Pembimbing
Mayor dr. Margareta Sp.B
dr. TB Yuli Sp.An
dr. Eling Andyani
Disusun Oleh
dr. Hudza Rabbani
RS DKT KENCANA
SERANG
2018
1
Laporan Kasus Hemoroid
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. MW
b. Usia : 21 tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Serda
e. Alamat : Kopasus-Serang
f. Tanggal datang : 9 Maret 2018
g. No . RM : 11.83..xx
2. Anamnesa
a. Keluhan utama
Buang Air Besar berdarah
2
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Tiga tahun yang lalu, pasien pernah bekerja berat seperti mengangkat pasir dan
menimba air.
f. Riwayat Pengobatan
Pertanggal 23 Februari 2018 berobat ke poli bedah dengan Diagnosa Hemoroid
Interna Grade II dengan Hemoroid Eksterna. Pengobatan Anadium dan Ambeven
sebanyak 1x sehari.
Pertanggal 2 Maret 2018 pasien kontrol, dan benjolan mengecil. Pengobatan
Anadium tablet dan Ambeven tablet 1x sehari.
g. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan pasien terlambat makan, makan sambalado, minum dengan jumlah
sedikit, dan jarang makan sayur dan buah segar. Buang air besar tidak rutin, dua
hari sekali
3.Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 21x/menit
Suhu : 36,9oC
Berat / Tinggi Badan : 65kg / 168cm
Indeks Masa Tubuh : 23,04
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata
Palpebra : Edema –/–
Konjungtiva : Anemis -/-
3
Sklera : Ikterik –/–
Pupil : Bulat, isokor
Refleks Cahaya : +/+
Telinga
Bentuk : Normal/Normal
Liang : Lapang
Mukosa : Hiperemis (-)
Serumen : –/–
Hidung
Bentuk : Normal
Deviasi Septum :–
Sekret : –/–
Concha : Hipertrofi –/–, hperemis –/–, oedem –/–
Mulut
Bibir :normal
Lidah : normal
Tonsil : T1–T1 tenang
Mukosa Faring : Hiperemis (–)
Leher
KGB : Tidak terdapat pembesaran
Kel. Thyroid : Tidak terdapat pembesaran
JVP : Tidak meningkat
Thoraks
Paru
Inspeksi : Simetris.
Palpasi : Vocal fremitus simetris
Perkusi : Terdengar sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I–BJ II reguler, murmur (–), gallop (--)
Abdomen
4
Inspeksi : Datar, simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) regio epigasstrium dan hipokondrium dekstra dan
sinistra
Perkusi : Timpani meningkat
Ekstremitas
Akral : Hangat
Sianosis : (–)
Perfusi : Baik
CRT : < 2 detik
Edema : (–)
Status Lokalis
- Inspeksi
Tampak benjolan diluar anus diameter 2×1, warna coklat kemerahan.
- Rectal Touche
Tonus sfingter ani baik, mukosa licin, ampula tidak kolaps, massa (-), nyeri tekan (+)
pada jam 7 dan 10, prostat tidak membesar.
Sarung tangan:Darah (+), lendir (-), feses (+)
5
5. Diagnosis Kerja
Hemoroid Interna Grade II et Hemoroid Eksterna
Diagnosa Banding
Fisura Anii
Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga terjadi pada
karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, fissura
6. Rencana Terapi
1. Tindakan Pembedahan
Hemoroidektomi
2. Farmakologi
a. Cefixim 2x 200mg
b. Ibuprofen 3x 400mg
c. Anadium 3x 1tab
d. Lactulax Syr 3x 10cc
e. Ambeven 3x 1tab
3. Non Farmakologi
a. Mobilisasai bebas
b. Diet Tinggi Serat
c. Minum dengan jumlah cukup (2-2,5 Liter/hari)
d. Rendam dengan Larutan PK pasca BAB
e. Hindari mengangkat benda berat
7. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanantionam : Dubia ad Bonam
6
Lembar Follow Up (Post Op)
Tanggal S O A P
09-03– - Nyeri Keadaan Umum : sakit ringan Post Op Terapi
2018 luka Kesadaran : CM Hemoroidektomi Infus RL 20tpm
post Tanda Vital
oprasi Tekanan darah: 100/80 Monitoring
Nadi : 78 kali/menit Keadaan umum
Pernafasan : 20 kali/menit Tanda vital
Suhu : 360 C Edukasi persiapan
Thoraks OP
Jantung : Farmakologi
o Auskultasi : Vesikuler
+/+, Ronki -/-, Wheezing -/-.
Abdomen :
o Inspeksi : Cembung.
o Auskultasi : Bising
usus (+).
o Palpasi : Supel,
hepar dan lien tidak teraba
7
adanya pembesaran.
o Perkusi : Timpani,
asites (-).
Ekstremitas :
o Akral hangat
o Tidak tampak edema
St. Lokalis :
Tampon (+)
Pus(-)
Darah (-)
Tanggal S O A P
10-03– - Nyeri Keadaan Umum : sakit ringan Post Op Terapi
2018 luka Kesadaran : CM Hemoroidektomi Infus RL 20tpm
post Tanda Vital H+1
oprasi. Tekanan darah: 100/80 Farmakologi
Pasien Nadi : 70 kali/menit Cefixim 2x 200mg
sulit Pernafasan : 19 kali/menit Ibuprofen 3x 400mg
tidur, Suhu : 370 C Anadium 3x 1tab
BAB Thoraks Lactulax Syr 3x 10cc
(-), Jantung : Ambeven 3x 1tab
Flatus o Inspeksi : Iktus kordis tidak
(-) tampak. Non Farmakologi
8
+/+.
o Perkusi : Sonor +/+.
o Auskultasi : Vesikuler
+/+, Ronki -/-, Wheezing -/-.
Abdomen :
o Inspeksi : Cembung.
o Auskultasi : Bising
usus (+).
o Palpasi : Supel,
hepar dan lien tidak teraba
adanya pembesaran.
o Perkusi : Timpani,
asites (-).
Ekstremitas :
o Akral hangat
o Tidak tampak edema
St. Lokalis :
Tampon (+)
Pus(-)
Darah (-)
9
Tinjauan Pustaka
1. Pendahuluan
Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan atau penyulit sehingga
diperlukan tindakan (Sjamsuhidajat R, 2003). Prevalensi Hemoroid yang sebenarnya
tidak diketahui; Namun, bukti terbaru menunjukkan peningkatan prevalensi hemoroid
dari waktu ke waktu. Pada tahun 1990, sebuah studi epidemiologi hemoroid di Amerika
Serikat mengungkapkan tingkat prevalensi 4,4%, sedangkan beberapa laporan di abad ke-
21 dari Korea Selatan dan Austria menghasilkan prevalensi hemoroid pada populasi
dewasa 14,4% dan 38,9% , masing-masing. Diperkirakan bahwa 25% orang Inggris dan
75% warga Amerika akan mengalami hemoroid pada suatu waktu dalam hidup mereka,
terutama pada wanita hamil dan orang dewasa lanjut usia.
Orang dengan keluhan hemoroid, dan mereka yang diduga memiliki hemoroid,
memiliki kecenderungan untuk menggunakan pengobatan sendiri daripada mencari
perhatian medis yang tepat . Secara praktis, kebanyakan pasien dengan hemoroid rendah
dapat secara efektif diobati dengan tindakan non-operatif oleh perawatan primer,
gastroenterologist atau dokter bedah umum dalam pengaturan rawat jalan. Pembedahan
diindikasikan untuk hemoroid tingkat tinggi, atau ketika pendekatan non-operatif telah
gagal, atau komplikasi telah terjadi (Lohsiriwat, 21 Aug 2015).
2. Anatomi
Hemoroid bukanlah varicosities; mereka adalah kelompok jaringan vaskular
(misalnya, arteriol, venula, koneksi arteriolar-venular), otot polos (misalnya, otot Treitz),
dan jaringan ikat yang dilapisi oleh epitel normal dari lubang anus. Bukti menunjukkan
bahwa perdarahan hemoroid adalah arteri dan bukan vena. Bukti ini didukung oleh warna
merah cerah dan pH darah arteri. Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asal anatomi
mereka di dalam lubang anus dan oleh posisi mereka relatif terhadap linea dentate;
dengan demikian, mereka dikategorikan ke dalam hemoroid internal dan eksternal
(Thornton, 2017)
Struktur
Rektum panjangnya 12-15 cm dari sigmoid ke anus. Refleks peritoneum anterior 6-8
cm, posterior 12-15 cm. Katup Houston adalah pelipatan mukosa yang jelas. Fasia
10
Waldeyer adalah septum presakral, fasia Denonvillier adalah septum
rektovesikal/rektovaginal. Dasar pelvis adalah muskulus levator ani (Snell, 2014).
Kanalis analis panjangnya 4 cm dari dasar tepi anal. Linea dentata adalah sambungan
mukokutan,zona transisi diatasnya (squamosa→kuboides→kolumnar). Sfingter interna
adah otot polos sirkular interna involunter yang khusus. Sfingter eksterna adalah unit tiga
bagian yang voluntar dan terdiri dari otot lurik (Snell, 2014).
Vaskularisasi
2. Arteri Rektal media dari iliaka interna, memperdarahi lapisan otot rektal bagian
bawah dan kanalis analis.
3. Arteri Rektal inferior dari pudendalis, memperdarahi Musculus sfingter ani, kanalis
analis bagian bawah dan kulit sekitar anus.
Drainase Vena
Sejajar dengan arteri, berdrainase ke dalam vena porta (rektum atas/tengah) dan
sistemik (rektum bawah/anus). Kompleks hemoroid terdiri dari tiga vena interna dan
eksterna.
11
Anatomy of external hemorrhoid. Image courtesy of MedicineNet, Inc.
Hemoroid eksternal berkembang dari ektoderm dan ditutupi oleh epitel skuamosa,
sedangkan hemoroid internal berasal dari embrio endoderm dan dilapisi dengan epitel
kolumnar mukosa dubur. Demikian pula, hemoroid eksternal dipersarafi oleh saraf
kulit yang memasok daerah perianal. Saraf ini termasuk saraf pudenda dan pleksus
sakralis. Hemoroid internal tidak diberikan oleh saraf sensorik somatik dan karena itu
tidak dapat menyebabkan rasa sakit. Pada tingkat garis dentate, hemoroid internal
berlabuh ke otot yang mendasari oleh ligamentum suspensori mukosa. Bantal vena
hemoroid adalah bagian normal dari anorektum manusia dan timbul dari jaringan
konektif subepitel di dalam saluran anus. Hemoroid internal memiliki 3 bantal utama,
yang terletak di lateral kiri, posterior kanan (paling umum), dan area anterior kanan
dari lubang anus. Namun, kombinasi ini hanya ditemukan pada 19% pasien; hemoroid
dapat ditemukan pada posisi manapun di dalam rektum. Jumbai kecil dapat ditemukan
di antara bantalan utama. Hadir dalam utero, bantal ini mengelilingi dan mendukung
anastomosis distal antara arteri rektal superior dan vena superior vena tengah, dan
inferior. Mereka juga mengandung lapisan otot halus subepithelial, memberikan
kontribusi untuk sebagian besar bantal. Jaringan hemoroid normal menyumbang
sekitar 15-20% tekanan anal yang beristirahat dan memberikan informasi sensorik
12
penting, memungkinkan diferensiasi antara padat, cair, dan gas. Vena hemoroid
eksternal ditemukan secara melingkar di bawah anoderm; mereka dapat menyebabkan
masalah di sekitar lingkar anus. Drainase vena dari jaringan hemoroid mencerminkan
asal embriologis. Hemoroid internal mengalir melalui vena rektal superior ke dalam
sistem portal. Hemoroid eksternal mengalir melalui vena inferior rektal ke vena cava
inferior. Anastomosis yang kaya ada di antara 2 dan vena rektal tengah ini, yang
menghubungkan portal dan sirkulasi sistemik (Thornton, 2017)
3.Fisiologi Anorektal
Fungsi utama dari saluran anorektal ialah untuk mengeluarkan massa feses yang
dibentuk di usus besar dan tidak ikut proses percernaan, hanya menyerap air dan sel
goblet mengeluarkan mucus untuk melicinkan feses. Dalam keadaan normal tidak ada
feses didalam rektum karena ditampung di colon sigmoid sampai waktu akan dikeluarkan.
Proses defekasi adalah proses volunter dan involunter. Proses involunter dilakukan oleh
peristaltik usus yang akan menekan feses menuju colon sigmoid kemudian ke rektum
sehingga akan timbul rangsang defekasi dan diikuti oleh proses volunter, orang aka secara
sadar ke toilet atau menarik napas panjang, menutup glottis, mengejan sehingga tekanan
intra abdominal meningkat dan menekan massa di colon menuju rektum. Pada waktu
bersamaan otot sfingter ani eksternus relaksasi dan feses akan keluar (Sherwood, 2014).
13
4. Patofisiologi Hemoroid
Patofisiologi yang tepat dari hemoroid masih kurang dipahami. Saat ini, hemoroid
adalah istilah patologis yang menggambarkan perpindahan simptomatik dan abnormal
ke bawah dari bantal dubur normal. Sebagai akibat dari perubahan destruktif pada
jaringan ikat pendukung dan sirkulasi darah yang tidak normal di dalam bantalan
dubur, bantalan-bantalan dubur geser memeluk pelebaran abnormal dan distorsi
pleksus hemoroid. Sebuah studi baru-baru morfologi dan hemodinamik pasokan arteri
ke saluran anal mengungkapkan keadaan hiperperfusi pleksus hemoroid pada pasien
dengan hemoroid, menunjukkan disregulasi vaskular dalam jaringan hemoroid. Selain
itu, itu jelas bahwa jaringan hemoroid mengandung sel-sel inflamasi dan microvessels
yang baru terbentuk. Untuk hemoroid prolaps parsial, ini mungkin terkait dengan
prolaps rektal internal. Kesimpulannya, meskipun patofisiologi yang benar dari
perkembangan hemoroid tidak diketahui, kemungkinan akan multifaktorial - termasuk
bantalan anal geser, hiperperfusi pleksus hemoroid, kelainan vaskular, peradangan
jaringan dan prolaps rektum internal (redundansi rektal). Filosofi yang berbeda dari
perkembangan hemoroid dapat menyebabkan pendekatan yang berbeda untuk
pengobatan hemoroid (Lohsiriwat, Treatment Of Hemorrhoids : A coloproctologist's
view, 21 Aug 2015).
Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat) atau perubahan
hemodinamik (selama hamil) menyebabkan dilatasi kronis dari pleksus vena
submukosa. Ditemukan pada posisi jam 3, 7, dan 11 pada lubang anus (Lohsiriwat,
Hemorroids: From basic patholophysiology to clinical management, 2012).
14
Diagram of common sites of major anal and internal hemorrhoids. A: Diagram of common
sites of major anal cushions; B: Common sites of internal hemorrhoids (Lohsiriwat,
Hemorroids: From basic patholophysiology to clinical management, 2012).
Selain itu hemorrhoid juga disebabkan karena :
1. Faktor keturunan
5. Penekanan kembali aliran darah vena, seperti pada kanker dubur, radang
dubur, penyempitan dubur, kenaikan tekanan pembuluh darah porta (di dalam
rongga perut), sakit lever jenis sirosis (mengkerut), lemah jantung, dan limpa
bengkak.
6. Banyak duduk.
8. Episiotomi
12. Peregangan. Ini misalnya terjadi pada seseorang yang suka melakukan
hubungan seksual yang tidak lazim yaitu anogenital (Thornton, 2017).
15
6. Klasifikasi (Lohsiriwat, Treatment Of Hemorrhoids : A coloproctologist's view, 21 Aug
2015)
a. Hemoroid Eksterna
b. Hemoroid Interna
16
7. Gejala Klinis (Amber, 2018)
b. Penderita juga akan merasa ada ganjalan pada anus ketika bab sehingga
penderita akan mengejan yang bisa memperparah hemoroidnya. Hemoroid
yang menonjol keluar mungkin harus dimasukkan kembali dengan tangan
perlahan-lahan atau bisa juga masuk dengan sendirinya.
d. Selain itu biasanya anus akan terasa gatal (pruritus ani) akibat virus dan
bakteri yang membuat infeksi. Rasa gatal bisa terjadi karena sulit untuk
menjaga kebersihan di daerah yang terasa nyeri ini.
8. Diagnosis
Diagnosis hemoroid berdasarkan anamnesis, permeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (Lohsiriwat, Treatment Of Hemorrhoids : A coloproctologist's
view, 21 Aug 2015).
a.Inspeksi
17
setelah anus dilebarkan, dapat ditampilkan fissura ani ataupun pruritus ani bila
ada, demikian pula hemoroid eksterna.
b.Rectal touche
c. Pemeriksaan Penunjang
c.1. Anoskopi
18
laluseluruh lapangan rektum sesuai arah putaran jarum jam. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol ke dalam lumen. Penderita
diminta mengedan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolap lebih nyata.
c.2 Sigmoideskopi
c.3.Kolonoskopi
Pada penderita yang lebih tua, yang disertai riwayat kanker kolorektal atau
gangguan/perubahan kebiasaan defekasi, perlu dilanjutkan dengan
pemeriksaan kolonoskopi untuk memastikan keberadaan neoplasia.
c.4.Laboratorium
19
Current treatment of internal hemorrhoids based on their severity and degree of prolapse. DG-HAL:
Doppler-guided hemorrhoidal artery ligation; SH: Stapled hemorrhoidopexy; PPH: Procedure for
prolapse and hemorrhoids
20
2. Perawatan medis
Tujuan utama perawatan medis adalah mengendalikan gejala hemoroid
akut daripada mengobati hemoroid yang mendasarinya. Ada beberapa obat modern
dan obat tradisional yang digunakan yang tersedia dalam berbagai format termasuk
pil, supositoria, krim. Namun, literatur yang diterbitkan tidak memiliki bukti kuat
yang mendukung keefektifan pengobatan topikal untuk hemoroid simtomatik.
Untuk persiapan oral, flavonoid adalah agen phlebotonic yang paling umum
digunakan untuk mengobati hemoroid. Jelas bahwa flavonoid dapat meningkatkan
tonus pembuluh darah, mengurangi kapasitas vena, menurunkan permeabilitas
kapiler, memfasilitasi drainase limfatik dan memiliki efek anti-inflamasi. Sebuah
meta-analisis besar phlebotonics untuk hemoroid pada tahun 2012 menunjukkan
bahwa phlebotonics memiliki efek menguntungkan yang signifikan pada
perdarahan, pruritus, debit dan perbaikan gejala secara keseluruhan. Phlebotonics
juga meringankan gejala post-hemorrhoidectomy.
21
4.Tindakan Operatif
22
nonsteroid oral dan gabapentin, pemberian topikal sukralfat atau metronidazol, dan
pemberian pasca operasi obat phlebotonic
23
Sementara itu, anopeksia ligasi atau mukopeksi juga terbukti menjadi
alternatif yang baik untuk hemoroidektomi eksisi untuk hemoroid kelas II-III, dengan
waktu operasi yang lebih pendek dan nyeri pasca operasi yang lebih rendah.
Mengingat fakta bahwa ada kemungkinan revaskularisasi dan prolaps berulang,
penelitian lebih lanjut pada hasil jangka panjang dari operasi non-eksisi untuk
hemoroid diperlukan.
10.Prognosa
Kebanyakan hemoroid sembuh secara spontan atau dengan terapi medis
konservatif saja. Namun, komplikasi dapat mencakup trombosis, infeksi sekunder,
ulserasi, abses, dan inkontinensia. Tingkat kekambuhan dengan teknik non-bedah
24
adalah 10-50% selama periode 5 tahun, sedangkan hemoroidektomi bedah kurang dari
5%.
Mengenai komplikasi dari operasi, ahli bedah yang terlatih baik akan
mengalami komplikasi dalam kurang dari 5% kasus. Komplikasi termasuk stenosis,
perdarahan, infeksi, kekambuhan, luka yang tidak sembuh, dan pembentukan fistula.
Retensi urin berhubungan langsung dengan teknik anestesi yang digunakan dan cairan
perioperatif yang diberikan. Membatasi cairan dan penggunaan rutin anestesi lokal
dapat mengurangi retensi urin menjadi kurang dari 5% (Thornton, 2017)
Referensi :
25
World J Gastroenterol. 2015 Aug 21; 21(31): 9245–9252.
Published online 2015 Aug 21. doi: 10.3748/wjg.v21.i31.9245
PMCID: PMC4541377
PMID: 26309351
Abstract
Core tip: Hemorrhoids is a very common anorectal disease defined as the symptomatic
enlargement and/or distal displacement of anal cushions. Apart from abnormally dilated
vascular channel and destructive changes in supporting tissue within anal cushions, there is
emerging evidence that hemorrhoids is associated with hyperperfusion state of anorectal
region and some degree of tissue inflammation. This article comprehensively and thoroughly
reviews the pathophysiology, clinical diagnosis, and current treatment of hemorrhoids -
which includes dietary and lifestyle modification, pharmacological approach, office-based
procedures and operations for hemorrhoids (such as hemorrhoidectomy and other non-
excisional surgery). The management of hemorrhoids in complicated situations is also
addressed.
26
World J Gastroenterol. 2012 May 7; 18(17): 2009–2017.
Published online 2012 May 7. doi: 10.3748/wjg.v18.i17.2009
PMCID: PMC3342598
PMID: 22563187
Abstract
Go to:
INTRODUCTION
Hemorrhoids are a very common anorectal condition defined as the symptomatic enlargement
and distal displacement of the normal anal cushions. They affect millions of people around
the world, and represent a major medical and socioeconomic problem. Multiple factors have
been claimed to be the etiologies of hemorrhoidal development, including constipation and
prolonged straining. The abnormal dilatation and distortion of the vascular channel, together
with destructive changes in the supporting connective tissue within the anal cushion, is a
paramount finding of hemorrhoidal disease[1]. An inflammatory reaction[2] and vascular
hyperplasia[3,4] may be evident in hemorrhoids. This article firstly reviewed the
pathophysiology and other clinical backgrounds of hemorrhoidal disease, followed by the
current approaches to non-operative and operative management.
27
Hemorrhoids
Updated: Jan 18, 2017
Author: Scott C Thornton, MD; Chief Editor: John Geibel, MD, DSc, MSc,
AGAF more...
Background
Hemorrhoids are swollen blood vessels in the lower rectum. They are among the
most common causes of anal pathology, and subsequently are blamed for virtually
any anorectal complaint by patients and medical professionals alike. Confusion often
arises because the term "hemorrhoid" has been used to refer to both normal
anatomic structures and pathologic structures. In the context of this article,
"hemorrhoids" refers to the pathologic presentation of hemorrhoidal venous
cushions.
Hemorrhoidal venous cushions are normal structures of the anorectum and are
universally present unless a previous intervention has taken place. Because of their
rich vascular supply, highly sensitive location, and tendency to engorge and
prolapse, hemorrhoidal venous cushions are common causes of anal
pathology. [1]Symptoms can range from mildly bothersome, such as pruritus, to quite
concerning, such as rectal bleeding.
Although hemorrhoids are a common condition diagnosed in clinical practice, many
patients are too embarrassed to ever seek treatment. Consequently, the true
prevalence of pathologic hemorrhoids is not known. [2] In addition, although
hemorrhoids are responsible for a large portion of anorectal complaints, it is
important to rule out more serious conditions, such as other causes of
gastrointestinal (GI) bleeding, before reflexively attributing symptoms to
hemorrhoids. [3]
In a study of 198 physicians from different specialties, Grucela et al found the rate of
correct identification for 7 common, benign anal pathologic conditions (including anal
abscess, fissure, and fistula; prolapsed internal hemorrhoid; thrombosed external
hemorrhoid; condyloma acuminata; and full-thickness rectal prolapse) was greatest
for condylomata and rectal prolapse and was lowest for hemorrhoidal
conditions. [4] There was no correlation between diagnostic accuracy and years of
physician experience. The investigators found the overall diagnostic accuracy among
the physicians to be 53.5%, with the accuracy for surgeons being 70.4% and that for
the rest of the doctors being less than 50%. [4]
28
29