigot.
Ketersediaan progesteron dalam jumlah yang cukup pada masa awal
kehamilan dibutuhkan sehubungan dengan usaha untuk
mempertahankan janin muda yang baru berimplantasi di uterus agar
tidak terjadi abortus atau keguguran
(2) Progesteron juga meningkatkan sekresi, pada lapisan mukosa tuba
fallopi sebagai kebutuhan untuk nutrisi dari hasil fertilisasi, dan
mempersiapkan tuba fallopi sebelum implantasi.

6
(3) Menurunkan gairah seksual selama kehamilan trimester I. Fungsi ini
dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi janin karena keadaan
janin yang masih rentan terhadap benturan.
(4) Membantu mempersiapkan payudara untuk proses laktasi.
Progesteron mempersiapkan lobules dan alveoli pada payudara,
menyebabkan sel alveoli untuk berproliferasi, memperluas, dan
bersekret secara alamiah. Progesteron tidak menyebabkan aktivasi
alveoli untuk menhasilkan ASI, tetapi menyebabkan payudara
bertambah besar, walaupun hal ini juga hasil dari peningkatan cairan
pada jaringan subkutaneus.
(5) Meningkatkan suhu tubuh dan respitasi rate, sebagai bentuk
penyesuaian terhadap masa awal kehamilan.
(6) Mengentalkan sekret vagina, sebagai proteksi tambahan terhadap
kemungkinan infeksi
c) Pada Kontrasepsi
(1) Menghambat Ovulasi karena terganggunya fungsi poros
hipotalamus-hipofisis-ovarium dan karena modifikasi dari FSH dan
LH pada pertengahan siklus yang disebabkan oleh progesteron.
(2) Mencegah Implantasi dengan diberikan progesteron pra-ovulasi. Ini
yang menjadi dasar untuk membuat IUD yang mengandung
progesteron. Pemberian progesteron-eksogenous dapat mengganggu
kadar puncak FSH dan LH, sehingga meskipun terjadi ovulasi
produksi  progesteron yang berkurang dari korpus luteum
menyebabkan penghambatan dari implantasi. Pemberian
progesteron secara sistemik dan untuk jangka waktu yang lama
menyebabkan endometrium mengalami keadaan istirahat dan
atropi.
(3) Memperlambat Transpor Gamet atau Ovum dengan
diberikan progesteron sebelum terjadi fertilisasi.

7
(4) Luteolisis, Pemberian jangka lama progesteron saja menyebabkan
fungsi corpus luteum yang tidak adekuat pada siklus haid sehingga
menghambat folikulogenesis.
(5) Lendir serviks yang kental, Dalam 48 jam setelah pemberian
progesteron, sudah tampak lendir serviks yang kental, sehingga
motilitas dan daya penetrasi dari spermatozoa sangat terhambat.
Lendir serviks yang tidak cocok dengan sperma adalah lendir yang
jumlahnya sedikit, kental dan seluler serta kurang menunjukkan 
ferning dan spinnbarkeit.
2) Estrogen
a) Pada siklus menstuasi
(1) Merangsang matangnya indung telur serta merangsang permulaan
siklus menstruasi wanita. Kondisi ini menandakan sistem
reproduksinya telah matang.
(2) Estrogen yang terkandung dalam kontrasepsi oral dapat meredakan
gejala transisi menopause dan kram di masa menstruasi, serta
mengatur siklus menstruasi.
b) Pada kehamilan
(1) Merangsang kematangan rahim serta membantu mempersiapkan
rahim sebagai tempat berkembangnya janin.
(2) Bekerjasama dengan progesteron, estrogen berperan mencegah
pelepasan sel telur ketika pembuahan telah terjadi.
(3) Merangsang perkembangan payudara di masa pubertas serta
mempersiapkan kelenjar untuk memproduksi ASI.
c) Pada kontrasepsi
Estrogen dalam kontrasepsi oral mulanya adalah untuk
mengontrol siklus yang lebih baik (untuk menstabilkan endometrium
dan dengan demikian mengurangi timbulnya perdarahan/ Spotting bila
hanya progesterone saja), tetapi juga ditemukan dapat menghambat
perkembangan folikel dan membantu mencegah ovulasi. Estrogen
memberikan umpan balik negatif pada hipofisis anterior untuk

8
mengurangi pelepasan FSH, yang menghambat perkembangan folikel
dan membantu mencegah ovulasi.

2.2 Kajian Kontrasepsi Pil Kombinasi2


Pil kombinasi adalah pil kontrasepsi yang mengandung dua hormon dosis
rendah yaitu progestin dan estrogen menyerupai hormon alami dalam tubuh
wanita. Dalam dunia Internasional disebut COCs (Combined Oral
Contraceptives) dan di Indonesia disebut POK (Pil Oral Kombinasi) atau disebut
juga dengan The Pill (Pil saja).
2.2.1 Jenis dan Komposisi8
Pil kombinasi didalamnya terdapat estrogen etinil estradiol atau
mestranol dalam dosis 0,05 mg pertablet, dan saat ini sudah berkurang dosisnya
sekitar 20-35 µg per tablet, serta kandungan progestin yang bervariasi sesuai
jenisnya berikut ini:
1) Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif/ plasebo. Contoh: microgynon.
Komposisi: jumlah 21 tablet masing-masing mengandung 0.15 mg
Levonorgestrel dan 0.03 mg Etinilestradiol serta 7 tablet plasebo.
Dosis dan Cara Pemakaian:
a) Satu tablet diminum tiap hari selama 28 hari berturut-turut. Kemasan
berikutnya dimulai setelah tablet pada kemasan sebelumnya habis.
b) Tidak menggunakan kontrasepsi hormon sebelumnya (pada bulan yang
lalu). Pemakaian tablet harus dimulai pada hari ke-1 dari siklus alami
wanita (yaitu hari pertama menstruasi) dimulai dari bidang biru dari
kemasan dan pilih tablet sesuai dengan harinya (seperti "Sen" untuk
Senin). Mulai pada hari ke 2-5 diperbolehkan, akan tetapi selama siklus
pertama dianjurkan untuk menggunakan metoda pencegahan tambahan
selama 7 hari pertama minum tablet.

9
c) Pemakaian selanjutnya: Jika kemasan pertama Microgynon telah habis,
mulailah kemasan yang baru tanpa terputus pada hari berikutnya, sekali
lagi pilih tablet pada bidang biru sesuai dengan hari pada saat itu.
2) Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 28 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dua dosis yang berbeda. Contoh: Climen 28.
Komposisi: Terdiri dari 16 tablet putih berisi estradiol valerate 2 mg
dan 12 tablet pink berisi estradiol valerate 2 mg dan cyproterone acetate 1 mg.
Cara pemakaian: Pemakaian tablet sama seperti monofasik, dengan
minumkan tablet putih satu kali sehari selama 16 hari dilanjutkan dengan
tablet pink satu kali sehari hingga habis.
3) Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif. Contoh: TRINORDIOL*-28
Komposisi: Tiap kemasan Trinordiol*-28 berisi 28 tablet. Tablet-
tablet ini disusun dalam kemasan menurut urutan sebagai berikut: 6 tablet
kuning tua dari 0.03 mg etinilestradiol dan 0.05 mg levonorgestrel, 5 tablet
putih dari 0.04 mg etinilestradiol dan 0.075 mg levonorgestrel, 10 tablet
kuning dari 0.03 mg etinilestradiol dan 0.125 mg levonorgestrel, 7 tablet
innert merah dari 31.835 mg laktosa.
Dosis dan Cara Pemakaian:
a) Satu tablet sehari untuk 28 hari berturut-turut dalam urutan yang tepat
seperti diuraikan di atas. Tablet-tablet diminum terus menerus tanpa
dihentikan.
b) Segera setelah satu kemasan habis, mulailah dengan kemasan yang baru
dan diminum seperti diuraikan di atas. Dianjurkan tablet Trinordiol*-28
diminum setiap hari pada waktu yang sama, sebaiknya setelah makan atau
pada waktu mau tidur. Bila pemakai merasa mual, sebaiknya tablet
diminum dengan susu.

10
c) Siklus pertama: Selama pemakaian siklus pertama, pasien dianjurkan
meminum satu tablet setiap hari selama 28 hari berturut-turut, dimulai dari
hari pertama dari siklus haid (hari kesatu datangnya haid adalah hari
pertama). Perdarahan akan terjadi sebelum tablet Trinordiol*-28 terakhir
diminum.
d) Siklus-siklus Berikutnya: Pemakai hendaknya segera mulai kemasan
berikutnya walaupun perdarahan masih berlangsung. Tiap 28 hari
penggunaan Trinordiol*-28 dimulai pada hari yang sama seperti pada
pemakaian pertama kalinya pada bagian foil berwarna merah dan
mengikuti jadual yang sama.
e) Meskipun terjadinya kehamilan sangat kecil bila tablet digunakan sesuai
petunjuk bila perdarahan tidak terjadi setelah tablet terakhir diminum,
kemungkinan hamil harus dipertimbangkan.
f) Bila pasien tidak menuruti cara penggunaan yang tertera (lupa satu atau
lebih tablet atau mulai minum tablet yang terlupa pada hari terlambat dari
pada seharusnya) kemungkinan hamil harus dipertimbangkan pada saat
tidak terjadi haid dan dilakukan cara-cara dianostik yang tepat sebelum
pengobatan dilanjutkan. Bila pasien telah mengikuti petunjuk pengobatan
dan telah minum tablet dua siklus berturut-turut tidak terjadi haid, tidak
terjadinya kehamilan harus benar-benar dipastikan oleh dokter atau
petugas kesehatan yang ditunjuk sebelum penggunaan tablet kontrasepsi
dilanjutkan.

2.2.2 Mekanisme
Pil oral kombinasi dimaksudkan untuk mencegah kehamilan dengan cara
menghambat ovulasi dan disebut sebagai anovulasi.

11
1) Pengaruh pil oral kombinasi pada fungsi ovarium
Pencegahan ovulasi dianggap mekanisme kerja utama kontrasepsi pada
pil oral kombinasi. Pemberian pil oral kombinasi menghambat perkembangan
folikel, ovulasi, dan, sebagai akibat yang ditimbulkan, serta formasi korpus
luteum. Hal ini ditandai dengan pengurangan sekresi estradiol ovarium dan
tidak adanya produksi progesteron. Pil oral kombinasi memberikan efek kerja
pada ovarium dengan menghambat produksi hipofisis dan sekresi kedua
hormon perangsang yaitu Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH) terutama pada pertengahan siklus dari 2 hormon tersebut.
Penghambatan gonadotropin hipofisis memberikan efek pada hipotalamus,
menghalangi produksi normal Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH).
Secara umum, bukti menunjukkan bahwa respon hipofisis dari FSH dan LH
menuju GnRH tidak terpengaruh oleh pemberian pil oral kombinasi. Namun,
beberapa studi melaporkan bahwa rendahnya respon hipofisis, baik dari segi
FSH dan LH, pada GnRH dalam penggunaan pil oral kombinasi. Sehingga pil

12
oral kombinasi memiliki efek penghambat langsung baik pada hipotalamus dan
hipofisis.
Estrogen atau progestin mampu menghambat FSH dan LH untuk
mencegah ovulasi. Namun, pemberian kombinasi dari kedua komponen sangat
meningkatkan antigonadotropin dan berefek menghambat ovulasi. Kombinasi
progestin pada pil oral kombinasi sangat efektif dalam hal penghambatan
ovulasi, mengingat kemampuannya untuk menghalangi kenaikan siklus dalam
sekresi LH. Pil oral kombinasi pada Etinil estradiol berefek pada
antigonadotropic dari progestin dan mencegah penumpahan teratur
endometriumnya. Hal ini juga telah dilaporkan bahwa perbedaan individu dan
etnis penting dalam efek biologis dan metabolisme sintetis estrogen dan
progestin yang ada, yang juga dapat mempengaruhi kerja kontrasepsinya.
Efek pil oral kombinasi pada sekresi FSH dan LH adalah mendorong,
menurunkan sirkulasi FSH dan LH dalam hari pertama pemberian. Namun,
setidaknya 7 hari dari penggunaan secara teratur pil oral kombinasi diperlukan
untuk menekan perkembangan folikel. Pil oral kombinasi yang diberikan
selama 21 hari diikuti dengan 7 hari pil bebas hormon, untuk meniru siklus
menstruasi 28 hari. Sekresi FSH dan LH aktif kembali setelah hari terakhir
asupan pil, yang menyumbang risiko kehamilan yang disengaja karena pil tidak
dikonsumsi lagi dan mengembalikan kesuburan dengan pada saat penghentian
penggunaan pil oral kombinasi. Perkembangan folikel baru dimulai selama
tujuh hari selang pil bebas.
Dalam beberapa tahun terakhir pil oral kombinasi mengandung l dari 3
progestin baru, Norgestimate, Desogestrel dan Gestodene (tidak tersedia di
Amerika Serikat), telah ada dan semakin populer. Mekanisme kerja pil oral
kombinasi yang lebih baru juga penghambatan ovulasi. Dosis harian masing-
masing progestin ini diperlukan untuk menghambat ovulasi adalah 0,20; 0,06;
dan 0,04 mg untuk norgestimate, desogestrel, dan Gestodene, dibandingkan
dengan 0,40 mg untuk norethindrone dan 0,06 mg untuk levonorgestrel.
Kontrasepsi ini berpotensi sama dalam mengikat reseptor progestin. Pil oral
kombinasi yang mengandung salah satu progestin yang disebutkan di atas,

13
dalam kombinasi dengan etinil estradiol telah menunjukkan kemanjuran
kontrasepsi sama ketika dibandingkan dengan satu sama lain dan dengan pil
lain, menunjukkan mekanisme kerja yang sama.
2) Pengaruh pil oral kombinasi pada lendir serviks.
Pada wanita yang menggunakan pil oral kombinasi, lendir serviks
banyak dan sangat kental. Dalam uji invitro penetrasi sperma dihambat sebagai
akibat dari efek progestin pada lendir.
3) Pengaruh pil oral kombinasi pada endometrium.
Pil oral kombinasi mengandung sintetis estrogen dan progesteron yang
memiliki efek biologik pada endometrium. Selama penggunaan kontrasepai
oral kombinasi, produksi estradiol dan progesteron pada ovarium menurun dan
terjadi perubahan pada endometrium sebagai respon pemberian hormon.
Kemungkinan pemberian pil oral kombinasi mengakibatkan pengembangan
pada endometrium tidak siap untuk implantasi. Meskipun demikian dan banyak
hal lain menyebutkan efek endometrium sebagai akibat kerja pil oral kombinasi
tidak cukup bukti apakah ada perubahan seluler atau biokimia di endometrium
benar-benar bisa mencegah implantasi. Namun, kemungkinan pembuahan
selama penggunaan pil oral kombinasi sangat kecil. Oleh karena itu, perubahan
endometrium tidak mungkin untuk memainkan peran pentingnya. jika ada,
maka harus dilakukan pengamatan untuk keeefektivitasan pil oral kombinasi.

2.2.3 Efektivitas
1) Efektivitas tergantung pada pengguna: Risiko kehamilan terbesar adalah
ketika seorang wanita terlambat dalam memulai paket pil baru yaitu hari ke-3
atau lebih, atau terlupa 3 atau lebih pil dekat awal atau akhir dari paket pil.
2) Seperti yang umum digunakan, sekitar 8 kehamilan per 100 wanita yang
menggunakan pil oral kombinasi selama tahun pertama. Ini berarti bahwa 92
dari setiap 100 wanita yang menggunakan pil oral kombinasi tidak akan hamil.
3) Bila tidak ada kesalahan dalam meminum pil, efektivitasnya kurang dari 1
kehamilan per 100 wanita yang menggunakan pil oral kombinasi selama tahun
pertama (3 per 1.000 perempuan).

14
4) Kembalinya kesuburan setelah POK dihentikan: Tidak ada delay, dan
perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS): Tidak ada

2.2.4 Efek Samping, Keuntungan, dan Kerugian


Efek Samping Keuntungan Kerugian
1) Gangguan pola 1) Resiko terhadap kesehatan 1) Mahal dan
perdarahan/ menstruasi kecil. membosankan
yaitu menorrhagia, karena harus
2) Memiliki efektifitas tinggi,
metrorargia, spotting, menggunakannya
apabila diminum secara teratur.
perdarahan diantara masa setiap hari
haid (lebih sering 3) Tidak mengganggu hubungan
2) Mual terutama pada
perdarahan bercak), seksual.
3 bulan pertama
terutama bila lupa 4) Siklus haid teratur.
menelan pil atau 3) Perdarahan bercak /
terlambat menelan pil; 5) Dapat mengurangi kejadian spotting terutama 3
Tidak ada haid anemia. bulan pertama
(Amenorea) 6) Dapat mengurangi ketegangan 4) Pusing
2) Sakit kepala ringan, sebelum menstruasi (pre
5) Nyeri payudara
migraine. menstrual tension).
6) Berat badan naik
3) Mual atau muntah 7) Dapat digunakan dalam jangka
sedikit
(terutama tiga bulan panjang.
pertama). 7) Amenorhoe, jarang
8) Mudah dihentikan setiap waktu.
pada pil kombinasi
4) Nyeri payudara (rasa 9) Dapat digunakan sebagai
sakit/tegang pada buah 8) Libido menurun
kontrasepsi darurat.
dada). 9) Dapat menaikkan
10) Dapat digunakan pada
5) Mudah tersinggung/ tekanan darah dan
usia remaja sampai menopause.
perubahan mood, depresi. retensi cairan,
11) Membantu sehingga resiko
6) Sedikit meningkatkan mengurangi kejadian kehamilan stroke, serangan
berat badan. ektopik, kanker ovarium, janung dan
7) Perubahan pada kulit: kanker endometrium, kista gangguan
acne, kulit beminyak, ovarium, penyakit radang pembekuan darah
pigmentasi/ chloasma. panggul, kelainan jinak pada pada vena dalam
payudara, dismenorea dan sedikit meningkat.
8) Tekanan darah meninggi. jerawat.
10) Tidak mencegah
IMS (infeksi
Menular Seksual),
HBV, HIV/AIDS

2.2.5 Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi Kontraindikasi
1) Usia reproduksi yang menikah atau belum 1) Hamil atau dicurigai hamil
menikah

15
Indikasi Kontraindikasi
2) Telah memiliki anak atapun yang belum 2) Menyusui eksklusif
3) Gemuk atau kurus 3) Perdarahan pervaginam yang
4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan belum diketahui penyebabnya
efektivitas tinggi 4) Hepatitis
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusi 5) Perokok dengan usia > 35 tahun
6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak 6) Riwayat penyakit jantung, stroke,
memberikan ASI eksklusif, dan semua cara tekanan darah >180/100 mmHg
kontrasepsi tidak dianjurkan bagi ibu tersebut 7) Riwayat gangguan faktor
7) Pasca keguguran pembekuan darah atau kencing
8) Anemia karena haid berlebihan manis >20 tahun
9) Nyeri haid hebat 8) Kanker payudara atau dicurigai
10) Siklus haid tidak teratur kanker payudara
11) Riwayat kehamilan ektopik 9) Migraine dan gejala neurologic
12) Kelainan payudara jinak local (epilepsy/riwayat epilepsy)
13) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, 10) Tidak dapat menggunakan pil
pembuluh darah, mata dan saraf. secara teratur setiap hari
14) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul,
endometriosis atau tumor ovarium jinak.
15) Menderita tuberkolosis (kecuali sedang
menggunakan rifampisin
16) Varises vena
17) Terinfeksi HIV, dengan/ tidak memakai ART,
kecuali terapi yang mencakup ritonavir.

2.2.6 Pelayanan Kontrasepsi (Kapan Mulai, Cara Penggunaan, Pengelolaan


bila Lupa Minum Pil, dan Asuhan Efek Samping,)
1) Waktu Mulai Menggunakan Pil
Keadaan Klien Waktu mulai
a) Saat Siklus (1) Setiap saat selagi haid; bila dalam 5 hari pertama, tidak perlu
Haid memakai metode tambahan; bila > 5 hari saat siklus haid, maka
klien membutuhkan metode tambahan (kondom) selama 7 hari atau
klien diminta memulai POK saat siklus haid berikutnya
b) Saat (1) Pergantian metode non hormonal seperti IUD, klien dapat segera
pergantian pakai POK sesaat setelah pelepasan dan tanpa metode tambahan
metode bila dalam siklus haid 5 hari pertama
kontrasepsi (2) Pergantian hormonal, bila klien sebelumnya menggunakan KB
Hormonal secara benar dan konsisten serta dipastikan tidak hamil,
maka tidak perlu menunggu siklus haid, klien dapat langsung
diberikan POK dan tidak perlu metode tambahan
c) Saat (1) Kien bisa meminum POK 6 bulan setelah melahirkan atau ketika

16
menyusui bayi sudah mendapatkan MP-ASI
ASI (2) Jika klien belum haid, klien bisa memulai minum POK kapan saja
Eksklusif selama klien tidak hamil, dan memakai metode tambahan selama 7
hari setelah mulai
(3) Jika klien sudah haid, maka seperti keaadan klien haid.
d) Saat (1) Klien dapat memulai POK setelah 6 minggu postpartum (PP)
menyusui (2) Klien dapat memakai metode tambahan sebelum 6 minggu
parsial postpartum bila siklus haid klien sudah kembali.
(4) Jika siklus haid belum kembali setelah 6 minggu PP, maka klien
dapat memulai minum POK kapan saja selama klien tidak hamil,
dan memakai metode tambahan selama 7 hari setelah mulai
(3) Jika klien sudah haid, maka seperti keaadan klien haid.
e) Saat Tidak (1) Klien dapat memulai POK kapan saja pada 21-28 hari PP
Menyusui (2) Jika siklus haid belum kembali, maka klien dapat memulai minum
POK kapan saja selama klien tidak hamil, dan memakai metode
tambahan selama 7 hari setelah mulai
(3) Jika siklus haid belum kembali setelah 6 minggu PP, maka klien
dapat memulai minum POK kapan saja selama klien tidak hamil,
dan memakai metode tambahan selama 7 hari setelah mulai
(4) Jika klien sudah haid, maka seperti keaadan klien haid.
f) Saat tidak (1) Klien dapat memulai POK kapan saja, selama tidak hamil, dan
haid memakai metode tambahan selama 7 hari
g) Setelah (1) Segera diberikan POK dalam 7 hari pertama post abortus, tanpa
keguguran/ menggunakan metode tambahan
abortus (2) Jika lebih dari 7 hari, klien dapat memulai POK setiap saat dan
dipastikan tidak hamil ditambah metode cadangan untuk 7 hari
pertama. (Jika petugas tidak cukup yakin, memberikan POK saat
ini, maka katakan pada klien untuk mulai minum POK saat siklus
haid di bulan berikutnya
h) Setelah (1) Klien dapat memulai minum POK sehari setelah dia menyelesaikan
minum pil minum pil Kondar. Tidak perlu menunggu siklus haid berikutnya,
Kondar tetapi klien memerlukan metode tambahan selama 7 hari
(Kontraseps (2) Klien dapat memulai dengan paket pil baru, atau melanjutkan paket
i Darurat) pil yang dibuat kondar

2) Cara Penggunaan
Kegiatan Penjelasan
a) Pemberian (1) Petugas memberikan pil sesuai kebutuhan klien, bisa
pil memberikan sampai 13 paket (pemakain selama 1 tahun)
b) Penjelasan (1) Menunjukkan macam-macam paket (ada paket 21 pil dan 28 pil).
paket pil Pada pket 28, terdapat perbedaan warna pil, dimana 7 pil tidak

17
mengandung hormon
(2) tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan pesankan
untuk mengikuti panah yang menujuk deretan pil berikutnya
c) Pemberian (1) Minum satu pil setiap hari sampai paket pil kososng
petunjuk (2) Diskusikan dengan klien bagaimana cara mengingat jadwal
kunci minum pil, misalnya minum malam hari setelah gosok gigi
sebelum tidur/ istirahat
(3) Pil diminum pada waktu yang sama setiap harinya, hal ini juga
dapat mengurangi efek samping yang timbul
d) Penjelasan (1) Paket 28 pil: ketika klien selesai satu paket, klien dapat langsung
memulai memulai paket selanjutnya setiap hari 1 pil
paket (2) Paket 21 pil: setelah klien menyelesaikan satu paket, klien harus
berikutnya menunggu 7 hari sebelum memulai paket berikutnya
(3) Memulai paket selanjutnya pada waktu yang sama seperti paket
sebelumnya
e) Penyediaan (1) Kadang-kadang klien membutuhkan metode tambahan misalnya
metode saat klien lupa minum pil
tambahan (2) Metode tambahan berupa kondom, spermicide, dan withdrawal.
dan Metode tambahan paling efektif: kondom
penjelasann
ya
3) Pengelolaan bila Lupa Minum Pil
a) Pesan Kunci (1) minum pil sesegara mungkin saat ingat dan tetap minum pil
seperti biasanya, bisa saja dalam satu hari minum 2 pil (untuk
mengganti pil yang lupa di hari sebelumnya)
b) Lupa 1 atau 2 (1) Minum pil segera setelah ingat, berisikio terjadinya kehamilan
pil sedikit
c) Lupa 3 pil atau Lupa dalam paket pil minggu baris pertama atau kedua:
lebih atau (1) Minum pil segera setelah ingat, dan gunakan metode
Memulai paket tambahan selama 7 hari
baru terlambat (2) Jika sudah terjadi hubungan seksual dalam 5 hari sebelumnya,
3 hari atau maka dapat menggunakan pil Kondar
lebih Lupa dalam paket pil minggu baris ketiga:
(1) Minum pil segera setelah ingat dan selesaikan pakel pil tanpa
mengkonsumsi 7 pil nonhormonal atau tanpa istirahat lanjut
pakel pil berikutnya
(2) Gunakan metode tambahan selama 7 hari, atau bila sudah
melakukan hubungan seksual dalam 5 hari, gunakan pil
Kondar

18
d) Lupa pil non (1) Buang sisa pil nonhormonal dan mulai paket pil baru sesuai
hormonal jadwal setiap harinya
e) Muntah berat (1) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,
dan Diare ambillah pil yang lain dan lanjutkan minum pil seperti biasa
(2) Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 2 hari, maka
bila keadaan menungkinkan dan tidak memperburuk
kekadaan, pil dapat diteruskan dan menggunakan petunjuk
bila lupa minum pil 3 atau lebih
Catatan: untuk pil dengan kandungan estrogen 20 µg atau kurang,
maka petunjuk bila lupa minum pil, sama dengan atas, tetapi bila sudah
lupa minum 2 pil atau lebih, maka pakai petunjuk lupa minum 3 pil atau
lebih
4) Penanganan efek samping yang sering terjadi dan masalah-masalah
kesehatan lainnya
Berbagai metode kontrasepsi terdapat efek samping yang berbeda
beda kepada setiap pemakainya termasuk POK (Pil Oral Kombinasi),
berikut efek samping yang sering terjadi dan asuhannya:
Efek samping Asuhan dan Penatalaksanaan
a) Irregular (1) Yakinkan dia bahwa banyak wanita yang menggunakan
bleeding kontrasepsi oral kombinasi mengalami perdarahan tidak
(perdarahan teratur. Hal ini tidak berbahaya dan biasanya menjadi kurang
pada waktu atau berhenti setelah beberapa bulan pertama penggunaan
bukan siklus (2) Kemungkinan penyebab lain dari perdarahan tidak teratur
haid pada meliputi:
waktu tidak (a) Lupa minum Pil
terduga yang (b) Minum pil pada waktu yang berbeda setiap hari atau
mengganggu minum pil kemudian muntah atau diare
klien) (c) Minum obat Antikonvulsan atau rifampisin
(3) Cara mengatasinya:
(a) Motivasi klien untuk minum pil pada waktu yang sama
setiap harinya
(b) Ajarkan klien cara mengatasi pil yang lupa atau minum pil
kemudian muntah dan diare
(c) Bantuan medikamentosa sederhana untuk jangka pendek
dengan ibuprofen 800 mg 3x sehari setelah makan selama 5
hari, atau obat NSAID
(d) Jika semua cara diatas sudah dilakukan dan tidak

19
Efek samping Asuhan dan Penatalaksanaan
mengatasi masalah klien, maka dapat memberi POK
dengan formulasi kandungan yang berbeda setidaknya
selama 3 bulan
(e) Jika perdarahan terus menerus atau perdarahan dimulai
setelah beberapa bulan pemakaian atau tidak ada
pendarahan bulanan, atau terdapat sesuatu yang mungkin
salah, maka dapat dikaitkan dengan hal lain yang bukan
karena penggunaan kontrasepsi.
b) Amenorea (1) Pastikan klien benar-benar memang amenorea (klien mungkin
(tidak ada menganggap noda kecil di celana dalam bukan darah haid),
perdarahan jika benar, tenangkan klien
setiap (2) Yakinkan klien bahwa bahwa beberapa wanita yang
bulannya) menggunakan POK kadang berhenti haid, dan ini tidak
berbahaya, klien tidak perlu kehilangan darah setiap bulan.
Hal ini mirip dengan kondisi selama kehamilan, tapi saat ini
klien tidak subur, siklus haid tidak terbentuk. (Beberapa
wanita senang untuk tidak haid setiap bulannya.)
(3) Tanyakan apakah klien minul pil setiap hari, untuk
meyakinkan bahwa klien tidak hamil. Jika tidak, klien bisa
terus minum POK seperti sebelumnya
(4) Apakah klien melewatkan 7-hari istirahat antar paket (paket
21 hari) atau melewatkan 7 pil non hormonal (paket 28 hari),
untuk meyakinkan bahwa klien tidak hamil. Jika tidak, klien
dapat terus menggunakan POK.
(5) Jika klien lupa minum pil atau memulai paket pil di hari
terakhir, (ikuti instruksi klien dihalaman sebelumnya).
c) Sakit kepala (1) Sarankan aspirin (325-650 mg), ibuprofen (200-400 mg),
bukan parasetamol (325-1000 mg), atau pereda nyeri lainnya.
migrain (2) Beberapa wanita mengalami sakit kepala selama minggu
bebas hormon (7 hari masa istirahat). Pertimbangkan
diperpanjang penggunaan
(3) Setiap sakit kepala yang memburuk atau terjadi lebih sering
selama penggunaan POK harus dievaluasi.
d) Mual atau (1) Untuk mual, menyarankan minum POK pada waktu tidur atau
pusing berbarengan dengan makanan.
(2) Jika gejala terus berlanjut: Pertimbangkan obat antimual.
(3) Pertimbangkan penggunaan diperpanjang jika mual nya
datang setelah klien mulai paket pil baru
e) Nyeri (1) Merekomendasikan klien untuk memakai bra yang nyaman

20
Efek samping Asuhan dan Penatalaksanaan
Payudara (termasuk selama aktivitas berat dan tidur).
(2) Coba kompres panas atau dingin.
(3) Sarankan aspirin (325-650 mg), ibuprofen (200-400 mg),
parasetamol (325-1000 mg), atau pereda nyeri lainnya.
f) BB berubah (1) Mengkaji diet dan pola makan klien serta konsultasikan bila
perlu
g) Perubahan (1) Beberapa wanita memiliki perubahan suasana hati selama
mood atau minggu bebas hormon (7 hari ketika seorang wanita tidak
perubahan minum pil hormonal). Pertimbangkan penggunaan yang
gairah seks berkepanjangan
(2) Bertanya tentang perubahan dalam hidupnya yang dapat
mempengaruhi suasana hati atau gairah seks, termasuk
perubahan dalam hubungannya dengan pasangannya. Berikan
dukungan nya yang sesuai.
(3) Klien yang memiliki perubahan suasana hati yang serius
seperti depresi berat harus dirujuk untuk perawatan.
(4) Pertimbangkan obat yang tersedia secara local dalam
mengatasi perubahan mood dan gairah seks
h) jerawat (1) Jerawat biasanya membaik dengan penggunaan POK. Namun,
ada beberapa perempuan yang bertambah buruk.
(2) Jika klien telah minum pil selama lebih dari beberapa bulan
dan jerawat berlanjut, memberinya formulasi POK yang
berbeda, dan meminta klien untuk mencoba pil baru tersebut
untuk setidaknya 3 bulan.
(3) Pertimbangkan obat yang tersedia secara lokal.

Tabel. Keadaan yang perlu mendapat perhatian, sehingga dipertimbangkan


mengganti metode kontrasepsi
Tanda Penatalaksanaan
a) Perdarahan (1) Merujuk atau mengevaluasi berdasarkan riwayat dan
pervaginam yang pemeriksaan panggul. Mendiagnosa dan mengobati sesuai
berat atau hasil pemeriksaan dan anamnesa
berkepanjangan (2) Klien dapat terus menggunakan POK sambil pemeriksaan
yang tidak dapat dan pengobatan.
diketahui (3) Jika perdarahan disebabkan oleh IMS atau penyakit radang
penyebabnya panggul, klien bisa terus menggunakan POK selama
pengobatan.
b) Klien dengan (1) Barbiturat, carbamazepine, oxcarbazepine, fenitoin,
pengobatan primidone, topiramate, rifampisin, rifabutin, dan ritonavir

21
Tanda Penatalaksanaan
antikonvulsan, dapat membuat POK kurang efektif. Metode hormonal
rifampisin, kombinasi, termasuk POK dan suntik 1 bulanan, dapat
rifabutin, atau membuat lamotrigin/ obat yang dikonsumsi tersebut
ritonavir kurang efektif. Bila untuk kontrasepsi jangka panjang
sebaiknya mengganti metode seperti suntik 3 bulan atau
LNG-IUD.
(2) Jika untuk kontrasepsi jangka pendek, klien bisa
menggunakan metode barrier bersama dengan POK untuk
perlindungan yang lebih besar dari kehamilan.
c) Sakit Kepala (1) Tidak melihat usia, seorang wanita yang merasakan sakit
Migrain kepala migrain, dengan atau tanpa aura, atau sakit kepala
migrain memburuk saat menggunakan POK harus berhenti
menggunakan POK.
(2) Bantu klien memilih metode tanpa estrogen
d) Keadaan yang (1) Jika klien mengalami operasi besar, atau kakinya di gips,
tidak atau karena alasan lain dia tidak akan bisa bergerak selama
memungkinkan beberapa minggu, maka harus:
klien bangun atau (a) Katakan kepada dokter bahwa klien menggunakan
berjalan selama POK.
satu minggu atau (b) Berhenti minum POK dan menggunakan metode
lebih tambahan selama periode ini.
(2) Memulai POK 2 minggu setelah dia bisa bergerak lagi.
e) Kondisi diduga penyakit jantung atau penyakit hati yang serius,
kesehatan yang tekanan darah tinggi, pembekuan darah di vena dalam kaki
serius atau paru-paru, stroke, kanker payudara, kerusakan arteri, visi,
ginjal, atau sistem saraf yang disebabkan oleh diabetes, atau
penyakit kandung empedu .
(1) Memberinya metode cadangan yang dapat digunakan
sampai kondisi dievaluasi.
(2) Rujuk untuk diagnosis dan perawatan jika belum di
lakukan perawatan.
(3) Katakan pada klien untuk berhenti minum POK
f) Diduga Hamil (1) Menilai untuk kehamilan.
(2) Katakan padanya untuk berhenti minum POK jika
kehamilan dikonfirmasi.
(3) Tidak ada risiko yang diketahui untuk janin yang
dikandung saat seorang wanita minum POK

Catatan: Pada beberapa klien, POK digunakan tanpa istirahat 7


hari/ tanpa mengkonsumsi pil nonhormonal, yang disebut pemakaian POK
berkesinambungan. Pemakaian yang dimaksud bisa 12 minggu terus

22
menerus kemudian istirahat, atau sama sekali tidak ada istirahat.
Kelebihan dan kekurangannya adalah:
Keuntungan Kerugian
a) Bermanfaat bagi klien yang siklus a) Perdarahan tidak teratur selama 6 bulan
haidnya <4x dalam setahun atau pertama penggunaan terutama bagi
tidak haid sama sekali klien yang baru mulai menggunakan
b) Mengurangi efek samping sakit POK
kepala berat, Premenstual b) Memerlukan paket pil yang lebih
syndrome, perubahan mood, dan banyak, yaitu dalam setahun bisa
perdarahan berat selama periode menggunakan 15-17 paket
istirahat

2.2.7 Pelayanan Kontrasepsi Lanjutan


Pelayanan kontrasepsi lanjutan yang diberikan kepada klien, terdiri dari:
1) Menjamin setiap klien untuk datang kembali setiap saat, terutama jika
memiliki masalah/ keluhan, pertanyaan, atau ingin metode kontrasepsi
lain; memiliki perubahan yang besar dalam kesehatannya; atau dipikir
mungkin hamil. Juga jika:
2) Klien kehilangan pil nya atau memulai sebuah paket baru lebih dari 3 hari
pada siklus haidnya disertai melakukan hubungan seks. Klien mungkin
mempertimbangkan pil kontrasepsi darurat.
3) Nasehat kesehatan umum: Siapapun yang tiba-tiba merasakan sesuatu
yang tidak beres dengan kesehatannya harus segera mencari perawatan
medis dari bidan atau dokter. Metode kontrasepsi yang dipakai
kemungkinan besar bukan penyebab kondisi tersebut, tapi klien harus
memberitahu bidan atau dokter metode apa dia menggunakan.
4) Motivasi klien untuk datang kembali sebelum pil habis, atau beritahu klien
untuk datang terlebih dahulu ke tenaga kesehatan sebelum membeli pil.
5) Menganjurkan kunjungan tahunan ke tenaga kesehatan.
6) Beberapa klien bisa mendapatkan keuntungan dari pemakaian COC
setelah 3 bulan, dengan menawarkan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan, membantu setiap masalah/ keluhan, dan memeriksa
penggunaan pil yang benar oleh klien.

23
7) Menanyakan bagaimana klien menggunakan metode kontrasepsi ini dan
apakah klien puas.
8) Menanyakan terutama jika dia khawatir tentang perubahan siklus haid.
9) Menanyakan apakah klien sering memiliki masalah dalam mengingat
untuk mengkosumsi pil setiap hari dan membahas cara-cara untuk
mengingat, mengatasi bila lupa, dan membahas pil kontrasepsi darurat,
atau memilih metode lain.
10) Memberikan paket-pil nya dalam satu tahun penuh (13 bungkus), jika
memungkinkan.
11) Setiap tahun atau lebih, memeriksa tekanan darah jika mungkin
12) Menanyakan klien yang memakai pil dalam jangka panjang tentang
masalah kesehatan yang timbul sejak kunjungan terakhirnya dan
mengatasi masalah tersebut yang memungkinkan beralih metode.
13) Menanyakan klien yang memakai pil dalam jangka panjang tentang
perubahan besar dalam hidup yang mempengaruhi kebutuhannya terutama
rencana untuk memiliki anak dan risiko IMS/ HIV.

2.3 Kajian Konrasepsi Pil Progestin Saja


2.3.1 Jenis dan Komposisi
Kontrasepsi pil progestin saja biasa disebut mini pil untuk wanita
menyusui yang berisi microdose/ dosis rendah progestin seperti hormon alami
progesteron dalam tubuh. Dari 50 juta lebih akseptor kontrasepsi oral, hanya 1
dari 150 wanita yang menggunakan mini pil. Mini pil bukan menjadi pengganti
dari pil oral kombinasi, tetapi hanya sebagaian suplemen/ tambahan yang
digunakan oleh wanita-wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi
sedang menyusui atau untuk wanita yang harus menghindari estrogen oleh sebab
apapun.
Progestin yang terdapat di dalam mini pil terdiri dari 2 golongan yaitu:
1) Analog Progesterone (Chlormadinone asetat dan megestrol asetat) sekarang
tidak digunakan lagi karena dapat menyebabkan benjolan/ nodule payudara
pada binatang percobaan anjing beagle.

24
2) Derivat testosteron (19-norsteroids), di temukan 1970 an dan dipakai sampai
saat ini, yaitu Norethindrone, Norgestrel, Ethynodiol, dan Lynestrenol
(exluton). Jenis minipil:
a) Kemasan isi 35 pil: 300µg levonorgestrel atau 350µg noretindron.
b) Kemasan dengan isi 28 pil: 75µg dosegestrel.

2.3.2 Mekanisme
Cara kerja mini pil belum jelas benar. Tampaknya cara kerja mini pil
tergantung pada kombinasi beberapa mekanisme, antara lain :
1) Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus; Dari penelitian bahwa
mini pil hanya mencegah terjadinya ovulasi pada 15-40 % dari siklus haid,
karena gangguan pada sekresi hormon LH, namun perubahan kadar hormon
LH ini, masih dapat terjadi ovulasi.
2) Perubahan dalam motilitas tuba; Transpor ovum melalui saluran tuba
diperlambat sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya fertilisasi
3) Perubahan dalam fungsi corpus luteum; perkembangan corpus luteum tidak
berfungsi normal setelah ovulasi atau corpus luteum berfungsi abnormal
dimana sekresi progesteron sangat sedikit sekali sehingga tidak dapat terjadi
konsepsi normal dan/ atau implantasi.
4) Perubahan lendir serviks; Progestin mencegah penipisan lendir serviks pada
pertengahan siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit yang tidak
memungkinkan penetrasi spermatozoa. Spermatozoa akan di immobilisir,
penggerakannya sangat lambat sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak
ada spermatozoa yang mencapai cavum uteri.
5) Perubahan dalam endometrium; Bila tetap terjadi ovulasi dan fertilisasi, mini
pil masih mungkin mencegah kehamilan melalui efeknya terhadap
endometrium. Mini Pil ,mengganggu berkembangnya siklus endometrium
sehingga endometrium berada dalam fase yang salah atau menunjukkan sifat-
sifat ireguler atau atrofis sehingga endometrium tidak dapat menerima ovum
yang telah dibuahi.

25
2.3.3 Efektivitas
Akseptor mini pil mempunyai resiko lebih besar untuk menjadi hamil
dibandingkan dengan akseptor pil oral kombinasi adalah Theoritical effectiveness:
0-2,1 %, Use effectivenes : 0,9-9,6 %. Menggunakan mini pil dengan teratur lebih
jauh penting dibandingkan dengan POK, mini pil harus di minum tiap hari, dan
sebaiknya pada waktu yang sama setiap harinya. Banyak penelitian menunjukkan
terjadinya kehamilan hanya karena lupa minum 1 atau 2 tablet atau karena
absorpsinya terganggu oleh sebab muntah atau diare. Kembalinya kesuburan
segera setelah pil tidak dikonsumsi.

2.3.4 Efek Samping, Keuntungan, dan Kerugian


Efek Samping Keuntungan Kerugian
1) Gangguan pola Keuntungan Kontrasepsi 2) Hampir 30-60%
perdarahan/ haid mengalami ganguan
1) Sangat efektif bila diguanakn secara benar
yaitu bagi ibu haid (spotting,
menyusui terlambat 2) Tidak menggangu hubungan seksual amenorea)
haid kembali 3) Tidak mempengaruhi ASI 3) Peningkatan/
(amenorea penurunan berat
postpartum 4) Kesuburan cepat kembali badan
berkepanjangan); 5) Nyaman dan mudah digunakan 4) Harus digunakan
spotting; siklus haid setiap hari pada
tidak teratur 6) Sedikit efek samping waktu yang sama
5) Bila lupa 1 pil saja,
2) Sakit kepala ringan, 7) Dapat dihentikan setiap saat
kegagalan menjeadi
migraine. 8) Tidak mengandung estrogen lebih besar
3) Mual atau muntah Keuntungan Nonkontrasepsi 6) Payudara menjadi
(terutama tiga bulan tegang, mual, pusing,
pertama). 1) Mengurangi nyeri haid dermatitis atau
4) Nyeri payudara 2) Mengurangi jumlah darah haid jerawat
(rasa sakit/tegang 7) Risiko kehamilan
3) Menurunkan tingkat anemia ektopik lebih tinggi (4
pada buah dada).
4) Mencegah kanker endometrium dari 100 kehamilan).
5) Mudah tersinggung/ 8) Efektivitas menjadi
perubahan mood, 5) Melindungi dari penyakit radang panggul lebih rendah bila
depresi. 6) Tidak meningkatkan pembekuan darah digunakan bersamaan
dengan obat TBC
7) Dapat diberikan pada penderita atau obat epilepsy
endometriosis 9) Tidak melindungi diri
8) Kurang menyebabkan peningkatan tekanan dari IMS atau
darah, nyeri kepala dan depresi. HIV/AIDS
10) Hirsutisme (tumbuh
9) Dapat mengurangi keluhan premenstrual
rambut/bulu
sindrom (sakit kepala, perut kembung, nyeri
berlebihan di dareha

26
Efek Samping Keuntungan Kerugian
payudara, nyeri pada betis, lekas marah). muka), tetapi sangat
jarang terjadi.
1) Sedikit sekali menggagu metabolisme
karbohirat sehingga relative aman diberikan
pada perempuan pengidap diabetes yang
belum mengalami komplikasi

2.3.5 Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi Kontraindikasi
1) Usia reproduksi 1) Hamil atau dicurigai hamil
2) Telah memiliki anak atapun yang belum 2) Perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya
3) Menginginkan suatu metode kontrasepsi
yang sangat efektif selama periode 3) Tidak dapat menerima terjadinya
menyusui. gangguan haid
4) Pasca persalinan dan tidak menyusui 4) Menggunakan obat TBC (Rifampisin),
atau obat epilepsy (fenitoin dan
5) Pasca keguguran
barbutirat)
6) Perokok segala usia
5) Kanker payudara atau dicurigai kanker
7) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama payudara
<180/100 mmHg) atau dengan masalah
6) Sering lupa menggunakan pil
pembekuan darah
7) Miom uterus, karena progestin memicu
8) Tidak boleh menggunakan estrogen atau
pertumbuhan miom.
lebih senang tidak menggunakan estrogen.
8) Riwayat sroke, karena progestin
menyebabkan spasme pembuluh darah

2.3.6 Pelayanan Kontrasepsi (Kapan Mulai, Asuhan Efek Samping, Cara


Penggunaan, Pengelolaan bila Lupa Minum Pil)
1) Waktu Mulai Menggunakan Pil
a) Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan
pencegahan dengan kontrasepsi
b) Dapat digunakan setiap saat, asal tidak terjadi kehamilan. Bila
menggunakan setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan
hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
c) Bila klen tidak haid (amenorea), minipil dapat digunakan setiap saat,
asal saja diyakini tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual

27
selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2
hari saja.
d) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan tiak
haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak
memerlukan metode kontrasepsi tambahan.
e) Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dank lien mendapat haid,
minipil dapat dimulai pada hari ke 1-5 siklus haid.
f) Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran.
g) Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan
ingin menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera diberikan,
bila saja kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu
sedang tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datang haid
berikutnya.
h) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah adalah kontrasepsi suntikan,
minipil diberikan pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak diperlukan
menggunakan metode kontrasepsi lain.
i) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal dan
ibu tersebut ingin menggantinya dengan minipil, minipil diberikan
pada hari ke 1-5 siklus hadi dan tidak memerlukan metode
kontrasepsi lain.
j) Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR, minipil
dapat diberikan pada hari ke 1-5 siklus haid dan lakukan
pengangkatan AKDR.

2) Instruksi kepada Klien


a) Minum minipil setiap hari pada saat yang sama
b) Minum pil yang pertama pada hari pertama haid
c) Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,
minumlah pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi lain bila
klien berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam.

28
d) Bila klien menggunakan pil terlambat >3 jam, minumlah pil tersebut
begitu klien ingat. Gunakan metode pelindung 48 jam.
e) Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa
tersebut sesegera begitu klien ingat dan menggunakan metode
pelindung sampai akhir bulan.
f) Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket
terakhir habis.
g) Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian kehilangan 1 siklus
(tidak haid), atau bila merasa hamil, temui petugas kesehatan dan
klien memeriksa uji kehamilan.
h) Pil yang pertama dimulai pada hari ke-1 sampai ke 7 siklus haid
i) Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid
j) Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil placebo sesuai hari
yang ada pada paket
k) Beberapa paket pil memiliki 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil
habis, sebaiknya Anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila
paket 21 habis sebaiknya tunggu sampai 1 minggu baru kemudian
mulai minum pil dari paket yang baru.
l) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambillah
pil yang lain.
m) Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka bila
keadaan menungkinkan dan tidak memperburuk keadaan, pil dapat
diteruskan.
n) Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara
penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa.
o) Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21), segera minum pil setelah ingat
boleh minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan
metode kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1-21),
sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal yang
ditetapkan. Juga sebaiknya gunakan metode kontrasepsi yang lain

29
atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan
paket pil tersebut.
p) Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.

3) Informasi Lain Yang Perlu Disampaikan


a) Terjadi perubahan pola haid merupakan hal yang sering ditemukan
selama menggunakan minipil, terutama pada 2-3 bulan pertama.
Perubahan pola haid tersebut umumnya hanya bersifat sementara dan
tidak sampai mengganggu kesehatan.
b) Kadang-kadang dapat timbul efek sampai berupa peningkatan berat
adan, sakit kepala rinagn, dan nyeri payudara. Semua efek samping
ini tidak berbahaya dan biasanya hilang dengan sendirinya.
c) Obat-obatan tertentu seperti obat TBC (rifampisin) dan beberapa
obat epilepsy dapat mengurangi efektivitas minipil. Minipil tidak
mencegah terjadinya IMS dan HIV/AIDS. Bila pasangannya
memiliki risiko gunakan kondom.

2.3.7 Pelayanan Kontrasepsi Lanjutan


1) Peringatan Khusus Untuk Pemakai Minipil
2) Bila beberapa bulan mengalaami haid teratur dan kemudian terlambat
haid, perlu dipikirkan kemungkinan terjadi kehamilan.
3) Bila mengeluh perdarahan bercak yang disertai dengan nyeri perut
hebat, maka yang pertama kali dipikrikan adalah kemungkinan
kehamilan ektopik.
4) Problem mata (kehilangan penglihatan, atau kabur), nyeri kepala hebat,
maka perlu dipikiikan kemungkinan terjadinya hipertensi atau masalah
veskular.
Cacatan: Jika Anda mengalami masalah di atas, segera datangi petugas
kesehatan (dokter ahli kebidanan dan kandungan atau bidan).

30
2.4 Kajian Jurnal
2.4.1 Jurnal
a. The role of oral contraceptive pills on increased risk of breast cancer in
Iranian populations: a meta-analysis
(Peran pil kontrasepsi oral pada peningkatan risiko kanker payudara
pada populasi Iran: Meta analisis)
b. Peneliti
Ali Soroush ; Negin Farshcian ; Saeid Komasi ; Neda Izadi ; Nasrin
Amirifard ; Afshar Shahmohammad
c. Penerbit
Journal of Cancer Prevention 2016 Des;21 (4) : 294 DOI : 10.15430 /
JCP.2016.21.4.294
d. Variabel
Kanker adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di
dunia. Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling
umum di kalangan wanita. Ini juga merupakan penyebab kedua
kematian pada wanita. Hubungan antara penggunaan pil kontrasepsi
oral dan kanker payudara adalah kontroversial dan merupakan masalah
utama dalam kesehatan masyarakat. Beberapa temuan menunjukkan
bahwa meminum pil ini tidak memiliki efek signifikan dalam
meningkatkan risiko kanker payudara, sementara yang lain telah
mengkonfirmasi efek karsinogenik dari produk ini. Temuan
kontradiktif ini mengharuskan meta-analisis ini, melalui semua studi
berkorelasi di Iran.
e. Metode
Semua studi yang dipublikasikan dipertimbangkan dari Juni 2000
hingga Juni 2015, menggunakan basis data Latin yang dapat
diandalkan seperti PubMed, Google Cendekia, pencarian Google,
Scopus, dan Science Direct, dan basis data Persia seperti SID, Irandoc,
IranMedex, dan Magiran. Akhirnya, 26 makalah dipilih: 24 studi
adalah kasus kontrol sedangkan dua adalah studi berbasis

31
populasi. Sebanyak 26 makalah dengan 46.260 peserta dinilai sejak
tahun 2001.
f. Hasil
Estimasi keseluruhan OR untuk efek pil kontrasepsi oral pada kanker
payudara adalah 1,521 (CI = 1,25-1,85), yang menunjukkan bahwa
kelompok intervensi memiliki lebih banyak peluang (52%)
dibandingkan dengan kelompok kontrol ( P = 0,001). Menggunakan pil
ini meningkatkan risiko kanker payudara hingga 1,52 kali.
g. Kesimpulan
Karena secara langsung meningkatkan kadar estrogen dan peran
estrogen dalam meningkatkan berat badan secara tidak langsung, pil
kontrasepsi oral dapat merangsang terjadinya kanker
payudara. Penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk mengendalikan
periode penggunaan pil.

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang ditambahkan ke dalam tubuh seorang
wanita dengan cara diminum (pil). Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk
mencegah, menghambat dan menjarangkan terjadinya kehamilan yang
memang tidak diinginkan. Untuk itu kepatuhan mengkonsumsi pil KB secara
teratur sesuai dengan petunjuk tenaga kesehatan harus dilakukan.
Kepatuhan mengkonsumsi pil KB bertujuan agar manfaat konsumsi pil
KB yaitu mencegah, menghambat, dan menjarangkan terjadinya kehamilan
dapat dirasakan. Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi pil KB tidak bisa
menjamin bahwa akseptor pil KB terhindar dari kehamilan. Hal ini
dikarenakan pengkonsumsian yang tidak teratur menjadikan pil KB tidak bisa
bekerja secara optimal. Akan tetapi fenomena di lapangan menunjukkan
bahwa sering kali akseptor pil KB tidak patuh dalam melakukan keteraturan
mengkonsumsi pil KB. Ketidakpatuhan ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan mereka tentang pil KB. Mereka cenderung menghemat
pengkonsumsian dengan meminum pil KB dibawah ukuran yang disarankan.
Kebiasaan ini menyebabkan masih mungkin akseptor pil KB mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan.
3.2 Saran
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan untuk memperdalam
penegetahuan dan ketrampilan tentang kajian pil kontrasepsi serta
kebaruannya menurut evidence based sehingga dapat tercipta pengembangan
asuhan kebidanan keluarga berencana yang lebih baik dan adekuat.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. .Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. Undang-


undang RI Nomor 52 Tahun 2009
2. Ima Ardiana, dkk. Pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana
dalam jaminan kesehatan nasional. DITJALPEM BKKBN Jakarta, September
2014. ISBN 978-602-14745-3-2
3. WHO. Family Planning, a global handbook for providers, evidence-based
guidance developed through worldwide collaboration. A WHO Family
Planning Cornerstone. 2011
4. .Laporan umpan balik hasil pelaksanaan subsistem pencatatan dan
pelaporan pelayanan kontrasepsi februari 2015. Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional Direktorat Pelaporan dan Statistika. Jakarta
Maret 2015
5. . Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Buletin jendela data
daninformasi kesehatan. Kemenkes RI Semester II, 2013. ISSN 2088-270X
6. Manuaba, I.B.G, dkk. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 2007
7. Linda Wylie. Esensi anatomi & fisiologi dalam asuhan maternitas (Ed.2).
Jakarta: EGC. ISBN 979-044-100-2. 2011
8. . Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi / Editor: Biran Affandi,
Dkk. Ed. 3 Cet. 2. Jakarta PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2012.
9. GalloMF, Nanda K, Grimes DA, Lopez LM, Schulz KF. 20 μg versus >20 μg
estrogen combined oral contraceptives for contraception. Cochrane Database
of Systematic Reviews 2013, Issue 8. Art. No.: CD003989. DOI:
10.1002/14651858.CD003989.pub5.
10. Inki P, Gemzell-Danielsson K. Efficacy of contraceptive methods: A review
of the literature. Eur J Contracept Reprod Health Care 2010;15:4-16.
11. Lawrie TA, Helmerhorst FM,Maitra NK, Kulier R, Bloemenkamp K,
Gülmezoglu AM. Types of progestogens in combined oral contraception:
effectiveness and side-effects. Cochrane Database of Systematic Reviews
2011, Issue 5. Art. No.: CD004861. DOI: 10.1002/ 14651858. CD004861.
pub2.
12. Mary Stewart and Kirsten Black. Choosing a combined oral contraceptive pill.
Aust Prescr: 2015;38:6-111 Feb 2015. DOI: 10.18773/ austprescr. 2015.002
13. Van Vliet HAAM, Grimes DA, Helmerhorst FM, Schulz KF, Lopez LM.
Biphasic versus monophasic oral contraceptives for contraception. Cochrane
Database of Systematic Reviews 2006, Issue 3. Art. No.: CD002032.
DOI:10.1002/14651858.CD002032.pub2.
14. Van Vliet HAAM, Raps M, Lopez LM, Helmerhorst FM. Quadriphasic versus
monophasic oral contraceptives for contraception. Cochrane Database of

34
Systematic Reviews 2011, Issue 11. Art. No.: CD009038. DOI:
10.1002/14651858.CD009038.pub2.
15. Lopez LM, Newmann SJ, Grimes DA, Nanda K, Schulz KF. Immediate start
of hormonal contraceptives for contraception. Cochrane Database of
Systematic Reviews 2012, Issue 12. Art. No.: CD006260. DOI:
10.1002/14651858.CD006260.pub3.
16. Grimes DA, Lopez LM, O’Brien PA, Raymond EG. Progestin-only pills for
contraception. Cochrane Database of Systematic. Reviews 2013, Issue 11. Art.
No.: CD007541. DOI: 10.1002/14651858.CD007541.pub3
17. Helen Roberts. Combined oral contraceptive: issues for current users.
Department of obstetrics and gynecology faculty of medicine and health
science university of Auckland. www.bpac.og.nz.bpj12. 2015
18. WHO. Medical eligibility criteria for contraceptive use, fifth edition 2015.
WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. ISBN 978 92 4 154915 8
(NLM classification: WP 630) © World Health Organization 2015
19. Soroush A, Farshcian N, Komasi S, Izadi N, et al. The role of oral
contraceptive pills on increased risk of breast cancer in Iranian populations: a
meta-analysis. Iran: Journal of Cancer Prrevention 2016 Des;21 (4) : 294 DOI:
10.15430 / JCP.2016.21.4.294

35

Anda mungkin juga menyukai