Anda di halaman 1dari 21

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kanker leher rahim, atau disebut juga kanker serviks, adalah penyakit keganasan yang
terjadi pada leher rahim. Penyakit ini didahului dengan kondisi lesi pra-kanker leher rahim,
yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker leher rahim sejak
timbulnya displasia hingga menjadi carcinoma membutuhkan waktu yang lama. Perubahan ini
pun terjadi tanpa adanya gejala yang menonjol sebelumnya sehingga membuat wanita yang
mungkin memiliki lesi pra-kanker pada leher rahimnya tidak sadar bahwa mereka sudah
terinfeksi. Penyakit ini meningkat dalam kejadian dan sebagai salah satu penyebab kematian
tertinggi pada wanita usia subur di dunia, serta menjadi masalah kesehatan utama bagi
perempuan Indonesia. Dapat sembuh jika penyakit ini dideteksi pada stadium awal yaitu
dalam tahan lesi pra-kanker.
Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan 7,5 juta orang meninggal akibat kanker dan lebih dari 70% kematian terjadi di
negara miskin dan berkembang. Jenis kanker tertinggi pada wanita di dunia adalah kanker
payudara (38 per 100.000 perempuan) dan kanker leher rahim (16 per 100.000 perempuan).
Lebih dari 250.000 wanita meninggal akibat kanker serviks pada tahun 2005. Data lain
Globocan tahun 2012 menyebutkan kanker di seluruh dunia mencapai 14.067.894 kasus dan
di Asia dilaporkan 312.990 kasus adalah kanker leher rahim, dari jumlah global maupun di
Asia, hingga 50% kasus mengalami kematian. Laporan WHO menyatakan, tiap tahun terjadi
500.000 kasus baru kanker leher rahim di dunia, sekitar 266.000 berakhir dengan kematian,
dan hampir 87% kasus terjadi di negara berkembang (WHO/ICO, 2013). Di negara yang
melum maju, dengan program skrining yang tidak memadai, kejadia lesi pra-kanker leher
rahim (IVA positif) diperkirakan sampai 6x lebih tinggi dibandingkan negara maju, dan 80%
terdeteksi dengan penyakit lanjut.
Di Indonesia prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2013),
serta merupakan penyebab kematian nomor 7 dari seluruh penyebab kematian. Estimasi
insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 40 per 100.000 perempuan dan kanker leher
rahim 17 per 100.000 perempuan. Angka ini meningkat dari tahun 2002. Jenis kanker tertinggi

1
pada pasien rawat inap seluruh Indonesia tahun 2010 adalah kanker payudara (28,7%), disusul
kanker leher rahim (12,8%).
Dengan mempertimbangkan tingginya angka kejadian penyakit kanker serviks, maka,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mencanangkan imunisasi Human Papilloma
Virus (HPV) yang tujuannya adalah memberikan proteksi, terutama wanita, dari kanker
serviks, karena kanker ini dapat dicegah. Imunisasi merupakan bentuk pencegahan primer
untuk berbagai macam penyakit, termasuk kanker serviks dimana tingkat keberhasilan
imunisasi HPV dapat mencapai 100% jika diberikan sebanyak 2x pada anak perempuan usia
9-13 tahun yang merupakan usia sekolah dasar. Kementrian Kesehatan memasukan jadwal
imunisasi HPV kedalam program BIAS kepada anak kelas V dan VI SD yang berlaku sejak
September 2016. Imunisasi HPV diberikan sebanyak 2 dosis, dosis pertama diberikan pada
siswi kelas V dan dosis selanjutnya diberikan pada saat siswi tersebut menginjak kelas VI.
Namun demikian, masih banyak warga yang tidak mengetahui akan manfaat dan tujuan
diadakannya program imunisasi HPV ini sehingga mudah sekali termakan oleh rumor atau
berita yang tidak benar berkaitan dengan pengadaan vaksin ini. Masih ada beberapa penolakan
penyuntikan serta adanya pertanyaan-pertanyaan mengenai efek samping yang mungkin
ditimbulkan dari orang tua murid SD. Hal ini mungkin karena ketidaktahuan informasi
sebelumnya mengenai program vaksinasi tambahan ini. Oleh karena itu diperlukan pembinaan
mengenai tujuan, manfaat, serta efek yang mungkin ditimbulkan dari pemberian imunisasi
HPV.
2 Rumusan Masalah
1 Berdasarkan data dari International Agencies for Research on Cnacer (IARC) tahun
2012, angka insiden rate kanker leher rahim di dunia yaitu 16 per 100.000 perempuan
dengan kasus baru 7,9% dan angka kematian 7,5% per tahun, sedangkan kanker
payudara dengan angka insiden rate 38 per 100.000 perempuan dengan 25,1% kasus
baru dan angka kematian 14,7% per tahunnya.
2 Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar oleh Departemen Kesehatan RI tahun
2013, tingkat insiden rate kanker leher rahim di Indonesia yaitu 14,2 per 100.000
perempuan dengan angka kematian 7 per 100.000 sedangkan pada kanker payudara
mencapai 43.3 per 100.000 perempuan dengan angka kematian 30 per 100.000
perempuan.
3 Menteri Kesehatan RI bersama mencanangkan imunisasi Human Papilloma Virus
(HPV) di seluruh sekolah dasar di DKI Jakarta. Program Nasional ini diberikan

2
sebagai bentuk pencegahan primer kanker leher rahim agar semakin efektif mencegah
terjadinya kanker leher rahim.
4 Kurangnya pengetahuan dan kesadaran orangtua siswi SDN 05 dan 06 mengenai
pentingnya tindakan pencegahan kanker leher rahim dengan vaksinasi Human
Papilloma Virus (HPV).

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran serta persetujuan orangtua murid siswi di
SDN 05-06 RW 06 Kelurahan Kedaung Kaliangke terhadap pentingnya vaksinasi Human
Papilloma Virus (HPV) sebagai upaya pencegahan terhadap kanker leher rahim.
2 Tujuan Khusus
1 Meningkatkan pengetahuan mengenai bahaya dari kanker leher rahim kepada orang tua
murid siswi SDN 05 dan 06 RW 06 Kelurahan Kedaung Kaliangke mengenai
pentingnya vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) sebagai upaya pencegahan
terhadap kanker leher rahim melalui penyuluhan langsung terhadap orangtua murid
siswi SDN 05 dan 06 RW 06 Kelurahan Kedaung Kaliangke.
2 Meningkatkan kesadaran orang tua murid siswi SDN 06 dan 06 RW 06 Kelurahan Kedang
Kaliangke mengenai pentingnya vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) sebagai
upaya pencegahan terhadap kanker leher rahim melalui penyuluhan langsung terhadap
orangtua murid siswi SDN 05 dan 06 RW 06 Kelurahan Kedaung Kaliangke.

4 Manfaat Penelitian
1 Bagi Peneliti
Menambah ketrampilan bagi peneliti melakukan penelitian serta dapat menambah
wawasan tentang kanker leher rahim.
2 Bagi Puskesmas
Sebagai informasi yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan imunisasi dalam program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada murid
SD di seluruh Kelurahan Kedang Kaliangke.
3 Bagi Masyarakat
1 Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran khususnya pada orangtua siswi SDN 05
dan 06 RW 06 Kelurahan Kedaung Kaliangke terhadap pentingnya vaksinasi HPV
sebagai upaya pencegahan terhadap kanker leher rahim.

3
2 Meningkatkan derajat kesehatan khususnya pada kelompok anak-anak usia sekolah
agar terhindari dari infeksi virus Human Papilloma.
5 Sasaran
1 Sasaran Langsung
Seluruh orang tua murid siswi kelas 4 dan 5, SDN 05 dan 06 RW 06 Kelurahan Kedaung
Kaliangke.
2 Sasaran Tidak Langsung
Guru dan Kepala Sekolah SDN 05 dan 06 RW 06 Kelurahan Kedaung Kaliangke
Petugas kesehatan yang bertugas di SDN 05 dan 06 RW 06 Kelurahan Kedaung
Kaliangke
Masyarakat luas lainnya

4
Bab II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks)
Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal/terus menerus dan tidak terkendali,
dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang
disebut sebagai metastasis. Sel kanker bersifat ganas dan dapat menyebabkan kematian, dapat
berasal/tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia. Apabila proses keganasan ini terjadi
pada sel-sel di rahim maka disebut sebagai kanker leher rahim. (buku saku)
Kanker leher rahim merupakan kanker pada perempuan yang menduduki urutan kedua di
Indonesia, sedangkan di negara maju kejadian kanker leher rahim mengalami penurunan.
Infeksi HPV risiko tinggi merupakan awal dari pathogenesis kanker leher rahim. HPV risiko
tinggi merupakan karsinogen kanker serviks, dan awal dari proses karsinogenesis kanker leher
rahim. Proses karsinogenesis melalui tahap lesi prakanker yang terdiri dari Neoplasia
intraepitilial seviks (NIS) I, II,dan III. Lesi prakanker NIS I sebagian besar akan mengalami
regresi, sebagian kecil yang berlanjut menjadi NIS II, dan kemudian berlanjut menjadi kanker
invasive serviks uterus. Penemuan dan pengobatan lesi prakanker akan mencegah terjadinya
kanker serviks. Penurunan kejadian kanker leher rahim di negara maju disebabkan karena
pencegahan primer dan sekunder kanker serviks berjalan dengan baik. Pencegahan primer
kanker serviks adalah upaya mencegah terjadinya infeksi HPV risiko tinggi. Salah satu bagian
dari pencegahan primer adalah pemberian vaksin HPV. Dengan pemberian vaksinasi HPV
akan mengeliminasi infeksi HPV. (2007)
2.2. Penyebab Kanker Leher Rahim
Hampir seluruh kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) pada manusia. Virus ini relative kecil dan hanya dapat dilihat dengan alat mikroskop
electron. Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker, yaitu tipe 16 dan 18 (yang
paling sering dijumpai di Indonesia) serta tipe lain seperti 31, 33, 45 dan lain-lain. (buku saku)
2.3. Perjalanan Penyakit
HPV merupakan faktor inisiator dari kanker serviks yang menyebabkan terjadinya
gangguan sel serviks. Onkoprotein E6 dan E7 yang berasal dari HPV merupakan penyebab
terjadinya degenerasi keganasan. Integrasi DNA virus dengan genom sel tubuh merupakan
awal dari proses yang mengarah transformasi. Integrasi DNA virus dimulai pada daerah E1-2.
Integrasi menyebabkan E2 tidak berfungsi, tidak berfungsinya E2 menyebabkan rangsangan

5
terhadap E6 dan E7 yang akan menghambat p53 dan pRb. Hambaran kedua TSG siklus sel
tidak terkontrol, perbaikan DNA tidak terjadi, dan apoptosis tidak terjadi. E6 akan mengikat
sehingga Tumor suppressor menghentikan siklus sel pada fas G1. Sedanngkan onkoprotein E7
akan menggikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan terlepasnya E2F, yang merupakan faktor
transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa kontrol. Penghentian siklus sel pada fase G1 oleh
p53 bertujuan memberi kesempatan kepada sel untuk memperbaiki kerusakan yang timbul.
Setelah perbaikan selesai maka sel akan masuk ke fase S. p53 menghentikan siklus sel dengan
cara menghambat komplkes cdj-cyclin yang berfungsi merangsang siklus sel untuk memasuki
fase selanjutnya. Jika penghentian siklus sel pada fase G1 tidak terjadi, dan perbaikan tidak
terjadi, maka sel akan terus masuk ke fase S tanpa ada perbaikan. Sel yang abnormal ini akan
terus membelah dan berkembang tanpa kontrol. Selain itu p53 juga berfungsi sebagai
perangsang apoptosis, yaitu proses kematian sel yang dimulai dari kehancuran gen intrasel.
Apoptosis merupakan upaya fisiologis tubuh untuk mematikan sel yang tidak dapat
diperbaiki. Hilangnya fungsi p53 menyebabkan proses apoptosis tidak berjalan. (2007)
2.4. Faktor Risiko
Banyak faktor risiko yang disebut-sebut mempengaruhi terjadinya kanker leher rahim.
a. Perilaku Seksual.
Pada berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa golongan wanita yang mulai
melakukan hubungan seksual pada usia <20 tahun atau mempunyai pasangan seksual yang
berganti-ganti lebih berisiko untuk menderita kanker leher rahim. Faktor risiko lain yang
penting adalah hubungan seksual suami dengan wanita tuna susila (WTS) dan dari sumber
itu membawa penyebab kanker (karsinogen) kepada isterinya. Data epidemiolohi yang
tersusun sampai akhir abad 20, menyingkap kemungkinan adanya hubungan antara kanker
leher rahim dengan agen yang dapat menimbulkan infeksi. Keterlibatan peranan pria
terlihat dari adanya korelasi antara kejadian kanker leher rahim dengan kanker penis di
wilayah tertentu. Lebih jauh meningkatya kejadian tumor pada wanita monogamy yang
suaminya sering berhubungan seksual dengan banyak wanita lain menimbulkan konsek
Pria Berisiko Tinggi sebagai vector dari agen yang dapat menimbulkan infeksi. Banyak
penyebab yang dapat menimbulkan kanker leher rahim, tetapi penyakit ini sebaiknya
digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS). Penyakit kelamin dan
keganasan serviks keduanya saling berkaitan secara bebas, dan diduga terdapat korelasi
non-kasual antara beberapa penyakit akibat hubungan seksual dengan kanker leher rahim.
b. Kontrasepsi.

6
Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan. Kontrasepsi oral yang dipakai
dalam janga panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relative 1,53 kali.
WHO melaporkan risiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
c. Merokok.
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret
atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic
nitrosamines. Pada wanita perokok onsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih
tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks
adalah menurunkan status iman lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
d. Nutrisi.
Antioksidan dapat melindungi DNS/RNA terhadap pengaruh buruk: radikal bebas yang
terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Banyak sayur dan buah mengandung
bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya advokat, brokoli,
kolm wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penilitian ternyata
defisiensi asam folat, vitamin C, vitamin E, beta karoten / retinol dihubungkan dengan
peningkatan risiko kanker leher rahim. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati
(kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang-kacangan). Vitamin C banyak terdapat dalam
sayur-sayuran dan buah-buahan.
e. Hygiene yang buruk.
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini
akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim. Cara penularan
lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang
penderita kanker ini meungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada
peenderita berpindah ke closet.

7
2.5. Gejala Klinis
Gejala kanker leher rahim pada kondisi pra-kanker ditandai dengan fluor albus (keputihan)
merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal ini demikian, pertumbuhan
tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut
sebagai perdarahan kontak) meripakan gejala karsinoma serviks (75-80%). Pada tahap awal,
terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa
betidak teraturannya siklus haid, amenorrhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina
yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang
khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada
tahap lanjut, gejala mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna
kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan
mungkin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi
pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea)
merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang
dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang
menjalar sampai kaki, hematuria, dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
Perdarahan rectum dapat terjadi karena penyebaran sel-sel kanker yang juga merupakan gejala
penyakit lanjut. Pada pemeriksaan Pap smear ditemukan sel-sel abnormal di bagian bawah
serviks yang dapat dideteksi dini melalui Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Sering kali
kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker
serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti pendarahan serta keputihan pada vagina yang
tidak normal, sakit saat buang air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual.
2.6. Pencegahan
Infeksi HPV risiko tinggi merupakan penyebab terjadinya kanker serviks, sehingga tindakan
skrining mengalami pergeseran yang semula ditujukan untuk pencegahan sekunder bergeser
untuk tujuan pencegahan primer. Mencegah terjadinya infeksi HPV risiko tinggi merupakan
pencegahan primer dan dianggap lebih penting, karena pencegahan sekunder memiliki
beberapa kelemahas seperti tidak dapat mencegah terjadinya NIS dan terapi lesi prakanker
baru terdeteksi pada pencegahan sekunder seringkali menimbulkan morbiditas terhadap fungsi
fertilitas pasien.

8
Gambar 1. Pencegahan Kanker Serviks
a. Pencegahan Primer
Pada tahun 2006, sebuah vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait HPV ditetapkan hak
ciptanya, dan akan disusul oleh vaksin lainnya tidak lama lagi. Vaksin terbaru yang
dipatenkan terbukti efektif dalam mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang telah
menyebabkan 70% seluruh kaner serviks, vaksin ini juga efektif dalam mencegah infeksi
HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan hampir 90% seluruh kutil kelamin. Vaksin ini dan
vaksin HPV lainnya masih dalam tinjauan di beberapa negara di seluruh dunia dan akan
menawarkan kesempatan baru untuk mengurangi kanker serviks, yang merupakan kanker
pembunuh wanita nomor 2.
Vaksin ini diberikan sebanyak 3 kali dalam periode 6 bulan. Injeksi kedua setelah 2 bulan
dan injeksi ketiga setelah 4 bulan setelah yang kedua. Di luar vaksin ini direkomendasikan
pada usia 9 26 tahun. Perlu diketahui sebagaimana umumnya vaksin tidak bisa untuk
mengibati infeksi HPV yang sudah ada. Vaksin ini sebaiknya diberikan sebelum seorang
wanita menjadi aktif secara seksual. Sedangkan yang sidah terlanjur aktif akan kurang
memberikan keuntungan. Pemeriksaan skrining HPV juga tidak dibutuhkan sebelum
pemberian vaksin.

9
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder untuk kanker leher rahim lebih ke arah screening untuk
memeriksakan perubahan-perubahan leher rahim sebelum adanya gejala-gejala adalah
sangat penting. Screening dapat membantu dokter mencari sel-sel abnormal sebelum
kanker berkembang. Mencari dan merawat sel-sel abnormal dapat mencegah kebanyakan
kanker serviks. Screening juga dapat membantu mendeteksi kanker secara dini, sehingga
perawatan akan menjadi lebih efektif. Beberapa screening yang dapat digunakan seperti:
- IVA
o IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat) merupakan metode pemeriksaan dengan
mengoles serviks atau leher rahin dengan asam asetat. Kemudia diamati apakah
kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas
dengan harga relative murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika
terlihat tanda yang mencurigakan,maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut
harus dilakukan.
- Pap Smear
o Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat
untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim.Kemudia sel-sel
tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada
infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara
teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker
serviks.
- Kolposkopi
o Jika semua hasil tes ada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau
kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya
untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks
atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi pengambilan sejumlah kecil
jaringan dair tubuh dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera
dimulai.

10
2.7. Pengobatan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara histologic dan
sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi
dan pengamatan lanjutan. Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi
dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita
untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama juka daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan
biopsi. Pengobatan pada lesi prakanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi
(pembakaran, juga disebut diaterma), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang
abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (Look Electrosurgical
Excision Procedure) atau konisasi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh
kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut penderita masih bisa memiliki anak namun bisa
kembali kambuh. Sehingga dianjurkan pemeriksaan ulang dan pap smear setiap 3 bulan
selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki
rencana untuk hamil lagimaka dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Histerektomi
adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan seviks
(total) ataupun salah satunya (parsial). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampa
IIA. Umur pasien sebaiknya sebelum menopause atau bila keadaan umum baik dapat juga
dilakukan pada pasien sebelum berusai 65 tahun. Pasien juga harus terbebas dari penyakit
umum (risiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal, dan hepar.
b. Terapi Penyinaran (Radioterapi)
Bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan nodus
limpa pada pelvis. Kanker serviks stadium IIB, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi.
Metode radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau
paliatif. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai
IIIB. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul maka radioterapi hanya bersifat
paliatif. Terapi radioterapi efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas
pada daerah panggul. Efek samping dari penyinaran adalah iritasi rectum dan vagina,
kerusakan kandung kemih dan rectum dan ovarium berhenti berfungsi.
c. Kemoterapi

11
Merupakan penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau
intramuscular. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan
menghambat perkembangannya. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain,
pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut
pengobatan adjuvant. Beberapa kasus lainnya, pemberian kemoterapi bertujuan untuk
mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh.
Jika kanker melebar luas dan dalam dase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif
untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah
digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum
memberikan keuntungan yang memuaskan.
2.8. Prognosis
Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang butuk tersebut dihubungkan
dengan 85-90% kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasive, stadium lanjut, bahkan
stadium terminal. Selama ini, beberapa cara dipakai menentukan faktor prognosis adalah
berdasarkan klinis dan histopatologis seperti keadaan umum, stadium, besar tumor primer,
jenis sel, derajat diferensiasi sel. Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium
penyakit. Umumnya, five years of survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk
stadium II sekitar 60-80%, staiudm III kira-kira 50% dan untuk stadium IV sebesar 20 -
30%.

12
Bab III
Metodologi Penelitian

3.1 Desain Penelitian


Mini project ini merupakan sebuah penelitian analitik yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama merupakan studi cross-sectional untuk menentukan jumlah siswi kelas 4 dan 5 SDN 05
dan 06 Kelurahan Kedaung Kaliangke serta tingkat pengetahuan, usi, jumlah anak, dan pekerjaan
orang tua siswi, terutama ibu, mengenai vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) di seluruh SDN
Kedaung Kaliangke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 23 Desember 2016 di SDN 05 dan SDN 06
Kelurahan Kedaung Kaliangke dengan mengadakan penyuluhan dan pengadaan tes pada sebelum
dan sesudah dilakukan penyuluhan serta laporan tahunan sekolah SDN 05 dan 06 Kelurahan
Kedaung Kaliangke 2016/2017.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 05 dan 06 RW 03 Kelurahan Kedaung Kaliangke,
Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat tanggal 23 Desember 2016.
3.3 Subjek Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh orang tua siswi SDN 05 dan 06 RW 03
Kelurahan Kedaung Kaliangke, Kecamatan Cengkareng.
b. Sampel Penelitian dan Besar Sampel
Sampel penelitian ini adalah orang tua siswi yang bersekolah di SDN 05 dan 06
RW 03 Kelurahan Kedaung Kaliangke, Kecamatan Cengkareng. Besar sampel
yang diperoleh adalah sebanyak 50 orang tua siswi SDN 05 dan 06 RW 03
Kelurahan Kedaung Kaliangke, Kecamatan Cengkareng.

13
3.4 Protokol Mini Project
M enentukan
rum usan Koordinasi dan
m asalah dengan izin m elakukan Koordinasi
kepala penyuluhan dengan guru
puskesm as dengan Kepala kelas 4 dan 5
Kelurahan sekolah SD N 05 SDN 05 dan 06
Kedaung dan 06
Kaliangke

M elakukan
pengam bilan
data dengan
Pelaporan hasil kuesioner
Pengolahan data
pelaksanaan sekaligus
hasil kuesioner
m ini project intervensi
berupa
penyuluhan
vaksin HPV
Gambar 2. Alur Pelaksanaan Mini Project

3.5 Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui
pengisian kuesioner yang sidah disediakan oleh peneliti secara langsung di lokasi saat
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya vaksinasi HPV dalam
mencegah kejadian kanker leher rahim.
Selain itu pengumpulan data ini juga digunakan data sekunder berupa data geografis, data
demografis, data sumber daya kesehatan, dan data sarana pelayanan kesehatan serta jumlah
murid dari masing-masing sekolah di bawah wilayah kerja Puskesmas Kedaung Kaliangke.
Data diperoleh dari kantor kelurahan Kedaung Kaliangke serta SDN 05 dan 06 Kelurahan
Kedaung Kaliangke.
3.6 Pengolahan Data
1. Editing: Penyuntingan data dilakukan untuk memastikan kelengkapan data yang diperoleh
melalui cara melengkapi setiap kuesioner saat dilakukan pengumpulan data.
2. Coding: Pengkodean data dilakukan dengan cara memberikan angka pada setiap jawaban
yang diperoleh dalam lembar kuesioner pada sebelum dan sesudah penyuluhan.
3. Sorting: Penglompokan data dilakukan dengan cara memisahkan data-data sesuai dengan
pengelompokannya.
4. Data Entry: Data yang diperoleh dimasukan ke dalam program computer berupa
Microsoft Office Excel 2007 serta IBM SPSS Stastics 21.
5. Cleaning: Pembersihan data dilakukan untuk menghindari kesalahan pada taha data entry
seperti kesalahan pengetikan data ataupun data yang ganda dengan cara menelaah kembali
data yang dimasukan ke dalam program komputer.

14
3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh melalui kuesioner akan dianalisa secara deskriptif dan analitik sehingga
diperolek presentase dan hubungan yang menggambarkan pengetahuan dan sikap warga
terhadap upaya peningkatan kesehatan dengan vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) dan
kanker leher rahim. Hasil analisa akan disajikan dalam bentuk tabel.

15
BAB IV

Hasil

4.1. Profil Komunitas Umum


Kelurahan Kedaung Kaliangke merupakan bagian dari Kecamatan Cengkareng yang
terletak di bagian Barat Jakarta. Kelurahan ini memiliki luas wilayah 2,61 km2 dan
berpenduduk lebih dari 11.901 KK. Wilayah kelurahan Kedaung Kaliangke terbagi atas 10
RW. Jumlah penduduk yang tercatat di kelurahan Kedaung Kaliangke ialah sebanyak 36.132
jiwa.
Kelurahan Kedaung Kaliangke sebagian besar wilayahnya terdiri dari pergudangan
dan pabrik. Selain perkantoran dan kantor SAMSAT juga terdapat dua tempat perumahan elite
yaitu perumahan Casa Jardin dan Green Mansion. Kelurahan ini dikelilingi oleh 3 sungai
besar yaitu sungai Cengkareng drain di sebelah barat, sungai Cisadane di sebelah selatan
memisahkan satu bagian wilayah RW yaitu RW 08 dan sungai Angke di sebelah Timur,
sedangkan sisi Utara dilintasi oleh sungai Apuran. Sungai Angke dan Sungai Cisadane adalah
sungai dengan penyumbang banjir terbesar di kelurahan ini hingga tahun 2015.
Dalam bidang pendidikan, terdapat sebuah sekolah tinggi yaitu STT Telkom dan SMK
Tekom Sandi Putra yang berada di kawasan yang sama. Tingkat SLTP hanya ada 2 sekolah
yakni SMPN 132 dan MTSn 11 yang terletak di kawasan Kalimati. Tingkat Sekolah Dasar
terdapat 12 SD Negeri, 1 MI yakni MIS Nurul Mumin dan 1 SD Swasta yaitu SD Al
Mutaqin.
4.2. Data Geografis
Kelurahan Kedaung Kaliangke terletak pada bagian barat Jakarta dengan luas wilayah
2,61 km2. Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Kapuk di sebelah utara, Kelurahan
Wijaya Kusuma di sebelah Timur, Kelurahan Kembangan Utara di sebelah selatan, dan
Kelurahan Cengkareng Timur di sebelah barat.
Lokasi dilakukannya mini project ialah di RW 03 SDN 05 dan 06 Pagi Kelurahan
Kedaung Kaliangke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Batas wilayah dari RW 03 sendiri
adalah RW 02 di sebelah utara, RW 10 di sebelah Timur, RW 06 di sebelah barat, dan Jalan
Daan Mogot di sebelah selatan.
Berikut adalah peta wilayah Kelurahan Kedaung Kaliangke.

16
Gambar 3. Peta Wilayah Kelurahan Kedaung Kaliangke

4.3. Data Demografik


Kelurahan Kedaung Kaliangke mencakup 10 RW yang terdiri dari 97 RT dengan
jumlah KK sebanyak 11.901 dan jumlah penduduk 36.124 jiwa. Kelurahan ini memiliki
kepadatan penduduk 13.840 jiwa/km2. Sebanyak 19.203 jiwa penduduknya merupakan laku-
laki sedangkan 16.821 jiwa penduduknya adalah perempuan. Terdapat warga negara asing
yang berdiam di wilayah Kelurahan Kedaung Kaliangke, 5 orang laku-laki dan 3 orang
perempuan. Jumlah penduduk yang bekerja hanya 24.100 jiwa. Mata pencaharian utama
penduduk Kelurahan Kedaung Kaliangke adalah pedagang dan pemilik rumah makan (9.000
jiwa), lalu karyawan bank (3.400 jiwa) diikuti pertukangan listrik dan air (3.300 jiwa). Usia
penduduk kelurahan Kedaung Kaliangke tersebar secara merata dengan proporsi terbesar usia
produktif.21
Jumlah penduduk RW 05 kelurahan Tegal Alur ialah 6,671 jiwa yang terdiri dari 3,389 laki-
laki dan 3,282 perempuan. Jumlah KK di RW 05 ialah sebanyak 2,108 KK. Jumlah balita di
RW 05 ialah sebanyak 572 balita.21-22
4.4. Fasilitas Kesehatan
Sarana kesehatan di kelurahan Kedaung Kaliangke berupa 1 puskesmas kelurahan, 5
tempat praktek dokter, 2 tempat praktek bidan, dan 16 posyandu. Jumlah tenaga kesehatan dan
non-kesehatan di sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Kelurahan Kedaung Kaliangke
berjumlah 12 orang, terdiri dari 2 dokter umum, 1 dokter gigi, 2 perawat, 1 perawat gigi, 2

17
bidan, 1 apoteker, 2 pegawai TU/loket, dan 1 petugas kebersihan.
Salah satu program kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan
Kedaung Kaliangke ialah program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Bedasarkan
laporan kegiatan puskesmas, program BIAS di Puskesmas Kedaung Kaliangke adalah
melakukan penyuntikan vaksin kepada anak-anak sekolah, terutama kelas 1, 2, 3, 5, dna 6
setiap bulan Oktober hingga Desember pada masing-masing sekolah di dalam wilayah
kerjanya. Sebelum dilakukan vaksinasi ini, orang tua murid dari masing-masing siswa/siswi
akan diberikan surat persetujuan oleh sekolah sebagai pemberitahuan bahwa akan dilakukan
vaksinasi terhadap anaknya. Kegiatan dilakukan oleh perawat dari puskesmas dan dibantu
oleh staf dari puskesmas lainnya.
Pada tahun 2016, Kemenkes baru menambahkan jadwal vaksinasi HPV ke dalam
program BIAS di daerah Jakarta. Pendataan murid yang harus mendapatkan vaksin didata
oleh sekolah dan diberikan ke puskesmas untuk penyediaan vaksinnya. Murid yang
mendapatkan vaksin ini tidak dipungut biaya, hanya dimintakan kesetujuannya untuk
mengikuti program vaksinasi. Setelah itu kertas pesetujuan akan diberikan pada puskesmas
dan siswa/siswi diberikan vaksinasi sesuai kesediaan orang tuanya.
4.4.1. Pelaksanaan Program BIAS di SDN 05 dan 06 Pagi Kedaung Kaliangke
Sekolah Dasar Negeri 05 dan 06 Pagi merupakan sekolah yang tergabung dalam kegiatan
UKS di bawah Puskesmas Kelurahan Kedaung Kaliangke. Dari pemantauan di lapangan,
pelaksanaan kegiatan sebelumnya dilakukan oleh perawat kesehatan yang melakukan
injeksi kepada anak SD sesuai dengan jadwal imunisasinya. Pada bulan Oktober 2016,
BIAS imunisasi HPV dilakukan pada seluruh sekolah dasar di bawah Kelurahan Kedaung
Kaliangke. Namun pihak sekolah mengaku bahwa belum adanya sosialisasi secara jelas
mengenai program vaksinasi HPV ini sehingga kabar-kabar yang tidak benar beredar
secara di antara masyarakat bahwa vaksin yang diberikan tidaklah halal bahkan dapat
menyulitkan untuk mendapatkan keturunan di masa depan. Padahal dari kelurahan sudah
menyampaikan adanya program vaksinasi baru ini kepada setiap perwakilan dari masing-
masing sekolah yang akan didatangi untuk disuntik. Kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah dari SDN 05 dan 06 menyampaikan kekhawatirannya atas berita tersebut dan
orang tua siswi pun menjadi takut akan program vaksinasi HPV untuk mencegah kanker
serviks ini dapat membahayakan anak mereka. Maka dilakukan intervensi agar rumor dan
berita tidak benar mengenai vaksinasi HPV ini tidak semakin meresahkan orang tua siswi

18
berupa penyuluhan mengenai pentingnya vaksinasi HPV dan kanker leher rahim.
Pengetahuan orang tua murid mengenai vaksinasi HPV masih belum terlalu baik sehingga
keresahan akan layaknya pemberian vaksin ini masih dipertanyakan kembali.
4.5. Data Kesehatan Masyarakat
Data kesehatan masyarakat diperoleh melalui kuesioner untuk tingkat pengetahuan orang tua
siswi, sikap orang tua siswi, serta status imunisasi HPV yang diberikan Oktober 2016.
Dilakukan juga penyuluhan masal mengenai vaksinasi HPV dan kanker leher rahim kepada
orang tua siswi setelah pengisian kuesioner. Kunjungan ini dilakukan dan juga ditemani oleh
perawat puskesmas pemegang program UKS. Kunjungan dilakukan pada tanggal 23
Desember 2016 di SDN 05 dan 06 Pagi Kedaung Kaliangke RW 03. Setelah penyuluhan
dilakukan, orang tua siswi dipersilahkan kembali mengisi kuesioner kembali sekaligus
pemberian leaflet sebagai berikut :

19
Gambar 4. Leaflet Vaksinasi HPV dan Kanker Leher Rahim

4.5.1. Tingkat Pengetahuan Orang Tua Siswi SDN 05 dan 06 Pagi Mengenai Vaksinasi
HPV dan Kanker Leher Rahim
Tahu Tidak Tahu
Mengetahui tentang vaksinasi HPV 11 (22%) 39 (78%)
Mengetahui penyakit yang dicegah
Mengetahui diberikan pada siswi
Mengetahui berapa kali vaksinasi
diberikan
Mengetahui kapan vaksin diberikan
Mengetahui penyebab kanker serviks
Mengetahui penularan kanker serviks
Mengetahui gejala kanker serviks
Mengetahui tempat mendapat vaksin
Mengetahui skrining kanker serviks
Tabel 1. Pengetahuan Orang Tua Siswi SDN 05 dan 06 Pagi Mengenai Vaksinasi HPV
dan Kanker Leher Rahim
Dari data mengenai tingkat pengetahuan orang tua siswi mengenai vaksinasi HPV dan
kanker leher rahim menjadi dasar diperlukannya penyuluhan. Sebagian besar orang tua
siswi mengatakan belum mendapat informasi yang lengkap mengenai pemberian vaksinasi
ini
4.5.2. Sikap Orang Tua Siswi SDN 05 dan 06 Pagi Mengenai Vaksinasi HPV
Setuju Tidak Setuju

20
Mengetahui tentang vaksinasi HPV 11 (22%) 39 (78%)
Mengetahui penyakit yang dicegah
Mengetahui diberikan pada siswi
Mengetahui berapa kali vaksinasi
diberikan
Tabel 2. Sikap Orang Tua Siswi SDN 05 dan 06 Pagi Mengenai Vaksinasi HPV
4.5.3. Status Pemberian Imunisasi
Jumlah
Mengetahui tentang vaksinasi HPV 11 (22%)
Mengetahui penyakit yang dicegah
Mengetahui diberikan pada siswi
Mengetahui berapa kali vaksinasi
diberikan

21

Anda mungkin juga menyukai