Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS DAN REFERAT

“DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN SYOK”

Pembimbing:
dr. Faizal Drissa Hasibuan, Sp.PD-KHOM

Disusun oleh:
Syafhira Alika Putri 1102016211
Winona Rindy Ballinan 1102016226
IDENTITAS PASIEN
◦ Nama : Tn. A

◦ Umur : 20 tahun

◦ Pekerjaan : Mahasiswa

◦ Agama : Islam

◦ Alamat : Jatiwaringin

◦ Tanggal dan jam masuk RS : 28 Juli 2020 pukul 13.00

◦ Tanggal pemeriksaan : 28 Juli 2020 pukul 13.00


ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autonamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 28 Juli 2020 pada
pukul 13.00 WIB.

Keluhan Utama •Demam

•Lemas
Keluhan •Mual
Tambahan •Sakit kepala
•Nyeri sendi
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Tn. A datang ke IGD RSUD Arjawinangun bersama ibunya dengan keluhan lemas
badan sejak 1 hari SMRS. Selain itu pasien juga mengeluh demam sejak 4 hari SMRS.
Demam terjadi secara tiba-tiba dan mendadak tinggi yang disertai menggigil dan keringat
dingin. Sebelumnya pasien minum obat penurun panas, namun demam tetap tidak turun.
Keluhan mual juga dirasakan bila hendak makan tetapi tidak sampai muntah. Pasien
mengalami mimisan dan terdapat bintik kemerahan pada daerah lengan bawah sejak 1
hari SMRS yang tidak hilang dengan penekanan. Selain itu pasien mengeluh sakit kepala
sejak 1 minggu lalu seperti ditusuk-tusuk. Terdapat nyeri pada sendi, terutama sendi kaki,
namun pasien masih dapat berjalan walaupun lemas. Tidak ada riwayat bepergian ke
daerah endemis sebelumnya.
Pasien mengeluh nafsu makan menurun, perdarahan gusi disangkal, muntah merah
kehitaman disangkal, BAB kehitaman disangkal, BAK lancar berwarna kuning dengan
volume sedikit berkurang.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

◦ Riwayat sakit serupa : disangkal


◦ Riwayat penyakit ginjal : disangkal
◦ Riwayat hipertensi : disangkal
◦ Riwayat ISK : disangkal
◦ Riwayat diabetes mellitus : disangkal
◦ Riwayat alergi obat : disangkal
◦ Riwayat penyakit jantung : disangkal
◦ Riwayat operasi : disangkal
◦ Riwayat asma : disangkal
◦ Riwayat infeksi tenggorokan : disangkal
◦ Riwayat penyakit maag : disangkal
◦ Riwayat kelainan kulit : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien.

◦ Riwayat Hipertensi : disangkal

◦ Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

◦ Riwayat Asma : disangkal

◦ Riwayat Penyakit jantung : disangkal


RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT
Meminum obat paracetamol 2x500 mg sejak 4 hari yang lalu.

RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL


Riwayat merokok : diakui, 20 batang/hari

Riwayat minum alkohol : disangkal

Riwayat olahraga : disangkal

Riwayat makan : sehari 3 kali, konsumsi makanan manis dan asin (+)
Pasien adalah seorang mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya
dan satu orang adik di lingkungan padat penduduk. Biaya kesehatan ditanggung oleh pribadi.
STATUS GENERALIS
◦  Keadaan umum : tampak sakit sedang
◦ Kesadaran : composmentis (GCS 15)
◦ Tekanan darah : 80/60 mmHg (Hipotensi)
◦ Suhu : 38 pada axilla (Febris)
◦ Pernapasan : 24 x/menit, regular, tidak ada pernapasan patologis

Nadi Gizi
Frekuensi 110x/menit (N : 60- Berat badan 65 kg
100)
Tinggi badan 170 cm
Irama denyut nadi Regular
IMT 22,5 kg/m2
Isi nadi Cukup
Normoweight
Kualitas nadi Lemah
ASPEK KEJIWAAN

Tingkah laku: Proses pikir:


sopan koheren

Kecerdasan:
baik
PEMERIKSAAN FISIK
KULIT KEPALA
Warna Sawo matang Bentuk Normocephal
Pucat Sedikit pucat Rambut Warna hitam, tidak
mudah dicabut
Jaringan parut Tidak ada
Hematom (-)
Turgor Menurun
Lain-lain Bintik kemerahan

MATA
TELINGA Palpebra Edema -/-
Bentuk Normal Hiperemis -/-
Pendengaran Normal Konjungtiva anemis Konjungtiva palpebra
Luka (-) pucat -/-
Sklera ikterik -/-
Massa (-)
Lain-lain Tidak ada
Sekret (-)
PEMERIKSAAN FISIK

HIDUNG DAN SINUS PARANASAL MULUT


Bentuk Normal Bau pernapasan Normal
Napas cuping hidung (-) Faring Tidak hiperemis
Nyeri tekan (-) Tonsil T1/T1, tidak hiperemis
Sekret (-) Lidah Tidak deviasi, tidak
atrofi, lidah kotor (-)
Darah (-)
Uvula Tidak deviasi
Konka Tidak menyempit
LEHER
JVP R – 2 cm H2O
Trakea Tidak deviasi, letak
ditengah
Kelenjar tiroid Tidak ada pembesaran
Kelenjar lymphonodi Pembesaran KGB (-)
PEMERIKSAAN FISIK PARU
Bentuk dada normal, perbandingan antero-posterior
Inspeksi dan transversal 2:1, simetris kanan-kiri, tidak
tampak massa maupun psikatrik

Palpasi Fremitus vocal dan taktil kanan-kiri simetris, tidak


teraba massa, tidak ada nyeri tekan maupun krepitasi

Sonor pada seluruh lapang paru


Perkusi
Auskultas Suara nafas utama vesikuler di seluruh lapang paru,
tidak ada suara tambahan seperti wheezing maupun
i ronki
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

Inspeksi Iktus cordis tampak

Palpasi Iktus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis


sinistra, pulsus parasternal (-), pulsus epigastrium (-)

•Pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra


Perkusi •Kanan jantung: ICS 4 linea parasternalis dextra
•Kiri jantung: ICS 5 linea midclavicularis sinistra

Auskultas BJ I-II regular, bising (-)


i
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

Inspeksi Datar, simetris kanan-kiri, caput medusae (-),


massa (-), sikatrik (-)

Auskultas Bising usus (+) normal 8 x/menit di semua

i kuadran

Perkusi Timpani di seluruh kuadran

Palpasi Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali


(-), renal ballottement (-)
PEMERIKSAAN FISIK
GENITALIA
Tidak diperiksa
EKSTREMITAS
Atas (ka-ki) Bawah (ka-ki
CRT > 2dingin
Akral detik +/+ +/+
Petechiae +/+ -/-
Edema -/- -/-
Motorik 5555/5555 5555/5555
Sensorik raba +/+ +/+
Sensorik nyeri +/+ +/+
Refleks Normal normal
fisiologis
Refleks -/- -/-
patologis
Pulsasi a. +/+
dorsalis pedis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH RUTIN

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 14 g/dL 13,2 – 17,3


Hematokrit 70 % 40 – 52
Trombosit 23 103/µl 150 – 440
Eritrosit 4,6 juta/µl 4,4 – 5,9
Leukosit 3100 µl 5000-10.000
MCV 87,00 fl 80 – 100
MCH 28,90 pg 26 – 34
MCHC 33,20 g/dL 32 – 36
RDW 12,90 % 11,5 – 14,5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KIMIA KLINIK

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


GDS 83 Mg/dL < 125
SGOT 60 U/L 0 - 35
SGPT 45 U/L 0 - 35
Ureum 42,30 Mg/dL 10,00 – 50,00
Kreatinin 0,88 Mg/dL 0,70 – 1,10
Kalium 3,8 Mmol/L 3,5 – 5,0
Natrium 140 Mmol/L 135 – 145
Chlorida 105 Mmol/L 95 – 105
Total protein 4,8 g/dL 6,1 – 8
Albumin 2,6 g/dL 3,2 – 5,2
Globulin 2,2 g/dL 2,9 – 3,0
PEMERIKSAAN PENUNJANG
URINALISIS

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Warna Kuning Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
Berat jenis 1,027 1,003 – 1,035
Glukosa - Tidak ada
Albumin +2 Tidak ada
Bilirubin - Tidak ada
Urobilinogen 0,2 0,1-1
Eritrosit 3 sel/µL 0 – 3 sel/µL
Leukosit 2-4 sel/µL 0 – 10 sel/µL
Epitel + +1
Ca Oxalat - Tidak ada
Nitrit - Tidak ada
Silinder - Tidak ada
RESUME
◦ Seorang laki – laki berusia 20 tahun datang ke IGD RSUD Arjawinangun
dengan keluhan lemas badan sejak 1 hari SMRS. Selain itu terdapat febris
tinggi mendadak sejak 4 hari SMRS disertai menggigil dan keringat dingin.
Pasien mengeluh nausea tetapi tidak sampai muntah. Terdapat epistaksis pada
pasien dan ditemukan petechiae pada lengan bawah. Pasien juga mengeluh
cephalgia sejak 1 minggu SMRS dan didapatkan myalgia. Selain itu,
didapatkan volume urin yang sedikit berkurang.
◦ Pada pemeriksaan fisik tampak sakit sedang dengan kesadaran composmentis
ditemukan hipotensi, takikardi, takipnea, petechiae pada lengan bawah, akral
dingin ekstremitas atas dan bawah (+), turgor menurun, dan CRT > 2 detik.
◦ Pada pemeriksaan penunjang darah rutin ditemukan HT ↑, trombositopenia, dan
leukopenia, pada kimia klinik ditemukan SGOT dan SGPT ↑ serta total protein
, pada urinalisis ditemukan urin agak keruh dan albumin (+).
PERMASALAHAN
• Assesment: penyakit akibat infeksi
Febris
• Plan terapi: antipiretik
• Plan monitoring: ukur suhu tubuh
• Plan edukasi: istirahat cukup dan perbanyak minum air

• Assesment: syok
Hipotensi
• Plan terapi: norepinefrin
• Plan monitoring: periksa tekanan darah
• Plan edukasi: perbanyak konsumsi cairan

• Assesment: infeksi
• Plan terapi: mengatasi penyebab infeksi
Leukopenia • Plan monitoring: pemeriksaan hematologi
• Plan edukasi: menjelaskan permasalahan dan
pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien
PERMASALAHAN
• Assesment: perdarahan
• Plan terapi: atasi perdarahan
Trombositopenia
• Plan monitoring: pemeriksaan darah rutin
• Plan edukasi: menjelaskan permasalahan dan
pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien

• Assesment: syok
• Plan terapi: diet tinggi protein
• Plan monitoring: pemeriksaan kimia darah
Hipoproteinemia • Plan edukasi: perbanyak konsumsi tinggi protein
DIAGNOSIS BANDING
1. Demam berdarah dengue derajat 3 ( Dengue shock syndrome)

2. Malaria

3. Idiopatik Trombositopenik Purpura (ITP)

4. Campak

5. Demam tifoid
DIAGNOSIS KERJA

Susp. Demam berdarah dengue derajat 3 ( Dengue shock syndrome)


RENCANA PEMERIKSAAN

Pemeriksaan serologi:
Cek darah rutin setiap 4
Anti dengue IgG dan Foto thorax
jam
IgM, uji HI, antigen NS1

Tes Widal
PENATALAKSANAAN
1. Kristaloid, guyur 10-20
ml/kgBB 20-30 menit: 650 Perbaikan Perbaikan
ml Kristaloid 7 Kristaloid 5
ml/kgBB/jam ml/kgBB/jam
2. O2 2-4 L/menit
455 ml/jam 325 ml/jam
3. AGD, Hb, HT, elektrolit,
Ur, Kr, gol. darah

Perbaikan

24-48 jam setelah syok Kristaloid 3


Stop infus teratasi, tanda vital/Ht ml/kgBB/jam
stabil, diuresis cukup 195 ml/jam
PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa Medikamentosa

- Bedrest - Ondansetron 3x8 mg IV

- Diet - Paracetamol 3x1000 mg IV

Energi tinggi: 45 kkal/kgbb: 2925 kkal/hari

Tinggi protein 2,5 g/kgbb: 162,5 g/hari

- Pemasangan kateter
PROGNOSIS
◦ Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam

◦ Quo Ad Functionam : Dubia ad bonam

◦ Quo Ad Sanactionam : Dubia ad bonam


EDUKASI
 Menjelaskan tentang penyakit dan terapi yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga.

 Diet tinggi karbohidrat dan protein.

 Menjaga kebersihan lingkungan rumah dengan sering menguras bak mandi dan tidak
membuang sampah sembarangan

 Meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

 Menghentikan kebiasaan merokok.


TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN

Demam Dengue (DF) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri sendi, leukopenia, ruam, trombositopenia dan diatesis hemoragik.

Dengue shock syndrome (DSS) adalah bentuk syok hipovolemik dan hasil
dari kelanjutan permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma.

Pada tahun 2015, tercatat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di


Indonesia dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan iklim dan rendahnya kesadaran untuk menjaga
kebersihan lingkungan (Kemenkes, 2016).
DEFINISI
Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok. Tanda-tanda renjatan: (1) denyut nadi lemah dan cepat; (2) tekanan nadi lemah (<20
mmHg); (3) hipotensi bila dibandingkan nilai normal pada usia tersebut; (4) gelisah, kulit berkeringat dan
dingin (Suhendro dkk, 2014). Sindrom Renjatan Dengue (SRD) atau dengue shock syndrome (DSS)
adalah manifestasi renjatan yang terjadi pada penderita DBD derajat III dan IV (WHO, 2012).

ETIOLOGI
Disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam
dengue atau demam berdarah dengue. DEN-3 merupaka serotype terbanyak yang ditemukan di Indonesia
(Suhendro dkk, 2014).
EPIDEMIOLOGI
◦ Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemik dengan sebaran di seluruh
wilayah tanah air.
◦ Setiap tahunnya diperkirakan ada lebih dari 20 juta kasus infeksi yang
mengakibatkan sekitar 24.000 kematian.
◦ Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989
hingga 1995) dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35
per 100.000 penduduk pada tahun 1989, sedangkan mortalitas DBD
cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.
KLASIFIKASI

BUKTI KEBOCORAN
PLASMA : HT naik, Na
turun, hipovolemi

HEMORAGIK :
Tourniquette +

G1 : trombo <100, ht >20%


G2 : dhf 1 + perdarahan
spontan
G3 : dhf 1+2+kegagalan
sirkulas (nadi lemah,
hipotensi)
G4 : tidak keraba nadi dan
TD
PENULARAN
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue. Kedua jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, terutama di tempat-tempat dengan
ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Populasi nyamuk ini akan
meningkat pesat saat musim hujan, tetapi nyamuk Aedes aegypti juga dapat hidup dan
berkembang biak pada tempat penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang
telah terinfeksi sudah mampu untuk menimbulkan penyakit dengue pada orang yang sehat.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat


asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam
dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue
(SSD) dan sindrom dengue diperluas.

Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7


hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu
fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai
resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan
adekuat (Suhendro dkk, 2014).
DIAGNOSIS
Demam Dengue
Probable Diagnosis Confirmed Diagnosis

◦ Nyeri kepala Kasus probable dengan salah satu dibawah ini:


◦ Nyeri retro-orbital ◦ Isolasi virus dengue dari sampel serum, cairan
serebrospinal atau otopsi
◦ Myalgia
◦ Peningkatan 4 kali lipat serum IgG (dengan tes
◦ Artralgia
Haemagglutination Inhibition [HI]) atau peningkatan
◦ Ruam IgM antibody spesifik terhadap virus dengue NS1
◦ Manifestasi perdarahan ◦ Deteksi antigen atau virus dengue dalam jaringan,
serum cairan serebrospinal dengan imunohistokimia,
◦ Leukopenia <5000 sel/mm3
imunofluorescens, ELISA
◦ Trombositopenia <150000 sel/mm3 ◦ Deteksi sekuens genomic virus dengue dengan RT-
◦ Peningkatan hematokrit 5-10% PCR
Dan salah satu dibawah ini:
◦ Serologi yang menunjang dengan sampel
serum tunggal dengan titer >1280 dengan tes
HI, titer IgG dengan ELISA, atau IgM antibody
positif
◦ Berada pada lokasi dan waktu yang sama
dengan kasus dengue terkonfirmasi
Demam berdarah dengue
Kasus dengue dengan seluruh kriteria di bawah ◦ Trombositopenia < 100.000 sel/mm3
harus dipenuhi: Bukti objektif adanya kebocoran plasma
Demam akut dengan durasi 2-7 hari ◦ Peningkatan hematokrit > 20% dari baseline
Manifestasi perdarahan, ditunjukkan oleh salah ◦ Efusi pleura
satu gejala:
◦ Asites
◦ Tes torniket (+)
◦ Hypoproteinemia
◦ Petechiae
◦ Ekimosis atau purpura
◦ Perdarahan mukosa, saluran cerna, lokasi
injeksi di kulit atau lokasi lain
Sindrom Syok Dengue
Kasus DBD dengan tanda syok, termasuk:
◦ Takikardia, ekstremitas dingin, capillary refill lambat, nadi lemah, lemah
badan
◦ Tekanan nadi < 20 mmHg dengan peningkatan tekanan diastolic
◦ Hipotensi dengan tekanan sistolik < 80-90 mmHg
Pemeriksaan Laboratorium
◦ Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk screening dengan periksa kadar hemoglobin (Hb), hematokrit
(Ht), trombosit, leukosit.
◦ Pemeriksaan sediaan apus darah tepi menunjukkan limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma
biru. Kadar leukosit dapat normal atau menurun mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45%
jumlah leukosit total) disertai limfosit plasma biru (LPB >15% total leukosit) yang pada fase syok akan
meningkat.
◦ Trombosit umumnya menurun pada hari ke-3 hingga ke-8. Pemeriksaan hematokrit untuk menentukan
kebocoran plasma dengan peningkatan kadar hematokrit >20% kadar hematokrit awal.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis pasti dapat tegak bila didapatkan hasil isolasi virus dengue (cell culture) atau deteksi antigen
virus RNA dgn teknik Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction namun teknik ini rumit.
Pemeriksaan lain yaitu tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue:
◦ Antibodi total, IgM yang terdeteksi mulai hari ke-3 sampai ke-5, meningkat sampai minggu 3, dan
menghilang setelah 60-90 hari.
◦ IgG terbentuk pada hari ke-14 pada infeksi primer, dan terdeteksi pada hari ke-2 pada infeksi sekunder
Pemeriksaan Radiologi
◦ Pada pemeriksaan radiologis pada posisi lateral dekubitus kanan bisa ditemukan efusi pleura, terutama
sebelah kanan. Berat-ringannya efusi pleura berhubungan dengan berat-ringannya penyakit. Pada pasien
syok, efusi pleura dapat ditemukan bilateral. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.
DIAGNOSIS BANDING

Demam
tifoid
Demam
infeksi virus
lain (morbili,
measles,
varicella)
Malaria

ITP
TATALAKSANA
KOMPLIKASI

Komplikasi yang ditimbulkan mengarah pada situasi mengancam jiwa yang ditandai oleh satu atau
kombinasi dari:

 Syok yang berkepanjangan dan / atau mendalam

 Perdarahan hebat dengan koagulopati intravaskular diseminata berat

 Kelebihan cairan

 Gangguan dan gagal pernapasan

 Disfungsi multi-organ sistem hati, ginjal dan neurologis

 Syok ireversibel dan kematian


PROGNOSIS
◦ Prognosis didasarkan pada kesuksesan dalam terapi dan penatalaksanaan yang
dilakukan. Terapi yang tepat dan cepat akan memberikan hasil yang optimal.
Penatalaksanaan yang terlambat akan menyebabkan komplikasi dan
penatalaksanaan yang tidak tepat dan adekuat akan memperburuk keadaan
sehingga dapat meningkatkan mortalitas. Kematian sering terjadi jika terdapat
perdarahan yang berat, syok yang tidak dapat teratasi, efusi pleura dan asites
yang berat dan kejang.
PENCEGAHAN
Melakukan 3M plus, yaitu: - Memasang kawat kasa pada jendela dan
- Menguras dan menyikat ventilasi
- Gotong royong membersihkan lingkungan
- Menutup tempat penampungan air
- Meletakkan pakaian bekas pakai ke dalam
- Memanfaatkan atau mendaur ulang bahan bekas
wadah tertutup
- Mencegah gigitan dan perkembang biakan
- Memberikan larvasida pada penampungan air
nyamuk
yang susah dikuras
- Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
- Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak
- Menggunakan obat anti nyamuk lancar
- Menanam tanaman pengusir nyamuk
(Kemenkes, 2019)
PENUTUP
◦ Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok. Tanda-tanda renjatan: (1) denyut nadi lemah dan cepat; (2)
tekanan nadi lemah (< 20 mmHg); (3) hipotensi bila dibandingkan nilai normal pada usia
tersebut; (4) gelisah, kulit berkeringat dan dingin.
◦ DSS disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga
flaviviridae. Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh
fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi
mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan adekuat.
◦ Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi suportif.
Prognosis didasarkan pada kesuksesan dalam terapi dan penatalaksanaan yang dilakukan.
Terapi yang tepat dan cepat akan memberikan hasil yang optimal. Penatalaksanaan yang
terlambat akan menyebabkan komplikasi dan penatalaksanaan yang tidak tepat dan adekuat
akan memperburuk keadaan sehingga dapat meningkatkan mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjahjasari, Andi Mulia. 2009. Deteksi dan Penentuan Serotipe Virus Dengue Tipe 4 dari nyamuk Aedes Aegypty dengan Menggunakan
Metode Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di kota Medan. USU.
2. World Health Organization. 2012. Handbook for Clinical Management of Dengue. Geneva: WHO
3. Kemenkes RI. 2016. Situasi DBD di Indonesia. Jakarta: InfoDATIN
4. Kemenkes RI. 2019. Upaya Pencegahan DBD dengan 3M. Diakses 25 Agustus 2020.
http://promkes.kemkes.go.id/upaya-pencegahan-dbd-dengan-3m-plus.
5. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. 2014. Demam Berdarah Dengue. In: Sudoyo dkk. Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam. Jilid
III. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
6. Askandar T, Poernomo BS, Chairul E, Djoko S, Gatot S. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. 2. Surabaya: Airlangga
University Press
7. Michael E. George L, Michael J. 2004. Buku Penuntun Kedaruratan Medis. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
8. Cook GC. Manson's Tropical Diseases. 22th Edition. United Kingdom :Elsevier Health Sciences. 2008.
9. Prasad J. 2015. National Guidelines for Clinical Management of Dengue Fever. New Delhi: WHO

Anda mungkin juga menyukai