PNEUMONIA
Disusun Oleh:
Pembimbing :
KOTA MEDAN
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Definisi......................................................................................................3
2.2 Epidemiologi.............................................................................................3
2.3 Klasifikasi..................................................................................................4
2.4 Etiologi......................................................................................................5
2.5 Patogenesis................................................................................................6
2.6 Manifestasi Klinis.....................................................................................8
2.7 Diagnosis...................................................................................................8
2.8 Diagnosis Banding..................................................................................10
2.9 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................11
2.10 Komplikasi...........................................................................................12
2.11 Penatalaksanaan...................................................................................12
2.12 Pencegahan..........................................................................................16
2.13 Prognosis.............................................................................................16
BAB 3 LAPORAN KASUS..................................................................................17
BAB 4 KESIMPULAN..........................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kejadian pneumonia cukup tinggi di dunia, yaitu sekitar 15% - 20%. 1 Pada
usia lanjut angka kejadian pneumonia mencapai 25 - 44 kasus per 1000 penduduk
setiap tahun.2 Insiden pneumonia komunitas akan semakin meningkat seiring
dengan pertambahan usia, dengan 81,2% kasus terjadi pada usia lanjut. 2,3
Penderita pneumonia komunitas usia lanjut memiliki kemungkinan lima kali lebih
banyak untuk rawat inap dibandingkan dengan penderita pneumonia komunitas
usia dewasa. Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor lima pada usia
lanjut.1,2
1
Proses peradangan pada pneumonia mengakibatkan produksi sekret
meningkat dan menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul
bersihan jalan napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan
ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.2,4 Dari pernyataan diatas, penulis akan
menelaah laporan kasus mengenai pneumnonia.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
3
sekitar 922.000 balita tahun 2015. Dari tahun 2015- 2018 kasus pneumonia yang
terkonfimasi pada anak-anak dibawah 5 tahun meningkat sekitar 500.000 per
tahun, tercatat mencapai 505.331 pasien dengan 425 pasien meninggal. Dinas
Kesehatan DKI Jakarta memperkirakan 43.309 kasus pneumonia atau radang paru
pada balita selama tahun 2019.2
2.3 Klasifikasi
4
Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium) dan
jaringan peribronkial serta interlobular.3,4
2.4 Etiologi
2.5 Patogenesis
5
pertahanan paru. Adanyanya bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan
antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit.4,5
6
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN
dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuk
antibodi. Sel-sel PNM mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan
bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis sistoplasmik mengelilingi bakteri
tersebut kemudian terjadi proses fagositosis. pada waktu terjadi perlawanan antara
host dan bakteri maka akan nampak empat zona (Gambar 2.2) pada daerah pasitik
parasitik terset yaitu : 1) Zona luar (edama): alveoli yang tersisi dengan bakteri
dan cairan edema; 2) Zona permulaan konsolidasi (red hepatization): terdiri dari
PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah; 3) Zona konsolidasi yang luas (grey
hepatization): daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak; 4) Zona resolusi E: daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak
bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.5
2.7 Diagnosis
a. Batuk-batuk bertambah
b. Perubahan karakteristik dahak/purulen
7
c. Suhu tubuh > 38C (aksila) /riwayat demam
d. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial
dan ronki
e. Leukosit > 10.000 atau < 4500 12,13
8
CURB-65 merupakan model skor yang direkomendasikan oleh British Thoracic Society (BTS) berdasar pada lima gambaran
klinik utama yang sangat praktis, mudah diingat dan dinilai. Skor ini juga telah divalidasi walaupun dengan jumlah sample yang lebih sedikit
dibandingkan dengan PSI. Kelebihan skor CURB-65 adalah penggunaannya yang mudah dan dirancang untuk lebih menilai keparahan
penyakit dibandingkan dengan PSI yang menilai risiko mortalitas. Skor CURB-65 lebih baik dalam menilai pasien pneumonia berat dengan
risiko mortalitas tinggi. Walaupun skor CURB-65 mudah digunakan tetapi kurang dalam menilai tanda vital dan kadar oksigen yang menjadi
kekurangan mengingat pentingnya penilaian cepat terhadap oksigenasi pada pasien saat datang ke ruang gawat darurat.
5,7
Karakteristik Skor
Penurunan kesadaran 1
Urea nitrogen darah > 20 mg per dL (7.14 mmol per L) 1
Laju pernapasan ≥ 30 x per menit 1
Tekanan darah (sistolik < 90 mm Hg atau diastolik ≤ 60 mm Hg) 1
Usia ≥ 65 tahun 1
2.8.2 Atelektasis
9
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang
tidak mengandung udara dan kolaps.8
2.8.4 Bronkitis
2.9.1 Radiologi
2.9.2 Laboratorium
10
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED
meningkat.8
2.9.3 Mikrobiologi
2.10 Penatalaksanaan
11
mungkin diperlukan pada gagal napas. Bila demam atau nyeri pleuritik dapat
diberikan antipiretik analgesik serta dapat diberika mukolitik atau ekspektoran
untuk mengurangi dahak.10
12
Terapi pasien rawat jalan
1. Sebelumnya sehat dan tidak menggunakan antibiotik dalam 3 bulan
sebelumnya
a. Makrolid
b. Doxicilin
2. Ada komorbid (penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, alkhol, keganasan,
asplenia, obat immunospresi, antibiotik 3 bulan sebelumnya)
a. Fluoroquinolon respirasi (moxifloxacin, gemifloxacin/ levofloxacin 750
mg)
b. β lactam + makrolid
3. Pada daerah dengan angka infeksi tinggi dan dengan resisitensi tinggi
makrolid terhadap S.pneumoniae , dipertimbangkan antibiotik sesuai poin 2.
13
pemberian fluroquinolon antipneumococcal intravena saja. Begitu juga panduan
penatalaksanaan yang dikeluarkan oleh Infectious Diseases Society of America
(IDSA) menganjurkan pemberian cephalosporin ditambah makrolide atau
βlactam/β-lactamase inhibitor ditambah makrolide atau fluroquinolon saja.4,7
a. Dosis kurang
Dosis suatu antibiotika seringkali bergantung dari tempat infeksi, walaupun
kuman penyebanya sama. Sebagai contoh dosis penisilin G yang diperlukan
untuk mengobati meningitis oleh Pneumococcus jauh lebih tinggi daripada
dosis yang diperlukan untuk pengobatan infeksi saluran napas bawah yang
disebabkan oleh kuman yang sama.7
b. Masa terapi yang kurang
Konsep lama yang menyatakan bahwa untuk setiap jenis infeksi perlu
diberikan antimikroba tertentu selama jangka waktu tertentu kini telah
ditinggalkan. Pada umunya para ahli cenderung melakukan individualisasi
masa terapi, yang sesuai dengan tercapai respon klinik yang memuaskan.
Namun untuk penyakit tertentu seperti tuberkulosis paru tetap dipertahankan
masa terapi yang cukup walaupun perbaikan klinis cepat terlihat.7
c. Kesalahan dalam menetapkan etiologi
Demam tidak selalu disebabkan oleh kuman, virus, jamur, parasit, reaksi obat,
dan lain-lain dapat meningkatkan suhu badan. Pemberian antibiotika yang
lazim diberikan dalam keadaan ini tidak bermanfaat.5,7
14
d. Pilihan antibotika yang kurang tepat
Suatu daftar antibiotika yang dinyatakan efektif dalam uji sensitivitas tidak
dengan sendirinya menyatakan bahwa setiap antibiotika akan memberikan
aktivitas klinik yang sama. Disini dokter harus dapat mengenali dan memilih
antibiotika yang secara klinis merupakan obat terpilih untuk suatu kuman
tertentu. Sebagai contoh obat terpilih untuk infeksi S. faecalis adalah
ampisilin, walaupun secara in vitro kuman tersebut juga dinyatakan sensitif
terhadap sefamandol atau gentamisin.8,9
e. Faktor pasien
Keadaan umum yang buruk dan gangguan mekanisme pertahanan tubuh
(selular dan humoral) merupakan faktor penting yang menyebabkan gagalnya
terapi antibotika. Sebagai contoh obat imunosupresan, AIDS.8,9
2.11 Pencegahan
2.12 Prognosis
Kejadian PK di Amerika Serikat adalah 3,4-4 juta kasus per tahun, dan
20% diantaranya perlu dirawat di RS. Secara umum, angka kematian pneumonia
oleh pneumokokkus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat pada lanjut usia
dengan kondisi yang buruk. Pneumonia dengan influenza di Amerika Serikat
merupakan penyebab kematian terbesar ke-6 dengan kejadian sebesar 59%.
Sebagian besar pada lanjut usia, yaitu sebesar 89%. Mortalitas pasien PK yang
15
dirawat di ICU adalah sebesar 20%. Mortalitas yang tinggi ini berkaitan dengan
faktor modifikasi yang ada pada pasien.3,4,9
2.13 Komplikasi
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
16
Nama : Ny. MS
Usia : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Waktu Pemeriksaan : 18 Agustus 2021
KELUHAN UTAMA
Sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 hari yang lalu SMRS
17
Riwayat asma, diabetes mellitus, penyakit jantung, rhinitis alergi, alergi makanan
dan obat-obatan disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien baru diberikan obat oleh dokter spesialis penyakit dalam. Obat yang
diberikan sperti Paracetamol, ambroxol. Selebihnya pasien lupa
Riwayat Alergi
Riwayat Kebiasaan/Psikososial
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kepala-leher
18
- Mata
o OD : Bentuk normal, Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat dengan
diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)
o OS : Bentuk normal, Konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik,
palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat dengan
diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)
- Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret,
tidak ada serumen
- Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada
secret
- Mulut : Mulut: Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir
lembab, lidah tidak kotor, arkus faring simetris, letak uvula di tengah, faring
tidak hiperemis, tonsil T1-T1, mukosa mulut tidak ada kelainan
- Leher : Tidak ada pembesaran KBG
Thorax
Inspeksi
- Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris
- Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-1, vena
kolateral (-), massa (-).
- Iga dan sela iga : Pelebaran ICS (-)
- Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis : cekung, simetris kiri dan
kanan
- Fossa jugularis : Tidak tampak deviasi
- Tipe pernafasan : Torako-abdominal
Palpasi
- Trakea : Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea
parasternal sinistral. Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
- Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan
19
- Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi:
- Bentuk : Simetris
- Umbilicus : Masuk merata
- Permukaan Kulit : Tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-),massa
(-), vena kolateral (-), papula (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-),spider
navy (-).
- Distensi (-)
- Ascites (-)
Auskultasi
Perkusi
20
- Nyeri ketok (-)
Palpasi
Ektremitas
Akral hangat : + +
+ +
Edema : - -
- -
Deformitas : - -
- -
Sianosis : - -
- -
Clubbing Finger : - -
- -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
21
2. Pemeriksaan Darah Rutin
3. Pemeriksaan Elektrolit
22
4. Pemeriksaan Metabolisme Karbohidrat
5. Pemeriksaan Radiologi
23
24
DIAGNOSIS KERJA
Kuratif :
1. Terapi Medikamentosa
- IVFD RL 15 tts/mnt
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Azitromisin 1 x 500 mg
- Vit C 2 x 500 mg
- Vit E 1 x 1
- Prove D 1 x 1
- Nasetil Sistein 3 x 200 mg
- Zink 2 x 20 mg
2. Terapi non-medikamentosa
- Menjaga daya tahan tubuh, menjaga kebersihan, tidak merokok, tidak
mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan,
- Menerapkan etika batuk dan bersin
KONSELING
1. Penyakit yang diderita adalah penyakit pneumonia yang menular dan bisa
disembuhkan
2. Menjelaskan kepada os tentang gejala-gejala pada penyakit pneumonia dan
risiko penyulit yang mungkin terjadi
25
3. Menganjurkan pasien agar menjaga higienisitas, mencegah penularan, dan
pola rawatan.
4. Menganjurkan pasien agar rutin mengonsumsi obat-obat yang diberikan
dokter
5. Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
FOLLOW UP
S/ Sesak Napas
Demam (+)
Batuk (+)
Pasien Rawat di Isolasi
O/ KU Kes TD Nd Nf T SpO2
Lemah CMC 130/70 120 30 37,9 7
26
Labor (19/8/2021)
27
Tanggal 20 Agustus 2021 Jam 08.00 Wib
S/ Sesak Napas
Batuk (+)
PCR (-)
Pasien Pindah rawat di flamboyan 2
O/ KU Kes TD Nd Nf T SpO2
Lemah CMC 120/70 110 32 37,5 78
28
Tanggal 21 Agustus 2021 Jam 08.00 Wib
S/ Sesak Napas, makin memberat
Batuk (+)
O/ KU Kes TD Nd Nf T SpO2
Lemah CMC 120/70 115 36 37 76
29
IVFD RL 20 tt/mnt
Inf. Levfloxacin 500 mg/24 j
Transamin 3 x 500 mg
Furosemid 20 mg/8 jam
Ambroxol 30 mg tab 3x1
Cefixime 2 x 200 mg
KFR 1 x 600 mg
Neurodex 1 x 1
30
Labor 23/8/2021
31
Sepsis ec pneumonia
Fibrosis Berat
P/ O2 8-10 L/mnt NRM \
IVFD RL 20 tt/mnt
Inf. Levfloxacin 500 mg/24 j
Transamin 3 x 500 mg
Furosemid 20 mg/8 jam
Ambroxol 30 mg tab 3x1
Cefixime 2 x 200 mg
KFR 1 x 600 mg
Neurodex 1 x 1
Inj. Resfar 8 ml/24 jam
Cek D-Dimer + AGD
Labor 24/8/2021
32
Tanggal 25 Agustus 2021 Jam 08.00 Wib
S/ Sesak Napas (+) menurun
O/ KU Kes TD Nd Nf T SpO2
Lemah CMC 130/70 100 26 36,5 90-95%
D-dimer : 1198 (↓)
AGD : Alkalosis Respiratorik
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen : BU (+) normal
A/ Respiratory Distress
Sepsis ec pneumonia bilateral
Fibrosis Berat
P/ CPAP 10-12 L/mnt NRM SpO2 92-93%
IVFD RL 20 tt/mnt
Inf. Levfloxacin 500 mg/24 j
Inj. Cefotaxim 1 gr/8j
Inj. Heparin 5000 IU/24J
Inj. Resfar 8 ml/24 (H3)
Inj. Furosemid 20 mg/12J
Ambroxol 30 mg 3x1
KSR 1 x 600 mg
Neurodex 1x1
33
Sepsis ec pneumonia bilateral
Fibrosis Berat
P/ CPAP 10-12 L/mnt NRM SpO2 92-93%
IVFD RL 20 tt/mnt
Inf. Levfloxacin 500 mg/24 j
Inj. Cefotaxim 1 gr/8j
Inj. Heparin 5000 IU/24J
Inj. Resfar 8 ml/24 (H3)
Inj. Furosemid 20 mg/12J
Ambroxol 30 mg 3x1
KSR 1 x 600 mg
Neurodex 1x1
Inj. Metilprednisolon 1 via/24j
34
Ambroxol 30 mg 3x1
KSR 1 x 600 mg
Neurodex 1x1
Inj. Metilprednisolon 1 via/24j
35
Tanggal 29 Agustus 2021 Jam 08.00 Wib
S/ Sesak Napas (+) menurun
Batuk (+)
O/ KU Kes TD Nd Nf T SpO2
Lemah CMC 127/70 100 30-32 36,5 90-92%
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Ronkhi (+/+), wheezing (-/-),
Abdomen : BU (+) normal
A/ Respiratory Distress
Sepsis ec pneumonia bilateral
Fibrosis Berat
P/ CPAP 10-12 L/mnt NRM SpO2 92-93%
IVFD RL 20 tt/mnt
Inf. Levfloxacin 500 mg/24 j
Inj. Cefotaxim 1 gr/8j
Inj. Heparin 5000 IU/24J
Inj. Resfar 8 ml/24 (H3)
Inj. Furosemid 20 mg/12J
Ambroxol 30 mg 3x1
KSR 1 x 600 mg
Neurodex 1x1
Inj. Metilprednisolon 1 via/24j
Vit C 1 x 1000 mg
Alprazolam 1 mg 1x1
36
Labor (29/8/2021)
37
S/ Sesak Napas (+) menurun
Batuk (+)
O/ KU Kes TD Nd Nf T SpO2
Lemah CMC 127/70 100 30-32 36,5 90-92%
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Ronkhi (+/+), wheezing (-/-), Retraksi Suprasternal (+)
Abdomen : BU (+) normal
A/ Sepsis ec pneumonia bilateral
Fibrosis Paru Berat
P/ O2 10-12 L/mnt NRM
IVFD RL 20 tt/mnt
Inf. Levfloxacin 500 mg/24 j
Inj. Cefotaxim 1 gr/8j
Inj. Heparin 5000 IU/24J
Inj. Resfar 8 ml/24 (H3)
Inj. Furosemid 20 mg/12J
Ambroxol 30 mg 3x1
KSR 1 x 600 mg
Neurodex 1x1
Inj. Metilprednisolon 1 via/24j
Vit C 1 x 1000 mg
Alprazolam 1 mg 1x1
Colcicine 0,5 mg 3x1
Codipront 2 x 1 tab
38
Tanggal 31 Agustus 2021 Jam 08.00 Wib
S/ Sesak Napas (+) menurun
Batuk (+)
O/ KU Kes TD Nd Nf T SpO2
Lemah CMC 127/70 100 30-32 36,5 95 %
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Ronkhi (+/+), wheezing (-/-), Retraksi Suprasternal (+)
Abdomen : BU (+) normal
A/ Sepsis ec pneumonia bilateral
Fibrosis Paru Berat
P/ O2 10-12 L/mnt NRM
IVFD RL 20 tt/mnt
Ambroxol 30 mg 3x1
Neurodex 1x1
Metilprednisolon 3 x1
Vit C 1 x 1000 mg
Alprazolam 1 mg 1x1
Colcicine 0,5 mg 3x1
Nasetil Sistein 2 x 200 mg
Codipront 2 x 1 tab
39
IVFD RL 20 tt/mnt
Ambroxol 30 mg 3x1
Neurodex 1x1
Metilprednisolon 3 x1
Vit C 1 x 1000 mg
Alprazolam 1 mg 1x1
Colcicine 0,5 mg 3x1
Codipront 2 x 1 tab
Nasetil Sistein 2 x 200 mg
Flumucyl syr 2 x 1 sdm
40
Tanggal 3 September 2021 Jam 08.00 Wib
S/ Sesak Napas (+) menurun
Batuk (+)
O/ KU Kes TD Nd Nf T SpO2
Lemah CMC 127/70 100 30-32 36,5 95 %
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Ronkhi (+/+), wheezing (-/-),
Abdomen : BU (+) normal
A/ Hipoxia + pneumonia + Fibrosis paru berat
P/ O2 10-12 L/mnt NRM
IVFD RL 20 tt/mnt
Ambroxol 30 mg 3x1
Neurodex 1x1
Metilprednisolon 3 x1
Vit C 1 x 1000 mg
Alprazolam 1 mg 1x1
Colcicine 0,5 mg 3x1
Codipront 2 x 1 tab
Nasetil Sistein 2 x 200 mg
Flumucyl syr 2 x 1 sdm
RENCANA PULANG BESOK 4/9/2021
41
Metilprednisolon 4mg 3 x 1
Vit C 500 mg 1x1
Neurodex 1 x 1
Alprazolam 1 mg
Codipront caps 2 x 1
Colcicine 3 x 1
Flumucyl Syr 2 x 1 cth
FOTO PASIEN
42
BAB 4
KESIMPULAN
43
DAFTAR PUSTAKA
44