KISTA OVARIUM
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam
Mengikuti program Dokter Internsip Indonesia
Disusun Oleh :
dr. Heru Pramono
Dokter Spesialis
Dr. H. A. Budi Putra, Sp.OG
: Ny. J
Umur
: 40 tahun
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Alamat
: Sengkati Kecil
Pekerjaan
: IRT
Tanggal Masuk
: 16 Mei 2016
: 11 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Banyak darah
: (+)
3. Abortus
Riwayat KB
Tidak pernah memakai KB
Riwayat Kebiasaan
Merokok (-), minum alkohol (-), minum jamu (-), narkoba (-).
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
: TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Tinggi Badan
: 150 cm
Berat Badan
: 45 kg
BMI
: 20 (normal)
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,50C
Status Generalis
Kepala
Mata
Hidung
Leher
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Auskultasi
Palpasi
: Supel, Nyeri tekan (+) pada regio hipogastrica, hepar dan lien tak
teraba, massa tumor (-)
Perkusi
Ekstremitas
: Tympani
: Akral hangat, edema -/-, CRT < 2s
Status Ginekologis
Inspeksi
Palpasi
: tidak dilakukan
Inspekulo
: tidak dilakukan
Vaginal Touche
: tidak dilakukan
: (-) negatif
Laboratorium Darah
RBC
: 4,33x106uL
WBC
: 7,2,x103uL
Hb
: 12,6 g/dl
HCT
: 35,8 %
PLT
: 194x103uL
CT
: 4 menit
BT
: 1 menit
Golongan Darah
:A
GDS
: 115
Resume :
V. DIAGNOSIS
Kista Ovarium
VII. PROGNOSIS
Ad Vitam
: Dubia ad bonam
Ad Sanam
: Dubia ad bonam
Ad Fungsionam
: Dubia ad bonam
VIII. TERAPI
Kalnex injeksi 3x1 amp
Asam Mefenamat 3x250mg
Inbion 3x1
KB oral
TINJAUAN PUSTAKA
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL
Definisi
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal yang
didalam maupun diluar siklus haid, yang semata-mata disebabkan gangguan fungsional
mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium tanpa kelainan organik alat
reproduksi. PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan perimenopause1.
Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan pada mssa
akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars, penyebab paling mungkin adalah faktor
pembekuan darah dan gangguan psikis1.
Pada masa pubertas sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh
gangguan atau terlambat proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan
releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa
premenopasuse proses terhentinya proses ovarium tidak selalu berjalan lancar2.
Patofisiologi
Pasien
dengan
perdarahan
uterus
disfungsional
telah
kehilangan
siklus
endometrialnya yang disebabkan oleh gangguan pada siklus ovulasinya. Sebagai hasilnya
pasien mendapatkan siklus estrogen yang tidak teratur yang dapat menstimulasi pertumbuhan
endometrium, berproliferasi terus menerus sehingga perdarahan yang periodik tidak terjadi3.
Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium
pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan
metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak
terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasi
endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
Penelitian lain menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan
bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yaitu endometrium atrofik, hiperplastik,
proliferatif dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar.
7
Pembagian endometrium menjadi endomettrium sekresi dan non sekresi penting artinya,
karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan ovulatoar dari yang anovulatoar.
Klasifikasi ini memiliki nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini memiliki
dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan
disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular,
hematologi dan vasomotorik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang
perdarahan anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin2.
Gambaran Klinik
Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan
siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakkan diagnosis
perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka kadang-kadang
bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan
berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan
sebagai etiologiya :
1. Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kehamilan
ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukkan
banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persisten dapat pula
menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur (irregular shedding). Diagnosa
irregular shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut
Mc Lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai
endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe nonsekresi.
2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau
polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh
gangguan LH releasing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial
dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya
didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
3. Apopleksia uteri; pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus.
4. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.
8
Perdarahan anovulatoar
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan
menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang
bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut-pautnya dengan jumlah folikel yang pada suatu
waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia,
dan kemudian diganti oleh folikel-folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh estrogen
tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium
bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan
kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.
Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam kehidupan
menstrual seorang wanita, tapi paling sering pada masa pubertas dan masa premenopause.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa
lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar, pada seorang wanita
dewasa terutama dalam masa premenopasue dengan perdarahan tidak teratur mutlak
diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit
metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor
ovarium dan sebagainya. Disamping itu stress dan pemberian obat penenang juga dapat
menyebabkan perdarahan anovulatoar yang bisanya bersifat sementara2.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan umum dinilai adanya hipo/hipertiroid dan gangguan homeostasis
seperti ptekie, selain itu perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk kearah kemungkinan
penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun dan lain-lain.
Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan
organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan
terganggu)1.
Pemeriksaan penunjang
10
a. Estrogen dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan
berhenti. Dapat diberikan estradiol dipropionat 2,5mg atau estradiol benzoat 1,5mg
secara intramuskular. Kekurangan terapi ini adalah setelah suntikan dihentikan,
perdarah timbul lagi.
b. Progesteron, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar perdarahan fungsional
bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh
estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron
125mg, secara intamuskular atau dapat diberikan peroral sehari norethindrone 15mg
atau medroksi-progesteron asetat (provera) 10mg, yang dapat diulangi. Terapi ini
berguna pada wanita masa puberas.
Androgen
berefek
baik
terhadap
perdarahan
disebabkan
oleh
hiperplasia
endomentirum. Terapi ini tidak boleh diberikan terlalu lama, karena bahaya virilisasi. Dapat
diberikan testosteron propionat 50 mg intramuskular yang dapat diulangi 6 jam kemudian.
Pemberian metiltestosteron peroral kurang dapat efeknya. Androgen berguna pada perdarahan
disfungsional berulang, dapat diberikan metil testosteron 5 mg sehari. Erapi oral lebih baik
dari pada suntikan, dengan pedoman pemberian dosis sekecil-kecilnya dan sependek
mungkin.
Kecuali pada masa pubertas, terapi paling baik adalah dilatase kuretae. Tindakan ini
penting untuk diagnosis dan terapi, agar perdarahan tidak berulang. Bila ada penyakit lain
maka harus ditangani pula.
Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi, dapat
diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat karena sebagian
besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrenisme. Pemberian progesteron saja
berguna apabila produksi estrogen secara endogen cukup. Dalam hubungan hal-hal tersebut
diatas, pemberian estrogen dan progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan, untuk
keperluan ini pil-pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dpat dilakukan mulai hari ke-5
perdrahan terus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progeseteron untuk 7 hari, mulai hari ke
ke-21 siklus haid2.
Pil kontrasepsi dapat menekan pertumbuhan endometrium, mengontrol sifat
perdarahan, menurunkan perdarahan terus-menerus dan menurunkan resiko anemia defesiensi
besi3.
11
12
PEMBAHASAN
Diagnosis pada kasus ini adalah perdarahan uterus disfungsional, hal ini berdasarkan :
1. Anamnesis
menometroragia.
2. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan : Pada palpasi abdomen, terdapat nyeri tekan pada
daerah hipogastrica. Pada inspeksi genitalia, didapatkan perdarahan (+), merah agak
kehitaman, progkol-progkol (-).
3. Pada pemeriksaan penunjang : didapatkan hasil PP test (-) negative.
Sehingga dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas didapatkan beberapa diferensial
diagnosis, yaitu perdarahan uterus disfungsional, kehamilan ektopik, tumor adnexa dan
abortus. Akan tetapi setelah di lakukan pemeriksaan penunjang berupa PP test dengan hasil
negative, maka dapat diambil diagnosis perdarahan uterus disfungsional. Perdarahan
perimenars pada usia ini umumnya terjadi pada siklus anovulatorik, yaitu sebanyak 95-98%.
Seperti yang terjadi pada pasien ini, mengingat keganasan pada pada usia pubertas sangatlah
jarang, keluhan hanya terjadi baru kali ini. Diagnosis anovulasi dan analisa hormonal tidak
perlu dilakukan. Selama perdarahan yang terjadi tidak berbahaya atau tidak mengganggu
keadaan pasien, maka tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Namun bila, terpaksa perlu
diobati misalnya terjadi gangguan psikis atau permintaan pasien, maka dapat diberikan
antiprostaglandin, antiinfamasi steroid, atau asam traneksamat. Pemberian estrogen
progesterone, kontrasepsi hormonal, Gn-RH analog hanya bila dengan pemberian obat-obat
diatas tidak memberikan hasil. Pada PUD perimenars akut, maka penanganannya sama
seperti PUD pada usia reproduksi. Selama siklus haidnya belum berovulasi, kemungkinan
terjadi perdarahan akut berulang tetap ada. Tidak dianjurkan pemberian induksi ovulasi.
Tindakan diatasi dan kuretase hanya merupakan pilihan terakhir.
Pengobatan pada pasien ini adalah
mefenamat 3x500 mg, inbion 1x1 tablet, dan KB oral, keadaan umum pasien ini membaik.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, A., et al., 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Media Aesculapius.
Jakarta.
2. Wiknjosastro, H., 1999. Ilmu Kandungan, Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirorahardjo. Jakarta.
3. Queenan, J. T., Elia, G. F. W., 2004. Dysfuntional Uterine Bleeding. Diakses dari
http://www.emedicine.com/.
4. Rosevear, S. K., 2002. Handbook of Gynaecoligy Management. Blackwell Science.
United Kingdom.
14