Vertigo
Pembimbing Klinik:
Penyusun:
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
terjadi pada end-organ (utrikulus maupun kanalis semisirkularis) maupun saraf
perifer. Beberapa contoh kasus vertigo perifer seperti: Benign Paroxysmal Position
Vertigo (BPPV), Menierre Disease, dan infeksi seperti labirinitis dan neuronitis.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas pasien
Nama : Tn. H
Umur : 27 tahun
Alamat: Jl. Jendral Sudirman
Status : Menikah
Suku : Bugis
Pekerjaan : Swasta
RM : 055939
Tanggal masuk rumah sakit: 06 Juni 2017
Tanggal keluar rumah sakit: 08 Juni 2017
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien sering mengeluh pusing, pusing
dirasakan seperti berputar. Pusing dirasakan ketika beraktifitas dan terasa
lebih baik jika pasien beristirahat tiduran. Pasien merasa pusing berputar
seperti mau jatuh, keluhan timbul secara mendadak, hilang timbul dan
keluhan bertambah jika pasien berubah posisi dari duduk berdiri atau
sebaliknya atau jika pasien menggerakan kepala secara cepat. Karena
keluhannya tersebut pasien memeriksakan diri ke dokter namun belum ada
perbaikan. Kemudian pasien beraktifitas seperti biasa. 1 hari sebelum
masuk rumah sakit pasien bekerja sampai larut malam, keluhan pusing
berputar dirasakan semakin memberat sehingga pasien memutuskan untuk
datang ke rumah sakit.
4
Saat diperiksa, pasien mengeluh pusing dirasakan berputar, merasakan
lemas, berkeringat dingin, pasien menyangkal adanya pandangan kabur,
penglihatan ganda, kelemahan anggota gerak, penurunan pendengaran,
demam, kejang, ataupun sakit kepala. Pasien juga menyangkal adanya rasa
baal, kesemutan, tidak ada penurunan berat badan, batuk, pilek, sakit
tenggorokan, sesak nafas. Buang air kecil dan buang air besar tidak
terdapat keluhan.
5
Riwayat stroke pada keluarga : disangkal
Riwayat kencing manis pada keluarga : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga : diakui (Ibu)
Abdomen
Inspeksi : datar, massa (-), vena kolateral (-), caput medusa (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrik(+), hepar/lien tidak teraba.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) Normal
Ekstremitas : akral hangat, nadi kuat, CRT < 2s, edema -/-/-/-
Status Neurologis
6
Kepala : pusing berputar
Saraf Kranialis:
Kanan Kiri
N.I Daya penghidu N N
N . II Daya penglihatan N N
Penglihatan warna N N
Lapang pandang N N
N . III Ptosis N N
Gerakan mata ke medial N N
Gerakan mata ke atas N N
Gerakan mata ke bawah N N
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung N N
Refleks cahaya konsensuil N N
Strabismus divergen
IV Gerakan mata ke lateral bawah N N
Strabismus konvergen N N
Menggigit N N
Membuka mulut N N
V Sensibilitas muka N N
Refleks kornea N N
VI Trismus
Gerakan mata ke lateral N N
Strabismus konvergen N N
N VII Kedipan mata N N
Lipatan nasolabial N N
Sudut mulut N N
Mengerutkan dahi N N
Menutup mata N N
Meringis N N
Menggembungkan pipi N N
Daya kecap kidah 2/3 N N
N. VIII Mendengar suara berbisik N N
Mendengar detik arloji N N
Tes Rinne + +
7
Tes Swabach N N
Tes Weber Simetris Simetris
N. IX Arkus faring N
Daya kecap lidah 1/3 belakang N
Refleks muntah
Tersedak
N. X Denyut nadi 80x/menit
Arkus faring N
Bersuara N
Menelan N
N. XI Memalingkan kepala N
Sikap bahu N
Mengangkat bahu N
Trofi otot bahu N
N. XII Sikap lidah N
Menjulurkan lidah N
Trofi otot lidah N
Fasikulasi lidah N
8
Chaddok : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaeffer : -/-
Hoffman Tromner : -/-
Refleks Regresi
Refleks Glabella :-
Refleks Snout :-
Refleks Mengisap :-
Refleks Memegang :-
Refleks Palmomental :-
Pemeriksaan tambahan
Dismetri =-
Disdiadokokinesia =-
Lermit =-
9
Eritrosit Juta/mm3 5.58 4,5-5,5 (L), 4,5-5,0 (P)
Leukosit /mm3 9100 5000-10000
Trombosit /mm3 141000 150000-400000
Hematokrit Vol % 42 42-54 (L), 36-48 (P)
Diff count: 0-10 (L), 1-20 (P)
Eosinofil % 1 1-3
Basofil % 0 0-1
Staap % 1 2-5
Limfosit % 18 20-45
Segmen % 65 40-60
Monosit % 15 2-6
Gula darah sewaktu mg/dL 80 75-200
2.6. Tatalaksana
Konsul dr. Theodora, Sp.S advice:
IVFD RL 15 tpm
NB Drip 1 amp/24 jam
Betahistin 3x6 mg
Flunarizin 2x5 mg
Inj. Ondancentron 3x4 mg
10
Follow-up
11
Kes CM, TD 130/80, N
80x/menit, T 36,3oC, RR
20x/menit
Nistagmus (-)
Lermit (-)
Dismetri (-)
Romberg (-)
Disdiadokokinesia (-)
A: Vertigo Perifer
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Defenisi
Vertigo perifer adalah rasa pusing berputar, oleng atau tak stabil yang
disebabkan karena adanya gangguan pada organ keseimbangan di telinga. Gejala-
gejala vertigo meliputi: pusing, rasa terayun, mual, keringat dingin, muntah,
12
sempoyongan sewaktu berdiri atau berjalan, nistagmus. Gejala tersebut dapat
diperhebat dengan berubahnya posisi kepala.
3.2. Epidemiologi
13
1. Aparatus reseptor perifer yang berada pada telinga dalam dan bertanggung jawab
untuk mneghantarkan informasi berupa gerakan kepala dan posisi pada neuron.
2. Nukleus vestibular sentral yang terdiri dari neuron pada batang otak yang
berfungsi menerima, mengitegrasikan, dan mendistribusikan informasi yang
mengontrol aktivitas motorik seperti gerakan kepala, refleks postural, dan refleks
otonom terkait gravitas serta orientasi spasial.
3. Jaras vestibulookular yang naik dari nukleus dan berfungsi mengontrol
pergerakan mata.
4. Jaras vestibulospinal yang mengkoordinasikan pergerakan kepala, dan refleks
postural.
5. Jaras vestibulo-talamo-kortikal yang bertanggung jawab untuk persepsi gerakan
yang disadari dan orientasi spasial.
14
terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan se-luruhnya tertutup oleh suatu
substansi gelatin yang disebut kupula.
3.4. Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan vertigo perifer yaitu:
a. Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV): menyebabkan serangan pusing
transien (berlangsung beberapa detik) yang rekuren. Vertigo terjadi karena
perubahan posisi kepala yang menyebabkan kristal kalsium karbonat dari otolit
yang lepas ke dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala atau perubahan
posisi. Serangan biasanya menetap selama berminggu-minggu sebelum akhirnya
sembuh sendiri.
b. Infeksi: Neuritis vestibular akut atau labirinitis.
c. Ototoksik
d. Vaskuler: oklusi dari arteri vestibular yang merupakan cabang dari arteri auditori
internal dari arteri cerebelar inferior anterior.
e. Struktural: Fistula perilimfatik baik spontan maupun akibat trauma.
f. Metabolik: Meniere sindrom
g. Tumor: Neuroma akustik
3.5. Patofisiologi
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya
dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu;
akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
15
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal
dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan
proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri
dan kanan.
Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral
sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata),
ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang,
berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).
Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan
gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
16
mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme
adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa
pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat
akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
3. Intensitas vertigo perifer sedang hingga berat, sedangkan vertigo sentral ringan
hingga sedang.
17
4. Mual (nausea) dan muntah (vomiting) umumnya terjadi pada vertigo perifer
dan jarang terjadi pada vertigo sentral.
7. Tinitus (telinga berdenging) sering kali menyertai vertigo perifer. Pada vertigo
sentral, biasanya tidak disertai tinitus.
8. Pada vertigo perifer tidak ada defisit neurologis. Defisit neurologis umumnya
terjadipada vertigo sentral.
Pada BPPV, pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari
10-20 detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik
di tempat tidur, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan
membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual. Pada pemeriksan fisik biasanya
tidak ditemukan kelainan pada fungsi pendengaran, tidak ada nistagmus spontan
dan pada pemeriksaan neurologis biasanya normal. Pemeriksaan dengan
melakukan Manuver Hallpick untuk memprovokasi timbulnya nistagmus.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara membaringkan pasien dari posisi duduk
sambil memutar kepala pasien dengan cepat ke satu arah. Jika positif maka akan
tampak nistagmus dengan rotasi ke sisi lateral dan gejala semakin bertambah.
Pada infeksi vestibular seperti labirinitis, keluhan pasien biasanya berupa
vertigo berat yang disertai mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
nistagmus bila melirik ke lateral. Vertigo karena penyakit Menierre pasien
biasanya datang dengan keluhan vertigo berulang disertai tinitus dan menurunnya
pendengaran.
3.7. Diagnosis
a. Anamnesis
18
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar,
tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya.
Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo:
perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan. Profil waktu: apakah
timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif
atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang
karakteristik.
Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya
menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis.
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat,
antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya
penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit
paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan traumaakustik.
b. Pemeriksaan fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,
otologik atau neurologik vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan
19
fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
serebelum.
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan
penyebab; apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan
susunan saraf pusat korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan
dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.
Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi
jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.
Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk
vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi
kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.
3. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.
Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya
pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada
mata terbuka maupun pada mata tertutup.
20
b. Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan
diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan
cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger. Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan
dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke
arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun
dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah
lesi.
21
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan
lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler
unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
22
23
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45 di bawah garis horisontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul
dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah
lesinya perifer atau sentral. Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan
nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari
1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali
(fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung
lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
Tes kalori
Tes kalori baru boleh dilakukan setelah dipastikan tidak ada perforasi
membran timpani maupun serumen. Cara melakukan tes ini adalah dengan
memasukkan air bersuhu 30 C sebanyak 1 mL. Tes ini berguna untuk
mengevaluasi nistagmus, keluhan pusing, dan gangguan fiksasi bola mata.
Pemeriksaan lain dapat juga dilakukan, dan selain pemeriksaan fungsi vestibuler,
perlu dikerjakan pula pemeriksaan penunjang lain jika diperlukan. Beberapa
pemeriksaan penunjang dalam hal ini di antaranya adalah pemeriksaan
laboratorium (darah lengkap, tes toleransi glukosa, elektrolit darah, kalsium,
fosfor, magnesium) dan pemeriksaan fungsi tiroid. Pemeriksaan penunjang
dengan CT-scan, MRI, atau angiografi dilakukan untuk menilai struktur organ dan
ada tidaknya gangguan aliran darah, misalnya pada vertigo sentral. Pemeriksaan
fisis standar untuk BPPV adalah Dix-Hallpike dengan cara: Penderita didudukkan
dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang kepala
ekstensi ke belakang 300 400, penderita diminta tetap membuka mata untuk
melihat nistagmus yang muncul.
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya
lambat, 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila
24
sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu
menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.
Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli
perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif tes
Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan Schwabach memendek.
b. Audiometri Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness
Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay. Pemeriksaan saraf-saraf
otak lain meliputi: acies visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot
wajah, pendengaran, dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan
ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebeler (tremor, gangguan
cara berjalan).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
3. Neurofisiologi:Elektroensefalografi(EEG),Elektromiografi (EMG), Brainstem
Auditory Evoked Pontential (BAEP).
4. Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI).
3.8. Tatalaksana
Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan ketidaknyamanan
akibat gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya. Pada vertigo,
beberapa tindakan spesifik dapat dianjurkan untuk mengurangi keluhan vertigo.
Pada penyakit Meniere, misalnya, pengurangan asupan garam dan penggunaan
diuretik disarankan untuk mengurangi tekanan endolimfatik. Untuk BPPV
(benign paroxysmal positional vertigo), dapat dicoba dengan bedside maneuver
yang disebut dengan Epley particle repositioning maneuver.
25
Pengobatan vertigo tergantung pada penyebabnya. Obat untuk mengurangi
vertigo ringan adalah meklizin, difenhidrinat, perfenazin dan skolopamin.
Skolopamin terutama berfungsi untuk mencegah motion sickness.
26
kembali. Latihan ini dilakukan berulang (lima kali berturut-turut) pada pagi dan
petang hari sampai tidak timbul vertigo lagi. Latihan lain yang dapat dicoba ialah
latihan visual-vestibular, berupa gerakan mata melirik ke atas, bawah kiri dan
kanan mengikuti gerak obyek yang makin lama makin cepat, kemudian diikuti
dengan gerakan fleksi-ekstensi kepala berulang dengan mata tertutup, yang makin
lama makin cepat. Terapi kausal tergantung pada penyebab yang ditemukan.
BAB IV
4.1. Anamnesis
Kasus Teori
Didapatkan keluhan pada pasien sebagai Manifestasi klinis :
berikut: Gejala-gejala vertigo meliputi :
Pusing berputar 1. Pusing
Mual/muntah 2. Kepala terasa ringan
Keringat dingin 3. Rasa terapung, terayun
Telinga berdenging 4. Mual
Sempoyongan ketika berdiri dan berjalan 5. Keringat dingin
Pucat 6. Pucat
7. Muntah
8. Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
9. Nistagmus
Gejala-gejala di atas dapat diperhebat dengan
berubahnya posisi kepala.
Analisis
Perbadaan vertigo perifer dengan vertigo sentral :
1. Vertigo perifer beronset akut (waktunya singkat atau serangannya cepat terjadi),
sedangkan vertigo sentral beronset kronis atau perlahan (gradual). Dengan kata
lain, durasi gejala pada vertigo perifer terjadi dalam hitungan menit, harian,
mingguan, namun berulang (recurrent).
27
2. Penyebab umum vertigo perifer adalah infeksi (labyrinthitis), neuronitis,
iskemia, trauma, toksin. Penyabab umum vertigo senterl adalah vaskuler,
demyelinating, neoplasma.
3. Intensitas vertigo perifer sedang hingga berat, sedangkan vertigo sentral ringan
hingga sedang.
4. Mual (nausea) dan muntah (vomiting) umumnya terjadi pada vertigo perifer
dan jarang terjadi pada vertigo sentral.
7. Tinitus (telinga berdenging) sering kali menyertai vertigo perifer. Pada vertigo
sentral, biasanya tidak disertai tinitus.
8. Pada vertigo perifer tidak ada defisit neurologis. Defisit neurologis umumnya
terjadipada vertigo sentral.
28
jantung) dan pulsasi nadi perifer
juga perlu diperiksa.
Pemeriksaan neurologis dengan
pengawasan khusus: Uji Romberg,
Tandem Gait, Uji Unterberger, Uji
tunjuk Barany.
4.3. Tatalaksana
Kasus Teori
IVFD RL 15 Penatalaksanaan vertigo bergantung
tpm pada lama keluhan dan ketidaknyamanan
NB Drip 1
akibat gejala yang timbul serta patologi
amp/24 jam
Betahistin yang mendasarinya. Pada vertigo,
3x6mg beberapa tindakan spesifik dapat
Flunarizin dianjurkan untuk mengurangi keluhan
2x5mg
Inj. vertigo. Pada penyakit Meniere,
Ondansetron misalnya, pengurangan asupan garam dan
3x4mg penggunaan diuretik disarankan untuk
mengurangi tekanan endolimfatik. Untuk
BPPV (benign paroxysmal positional
vertigo), dapat dicoba dengan bedside
maneuver yang disebut dengan Epley
particle repositioning maneuver.
Pengobatan vertigo tergantung pada
penyebabnya. Obat untuk mengurangi
vertigo ringan adalah meklizin,
difenhidrinat, perfenazin dan skolopamin.
Skolopamin terutama berfungsi untuk
mencegah motion sickness.
29
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
30
31