Anda di halaman 1dari 22

CASE REPORT

OTITIS EKSTERNA DIFUSA

Disusun oleh:
Muhammad Furqon Wibowo
1965050135

Pembimbing :
Dr. dr. Fransiskus Harf Poluan, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL


PERIODE 14 JUNI – 03 JULI 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Telinga bagian luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis) dan saluran telinga
(canalis auditorius).1 Pada telinga bagian luar masalah yang sering ditemukan adalah Otitis
eksterna sebanyak 43 %.2 Otitis eksterna merupakan radang liang telinga akut maupun kronis
yang disebabkan disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus.3 Faktor yang dapat
mempermudah terjadinya radang telinga luar adalah pH yang basa mengakibatkan proteksi
terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh.3 Faktor lain dari ototis eksterna adalah trauma ringan karena mengorek telinga. 3
Otitis eksterna sendiri kondisi yang biasa di alami oleh semua umur. Kebanyakan kasus
merupakan kasus akut (95%), tidak ada perbedaan gender dengan insidensi terjadinya
penyakit ini. Kasus cenderung meningkat pada musim panas dan daerah tropis yang terkait
dengan meningkatnya kelemban udara. Pseudomonas Aeruginosa dan Staphylococcus aureus
adalah pathogen yang biasa menyebabkan otitis eksterna.4
Pada umumnya pasien dengan otitis eksterna akan datang dengan keluhan nyeri pada
telinga (otalgia) yang terjadi karena iritasi pada periosteum pada saluran telinga. Nyeri akan
meburuk jika dilakukan penekanan pada liang telinga atau diberi rangsangan tragus. Gejala
yang lebih jauh akan berupa ottorhea, gatal, eritema, serta pembengkanan pada saluran
telinga yang dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi pendengaran. Pasien dengan otitis
eksterna perlu ditatalaksana dengan Tindakan pembersihan salurang telinga, antimicroba
topikal, antifungal, serta analgesic yang adekuat.5 pada keadaan akut otitis media mungkin
dapat sembuh secara spontan. Namun jika pengobatan tidak adekuat keadaan ini aku
berlanjut pada keadaan kronis yang dapat mengakibatkan potensi pada hilangnya fungsi
pendengaran serta stenosis saluran pendengaran.4
Benda asing pada telinga ( Corpus alinenum pada telinga) merupakan keadaan yang
sering ditemukan khusus nya pada anak anak. Namun pada dewasa terkadang kejadian ini
dapat terjadi. Benda asing yang sering ditemukan pada telinga dapat bermacam macam,
khususnya seperti serangga, manik manik.6 Benda asing ini harus diambil dari saluran telinga
selain karena pasien merasa tidak nyaman pada beberapa kadaan dapat menyebabkan
kencenderungan infeksi meningkat. Pada beberapa keadaan bahkan pengambilan benda asing
ini merupkana keadaan darurat yang harus dilakukan segera seperti pada potongan batterai
yang masuk kedalam saluran telinga.6
BAB II
LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Nn. Juniana S
b. Umur : 36 tahun
c. Alamat : Jl. Perindustri Kapal Dalam RT 007/011, Depok
d. Pekerjaan : Karyawan Swasta
e. Pendidikan terakhir : SMA
f. Suku : Sunda
g. Agama : Kristen
h. Status : Belum Menikah

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama : Nyeri hebat pada telinga kiri
b. Keluhan Tambahan : Nyeri tekan pada telinga kiri

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli THT RSU UKI dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 2 hari
SMRS. Pasien mengaku sebelumnya mengorek telinga menggunakan cotton bud dan
ujung kapas dari cotton bud tertinggal di dalam telinga, pasien mengatakan telah mencoba
mengeluarkan kapas cotton bud yang tertinggal dengan cara mengorek kembali dengan
cotton bud namun gagal dan rasa nyeri muncul. Pasien mengatakan keluhan nyeri
bertambah jika pasien menekan bagian depan telinga. Sebelumnya pasien sudah ke
berobat puskesmas, lalu diberikan obat anti nyeri untuk mengurangi nyeri pada telinga
kiri dan disarankan untuk berobat dokter spesialis THT. Keluhan penurunan pendengaran,
keluar cairan dari telinga, demam, batuk pilek, dan sakit tenggorokan disangkal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.

6. Riwayat Kebiasaan Pribadi


Pasien memiliki kebiasaan mengorek kedua liang telinganya menggunakan cotton bud
setiap hari setiap selesai mandi.

7. Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
a. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tekanan darah : 120/80 mmHg
d. Frekuensi nadi : 95 kali/menit
e. Frekuensi napas : 20 kali/menit
f. Suhu : 36,7oC
g. Kepala : Normocephali
h. Mata : CA -/-, SI -/-
i. Leher : KGB tidak teraba teraba membesar
j. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
k. Thoraks
 Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Bising nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
 Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari di Linea Mid-clavicularis Sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung dalam batas normal, tidak terdapat bunyi
murmur maupun gallop
l. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit
Auskultasi : BU (+) 4x/menit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan(-)
Perkusi : Timpani
m. Ekstremitas
Reflex fisiologis : +/+
Reflex patologis : -/-
Oedem tungkai : -/-
Akral hangat : +/+
Sianosis : -/-
n. Integumen : kulit sawo matang, urtikaria (-)

STATUS LOKALIS THT


Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Bentuk Normotia Normotia
Trauma Tidak ada Tidak ada
Daun telinga
Infeksi Tidak ada Tidak ada
(auricula)
Nyeri tekan tragus Tidak ada Nyeri
Tumor Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Auricula assesoris Tidak ada Tidak ada
Pre auricula
Abses Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Retro auricula Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Pembesaran kelenjar
pembesaran pembesaran
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Infra auricula Pembesaran kelenjar Tidak ada Tidak ada
parotis pembesaran pembesaran
Liang Telinga Lapang Sempit
Epidermis Merah Muda Hipermis
Liang telinga Sekret Tidak ada Tidak ada
Serumen Ada, sedikit Ada, sedikit
Kelainan Lain Tidak ada Tidak ada
Intak Intak Intak
Warna Pucat Tertutup
Membran Refleks Cahaya Positif Positif
Timpani Posisi Normal Normal
Kelainan Lain Tidak Ada Tidak Ada
Tes Pendengaran
Rinne (+) (-)
Sama dengan
Schwabach Memanjang
Tes garpu tala pemeriksa
Lateralisasi ke Lateralisasi ke
Weber
kiri kiri

Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Bentuk luar Normal, Simetris
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Hidung luar
Krepitasi Tidak ada Tidak ada

Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra


Furunkel Tidak ada Tidak ada
Vestibulum Nasi
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Cavum Lapang Lapang
Cavum nasi
Mukosa Merah muda Merah muda
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Konka inferior Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Ukuran Eutrofi Eutrofi

Konka media Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Meatus media &


Sekret Tidak ada Tidak ada
inferior

Septum Deviasi Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi

Sinus Paranasal
Pemerikssan Kelainan Dextra Sinistra

Sinus Maksilaris Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Sinus Frontalis Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Tenggorokan
Pemeriksaan Kelainan Hasil Pemeriksaan
Tonsil Ukuran T1-T1
Kripta Tidak melebar
Detritus Tidak ada
Perlekatan Tidak ada
Permukaan Licin
Massa Tidak ada
Faring Warna Merah muda
Perlekatan Tidak ada
Gigi Lengkap, tidak ada gigi yang berlubang
Gusi Tidak ada bengkak dan perdarahan
Lidah Dalam batas normal
Kelenjar liur Dalam batas normal
Kelainan Lain Tidak ada
Kelenjar limfoid Tidak teraba membesar
Leher
Kelainan lain Tidak ada
8. Diagnosis Kerja : Otitis Eksterna Difusa Sinistra e.c Corpus alienum

9. Diagnosis Banding : Otitis Eksterna Sirkumskripta, Otomikosis, Otitis Media


Supuratif Kronis.

10. Tatalaksana
a. Medikamentosa
- Ear Toiletb (Nacl 0,9% + Betadine)
- Tampon antibiotik di liang telinga
- Antibiotik  Cefixime 2 x 200 mg , Otopain 2 dd II tetes telinga kiri
- Analgetik  Natrium diclofenac 1 x 50 mg

b. Non-Medikamentosa
- Ekstraksi Corpus alineum
- Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan dan kelembaan telinga
- Disarankan tidak sering mengorek telinga
- Saat mandi telinga tidak dibasahi, jika basah segera dikeringkan
- Minum obat teratur
- Kontrol 1 minggu

11. Prognosis
- Quo ad vitam : Ad bonam
- Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Anatomi1
Telinga adalah organ indra yang berfungsi dalam pendengaran dan keseimbangan
tubuh. Telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam.

Gambar 1. Bagian-bagian telinga

III.1.1.Telinga Luar1
Telinga luar berfungsi menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi
dari luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis), saluran
telinga (canalis auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus
dan kelenjar sebasea sampai di membran timpani. 4 Daun telinga terdiri atas
tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian daun telinga lobula, heliks, anti
heliks, tragus, dan antitragus. Liang telinga atau saluran telinga merupakan
saluran yang berbentuk seperti huruf S. Pada 1/3 proksimal memiliki kerangka
tulang rawan dan 2/3 distal memiliki kerangka tulang sejati. Saluran telinga
mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar lilin. Rambut-rambut alus
berfungsi untuk melindungi lorong telinga dari kotoran, debu dan serangga,
sementara kelenjar sebasea berfungsi menghasilkan serumen. Serumen adalah
hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas
dan partikel debu. Kelenjar sebasea terdapat pada kulit liang telinga

III.2. Fisiologi Pendengaran3

Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya getaran suara oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan daya
tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.
Getaran ini diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa,
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

III.3. Benda Asing pada Telinga

Benda asing yang ditemukan di liang telinga bervariasi. Dapat berupa benda

mati maupun hidup, binatang, komponen tumbuhan atau mineral.3 Kasus ini paling

sering ditemukan pada anak dibandingkan pada dewasa.6 Pada anak sering ditemukan

kacang kacangan, manik, mainan, karet dan penghapus. Pada dewasa yang sering

ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek api, terkadang

ditemukan serangga kecil.3


Usaha untuk mengeluarkan benda asing seringkali malah mendorong benda

asing tersebut semakin kedalam.3

Indikasi dari posedur pengambilan benda asing pada liang telinga adalah

ketersedian alat untuk mengambil benda asing dalam telinga yang memadai serta

pasien yang kooperatif. Untuk kontraindikasi dari pengambilan benda asing pada

liang telinga adalah pasien yang tidak koperatif dikarena jika pasien kurang koperatif

bersiko terjadinya trauma yang merusak membrane timpani atau struktur telinga

tengah.3,6. Kontra indikasilainnya adalah lokasi objek seperti benda asing yang

menempel dengan membrane timpani, ketidak tersediaan alat untuk melakukan

Tindakan pengambilan, serta tipe objek yang harus melakukan metode yang dilarang,

seperti terdapat manik manik namun disertai dengan perforasi membrane timpani,

dimana harus dilakukan irigasi jika terdapat manik manik didalam liang telinga

namun dalam keadaan perforasi tidak diperbolehkan melakukan irigasi telinga.6

Alat yang dibutuhkan dalam melakukan bermacam macam tergantung jenis

dan ukuran benda asing serta metode yang akan dilakukan untuk mengeluarkan benda

asing. Alat yang biasa dipakai seperti :6

Forceps alligator
-

Forcep cup
-

Right angle hook


-

Balloon catethers
-

Irigasi menggunakan angiocatether yang di pasang pada spluid 20 -30


-

cc
Suction
-

Bila masih hidup, binatang di liang telinga harus dimatikan lebih dahulu

dengan memasukan tampon basah keliang telingan lalu meneteskan cairan anastesi

local lebih kurang 10 menit, setelah binantang mati dikeluarkan dengan pinset atau

diirigasi dengan air bersih yang hangat.3

Benda asing berupa baterai pengambilan harus segera dan jangan dibasahi

dengan air menggingat efek korosif yang akan ditimbulkan.3,6 Sedangkan benda

asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen, dan yang kecil diambil

dengan cunam atau pengait.

III.4. Definisi Otitis Eksterna


Otitis eksterna adalah peradangan dari kutis dan subkutis liang telinga atau kanalis
akustikus eksternal, termasuk pinna, dapat bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur, dan virus. Otitis Eksterna disebut juga swimmer’s ear karena
insidensi kejadiannya 5 kali lebih sering pada orang yang memiliki rutinitas berenang atau
daerah telinga sering kontak dengan air dan paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri
( Staphylococcus aureus). 3,4,5

III.5. Epidemiologi
Otitis eksterna merupakan penyakit telinga bagian luar yang paling sering dijumpai.
Sering dijumpai pada daerah yang tropis dan beriklim lembab. Otitis eksterna dapat terjadi
pada semua kelompok umur. Angka kejadian otitis eksterna berdasarkan umur paling tinggi
pada usia 5 hingga 9 tahun yaitu 19%, kedua pada umur 10-14 tahun yaitu 16%, pada usia
15- 19 tahun yaitu 9%, usia 0 hingga 4 tahun yaitu 7% dan usia > 20 tahun sebanyak 5%.4
Data mengenai prevalensi otitis eksterna di Indonesia masih terbatas. Pada suatu

penelitian yang dilakukan tahun 2003 di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado ditemukan terdapat 440 kasus otitis eksterna dari 5297 pasien (8,33%).7

III.6. Etiologi
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna
difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (22-62%) dan
staphylococcus aureus (11-34%). Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri
streptococci dan Proteus vulgaris. Selain itu, walaupun jarang jamur dapat
mengakibatkan infeksi pada telinga luar, yaitu jamur Aspergillus niger ( 60 -90%) dan
Candida albicans (10- 40%). Faktor predisposisi pada infeksi jamur biasanya
penggunaan antibiotic yang lama, immunospupresi, dan diabetes mellitus. Otitis
eksterna difusa dapat juga terjadi akibat dari 6otitis media supuratif kronis.3,4,5

III.7. Faktor Predisposisi dan Patofisiologi


Saluran telinga dilapisi oleh folikel rambut dan kelenjar penghasil serumen. Serumen
sendiri berfungsi sebagai pelapis atau barrier dan sebagai pengasam lingkungan yang
berfungsi mencegah pertubungan bakteri dan jamur. Respons inflamasi pada otitis eksterna
diyakini didasari oleh terganggunya PH normal pada telinga dan factor factor yang
melindungi saluran telinga. Ini termasuk kesurakan jaringan epitel karena trauma, hilang nya
produksi serumen, serta berubah nya kelembaban pada saluran telinga yang dapat
mengakibatkan perubahan ph dan pertubuhan bakteri, maupun jamur.4

Tabel Faktor predisposisi dari Otitis Eksterna5

Faktor-faktor spesifik meningkatkan risiko otitis eksterna:


 Berenang atau paparan air lainnya adalah faktor risiko yang terdokumentasi dengan
baik untuk otitis eksternal. Kelembaban yang berlebihan menyebabkan maserasi kulit
dan kerusakan sawar kulit- serumen, mengubah mikroflora saluran telinga menjadi
7
bakteri gram negatif.
 Trauma seperti pembersihan berlebihan atau goresan agresif pada saluran telinga tidak
hanya menghilangkan serumen, tetapi juga dapat membuat lecet di sepanjang lapisan
tipis kulit di saluran telinga, yang memungkinkan organisme untuk mendapatkan
akses ke jaringan yang lebih dalam. Selain itu, sebagian cotton swab dapat terlepas
atau selembar kertas tisu kecil tertinggal di saluran telinga; sisa-sisa ini sebagian dapat
hancur dan bernanah, menyebabkan reaksi dan infeksi kulit yang parah.
 Perangkat yang menyumbat saluran telinga seperti alat bantu dengar, earphone, atau
topi selam dapat mempengaruhi otitis eksternal.
 Dermatitis kontak alergi dapat menyebabkan otitis eksternal (misalnya, dari anting-
anting atau bahan kimia dalam kosmetik atau sampo).
 Kondisi dermatologis juga dapat menyebabkan otitis eksterna (misalnya, psoriasis,
dermatitis atopik).
 Terapi radiasi sebelumnya dapat menyebabkan perubahan saluran telinga iskemik,
mengubah produksi serumen dan migrasi epitel, dan cenderung menjadi otitis
8
eksternal.

III.8. Manifestasi Klinis


Gejala otitis eksterna umumnya adalah nyeri pada telinga (otalgia), rasa gatal, rasa
penuh pada telinga, dapat juga disertai dengan penurunan fungsi pendengaran. 9 Otalgia
merupakan keluhan paling sering ditemukan. Otalgia berat biasa ditemukan pada otitis
eksterna sirkumskripta.. Hebatnya rasa nyeri ini tidak sebanding dengan derajat peradangan
yang ada, ini diakibatkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar
dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium.3,9 Rasa nyeri terasa
4.5.9
makin hebat bila menekan daun telinga. Juga makin nyeri Ketika pasien mengunyah.
Tiga tahap klinis Otitis Eksterna adalah : prainflamasi; inflamasi akut, termasuk
bentuk ringan, sedang, dan berat; dan kronis. Pada tahap prainflamasi, kelembaban atau
trauma lokal menghilangkan lipid lapisan pelindung kulit. Kulit kemudian menjadi edema,
yang menyumbat kelenjar, dan diikuti oleh sensasi rasa penuh pada telinga dan gatal-gatal.
Proses ini menyebabkan telinga mengalami trauma lanjutan. Pada akut ringan inflamasi OE,
kanal menjadi edema dan eritema dan mengeluarkan sekret yang jernih dan tidak berbau
dengan atau tanpa kotoran. Peradangan sedang berikut, dengan perkembangan peningkatan
rasa sakit dan edema sebagai serta bahan seropurulen. Otitis eksterna parah melibatkan lumen
kanal yang tersumbat dan mengering sekret dan debris. Kendurnya saluran superior, edema
periauricular, dan adenopati dapat berkembang. Itu rasa sakit sering hebat, terutama dengan
mengunyah atau rangsangan tragus.10
Menurunnya fungsi pendengaran dapat terjadi , paling sering terjadi pada Otitis
eksterna sirkumskripta. Penurunan funsi pendengaran biasa terjadi akibat dari furunkel yang
membesar sehingga menutup liang telinga sehingga hantaran suara tidak dapat melewati liang
telinga dengan baik. Besar nya furunkel yang menutupi liang telinga selaras dengan
3
penurunan fungsi pendengaran yang dialami pasien.
Kronik otitis eksterna terjadi jika adanya resolusi yang tidak komplit dari infeksi akut
atau disana terdapat infeksi persisten yang ringan dan inflamasi terjadi lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri pada infeksi kronis lebih ringan dengan dominan rasa gatal dan keluarnya cairan
yang terus menerus. Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya penebalan kulit liang telingan
tanpa adanya serumen.11
Pada liang telinga terdapat rambut-rambut halus, folikel rambut tersebut dapat
mengalami infeksi yang disebabkan oleh bakteri umumnya S. aureus. Keluhan utama
biasanya adalah nyeri pada telinga (otalgia) jarang disertai dengan keluarnya cairan dengan
atau tanpa gangguan pendengaran. Dari pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah adanya
kemerahan dan bengkak di epidermis kulit liang telinga.3
Pada otitis eksterna yang disebabkan oleh jamur dapat terjadi akibat penggunaan

antibiotic jangka panjang dalam mengobati otitis eskterna yang disebabkan oleh bakteri. Pada
infeksi jamur biasanya tidak bergejala, atau yang dominan adalah rasa gatal dan telinga terasa
penuh. Pada spesies Aspergilus akan tumbuh dalam serumen dan debris deskuamasi
keratinosis menumpuk di dalamliang telinga memberikan gambaran koloni berwarna hijau
atau kehitaman.3.5

III.9. Klasifikasi Otitis Eksterna


Otitis Eksterna dapat diklasifikasikan berikut12:
 Otitis Externa Difus Akut - Bentuk OE paling umum, dan memiliki persentasi 5
kali lebih sering pada orang dengan kebiasaan berenang.
 Otitis Externa Lokal Akut (furunkel) - Berhubungan dengan infeksi folikel rambut
 Otitis Externa kronis - Sama seperti OE difus akut dengan durasinya lebih lama (>
6 minggu)
 Otitis Externa Eczematous (OEE) - Meliputi berbagai kondisi dermatologis
(misalnya, dermatitis atopik, psoriasis, lupus erythematosus sistemik, dan eksim)
yang dapat menginfeksi kanal externa dan menyebabkan OE
 Otitis Externa Maligna (OEM)- Infeksi yang meluas ke jaringan yang lebih dalam
yang berdekatan dengan kanal externa; terjadi terutama pada orang dewasa
dengan gangguan kekebalan tubuh (misalnya, penderita diabetes, pasien AIDS)
 Otomycosis - Infeksi saluran telinga dari spesies jamur (misalnya, Candida,
Aspergillus). Infeksi jamur terkadang tidak memiliki keluhan atau dengan keluhan
yang utama adalah gatal dan rasa penuh pada telinga

Otitis Eksterna Akut (OEA) paling sering muncul dengan rasa sakit yang
parah, diperburuk oleh rangsangan pada daun telinga dan / atau tragus. Rasa sakit
disebabkan oleh tekanan pada saraf sensorik dari bagian tulang kanal. Gatal mungkin
merupakan awal dari rasa sakit. Penurunan pendengaran dan sensasi penuh paling
mungkin sekunder akibat edema pada kulit dan membran timpani, serta penyumbatan
kanal oleh sekresi. Otorrhea seringkali tebal dengan serumen putih.3

III.10. Diagnosis
Diagnosis Otitis eksterna3,4,13 :
 Onset yang singkat (48 jam)
 Riwayat :
- Kebiasaan berenang
- Tinggal di wilayah tropis
- Kebiasaan membersihkan telinga dengan cotton bud
- Memiliki penyakit sistemik yang berpengaruh pada terganggunya system
imun
 Gejala:
- Otalgia (nyeri telinga)
- Gatal atau penuh,
- Tinitus
- Keluarnya secret
- Dengan atau tanpa gangguan pendengaran atau nyeri saat menguyah


Tanda-tanda peradangan saluran telinga, termasuk:

- Nyeri pada rangsangan di tragus, pinna, atau keduanya


- Pada pemeriksaan menggunakan otoskop : Edema saluran telinga difus,
eritema, atau keduanya
- Dengan atau tanpa otorrhea, limfadenitis regional, eritema membran timpani,
atau selulitis pada telinga luar.

III.11. Tatalaksana
Pengobatan otitis eksterna akut tanpa komplikasi terdiri dari pembersihan saluran
telinga, pengobatan antiseptik dan antimikroba topikal, dan analgesia yang memadai.
Pengobatan antibiotik oral primer harus diberikan hanya jika infeksi telah menyebar di luar
liang telinga, dalam pengaturan diabetes mellitus yang tidak terkontrol atau imunosupresi,
atau jika pengobatan topikal tidak memungkinkan, dalam pedomannya tentang nyeri telinga,
merekomendasikan pembersihan saluran telinga dan penggunaan antibiotik lokal dan/atau
kortikosteroid sesuai indikasi, dengan mempertimbangkan ketersediaan, biaya, dan risikonya.
Pengobatan antibiotik sistemik harus dipertimbangkan dalam kasus individu jika ada
manifestasi sistemik, atau setiap kali organisme bermasalah ditemukan.5

Algoritma penatalaksaan Otitis eksterna akut


A.Ear Toilet.5
Pembersihan atraumatik saluran telinga terdiri dari pembuangan serumen
dan eksudat; eksudat mungkin mengandung racun (misalnya, Pseudomonas exotoxin
A [e8]) yang menopang proses inflamasi dan membatasi atau mencegah kemanjuran
obat topikal. Pembersihan harus dilakukan oleh spesialis THT di bawah penglihatan
mikroskopis dengan suction atau aural hook. cedera pada saluran telinga harus
dihindari. Setelah defek pada membran timpani telah disingkirkan, saluran telinga
dapat dibilas secara hati-hati dengan air suling atau salin normal. Di daerah pedesaan
tanpa cakupan THT, ini juga dapat dilakukan oleh dokter umum atau dokter anak.
Pasien tidak boleh membersihkan telinganya sendiri dengan kapas, karena
mikrotrauma mendorong invasi bakteri.

B. Antiseptik Topikal.5
Pengobatan otitis eksterna akut dengan berbagai agen antiseptik topikal
telah dijelaskan, termasuk asam asetat, klorheksidin, aluminium asetat, perak nitrat,
N-klorotaurin, fuchsin, dan eosin. Keuntungan dari agen antiseptik topikal adalah
kemanjurannya yang berspektrum luas. Banyak sediaan mengandung alkohol, yang
merupakan desinfektan yang efektif dan, dalam konsentrasi tinggi, menghilangkan air
dari jaringan dan dengan demikian mengurangi edema. Pengurangan pH oleh preparat
asam (misalnya, asam asetat 2%) menghambat pertumbuhan bakteri karena sebagian
besar bakteri lebih menyukai lingkungan pH-netral. Dengan demikian, otitis sembuh
lebih cepat jika diobati dengan cara ini daripada dengan plasebo. Asam asetat relatif
efektif terhadap antibiotik atau kortikosteroid tetes setelah 7 hari pengobatan, tetapi
secara signifikan kurang efektif jika pengobatan diperlukan selama 2-3 minggu .
C. Antibiotik Topikal.5
Antibiotik topikal harus mencakup patogen yang paling umum, yaitu
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dan harus disesuaikan dengan
pola resistensi dan sensitivitas obat dari patogen yang dikultur, jika memungkinkan.
Jenis obat tetes telinga antibiotik yang disetujui di Jerman mengandung kuinolon
(ciprofloxacin), aminoglikosida (neomisin), atau polimiksin (polimiksin B).
Dibandingkan dengan plasebo, ini mengarah pada pengurangan dan penyembuhan
gejala yang lebih cepat, dan tingkat kekambuhan yang lebih rendah. Kuinolon sangat
efektif dan tidak menyebabkan iritasi lokal, tetapi kontak yang terlalu lama dapat
menyebabkan resistensi terhadap kelas antibiotik penting ini. Neomisin efektif tetapi
ototoksik dan harus diberikan hanya jika gendang telinga utuh. Ini juga menyebabkan
dermatitis kontak pada 15-30% pasien. Monoterapi polimiksin tidak efektif melawan
stafilokokus dan mikroorganisme Gram-positif lainnya. Analisis Cochrane
menunjukkan tidak ada perbedaan dalam kemanjuran klinis kuinolon dibandingkan
preparat non-kuinolon. Dalam praktik klinis, seperti dalam uji klinis, preparat
antibiotik oftalmologi terkadang digunakan tanpa label untuk mengobati otitis
eksterna; zat aktif yang paling umum adalah ofloksasin. Pemberian topikal
menghasilkan konsentrasi obat lokal yang tinggi tanpa efek samping pengobatan
sistemik. Meskipun demikian, untuk alasan yang baru saja dijelaskan, antibiotik
topikal seperti ciprofloxacin atau ofloxacin tidak boleh diberikan lebih lama dari yang
diperlukan. Zat ototoksik tidak boleh digunakan jika gendang telinga berlubang.
D. Analgesik.5
Pereda nyeri merupakan bagian penting dari pengobatan otitis eksterna
akut. Nyeri telinga yang parah muncul karena periosteum yang sangat sensitif dari
saluran telinga yang bertulang biasanya terlibat dalam proses inflamasi. Oleh karena
itu, analgesik yang sesuai harus diberikan, misalnya dengan ibuprofen atau
asetaminofen. Anestesi lokal topikal juga dapat digunakan, kecuali gendang telinga
mengalami perforasi atau pemasangan tabung miringostomi. Anestesi lokal,
bagaimanapun, juga dapat menutupi penyakit progresif; jika digunakan, pasien harus
ditindaklanjuti secara klinis dalam 48 jam sehingga efek pengobatan dapat dinilai.
D.Oral antibiotic.5
Meskipun keamanan dan kemanjuran preparat topikal terdokumentasi dengan baik,
20-40% pasien yang dirawat karena otitis eksterna akut menerima antibiotik sistemik
sebagai pengobatan utama mereka. Ini harus dihindari pada otitis eksterna akut tanpa
komplikasi karena efek samping dan risiko menginduksi resistensi obat. Di sisi lain,
antibiotik oral diindikasikan untuk mengobati otitis eksterna akut jika pasien
menderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol atau imunosupresi, atau jika infeksi
meluas ke luar saluran telinga. Antibiotik harus diberikan yang efektif terhadap
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus (misalnya, kuinolon). Secara
optimal, antibiotik harus disesuaikan dengan temuan kultur bakteri dan uji
sensitivitas.

III.12. Prognosis
Pasien dengan otitis eksterna akut dapat sembuh secara spontan, namun
dengan pengobatan yang tidak adekuat dapat menyebabkan pasien memasuki tahap
kronis. Ketika pasien dalam keadaan otitis eksterna kronis potensi untuk mengalami
hilang atau menurunnya fungsi pendengara lebih tinggi bahkan hingga stenosis
saluran telinga yang membutuhkan proses rekonstruksi saluran telinga. 3 Pasien
diharapkan keluhan membaik dalam 6 hari setelah memulai pengobatan. Jika pasien
tidak membaik, harus mempertimbangkan kultur telinga (untuk membedakan antara
infeksi bakteri atau jamur), penempatan sumbu telinga, atau perubahan pada antibiotik
oral sistematis yang mengobati P. aeruginosa dan S. aureus. Pasien dengan gejala
lanjutan harus dinilai untuk penyebab lain (misalnya, kanker, selulitis, dermatitis
kontak, infeksi jamur, otitis eksterna ganas) dan sensitivitas kontak dari obat topikal.3
III.13. Komplikasi
Komplikasi OE jarang terjadi dan mungkin termasuk yang berikut:
 Necrotizing OE (komplikasi paling signifikan)
 Mastoiditis
 Perforasi membrane timpani. Otitis eksterna difus akut atau otitis eksterna kronis,
infeksi dapat menyebar ke gendang telinga (membran timpani). Dalam beberapa
kasus, infeksi dapat menyebabkan nanah menumpuk di dalam telinga bagian
dalam dan dapat merusak (merobek) gendang telinga.
 Chondritis aurikel
 Erosi tulang pada dasar tengkorak (osteomyelitis basis tengkorak)
 Infeksi system saraf pusat (SSP)
 Selulitis atau limfadenitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Barrett KE, Barman SM, Brooks HL, Yuan JX-J. Hearing & Equilibrium. In:
Ganong’s Review of Medical Physiology, 26e [Internet]. New York, NY: McGraw-
Hill Education; 2019.
2. Mustafa M, Patawari P, Sien M, Muniandy R, Zinatara P. Acute Otitis
Externa:Pathophysiology,Clinicalpresentation, And Treatment. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences. 2015;14(7):73-78.
3. Soepardi EA, Iskandar N,et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher edisi 7. Jakarta. Universitas Indonesia Publishing; 2017
4. Medina-Blasini Y, Sharman T. Otitis Externa. [Updated 2020 Oct 1]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556055/
5. Wiegand S, Berner R, Schneider A, Lundershausen E, Dietz A. Otitis Externa. Dtsch
Arztebl Int. 2019;116(13):224-234. doi:10.3238/arztebl.2019.0224.
6. Lotterman S, Sohal M. Ear Foreign Body Removal. [Updated 2021 Jan 30]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459136/.
7. Suwu P, Kountul C, Waworuntu O. Pola Kuman Dan Uji Kepekaannya Terhadap
Antibiotika Pada Penderita Otitis Eksterna Di Poliklinik THT-KL RSU PROF. DR. R.
D. Kandou Manado. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. 2013;1: 20–5.
8. Goguen LA. External otitis: Pathogenesis, clinical features, and diagnosis.
UpToDate.2018.
9. Barrett KE, Barman SM, Brooks HL, Yuan JX-J. Hearing & Equilibrium. In:
Ganong’s Review of Medical Physiology, 26e [Internet]. New York, NY: McGraw-
Hill Education; 2019.
10. Hughes E, Lee JH. Otitis Eksterna.In :aappublication [Internet]: Aappublication;2001
Jun. Available from : http://www.pedsinreview.aappublication.org/
11. Park SY, Jung YH, Oh J-H. Clinical Characteristics of Keratosis Obturans and
External Auditory Canal Cholesteatoma. Otolaryngol Neck Surg [Internet]. 2015 Feb
24;152(2):326–30.
12. Anwar K, Gohar MS. Otomycosis; clinical features, predisposing factors and
treatment implications. Pak J Med Sci 2014;30(3):564- 567.
13. Goguen LA. External otitis: Pathogenesis, clinical features, and diagnosis. Up To
Date. 2018.

Anda mungkin juga menyukai