Anda di halaman 1dari 31

MINI PROJECT

PERSEPSI ODHA TERHADAP STIGMA HIV/AIDS


MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RANAI TAHUN 2018

Disusun Oleh:

SRI MUTIA HAMDANI

Dokter Pembimbing:

dr. Nadia Monita

PROGRAM INTERNSIP KEMENKES RI


PUSKESMAS RANAI KABUPATEN NATUNA
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
2018-201
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat lindungan dan
rahmat-Nya, akhirnya laporan penelitian yang berjudul Persepsi ODHA Terhadap
stigma HIV/AIDS Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Ranai Tahun 2018.
ini dapat terselesaikan.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada

1. Pak Najri, Skep selaku kepala Puskesmas Ranai

2. dr. Monita yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga
kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.

3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam


penyusunan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatau.
Penulis berupaya menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Ranai, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................2
1.3.1 Tujuan Penelitian............................................................... 2
1.3.2 Manfaat Penelitian............................................................. 2

BAB 2 LANDASAN TEORI


2.1. Persepsi ..................................................................................... 3
2.2. Stigma ....................................................................................... 3
2.2.1 Pengertian Stigma ............................................................ 3
2.2.2 Stigmatisasi ...................................................................... 5
2.2.3 Akibat Stigma ................................................................... 6
2.3. HIV ............................................................................................ 6
2.3.1 Pengertian HIV/AIDS ...................................................... 6
2.3.2 Penyebaran HIV/AIDS ..................................................... 7
2.3.3 Pencegahan HIV/AIDS .................................................... 7
2.3.4 Dinamika psikologis penderita HIV/AIDS ...................... 8
2.3.5 Stigma masyarakat tentang HIV ...................................... 9
2.3.6 Persepsi penderita HIV/AIDS terhadap
stigma masyarakat .......................................................... 10

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian ........................................................................ 11
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 11
3.3. Populasi dan Sampel ............................................................... 11

ii
3.3.1 Populasi .......................................................................... 11
3.3.2 Sampel ............................................................................ 11
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .......................................... 12
3.3.3.1 Kriteria Inklusi ................................................... 12
3.3.3.2 Kriteria Ekslusi ................................................... 12
3.3.4 Teknik Sampling ............................................................ 12
3.3.5 Sumber Data ................................................................... 14
3.3.6 Instrument Pengumpulan data ........................................ 14
3.3.7 Teknik Analisa Data ....................................................... 16
3.3.8 Tahap Analisa Data ........................................................ 17

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1. Karakteristik ODHA ............................................................... 18
4.2. Gambaran persepsi ODHA Terhadap
Stigma HIV/AIDS Masyarakat ............................................... 19
4.3 Pembahasan ............................................................................ 21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................. 23
5.2 Saran ........................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman kondisi kehidupan masyarakat

semakin sulit dan kompleks. Semua permasalahan yang dihadapi harus

diselesaikan oleh setiap individu. Tapi kita harus menyadari bahwa kita adalah

makhluk sosial dimana kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, manusia

adalah makhluk sosial. Jika kita lihat sejak lahirpun manusia sudah membutuhkan

pergaulan dengan orang lain yang memenuhi kebutuhan biologisnya, makan,

minum dan sebagainya.

Jumlah penderita HIV/AIDS yang dilaporkan pada tahun 2016 di

Kabupaten natuna sebanyak 18 kasus, meningkat dibandingkan ssebelumnya yaitu

11 orang tahun 2015 . Diduga data ini masih belum benar mengingat masih

rendahnya pelaporan jumlah kasus HIV/AIDS di kabupaten natuna.

Pemahaman yang kurang tentang HIV/AIDS di masyarakat perlu di

minimalisir agar penangan HIV/AIDS bukan dengan cara memerangi penderita

HIV/AIDS tetapi memerangi cara penyebaran virus HIV. Bila stigma masyarakat

ataupun lingkungan sekitarnya negatif, beban penderitaan mereka akan semakin

besar dan terakumulasi. Mereka harus mendapatkan perhatian yang serius dan

dihindarkan dari kemungkinan untuk berputus asa dengan melakukan tindakan-

tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti mengakhiri hidup

dengan cara bunuh diri ataupun hal yang lainnya yang memang bertentangan

1
dengan norma-norma atau aturan agama. Stigma dan diskriminasi keduanya

menjelma sebagai penghalang terbesar bagi penanganan penyerbaran HIV/AIDS.

Banyak dari masyarakat yang menganggap siapapun yang sudah terkena

HIV/AIDS harus dijauhi dan kehadirannya pun dalam lingkungan tidak

diinginkan.

Maka dari itu penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang “Persepsi

ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas

Ranai Tahun 2018 ”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ranai Tahun 2018?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan

1. Mengetahui karakteristik ODHA di wilayah kerja Puskesmas Ranai

2. Mengetahui persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat

di wilayah kerja Puskesmas Ranai Tahun 2018

1.3..2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya peningkatan

cakupan program.

b. Sebagai masukan bagi tenaga medis untuk lebih meningkatkan

perannya dalam mengedukasi agar dapat meningkatkan kualitas hidup

ODHA

2
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Persepsi

Pengertian Persepsi

Chaplin (2004) menyebutkan persepsi adalah proses pengetahuan atau

mengenali objek atau kejadian objektif dengan bantuan indera. Secara umum

persepsi dianggap sebagai variabel yang mempengaruhi faktor-faktor perangsang,

cara belajar, keadaan psikis, suasana hati dan faktor-faktor motivasional, maka arti

suatu objek atau suatu kejadian objektif ditentukan oleh kondisi perangsang dan

faktor orgasme, dengan demikian persepsi antara seorang dengan orang yang

lainnya akan berbeda karena setiap individu mengalami situasi yang berbeda.

Dari beberapa pengertian di atas didapatkan beberapa kata kunci mengenai

persepsi yaitu proses pemaknaan atau memberikan arti, stimulus dari lingkungan,

dan alat indera, jadi persepsi adalah proses dimana seseorang memberikan makna

terhadap stimulus dari lingkungan yang diterima oleh alat indera orang tersebut.

2.2. Stigma

2.2.1. Pengertian Stigma

Stigma adalah fenomena yang sangat kuat yang terjadi di masyarakat, dan

terkait erat dengan nilai yang ditempatkan pada beragam identitas sosial

(Heatherton; 2003).

3
Menurut Chaplin (2004) stigma adalah suatu cacat atau cela pada karakter

seseorang. Sedangkan menurut Green (dalam Cholil; 1997) stigma adalah suatu

ciri negatif yang menempel pada diri pribadi seseorang karena pengaruh

lingkungannya.

Menurut Goffman (dalam Heatherton; 2003) mendefinisikan stigma

sebagai suatu isyarat atau pertanda yang dianggap sebagai “ganggguan” dan

karenanya dinilai kurang dibanding orang-orang normal. Individu-individu yang

diberi stigma dianggap sebagai individu yang cacat, membahayakan, dan agak

kurang dibandingkan orang lain pada umumnya.

Menurut Jones, dkk (dalam Heatherton; 2003) proses stigmatisasi terkait

dengan kondisi pelabelan karena kurang dipercaya atau menyimpang pada

seseorang yang dianggap aneh oleh orang lain. Sedangkan Crocker dkk (dalam

Hatherton; 2003) mendefinisikan stigma “menempatkan beberapa sifat atau ciri

khas, yang menyampaikan identitas sosial yang bertujuan merendahkan diri

seseorang dalam konteks sosial tertentu.

Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan stigma adalah ciri

negatif yang diberikan masyarakat dan dipengaruhi oleh lingkungan. Ciri negatif

ini diberikan kepada seseorang yang dianggap cacat, membahayakan, dan agak

kurang dibandingkan dengan orang lain pada umumnya.

4
2.2.2. Stigmatisasi

Stigma adalah satu cacat atau cela pada karakter seseorang, stigma

merupakan kata benda yang artinya noda, cacat. Sedangkan stigmatisasi adalah

kata keterangan yang artinya merupakan noda, menodai. Jadi perbedaan antara

stigma dan stigmatisasi adalah stigma kata benda sedangkan stigmatisasi kata

keterangan.

Menurut Pfuhl (dalam Simajuntak; 2005) proses pemberian stigma yang

dilakukan masyarakat terjadi melalui tiga tahap yaitu;

1) Proses interpretasi, pelanggaran norma yang terjadi dalam masyarakat tidak

semuanya mendapatkan stigma dari masyarakat, tetapi hanya pelanggaran

norma yang diinterpretasikan oleh masyarakat sebagai suatu penyimpangan

perilaku yang dapat menimbulkan stigma.

2) Proses pendefinisian orang yang dianggap berperilaku menyimpang, setelah

pada tahap pertama dilakukan dimana terjadinya interpretasi terhadap perilaku

yang menyimpang, maka tahap selanjutnya adalah proses pendefinisian orang

yang dianggap berperilaku menyimpang oleh masyarakat.

3) Perilaku diskriminasi, tahap selanjutnya setelah proses kedua dilakukan, maka

masyarakat memberikan perlakuan yang bersifat membedakan (diskriminasi).

5
2.2.3. Akibat Stigma

Dalam Phulf (dalam Simajuntak; 2005) hasil penelitian menemukan ada

beberapa akibat dari stigma yaitu:

1) Stigma sulit mencari bantuan.

2) Stigma membuat semakin sulit memulihkan kehidupan karena stigma dapat

menyebabkan erosinya self-confidence sehingga menarik diri dari masyarakat.

3) Stigma menyebabkan diskriminasi sehingga sulit mendapatkan akomodasi dan

pekerjaan.

4) Masyarakat bisa lebih kasar dan kurang manusiawi.

5) Keluarganya menjadi lebih terhina dan terganggu.

2.3. HIV
2.3.1. Pengertian HIV/AIDS

AIDS (Acruired Immunodeficiency Syndrome) atau disebut dengan

sindroma kehilangan kekebalan sedangkan HIV (Human Immunodeficiency Virus)

yaitu jasad renik yang menyebabkan AIDS. HIV melumpuhkan system kekebalan

tubuh, terutama sel-sel darah putih yang membantu dalam menghadang penyakit

(Hutapea; 2004).

6
2.3.2. Penyebaran HIV/AIDS

HIV paling sering ditularkan melalui hubungan seksual beresiko, terlepas

dari penularan seksualnya. Menurut Davidson (2004) HIV terdapat dalam darah,

sperma, cairan vagina. Dan penularan terjadi jika cairan yang terinfeksi tersebut

masuk kedalam aliran darah. AIDS tidak dapat ditularkan melalui hubungan sosial

atau bahkan dengan tinggal bersama dengan penderita AIDS atau positif HIV,

dengan catatan mencegah terjadinya kontak dengan darah yang terinfeksi.

Kategori perilaku beresiko tinggi, diantaranya: pengguna narkoba suntik,

pengguna jarum suntik yang tidak steril secara bersama-sama, bayi yang

dilahirkan oleh ibu yang positif HIV.

Sedangkan menurut Kaplan (1997) penularan HIV paling sering terjadi

melalui hubungan seksual atau perpindahan darah yang terkontaminasi, seks anal,

seks vaginal dan virus yang terkontaminasi paling mungkin menularkan virus.

Penularan dari darah yang terkontaminasi paling sering terjadi jika seseorang yang

ketergantungan pada zat intravena memungkinkan jarum hipodermik bersama-

sama atau teknik sterililasi yang tepat dan anak-anak dapat terinfeksi in-utera atau

melalui air susu ibu jika ibunya terinfeksi dengan HIV.

2.3.3. Pencegahan HIV/AIDS

Menurut Davidson (2004) pencegahan bisa dilakukan melalui perubahan

perilaku. Para ilmuwan secara umum sepakat bahwa program-program

penggantian jarum suntik atau pembagian jarum suntik secara gratis dan alat

7
suntik, mengurangi penggunaan jarum secara bergantian dan mengurangi

penyebaran infeksi melalui penggunaan narkoba intravera. Fokus utama dalam

mencegah penularan HIV/AIDS melalui hubungan seks adalah mengubah cara-

cara berhubungan seks, seseorang yang dapat menghilangkan kemungkinan

tertular dengan melakukan hubungan monogami dengan hanya satu orang yang

hasil tes HIV-nya negatif. Walaupun demikian pencegahan terbaik adalah

mendorong orang-orang yang berhubungan seksual secara aktif untuk

menggunakan kondom, karena efektivitas kondom dalam pencegahan HIV hampir

90 persen.

2.3.4. Dinamika psikologis penderita HIV/AIDS

Menurut Hutapea (2004) seorang yang menderita HIV/AIDS sering

mengalami masalah-masalah psikologis, terutama kecemasan, depresi, rasa

bersalah (akibat perilaku seks dan penyalahgunaan obat), marah dan dorongan

untuk melakukan bunuh diri. Orang yang tertular HIV/AIDS sering marah kepada

kalangan medis karena ketidakberdayaan mereka menemukan obat atau vaksin

penangkal HIV/AIDS. Mereka juga jengkel terhadap masyarakat luas yang

mendiskriminasikan penderita HIV/AIDS.

Untuk sebagian penderita HIV/AIDS, ketidakpastian nasib pengidap HIV

dan potensi untuk menderita AIDS akan menimbulkan perasaan cemas dan

depresi. Sering dihinggapi perasaan menjelang maut, rasa bersalah akan perilaku

yang membuat infeksi dan rasa diasingkan oleh orang lain. Stress akan ikut

melemahkan sistem imun, yang terlebih dahulu sudah dilumpuhkan oleh HIV.

8
Banyak orang yang tertular HIV/AIDS ditinggalkan oleh teman atau

kekasih mereka. Stress yang disebabkan kehilangan ini pun akan ikut

melemahkan sistem imun mereka.

Dari penjelasan di atas penulis mendapatkan kata kunci dinamika

psikologis yang dialami penderita HIV/AIDS yaitu kecemasan, depresi, rasa

bersalah, marah, dorongan untuk melakukan bunuh diri. Infeksi HIV/AIDS selain

berpengaruh terhadap fisik berpengaruh juga terhadap psikososial seperti status

emosi, perubahan pola adaptasi, perilaku dan fungsi kognitif, perilaku hidup sehat

dan perubahan tujuan.

2.3.5. Stigma Masyarakat Tentang HIV/AIDS

Menurut Merati (dalam Cholil; 1997) stigma utama masyarakat terhadap

penderita HIV/AIDS adalah karena infeksi HIV/AIDS berkonotasi segala macam

bentuk yang “negatif” karena fakta menyebutkan 80% ditularkan melalui hubugan

“seksual”, sisanya adalah pecandu narkoba dengan jarum suntik, PSK (Pekerja

Seks Komersial), istri yang tertular dari suami dan seorang istri yang melahirkan

anak positif HIV. Singkatnya, penderita HIV/AIDS adalah orang yang

pergaulannya bebas (hubungan seks bebas), pecandu narkoba, orang yang

melanggar norma-norma agama dan sosial.

Dari pernyataan di atas penulis menyimpulkan stigma yang diberikan

masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS karena sebagian besar secara norma

sosial dan masyarakat adalah orang yang melanggar norma-norma tersebut

diantaranya adalah PSK, pecandu narkoba dan pengguna jarum suntik.

9
2.3.6. Persepsi Penderita HIV/AIDS Terhadap Stigma Masyarakat

Hasil penelitian Waluyo, dkk (2007) membuktikan bahwa persepsi

penderita HIV/AIDS terhadap stigma yang diberikan kepada penderita HIV/AIDS

bermacam-macam yaitu, menjauhi penderita HIV/AIDS karena pandangan dan

pengetahuan masyarakat sempit tentang penderita HIV/AIDS, penyakit yang tidak

bisa disembuhkan, sangat menular, penyakit yang paling buruk, penyakit sebagai

hukuman dari Tuhan.

Masyarakat memandang penderita HIV/AIDS sebagai orang yang perlu

dihindari. ODHA memang layak terinfeksi HIV karena perilaku yang melatar

belakangi penderita HIV/AIDS. Masyarakat takut dan pada akhirnya mengucilkan

penderita HIV/AIDS. Masyarakat berpikir bahwa penyakit HIV/AIDS adalah

penyakit yang sangat ditakuti, sangat menular dan sangat mematikan.

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa persepsi penderita

HIV/AIDS terhadap stigma yang diberikan masyarakat kepada mereka

diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS,

penyakit tidak bisa disembuhkan, penyakit buruk, penyakit hukuman Tuhan.

ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) layak terinfeksi karena perilaku yang melatar

belakangi mereka.

10
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan Studi Observaional deskriptif dengan pendekatan

desain penelitian Potong Lintang (Cross-sectional) untuk mengetahui Persepsi

ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah ODHA yang terdaftar di Puskesmas Ranai dan

masih menjadi ruang lingkup Wilayah Kerja Puskesmas Ranai yang dilaksanakan selama 7 hari

yaitu pada tanggal 3 Maret 2019 hingga 10 Maret 2019.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Semua ODHA yang terdaftar di Wilayah Kerja Puskesmas Ranai Tahun

2018

3.3.2. Sampel

Semua ODHA yang terdaftar di Wilayah Kerja Puskesmas Ranai tahun

2018 yang masih hidup serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

11
3.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.3.1Kriteria Inklusi

1. ODHA yang terdaftar di wilayah kerja Puskesmas Ranai

2. ODHA yang berusia 20 -60 tahun

3. ODHA yang bersedia menjadi responden penelitian

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi

1. ODHA yang tidak bersedia menjadi responden

2. ODHA yang tidak bisa membaca dan menulis

3.3.4. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses seleksi sampel yang digunakan dalam

penelitian dari populasi yang ada. Proses pengambilan sampel dilakukan setelah

data populasi ODHA yang terdaftar di Wilayah Kerja Pusskesmas Ranai Tahun

2018 adalah sebanyak 11 orang. Dalam penelitian ini, setelah populasi didapatkan,

peneliti mengambil sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling

yaitu teknik yang menjadi salah satu cara untuk mendapatkan subjek penelitian

yang dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu berdasarkan kriteria inklusi

dan ekslusi adalah sebanyak 3 orang

12
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono; 2009) dan menggunakan

model skala Likert sebagai “summated rating method” adalah pernyataan

pendapat yang disajikan kepada responden yang memberikan indikasi pernyataan

setuju atau tidak setuju (Sevilla; 1993). Tiap-tiap pernyataan akan memberikan

gambaran bagaimana individu dalam menanggapi pernyataan tersebut. Setengah

soal adalah disebut positif atau kesetujuan (Favorable) dan setengah lainnya

disebut negatif atau ketidaksetujuan (Unfavorable) (Sevilla; 1993). Untuk itu

instrumen penelitian ini menggunakan skala Likert dengan empat kemungkinan

jawaban yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai.

Setiap individu dapat mempunyai jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban

yang dianggap salah.

Tabel 3.1
Bobot nilai jawaban

Pilihan SS S TS STS
Favorabel 4 3 2 1
Unfavorabel 1 2 3 4

13
3.3.5 Sumber data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden, sedangkan data sekunder

diperoleh dari data yang ada di Puskesmas Ranai yaitu data mengenai jumlah

ODHA dalam ruang lingkup wilayah kerja Puskesmas Ranai.

3.3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian mengunakan suatu

metode (Arikunto; 2006). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang berisi pertanyaan yang mengenai persepsi mereka mengenai

stigma masyarakat tentang ODHA.

Kuesioner yang ada merupukan kuesioner dari penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala,

yaitu:

o Persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat. Mengacu teori Phulf

(dalam Simajuntak; 2005) yaitu proses interpretasi, perilaku menyimpang dan

perilaku diskriminasi.

14
Adapun blue print skala tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2
Blue Print Skala Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jumlah
 Ciri negative 6, 16, 23, 42 8, 13, 49, 50 8
Proses
1
interpretasi  Penyakit kutukan 9, 41 14, 48 4
Tuhan
 Pergaulan bebas 1, 43 3, 45 4
Perilaku  Pengguna
2
menyimpang narkoba 39, 40 46, 47 4
 Melanggar
norma agama 2, 5, 10, 12, 15 4, 7, 11, 22 9

 Perilaku yang 19, 20, 28, 35 17, 18, 21, 29 8


Perilaku kurang baik
3
diskriminasi  Dikucilkan 24, 31, 32, 36 25, 26, 33, 34, 9
27, 38 37
 Dijauhi 27, 38 30, 34 4
Total 25 25 50

Tabel 3.4.
Intepretasi nilai r

Besar nilai r Interpretasi

> 0,9 Sangat reliabel

0,7 - 0,9 Reliabel

0,4 – 0,7 Cukup reliabel

0,2 – 0,4 Kurang reliabel

< 0,2 Tidak reliabel

15
3.3.7. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan

dari penelitian ini, dengan metode statistik untuk mengetahui signifikansi antara

persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat. Pengolahan data dalam

penelitian ini menggunakan Statistik Deskriptif, yaitu untuk mengolah gambaran

umum responden.

3.3.7.1. Pengolahan Data


1. Pemeriksaan Data (Editing)

Memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan.

Kegiatan ang dilakukan meliputi menjumlah dan mengoreksi data. Pada penelitian

ini pemeriksaan data (Editing) dilakukan dengan mengumpulkan semua kuesioner

yang telah diisi oleh responden, jika ada pertanyaan dalam kuesioner belum diisi

maka dikembalikan pada responden untuk dilengkapi, kemudian dilakukan

koreksi pada kuesioner tersebut.

2. Pemberian Kode (Coding)

Coding adalah cara penyerdehanaan jawaban yang dilaksanakan dalam

bentuk simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban.

3. Pemberian Nilai (Scoring)

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan cara pemberian

Nilai untuk favorable (kesetujuan) SS:4, S:3, TS:2, STS:1 dan untuk Unfavorable

(ketidak setujuan) SS:1, S:2, TS:3, STS:4

16
4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna

menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Solving

Penyimpanan data untuk di analisa.

3.3.8. Tahap Analisa Data

Pengelolahan data dilaukan dengan menggunakan metode SPSS . Data

yang sudah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan mengenai

data dan akan disajikan dalam bentuk narasi.

17
BAB 4

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan membahas laporan penelitian, yaitu gambaran umum subjek

penelitian, penyebaran skor hasil instrumen penelitian dan hasil data penelitian.

4.1 karakteristik ODHA

Gambaran umum responden dalam penelitian ini akan diuraikan secara

rinci, yaitu berupa gambaran umum frekuensi dari usia dan gambaran umum

frekuensi dari jenis kelamin. Populasi dalam penelitian ini adalah 11 penderita

HIV/AIDS yang tercatat di Puskesmas Ranai dan sampel penelitian berjumlah 3

penderita HIV/AIDS. Berikut ini adalah tabel gambaran umum responden

berdasarkan jenis kelamin dan Usia.

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 1 33%

Perempuan 2 66%

Jumlah 3 100 %

18
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dipahami bahwa hasil distribusi berdasarkan jenis kelamin

responden perempuan berjumlah 2 orang (66%), sedangkan sisanya berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 1 orang (33%).

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persentase (%)


20-40 Tahun 2 66%

41-60 Tahun 1 33%

Jumlah 3 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dipahami bahwa responden yang berusia 20-40 tahun

sebanyak 2 orang (66%) dan uisa 41-60 tahun sebanyak 1 orang (33%)

4.2. Gambaran Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS


Masyarakat

Berikut ini diuraikan penggolongan kategori dan penyebaran skor persepsi

ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat. Peneliti membagi kategori pada

variabel persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat menjadi dua

yaitu positif dan negatif. Adapun acuan yang dijadikan peneliti untuk membagi

kategori tersebut adalah melalui rentang skor. Perolehan rentang skor tersebut

didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut:

19
Diketahui jumlah item untuk skala persepsi ODHA terhadap stigma

HIV/AIDS masyarakat berjumlah 35 item. Pemberian skor diberikan dari rentang

1-4, sehingga skor terendah didapatkan 81 dan skor tertinggi 121, dengan jarak

rentang skor yaitu pengurangan dari keduanya sebesar 40. Peneliti membagi

kategori menjadi dua bagian yaitu positif dan negatif. Oleh karena itu rentang skor

kategori didapatkan melalui pembagian antar rentang skor dengan jumlah kategori

yaitu sebesar 20. Sehingga didapatkan rentang skor kategori melalui cara sebagai

berikut:

Rentang skor kategori negatif = Skor terendah – (Skor terendah + 20)

= 81 - 101

Rentang skor kategori positif = ((Nilai tertinggi – 20)+1) – Skor tertinggi

= 102 - 121

Berikut ini Tabel 4.5 diuraikan penggolongan kategori dan penyebaran skor

persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat.

20
Tabel 4.2
Persebaran persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase
Negatif 81 – 101 1 33 %
Positif 102 – 121 2 66%

Jumlah 3 100 %

Berdasarkan penggolongan kategori di atas dapat diketahui sebagian besar

subjek penelitian memiliki persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS

masyarakat positif dengan persentase sebesar 66% dan sebanyak 33% subjek

penelitian memiliki persepsi terhadap stigma HIV/AIDS negatif.

4.3. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan pada ODHA yang terdaftar di wilayah kerja

Puskesmas Ranai. Berdasarkan kesimpulan diatas, didapatkan Persepsi ODHA

terhadap Stigma Masyarakat masih menunjukkan nilai negatif . Hal ini terlihat

dari hasil penelitian yang menunjukkan dari 3 responden (66%) memiliki persepsi

positif terhadap stigma masyarakat. Dari hasil tersebut disimpulkan memang

stigma HIV/AIDS yang beredar di Masyarakat telah dirasakan oleh ODHA

sendiri. Berdasarkan penelitian ini juga didapatkan ketiga responden merasa

kualitas hidupnya menurun, dan merasa ingin bunuh diri. Responden juga merasa

terasingkan dan enggan untuk berobat ke Puskesmas ranai. Hal ini perlu dipikrkan

lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA serta efektifitas terapi

yang diberikan Puskesmas Ranai, terlebih dalam menekan penularan HIV/AIDS.

21
Hasil penelitian Waluyo, dkk (2007) membuktikan bahwa persepsi

penderita HIV/AIDS terhadap stigma yang diberikan kepada penderita HIV/AIDS

bermacam-macam yaitu, menjauhi penderita HIV/AIDS karena pandangan dan

pengetahuan masyarakat sempit tentang penderita HIV/AIDS, penyakit yang tidak

bisa disembuhkan, sangat menular, penyakit yang paling buruk, penyakit sebagai

hukuman dari Tuhan.

Masyarakat memandang penderita HIV/AIDS sebagai orang yang perlu

dihindari. ODHA memang layak terinfeksi HIV karena perilaku yang melatar

belakangi penderita HIV/AIDS. Masyarakat takut dan pada akhirnya mengucilkan

penderita HIV/AIDS. Masyarakat berpikir bahwa penyakit HIV/AIDS adalah

penyakit yang sangat ditakuti, sangat menular dan sangat mematikan, karena

kurang diterimanya penderita HIV/AIDS di tengah-tengah masyarakat serta

macam-macam stigma yang diberikan masyarakat membuat ODHA tidak

terbuka.

22
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,

yang terdiri dari: kesimpulan dan saran-saran yang berkenaan dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Didapatkan persepsi postif dari ODHA terhadap stigma HIV/AIDS yang

beredar di masyarakat.

2. Peran serta dukungan dari masyarakat terhadap ODHA memliki arti

penting dalam upaya menhapuskan stigma HIV/AIDS.

5.3.1. Saran

1. Upaya peningkatan pelayanan serta peran petugas kesehatan dalam

memberikan penyuluhan yang benar kepada masyrakat tentang HIV/AIDS.

2. Diharapkan petugas kesehatan lebih dapat memperhatikan psikologis ODHA

guna utuk kepatuhan pasien dalam berkunjung ke Puskesmas Ranai.

3. Meningkatkan layanan konseling guna untuk meningkatkan kualitas hidup

ODHA yang tercatat di Puskesmas Ranai.

23
DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, B; 2004. Konflik dan pengambilan keputusan penderita HIV/AIDS


dalam penggunaan obat ARV, Jakarta: skripsi fakultas psikologi UIN

Chaplin, J.P; 2004. Kamus lengkap psikologi, penerjemah Kartini Kartono,


Jakarta: Raja Grafindo Persada

Davidson. C. G; 2004. Psikologi abnormal edisi ke -9, Jakarta: Erlangga

Davidoff. L. L; 1981. Psikologi suatu pengantar edisi kedua jilid I, Jakarta:


Erlangga

Hasan. I; 2002. Pokok-pokok materi metodologi penelitian dan aplikasinya,


Jakarta: Galia Indonesia

Heatherton. F.T; 2003. The social psychology of stigma, London: the Guilford
press

Helman, S; 2009. Hilangkan Stigma Negatif Penderita AIDS. Bangka Pos: www.
Kabarindonesia.com
Hutapea. R; 2004. AIDS & PMS dan pemerkosaan, Jakarta: Raja Gafindo

Kuontur. R; 2009. Metode penelitian untuk penyusunan skripsi dan tesis, Jakarta:
Galia Indonesia.

Rohana; 2009. Penderita HIV/AIDS naik 500 persen. www. Kompas Online.
Com. 20 januari. 20:30 WIB

Sevilla, Counsuelo; 1993. Pengantar metodologi penelitian, alih bahasa


Alimuddin Tuwu, Jakarta: UI Press

Simajuntak, W; 2005. Upaya mengatasi stigma masyarakat pada narapidana,


Depok: Fakultas psikologi UI

Sugiyono, 2009. Metode penelitian kuantitatif kualitatif R & B, Bandung: Alfa


Beta

Waluyo, A. Nurachmah, E. Rosakawati; 2007. Persepsi pasien HIV/AIDS dan


keluarganya tentang HIV/AIDS dan stigma masyarakat terhadapnnya,
peneliti utama: staf FIK-UI & staf RSK Dharmais

24
LAMPIRAN 10

Skala persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS Masyarakat


PENGANTAR
Saya mahasiswi fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, ingin meminta bantuan saudara/i untuk menjadi responden
dalam penelitian ini, bagi saudara/I yang bersedia, harap terlebih dahulu mengisi
lembar pernyataan kesediaan.
Pada bagian pengisian akan tersedia petunjuk pengisian, maka bacalah
terlebih dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban saudara/i sesuai dengan apa
yang diminta.
Jawaban saudara/i tidak akan dinilai benar atau salah, dan kerahasiaan
jawaban saudara/i akan terjamin. Terimakasih atas kesediaan saudara/I yang telah
meluangkan waktunya guna membantu terwujudnya proses penelitian ini.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama (inisial) :
Usia :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan terakhir : a. SMP b. SMA c. D1 d.D3 e. S1 f. lainnya

Dengan ini saya bersedia menjadi responden


(……………)

A. PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu dari 4 kotak yang saudara/I anggap paling
menggambarkan kondisi saudara/I. tiap kotak tersebut berisi angka yang
mengandung jawaban sebagai berikut:
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Tidak Setuju (TS)
4. Sangat Tidak Setuju (STS)

Contoh:
Pernyataan SS TS STS

Walaupun sebagian masyarakat memandang HIV/AIDS


adalah penyakit kutukan Tuhan tapi saya tidak merasa
demikian

Tidak ada jawaban yang salah. Semua JAWABAN ADAlAH BENAR, selama
menggambarkan Diri Saudara/I.

25
No Pernyataan SS S TS STS
1 saya merasa bahwa masyarakat memandang ODHA
sebagai orang-orang yang melanggar norma agama
2 saya tidak tahu, jika masyarakat memandang negatif
kepada ODHA
3 saya menyadari penyebab penyakit HIV/AIDS karena
melanggar norma agama
4 meskipun sebagian masyarakat memandang ODHA
sebagai orang yang melanggar norma agama, saya tidak
akan membuat generaisasi sebab tidak semuanya
demikian
5 saya merasa nyaman ketika masyarakat memandang
ODHA sebagai penyakit kutukan Tuhan
6 saya merasa kurang nyaman ketika masyarakat
memandang ODHA sebagai orang yang berpergaulan
bebas
7 saya tahu, penderita HIV/AIDS dipandang buruk oleh
masyarakat
8 dipandang kurang baik oleh masyarakat, membuat saya
nyaman
9 saya tidak tahu,ODHA dipandang buruk oleh masyarakat
10 saya merasa senang, ketika masyarakat bisa merubah
pandangan buruk kepada ODHA
11 dipandang kurang baik oleh masyarakat, membuat saya
merasa kurang nyaman
12 saya tidak merasa senang, ketika masyarakat bisa
merubah pandangan buruk mereka kepada ODHA
13 saya tidak merasa bahwa masyarakat menilai ODHA
sebagai orang yang melanggar norma agama
14 saya merasa bahwa masyarakat mengucilkan ODHA
15 walaupun dikucilkan oleh masyarakat, tidak sulit bagi
saya untuk mengembangkan diri
16 saya tidak merasa kalau masyarakat mengucilkan ODHA

26
17 saya mengetahui bahwa sebagian masyarakat
menganggap ODHA layak unuk dijauhi
18 saya menyadari ODHA kurang di terima oleh sebagian
massyarakat
19 saya tidak tahu, jika ODHA dipandang sebelah mata
oleh masyarakat
20 saya merasa tidak senang, ketika
masyarakatmengucilkan ODHA
21 saya merasa keberadaan yayasan cukup membantu
masyarakat supaya tidak megucilakan ODHA
22 saya merasa senang jika masyarakat mengucilkan
ODHA
23 saya tahu, bahwa ODHA dipandang sebelah mata oleh
sebagian masyarakat
24 dikucilkan oleh masyarakat, tidak membuat saya sulit
untk mengembagkan diri
25 Saya merasa sebagian masyarakat menjauhi ODHA
26 Saya tahu, salah satu penyebab HIV/AIDS karena
pengguna narkoba
27 Saya merasa HIV/AIDS adalah penyakit kutukan Tuhan
28 Saya sadar bahwa salah satu penyebab HIV/AIDS
karena pergaulan bebas
29 Saya tidak merasa masyarakat menjauhi ODHA
30 Saya tidak menyadari seks bebas merupakan salah satu
penyebab HIV/AIDS
31 Saya tidak tahu, salah satu penyebab HIV/AIDS karena
pergaulan bebas
32 Dari kasus yang ada, saya tidak menemukan penyebab
HIV/AIDS karena jarum suntik
33 Saya tidak merasa masyarakat memandang penyakit
HIV/AIDS sebagai penyakit kutukan Tuhan
34 Saya tidak tahu, ODHA dipandang buruk oleh
masyarakat
35 Saya tidak merasa masyarakat memberikan pandangnan
negatif kepada ODHA

27

Anda mungkin juga menyukai