Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Program Internsip Dokter Indonesia
Wahana RSUD Teungku Peukan Aceh Barat Daya
Oleh:
Dokter Pendamping:
Penyakit jantung yang disebabkan oleh karena kelainan pembuluh darah koroner
disebut penyakit jantung koroner (PJK) yang lebih dikenal dengan sindrom koroner akut.
Penyakit ini menyerang pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung sehingga terjadi
penyempitan pada arteri koroner. Penyempitan arteri ini terjadi akibat adanya proses
aterosklerosis atau spasme ataupun kombinasi keduanya1.
Menurut American Heart Association (AHA), sebanyak 15,5 juta orang berusia di
atas 20 tahun di Amerika Serikat memiliki PJK, sementara prevalensi yang dilaporkan
meningkat seiring bertambahnya usia bagi wanita dan pria 2. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 menunjukkan bahwa prevalensi PJK sebesar 0,5% dari
seluruh pasien penyakit tak menular. Daerah tertinggi berdasarkan diagnosis PJK oleh dokter
ialah Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta dan Aceh masing-masing
(0,7%)3.
Sindrom koroner akut berkaitan dengan patofisiologi secara umum yang diketahui
berhubungan dengan kebanyakan kasus Unstable Angina Pectoris (UAP), infark miokard
tanpa ST elevasi (NSTEMI) dan infark miokard dengan ST elevasi (STEMI) 4. Infark miokard
sendiri dapat didefinisikan sebagai kondisi terjadinya kematian sel miokardium atau otot
jantung yang disebabkan oleh iskemia berkepanjangan, atau tidak tersedianya aliran oksigen
yang cukup untuk sel tersebut5. UAP dan NSTEMI diketahui merupakan suatu
kesinambungan dengan kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis. Diagnosis NSTEMI
ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis Angina Tak Stabil menunjukkan bukti
adanya nekrosis miokard berupa peningkatan penanda biologis jantung6.
Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri dada,yang menjadi salah satu
gejala yang paling sering didapatkan pada pasien yang datang ke IGD, diperkirakan 5,3 juta
kunjungan/tahun. Kira-kira 1/3 darinya disebabkan oleh UA/NSTEMI,dan merupakan
penyebab tersering kunjungan ke Rumah Sakit pada penyakit jantung2.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 63 Tahun
Alamat : Tangan-Tangan
Pekerjaan : Pensiunan
B. ANAMNESIS
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 97x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,8oC
Pemeriksaan Thoraks
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor kiri dan kanan, batas paru-hepar ICS 4 kanan
Auskultasi : BP: vesikular, bunyi tambahan : ronkhi -/-, wheezing -/-
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Batas atas jantung ICS II sinistra
Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ : S I/II murni, regular
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigstrium (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani (+)
Pemeriksaan Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai -/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi:
Hb :15 g/dl
Lekosit : 9.200 / µL
Hematokrit : 40 %
Kesimpulan:
Irama : Sinus
Heart rate : 100 x/menit
Axis : Normoaksis
Gelombang P : 0,2 mV dan 0,08 s
Qs Pattern :-
Kompleks QRS : 0,2 s
PR interval : 0,3 s
ST elevasi :-
ST depresi : tidak ada
T inverted : II, III, aVF, V5 dan V6
Hipertrofi : tidak ada
Kesan:
Infark Miokard Non ST Elevasi Inferolateral
E. DIAGNOSIS KERJA
Chest pain ec Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) dengan
Dislipidemia
F. DIAGNOSIS BANDING
Unstable Angina Pectoris (UAP)
Gastroesofageal Reflux Disease (GERD)
G. PENATALAKSANAAN
Konsul dr. Sp. PD
- O2 nasal kanul 2-4 lpm
- IVFD RL 0,9 % 20gtt/i
- Drips. Omeprazole vial/ 24jam
- Double antiplatelet (Clopidogrel 75mg dan Aspilet 80mg) masing-masing 4 tab
- Atorvastatin tab 1x 20mg
- ISDN 5 mg sublingual, maksimal 3 tablet dalam 15 menit
- Concor 1x2,5 mg
- Vasola (Fondaparinux) 2,5 mg dalam 0,5 cc 1 kali sehari
- Alprazolam 1x0,25 mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung yang sedikit lebih besar dari pada tinju, adalah pompa muskular dengan fungsi
ganda dan pengaturan diri secara otomatis, dan bagian- bagiannya bekerja sama untuk
mengalirkan darah ke berbagai bagian tubuh. Sisi kanan jantng menerima darah yang miskin
akan oksigen (biru) dari tubuh melalui vena cava suprior dan vena cava inferior dan
memompanya ke paru-paru melaui truncus pulmonalis untuk oksigenisasi, sedangkan sisi kiri
menerima darah yang kaya akan kosigen (merah) dari paur-paru dan memompanya ke dalam
aorta untuk disalurkan ke tubuh. Jantung berpetak empat: atrium dextrum dan atrium
sinistrum, serta ventriculus dexter dan ventriculus sinister. Atrium adalah petak menerima
yang memompa darah ke dalam ventriculus, yakni petak penyalur keluar.
Dasar jantung
Tepi kanan, agak cembung, dibentuk terutama oleh ventriculus dexter dan hanya sedikit
oleh ventriculus sinister
Tepi kiri, dibentuk terutama oleh ventriculus siister dan sedikit oleh auricula sinistra
Tepi atas, dibentuk oleh auricula dextra dan auricula sinistra, yakni tempat keluar dan
masuknya pembuluh besar.
Atrium Dextrum. Rongga ini membentuk tepi kanan jantung dan menerima darah venosa
dari vena cava superior dan vena cava inferior serta sinus coronarius. Aurricula dextra adalah
kantong muskular berupa kerucut kecil yang menganjur dari atrium dextrum dan menutupi
aorta ascendens. Sinus coronarius terletak di bagian dorsal sulcus coronarius dan menerima
darah dari vena-vena jantung
Bagian dalam atrium dextrum memiliki bagaian belakang yang licin dan berdinding tipis,
dikenal sebagai sinus venarum cavarum yang menampung kedua venacava dan sinus
coronarius, dan bagian depan yang kasar, lebih berotot, dilengkapi dengan rigi-rigi muskular
(musculi pectinati). Batas luar antara kedua bagian tadi berupa alur vertikal dangkal yang
disbut rigi vertikal yang dikenal sebagai crista terminalis. Vena cava superior bermuara ke
dalam bagian kranial setinggi cartilago costalis III dextra. Vena cava inferior bermuara ke
dalam bagian kaudal, hampir dalam perpanjangan vena cava superior. Muara sinus coronaris
terdapat antara ostium atrioventriculare dextrum dan muara vena cava inferior. Septum
interatriale memisahkan kedua atrium dan pada septum inteatriale terdapat fossa ovalis
sebesar sidik ibu jari lonjong yakni sisa foramen ovale dan katupnya pada janin [lihat Moore
dan Persaud (1993), tercantum pada bacaan yang dianjurkan].
Bagaian dalam ventriculus sinister menunjukkan adanya pematang muskular yang tidak
beraturan dan disebut trabecule carneae, dan sebuah rigi muskular tebal (crista
supraventricularis) yang memisahkan bagaian yang berigi dan muskular terhadap conus
arterosus yang dindingnya licin.
Pintu masuk ventriculus dexter menerima darah dari atrium dextrem melalui ostium
atrioventriculare dextrum yang terletak dorsal dari copus sterni setinggi spatia intercostalia
IV-V;sekeliling ostium atrioventriculare dextrum terdapat cincin berserabut sebagai bagaian
kerangka jantung fibrus yang merupakan tempat lekat bagi katup dan serabut otot (cincin-
cincin kokoh sekeliling keempat lubang lintas jantung utama menahan terjadinya dilatasi
yang mungkin terjadi sewaktu darah dipaksa melaluinya).
Valva trunci pulmonalis terletak setinggi cartilago costalis III; valva trunci pulmonalis
terdiri dari tiga valvula semilunaris yaitu valvua semilunaris anterior, valvua semilunaris
dextra, valvua semilunaris sinistra, masing-masing cekung, jika dilihat dari atas.
Chordae tendinae melekat pada sisi-sisi bebas dan permukaan ventikular ketiga cupsis
valva atrioventricularis dextra; tali-tali berurat ini menghndari terdorrongnya suspis ke dalam
atrium dextrum sewaktu tekanan dalam ventriculus dexter meningkat. Musculus papillaris
membentuk tinjol-tonjol berupa kerucut yang alasnya melekat pada dinding ventriculus,
sedangkan chordae tendinae dilepaskan dari ujungnya. Dalam ventriculus dexter biasany
terdapat musculus papillaris septalis sesuai dengan cuspis valva atrioventricularis dextra.
Septum interventriculare yang terdiri dari bagian berupa selaput (part membrannancea)
dan bagian muskular (pars muscularis), merupakan penyekat kuat yang terletak tak miring
antara ventriculus dexter dan ventriculus sinister (bagian kranniodorsal sekat ini berupa
selaput tipis; pars muscularis septum interventriculare lebih panjang, lebih tebal dan
menonjol ke kanan karena tekanan darah dalam ventriculus sinister yang tinggi).
Trabecula septomarginalis, pita muskular yang lenkung, melintas dari bagian kaudal
septum interventriculare ke alas musculas papillaris anterior; trabecula septomarginalis ini
penting karena di dalamnya terdpat cabang kanan fasciculus atrioventricularis, sebagaian dari
sistem konduksi jantung
Atrium Sinistrum, petak ini membentuk bagian alas jantung terbesar. Auricula sinistra
membentuk bagian kranial tepi kiri jantung
Ventriculus Sinister. Bagian jantung ini membentuk apex cordis, hampir seluruh permukaan
dan tepi kiri, dan permukaan diafragmatik. Karena tekanan darah jauh lebih tinggi dalam
peredaran sistemik dari pada dalam peredaran pulmonal, ventriculus sinister bekerja lebih
keras dari pada ventriculus dextra
Arteria coronaria dextra berasal dari sinus aortae dexter dan melintas dalam sucus
atrioventricularis (sulcus coronarius). Di dekat asalnya arteria coronaria dextra bisanya (kira-
kira 60%) melepaskan satu cabang, yakni ramus nodi sinu-atrialis, yang mangantar darah ke
nodus sinu-atrialis. Arteria coronaria dextra kemudian melintas ke tepi bawah jantung dan
melepaskan ramus marginalis dexter yang melintas ke apex cordis. Setelah melepaskan
cabang tersebut, arteria cornaria dextra mebelok ke kiri dan memasuki sulcus
interventricularis posterior. Di sini dilepaskan ramus interventricularis posterior yag besar
dan menurun ke apex cordis. Cabang ini mengurus pendarahan kedua ventriculus, dan di
dekat apex cordis beranastomosis dengan ramus circumflexus dan ramus interventricularis
anterior dari arteria coronaria sinistra. Di dekat akhirnya, arteria coronaria dextra melepaskan
ramus nodi atrioventricularis yang mengantar darah ke nodus atrioventricularis dan
fasciculus atrioventricularis.
Arteria coronaria sinistra dilepaskan dari sinus aortae sinister dan melintas antara
auricula sinistra dan truncus pulmonalis untuk mencapai sulcus interventricularis anterior.
Pada sekitar 40% dari semua jantung ramus nodi sinu-atrialis berasal dari arteria coronaria
sinistra, lalu menaik pada permukaan dorsal atrium sinistrum ke nodus sinu-atrialis. Cabang
besar arteria coronaria sinistra, yakni ramus interventricularis anterior mengikuti sulcus
cabang tersebut mengitari tepi bawah jatung dan beranatomosis dengan ramus
interventricularis posterior dari arteria coronaria dextra.
Ramus interventricularis dari arteria coronaria dextra. Ramus interventricularis dari
anterior mengurus pendarahan kedua ventriculus dan septum interventriculare. Ramus
circumflexus yang lebih kecil dari arteria coronaria sinistra, mengikuti sulcus
interventricularis, engitari tepi kiri jantung ke permukaan jantung. Ramus circumflexus
melepaskan ramus marginalis yang mengikuti tepi kiri jantung. Ramus cirsumflexus berakhir
sinister dan atrium dan atrium sinistrum. Pada banyak orang ramus interventricularis anterior
memiliki cabang ktiga yang dikenal sebagai ramus diagnalis dan menurun pada permukaan
sternokostal jantung.
Penyaluran Balik Darah dari jantung. Darah dalam jantung terutama disalurkan
melalui vena yang mencurahkan isinya ke dalam sinus coronarius dan untuk sebagian kecil
melaui vena-vena kecil (venae cordis minimae, venae ventriculi dextri anteriores) yang yang
bermuara ke dalam atrium dextrum. Sinus coronarius vena utama jantung, merupakan terusan
pembuluh balik yang lebar dan melintas dari kiri ke kanan dalam bagian dorsal sulcus
atrioventricularis. Sinus coronarius menampung vena cordis magna pada ujungnya di sebelah
kiri, dan vena cordis media dan venae cordis parva pada ujugnya di sebelah kanan. Vena
interventricularis posterior sinistra dan vena marginalis juga bermuara ke dalam sinus
coronarius.
Bagan 2.6
A. Coronaria Sinus aortae dexter Mengikuti sulcus AV,lalu Atrium dextrum, Ramus cicumflexcus dan
dextra melintas ke tepi bawah nodus SA dan AV, ramus IV anterior
(60%)
Ramus Interventr A. coronaria dextra Sulcus IV posterior Ventriculus sinister, Ramus circumflexus,
interventriculare
AV dekat ujung
A. Coronaria Sinus aortae melintasi dalam sulcus AV dan Hampir seluruh A. coronaria
Sinistra Sinister melepaskan ramus intervntricularis ventriculus dan atrium dextra
memperdarahi nodus
AV
Ramus nodi A. coronaria sinistra Menaik pada permukaan dorsal Atrium sinistrum dan
SA
Ramus IV A. coronaria sinistra Melintasi sepanjang sulcus IV Ventriculus dexter, Ramus IV post
Ramus A. coronaria sinistra Melintasi kekiri dalam sulcus Ventriculus sinister A. coronaria
Maginalis Jantung
Penyakit jantung koroner adalah Penyakit dimana pembuluh darah jantung (arteri koronaria)
menjadi sempit,disebabkan oleh peristiwa artherosclerosis.
Disfungsi Endotel
1. Peningkatan permeabilitas
2. Peningkatan adhesi dan infiltrasi monosit
3. Peningkatan sekresi molekul vaso aktif dan inflamasi
4. Peningkatan adhesi dan agregasi trombosit
5. Peningkatan aktivitas proagulan dan gangguan fibrinolisis
Definisi
NSTEMI termasuk sindroma koroner akut yang biasanya (tidak selalu) disebabkan oleh PJK
atherosclerosis,disertai risiko kematian dan M.I (Myocardial Infarction),dari pemeriksaan
angiography dan angioscopy menunjukan bahwa NSTEMI seringkali akibat sobeknya plak
atherosclerotic yang diikuti dengan proses patologis dengan akibat menurunnya atau
berkurangnya aliran arteri coronaria akibat terbentuknya trombus.
Etiologi
Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun menyebabkan pelepasan
penanda nekrosis. Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dihasilkan
dari penyempitan arteri coroner disebabkan oleh thrombusnonocclusive yang telah
dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu.
Faktor Risiko
a. Umur
b. Jenis kelamin
d. Hereditas
e. Ras
Gejala Klinis
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadangkala di epigastrium dengan ciri seperti
diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau
tertekan, dispneu, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas atau
leher.
Patofisiologi
Troponin T atau troponin I merupakan pertanda nekrosis miokard yang lebih disukai,karena
lebih spesifik daripada enzim jantung seperti CK dan CKMB.Pada pasien dengan
IMA,peningkatan awal troponin pada darah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai
2 minggu.CKMB kurang spesifik untuk diagnosis karena juga ditemukan di otot skeletal,tapi
berguna untuk diagnosis infark akut dan akan meningkat dalam beberapa jam dan kembali
normal dalam 48 jam.
Penatalaksanaan
Pasien NSTEMI harus istirahat ditempat tidur dengan pemantauan EKG untuk deviasi
segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi harus dipertimbangkan pada
setiap pasien NSTEMI yaitu:
a. Terapi anti iskemia
1). Nitrat
a) Pertama kali diberikan sublingual atau spray bukal jika pasien mengalami nyeri
dada iskemia.
b) Jika nyeri menetap setelah diberikan nitrat sublingual 3X dgn interval5 menit,
direkomendasikan pemberian nitrogliserin intravena (mulai 5-10 ug/menit).
c) Dimana laju dapat ditingkatkan 10ug/menit tiap 3-5 menit setiap keluhan
menghilang / tekanan sistolik <100 mmHg.
2) Penyekat Beta
b. Terapi antiplatelet
1. Aspirin
2. Clopidogrel
3. Terapi Antikoagulan
Namun,terdapat banyak kerugian UFH termasuk dalam ikatan yang non spesifik dan
menyebabkan inaktivasi platelet, endotel vascular, fibrin, platelet factor 4 dan sejumlah
protein sirkulasi.
Merupakan inhibitor utama pada sirkulasi trombin dan juga pada factor
X sehingga obat ini mempengaruhi tidak hanya kinerja trombin dlmsirkulasi (efek anti
faktor IIa-nya) dan juga mengurangi pembentukan trombin (efek IIa-nya). Keuntungan
praktik obat ini adalah absorbsi yang cepat dan dapat diprediksi setelah pemberian
subkutan.
Komplikasi
a. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan
gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan
gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada
syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 %
atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen miokardium.
b. Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam tubuh.
Faktor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari batas negative
menjadi batas positif. Penyebab kelainan paru yang paling umum adalah:
2) Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia atau terhirupnya bahan - bahan yang berbahaya sepertigas klorin atau gas
sulfur dioksida. Masing-masing menyebabkan kebocoran protein plasma dan cairan
secara cepat keluar dari kapiler.
Definisi
Unstable angina termasuk sindroma koroner akut yang biasanya (tidak selalu) disebabkan
oleh PJK atherosclerosis,disertai risiko kematian dan M.I (Myocardial Infarction),dari
pemeriksaan angiography dan angioscopy menunjukan bahwa unstable angina seringkali
akibat sobeknya plak atherosclerotic yang diikuti dengan proses patologis dengan akibat
menurunnya atau berkurangnya aliran arteri coronaria akibat terbentuknya thrombus.
Gambaran Klinis
Keluhan pasien umumnya baru berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina yang
bertambah dari biasa.Nyeri dada dengan lokasi di substernal atau sedikit di kirinya,dengan
penjalaran ke leher rahang,bahu,punggung,satu atau kedua lengan.Nyeri dada dapat disertai
keluhan sesak napas,mual sampai muntah,kadang-kadang disertai keringat dingin.
Patogenesis
Ruptur Plak
Ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab terpenting angina pectoris tak stabil,sehingga
tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh koroner yang sebelumnya
mempunyai penyempitan yang minimal.Dua pertiga dari pembuluh yang mengalami ruptur
sebelumnya mempunyai penyempitan 50% atau kurang,dan pada 97% pasien dengan angina
tak stabil mempunyai penyempitan kurang dari 70%.Plak aterosklerotik terdiri dari inti yang
mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotik (fibrotic cap).Plak yang tidak
stabil terdiri dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel
makrofag.Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang normal
atau pada bahu dari timbunan lemak.Kadang-kadang keretakan timbul pada dinding plak
yang paling lemah karena adanya enzim protease yang dihasilkan makrofag dan secara
enzimatik melemahkan dinding plak (fibrous cap).Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi
terbentuknya thrombus.Bila thrombus menutup pembuluh darah 100% akan terjadi infark
dengan elevasi segmen ST,sedangkan bila thrombus tidak menyumbat 100%,dan hanya
menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angina tak stabil.
Agregasi platelet dan pembentukan thrombus merupakan salah satu dasar terjadinya angina
tak stabil.Terjadinya thrombosis setelah plak terganggu disebabkan karena interaksi yang
terjadi antara lemak,sel otot polos,makrofag dan kolagen.Inti lemak merupakan bahan
terpenting dalam pembentukan thrombus yang kaya trombosit,sedangkan sel otot polos dan
sel busa (foam cell) yang ada dalam plak berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam
plak tak stabil.Setelah berhubungan dengan darah,faktor jaringan berinteraksi dengan faktor
VIIa untuk memulai kaskadereaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan thrombus dan
fibrin.Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel,terjadi agregasi platelet dan platelet
melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih luas,vasokontriksi dan
pembentukan thrombus.Faktor sistemik dan inflamasi ikut berperan dalam perubahan
terjadinya hemostase dan koagulasi dan berperan dalam memulai thrombosis yang
intermiten,pada angina tak stabil.
Vasospasme
Terjadinya vasokontriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak stabil.Diperkirakan
adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh platelet berperan dalam
perubahan dalam tonus pembuluh darah dan menyebabkan spasme.Spasme yang
terlokalisasir seperti pada angina Printzmetal juga dapat menyebabkan angina tak
stabil.Adanya spasme seringkali terjadi pada plak yang tak stabil,dan mempunyai peran
dalam pembentukan thrombus.
Terjadi penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya proliferasi dan migrasi dari otot
polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel,adanya perubahan bentuk dan lesi karena
bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan penyempitan pembuluh dengan cepat dan
keluhan iskemia.
Rest Angina
Angina yang terjadi pada keadaan istirahat,biasanya berlangsung lebih dari 20 menit.
Increasing angina
Gejala Klinis
Patogenesis
Faktor Risiko
Hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, merokok, stress, serta riwayat penyakit jantung
Definisi
Angina pektoris stabil adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia miokardium.
Gejala klinis
Canadian cardivascular society grading scale biasanya dipakai untuk menilai beratnya angina
pectoris.
Klas I :Aktivitas sehari-hari seperti jalan kaki,berkebun,naik tangga 1-2 lantai dan lain-lain
tak menimbulkan nyeri dada.Nyeri dada baru timbul pada latihan yang berat,berjalan cepat
serta terburu-buru waktu kerja atau berpergian.
Klas II : Aktivitas sehari-hari agak terbatas,misalnya angina pectoris timbul bila melakukan
aktivitas lebih berat dari biasanya,seperti jalan kaki 2 blok,naik tangga lebih dari 1 lantai atau
terburu-buru,berjalan menanjak atau melawan angina dan lain-lain.
Klas III : Aktivitas sehari-hari nyata terbatas,angina pectoris timbul bila berjalan 1-2
blok,naik tangga 1 lantai dengan kecepatan biasa.
Klas IV : Angina pectoris timbul waktu istirahat sekalipun,hampir semua aktivitas dapat
menimbulkan angina,termasuk mandi,menyapu dan lain-lain.
Faktor Risiko
Penyakit jantung yang disebabkan oleh karena kelainan pembuluh darah koroner disebut
penyakit jantung koroner (PJK) yang lebih dikenal dengan sindrom koroner akut. Penyakit ini
menyerang pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung sehingga terjadi penyempitan
pada arteri koroner. Prognosis pada sebagian besar pasien yang mendapatkan tata laksana yang
adekuat cenderung baik dan tanpa disertai komplikasi. Namun komplikasi juga dapat terjadi
pada pasien. Komplikasi ini dapat ditemukan pada minggu pertama atau kedua pasca serangan
infark, baik pada saat pasien masih dalam rawatan rumah sakit atau setelah pasien lepas
rawatan. Pada beberapa kasus komplikasi ini dapat berujung kematian.
DAFTAR PUSTAKA
1. CDC. Coronary Artery Disease. Centers for Disease Control and Prevention.
2021.
2. Khan MA, Hashim MJ, Mustafa H, Baniyas MY, Al Suwaidi SKBM,
AlKatheeri R, et al. Global Epidemiology of Ischemic Heart Disease: Results
from the Global Burden of Disease Study. Cureus. 2020;12(7).
3. Dasar RK. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. 2013;