Disusun oleh:
Muhammad Furqon Wibowo
1965050135
Pembimbing :
Dr. dr. Fransiskus Harf Poluan, Sp. THT-KL
Telinga bagian luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis) dan saluran telinga
(canalis auditorius).1 Pada telinga bagian luar masalah yang sering ditemukan adalah Otitis
eksterna sebanyak 43 %.2 Otitis eksterna merupakan radang liang telinga akut maupun kronis
yang disebabkan disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus.3 Faktor yang dapat
mempermudah terjadinya radang telinga luar adalah pH yang basa mengakibatkan proteksi
terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh.3 Faktor lain dari ototis eksterna adalah trauma ringan karena mengorek telinga. 3
Otitis eksterna sendiri kondisi yang biasa di alami oleh semua umur. Kebanyakan kasus
merupakan kasus akut (95%), tidak ada perbedaan gender dengan insidensi terjadinya
penyakit ini. Kasus cenderung meningkat pada musim panas dan daerah tropis yang terkait
dengan meningkatnya kelemban udara. Pseudomonas Aeruginosa dan Staphylococcus aureus
adalah pathogen yang biasa menyebabkan otitis eksterna.4
Pada umumnya pasien dengan otitis eksterna akan datang dengan keluhan nyeri pada
telinga (otalgia) yang terjadi karena iritasi pada periosteum pada saluran telinga. Nyeri akan
meburuk jika dilakukan penekanan pada liang telinga atau diberi rangsangan tragus. Gejala
yang lebih jauh akan berupa ottorhea, gatal, eritema, serta pembengkanan pada saluran
telinga yang dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi pendengaran. Pasien dengan otitis
eksterna perlu ditatalaksana dengan Tindakan pembersihan salurang telinga, antimicroba
topikal, antifungal, serta analgesic yang adekuat.5 pada keadaan akut otitis media mungkin
dapat sembuh secara spontan. Namun jika pengobatan tidak adekuat keadaan ini aku
berlanjut pada keadaan kronis yang dapat mengakibatkan potensi pada hilangnya fungsi
pendengaran serta stenosis saluran pendengaran.4
Benda asing pada telinga ( Corpus alinenum pada telinga) merupakan keadaan yang
sering ditemukan khusus nya pada anak anak. Namun pada dewasa terkadang kejadian ini
dapat terjadi. Benda asing yang sering ditemukan pada telinga dapat bermacam macam,
khususnya seperti serangga, manik manik.6 Benda asing ini harus diambil dari saluran telinga
selain karena pasien merasa tidak nyaman pada beberapa kadaan dapat menyebabkan
kencenderungan infeksi meningkat. Pada beberapa keadaan bahkan pengambilan benda asing
ini merupkana keadaan darurat yang harus dilakukan segera seperti pada potongan batterai
yang masuk kedalam saluran telinga.6
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Nn. Juniana S
b. Umur : 36 tahun
c. Alamat : Jl. Perindustri Kapal Dalam RT 007/011, Depok
d. Pekerjaan : Karyawan Swasta
e. Pendidikan terakhir : SMA
f. Suku : Sunda
g. Agama : Kristen
h. Status : Belum Menikah
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama : Nyeri hebat pada telinga kiri
b. Keluhan Tambahan : Nyeri tekan pada telinga kiri
Pasien datang ke poli THT RSU UKI dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 2 hari
SMRS. Pasien mengaku sebelumnya mengorek telinga menggunakan cotton bud dan
ujung kapas dari cotton bud tertinggal di dalam telinga, pasien mengatakan telah mencoba
mengeluarkan kapas cotton bud yang tertinggal dengan cara mengorek kembali dengan
cotton bud namun gagal dan rasa nyeri muncul. Pasien mengatakan keluhan nyeri
bertambah jika pasien menekan bagian depan telinga. Sebelumnya pasien sudah ke
berobat puskesmas, lalu diberikan obat anti nyeri untuk mengurangi nyeri pada telinga
kiri dan disarankan untuk berobat dokter spesialis THT. Keluhan penurunan pendengaran,
keluar cairan dari telinga, demam, batuk pilek, dan sakit tenggorokan disangkal.
7. Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
a. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tekanan darah : 120/80 mmHg
d. Frekuensi nadi : 95 kali/menit
e. Frekuensi napas : 20 kali/menit
f. Suhu : 36,7oC
g. Kepala : Normocephali
h. Mata : CA -/-, SI -/-
i. Leher : KGB tidak teraba teraba membesar
j. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
k. Thoraks
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Bising nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari di Linea Mid-clavicularis Sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung dalam batas normal, tidak terdapat bunyi
murmur maupun gallop
l. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit
Auskultasi : BU (+) 4x/menit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan(-)
Perkusi : Timpani
m. Ekstremitas
Reflex fisiologis : +/+
Reflex patologis : -/-
Oedem tungkai : -/-
Akral hangat : +/+
Sianosis : -/-
n. Integumen : kulit sawo matang, urtikaria (-)
Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Bentuk luar Normal, Simetris
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Hidung luar
Krepitasi Tidak ada Tidak ada
Sinus Paranasal
Pemerikssan Kelainan Dextra Sinistra
Tenggorokan
Pemeriksaan Kelainan Hasil Pemeriksaan
Tonsil Ukuran T1-T1
Kripta Tidak melebar
Detritus Tidak ada
Perlekatan Tidak ada
Permukaan Licin
Massa Tidak ada
Faring Warna Merah muda
Perlekatan Tidak ada
Gigi Lengkap, tidak ada gigi yang berlubang
Gusi Tidak ada bengkak dan perdarahan
Lidah Dalam batas normal
Kelenjar liur Dalam batas normal
Kelainan Lain Tidak ada
Kelenjar limfoid Tidak teraba membesar
Leher
Kelainan lain Tidak ada
8. Diagnosis Kerja : Otitis Eksterna Difusa Sinistra e.c Corpus alienum
10. Tatalaksana
a. Medikamentosa
- Ear Toiletb (Nacl 0,9% + Betadine)
- Tampon antibiotik di liang telinga
- Antibiotik Cefixime 2 x 200 mg , Otopain 2 dd II tetes telinga kiri
- Analgetik Natrium diclofenac 1 x 50 mg
b. Non-Medikamentosa
- Ekstraksi Corpus alineum
- Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan dan kelembaan telinga
- Disarankan tidak sering mengorek telinga
- Saat mandi telinga tidak dibasahi, jika basah segera dikeringkan
- Minum obat teratur
- Kontrol 1 minggu
11. Prognosis
- Quo ad vitam : Ad bonam
- Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Anatomi1
Telinga adalah organ indra yang berfungsi dalam pendengaran dan keseimbangan
tubuh. Telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam.
III.1.1.Telinga Luar1
Telinga luar berfungsi menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi
dari luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis), saluran
telinga (canalis auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus
dan kelenjar sebasea sampai di membran timpani. 4 Daun telinga terdiri atas
tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian daun telinga lobula, heliks, anti
heliks, tragus, dan antitragus. Liang telinga atau saluran telinga merupakan
saluran yang berbentuk seperti huruf S. Pada 1/3 proksimal memiliki kerangka
tulang rawan dan 2/3 distal memiliki kerangka tulang sejati. Saluran telinga
mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar lilin. Rambut-rambut alus
berfungsi untuk melindungi lorong telinga dari kotoran, debu dan serangga,
sementara kelenjar sebasea berfungsi menghasilkan serumen. Serumen adalah
hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas
dan partikel debu. Kelenjar sebasea terdapat pada kulit liang telinga
Benda asing yang ditemukan di liang telinga bervariasi. Dapat berupa benda
mati maupun hidup, binatang, komponen tumbuhan atau mineral.3 Kasus ini paling
sering ditemukan pada anak dibandingkan pada dewasa.6 Pada anak sering ditemukan
kacang kacangan, manik, mainan, karet dan penghapus. Pada dewasa yang sering
ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek api, terkadang
Indikasi dari posedur pengambilan benda asing pada liang telinga adalah
ketersedian alat untuk mengambil benda asing dalam telinga yang memadai serta
pasien yang kooperatif. Untuk kontraindikasi dari pengambilan benda asing pada
liang telinga adalah pasien yang tidak koperatif dikarena jika pasien kurang koperatif
bersiko terjadinya trauma yang merusak membrane timpani atau struktur telinga
tengah.3,6. Kontra indikasilainnya adalah lokasi objek seperti benda asing yang
Tindakan pengambilan, serta tipe objek yang harus melakukan metode yang dilarang,
seperti terdapat manik manik namun disertai dengan perforasi membrane timpani,
dimana harus dilakukan irigasi jika terdapat manik manik didalam liang telinga
dan ukuran benda asing serta metode yang akan dilakukan untuk mengeluarkan benda
Forceps alligator
-
Forcep cup
-
Balloon catethers
-
cc
Suction
-
Bila masih hidup, binatang di liang telinga harus dimatikan lebih dahulu
dengan memasukan tampon basah keliang telingan lalu meneteskan cairan anastesi
local lebih kurang 10 menit, setelah binantang mati dikeluarkan dengan pinset atau
Benda asing berupa baterai pengambilan harus segera dan jangan dibasahi
dengan air menggingat efek korosif yang akan ditimbulkan.3,6 Sedangkan benda
asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen, dan yang kecil diambil
III.5. Epidemiologi
Otitis eksterna merupakan penyakit telinga bagian luar yang paling sering dijumpai.
Sering dijumpai pada daerah yang tropis dan beriklim lembab. Otitis eksterna dapat terjadi
pada semua kelompok umur. Angka kejadian otitis eksterna berdasarkan umur paling tinggi
pada usia 5 hingga 9 tahun yaitu 19%, kedua pada umur 10-14 tahun yaitu 16%, pada usia
15- 19 tahun yaitu 9%, usia 0 hingga 4 tahun yaitu 7% dan usia > 20 tahun sebanyak 5%.4
Data mengenai prevalensi otitis eksterna di Indonesia masih terbatas. Pada suatu
penelitian yang dilakukan tahun 2003 di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado ditemukan terdapat 440 kasus otitis eksterna dari 5297 pasien (8,33%).7
III.6. Etiologi
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna
difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (22-62%) dan
staphylococcus aureus (11-34%). Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri
streptococci dan Proteus vulgaris. Selain itu, walaupun jarang jamur dapat
mengakibatkan infeksi pada telinga luar, yaitu jamur Aspergillus niger ( 60 -90%) dan
Candida albicans (10- 40%). Faktor predisposisi pada infeksi jamur biasanya
penggunaan antibiotic yang lama, immunospupresi, dan diabetes mellitus. Otitis
eksterna difusa dapat juga terjadi akibat dari 6otitis media supuratif kronis.3,4,5
antibiotic jangka panjang dalam mengobati otitis eskterna yang disebabkan oleh bakteri. Pada
infeksi jamur biasanya tidak bergejala, atau yang dominan adalah rasa gatal dan telinga terasa
penuh. Pada spesies Aspergilus akan tumbuh dalam serumen dan debris deskuamasi
keratinosis menumpuk di dalamliang telinga memberikan gambaran koloni berwarna hijau
atau kehitaman.3.5
Otitis Eksterna Akut (OEA) paling sering muncul dengan rasa sakit yang
parah, diperburuk oleh rangsangan pada daun telinga dan / atau tragus. Rasa sakit
disebabkan oleh tekanan pada saraf sensorik dari bagian tulang kanal. Gatal mungkin
merupakan awal dari rasa sakit. Penurunan pendengaran dan sensasi penuh paling
mungkin sekunder akibat edema pada kulit dan membran timpani, serta penyumbatan
kanal oleh sekresi. Otorrhea seringkali tebal dengan serumen putih.3
III.10. Diagnosis
Diagnosis Otitis eksterna3,4,13 :
Onset yang singkat (48 jam)
Riwayat :
- Kebiasaan berenang
- Tinggal di wilayah tropis
- Kebiasaan membersihkan telinga dengan cotton bud
- Memiliki penyakit sistemik yang berpengaruh pada terganggunya system
imun
Gejala:
- Otalgia (nyeri telinga)
- Gatal atau penuh,
- Tinitus
- Keluarnya secret
- Dengan atau tanpa gangguan pendengaran atau nyeri saat menguyah
Tanda-tanda peradangan saluran telinga, termasuk:
III.11. Tatalaksana
Pengobatan otitis eksterna akut tanpa komplikasi terdiri dari pembersihan saluran
telinga, pengobatan antiseptik dan antimikroba topikal, dan analgesia yang memadai.
Pengobatan antibiotik oral primer harus diberikan hanya jika infeksi telah menyebar di luar
liang telinga, dalam pengaturan diabetes mellitus yang tidak terkontrol atau imunosupresi,
atau jika pengobatan topikal tidak memungkinkan, dalam pedomannya tentang nyeri telinga,
merekomendasikan pembersihan saluran telinga dan penggunaan antibiotik lokal dan/atau
kortikosteroid sesuai indikasi, dengan mempertimbangkan ketersediaan, biaya, dan risikonya.
Pengobatan antibiotik sistemik harus dipertimbangkan dalam kasus individu jika ada
manifestasi sistemik, atau setiap kali organisme bermasalah ditemukan.5
B. Antiseptik Topikal.5
Pengobatan otitis eksterna akut dengan berbagai agen antiseptik topikal
telah dijelaskan, termasuk asam asetat, klorheksidin, aluminium asetat, perak nitrat,
N-klorotaurin, fuchsin, dan eosin. Keuntungan dari agen antiseptik topikal adalah
kemanjurannya yang berspektrum luas. Banyak sediaan mengandung alkohol, yang
merupakan desinfektan yang efektif dan, dalam konsentrasi tinggi, menghilangkan air
dari jaringan dan dengan demikian mengurangi edema. Pengurangan pH oleh preparat
asam (misalnya, asam asetat 2%) menghambat pertumbuhan bakteri karena sebagian
besar bakteri lebih menyukai lingkungan pH-netral. Dengan demikian, otitis sembuh
lebih cepat jika diobati dengan cara ini daripada dengan plasebo. Asam asetat relatif
efektif terhadap antibiotik atau kortikosteroid tetes setelah 7 hari pengobatan, tetapi
secara signifikan kurang efektif jika pengobatan diperlukan selama 2-3 minggu .
C. Antibiotik Topikal.5
Antibiotik topikal harus mencakup patogen yang paling umum, yaitu
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dan harus disesuaikan dengan
pola resistensi dan sensitivitas obat dari patogen yang dikultur, jika memungkinkan.
Jenis obat tetes telinga antibiotik yang disetujui di Jerman mengandung kuinolon
(ciprofloxacin), aminoglikosida (neomisin), atau polimiksin (polimiksin B).
Dibandingkan dengan plasebo, ini mengarah pada pengurangan dan penyembuhan
gejala yang lebih cepat, dan tingkat kekambuhan yang lebih rendah. Kuinolon sangat
efektif dan tidak menyebabkan iritasi lokal, tetapi kontak yang terlalu lama dapat
menyebabkan resistensi terhadap kelas antibiotik penting ini. Neomisin efektif tetapi
ototoksik dan harus diberikan hanya jika gendang telinga utuh. Ini juga menyebabkan
dermatitis kontak pada 15-30% pasien. Monoterapi polimiksin tidak efektif melawan
stafilokokus dan mikroorganisme Gram-positif lainnya. Analisis Cochrane
menunjukkan tidak ada perbedaan dalam kemanjuran klinis kuinolon dibandingkan
preparat non-kuinolon. Dalam praktik klinis, seperti dalam uji klinis, preparat
antibiotik oftalmologi terkadang digunakan tanpa label untuk mengobati otitis
eksterna; zat aktif yang paling umum adalah ofloksasin. Pemberian topikal
menghasilkan konsentrasi obat lokal yang tinggi tanpa efek samping pengobatan
sistemik. Meskipun demikian, untuk alasan yang baru saja dijelaskan, antibiotik
topikal seperti ciprofloxacin atau ofloxacin tidak boleh diberikan lebih lama dari yang
diperlukan. Zat ototoksik tidak boleh digunakan jika gendang telinga berlubang.
D. Analgesik.5
Pereda nyeri merupakan bagian penting dari pengobatan otitis eksterna
akut. Nyeri telinga yang parah muncul karena periosteum yang sangat sensitif dari
saluran telinga yang bertulang biasanya terlibat dalam proses inflamasi. Oleh karena
itu, analgesik yang sesuai harus diberikan, misalnya dengan ibuprofen atau
asetaminofen. Anestesi lokal topikal juga dapat digunakan, kecuali gendang telinga
mengalami perforasi atau pemasangan tabung miringostomi. Anestesi lokal,
bagaimanapun, juga dapat menutupi penyakit progresif; jika digunakan, pasien harus
ditindaklanjuti secara klinis dalam 48 jam sehingga efek pengobatan dapat dinilai.
D.Oral antibiotic.5
Meskipun keamanan dan kemanjuran preparat topikal terdokumentasi dengan baik,
20-40% pasien yang dirawat karena otitis eksterna akut menerima antibiotik sistemik
sebagai pengobatan utama mereka. Ini harus dihindari pada otitis eksterna akut tanpa
komplikasi karena efek samping dan risiko menginduksi resistensi obat. Di sisi lain,
antibiotik oral diindikasikan untuk mengobati otitis eksterna akut jika pasien
menderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol atau imunosupresi, atau jika infeksi
meluas ke luar saluran telinga. Antibiotik harus diberikan yang efektif terhadap
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus (misalnya, kuinolon). Secara
optimal, antibiotik harus disesuaikan dengan temuan kultur bakteri dan uji
sensitivitas.
III.12. Prognosis
Pasien dengan otitis eksterna akut dapat sembuh secara spontan, namun
dengan pengobatan yang tidak adekuat dapat menyebabkan pasien memasuki tahap
kronis. Ketika pasien dalam keadaan otitis eksterna kronis potensi untuk mengalami
hilang atau menurunnya fungsi pendengara lebih tinggi bahkan hingga stenosis
saluran telinga yang membutuhkan proses rekonstruksi saluran telinga. 3 Pasien
diharapkan keluhan membaik dalam 6 hari setelah memulai pengobatan. Jika pasien
tidak membaik, harus mempertimbangkan kultur telinga (untuk membedakan antara
infeksi bakteri atau jamur), penempatan sumbu telinga, atau perubahan pada antibiotik
oral sistematis yang mengobati P. aeruginosa dan S. aureus. Pasien dengan gejala
lanjutan harus dinilai untuk penyebab lain (misalnya, kanker, selulitis, dermatitis
kontak, infeksi jamur, otitis eksterna ganas) dan sensitivitas kontak dari obat topikal.3
III.13. Komplikasi
Komplikasi OE jarang terjadi dan mungkin termasuk yang berikut:
Necrotizing OE (komplikasi paling signifikan)
Mastoiditis
Perforasi membrane timpani. Otitis eksterna difus akut atau otitis eksterna kronis,
infeksi dapat menyebar ke gendang telinga (membran timpani). Dalam beberapa
kasus, infeksi dapat menyebabkan nanah menumpuk di dalam telinga bagian
dalam dan dapat merusak (merobek) gendang telinga.
Chondritis aurikel
Erosi tulang pada dasar tengkorak (osteomyelitis basis tengkorak)
Infeksi system saraf pusat (SSP)
Selulitis atau limfadenitis
DAFTAR PUSTAKA
1. Barrett KE, Barman SM, Brooks HL, Yuan JX-J. Hearing & Equilibrium. In:
Ganong’s Review of Medical Physiology, 26e [Internet]. New York, NY: McGraw-
Hill Education; 2019.
2. Mustafa M, Patawari P, Sien M, Muniandy R, Zinatara P. Acute Otitis
Externa:Pathophysiology,Clinicalpresentation, And Treatment. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences. 2015;14(7):73-78.
3. Soepardi EA, Iskandar N,et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher edisi 7. Jakarta. Universitas Indonesia Publishing; 2017
4. Medina-Blasini Y, Sharman T. Otitis Externa. [Updated 2020 Oct 1]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556055/
5. Wiegand S, Berner R, Schneider A, Lundershausen E, Dietz A. Otitis Externa. Dtsch
Arztebl Int. 2019;116(13):224-234. doi:10.3238/arztebl.2019.0224.
6. Lotterman S, Sohal M. Ear Foreign Body Removal. [Updated 2021 Jan 30]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459136/.
7. Suwu P, Kountul C, Waworuntu O. Pola Kuman Dan Uji Kepekaannya Terhadap
Antibiotika Pada Penderita Otitis Eksterna Di Poliklinik THT-KL RSU PROF. DR. R.
D. Kandou Manado. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. 2013;1: 20–5.
8. Goguen LA. External otitis: Pathogenesis, clinical features, and diagnosis.
UpToDate.2018.
9. Barrett KE, Barman SM, Brooks HL, Yuan JX-J. Hearing & Equilibrium. In:
Ganong’s Review of Medical Physiology, 26e [Internet]. New York, NY: McGraw-
Hill Education; 2019.
10. Hughes E, Lee JH. Otitis Eksterna.In :aappublication [Internet]: Aappublication;2001
Jun. Available from : http://www.pedsinreview.aappublication.org/
11. Park SY, Jung YH, Oh J-H. Clinical Characteristics of Keratosis Obturans and
External Auditory Canal Cholesteatoma. Otolaryngol Neck Surg [Internet]. 2015 Feb
24;152(2):326–30.
12. Anwar K, Gohar MS. Otomycosis; clinical features, predisposing factors and
treatment implications. Pak J Med Sci 2014;30(3):564- 567.
13. Goguen LA. External otitis: Pathogenesis, clinical features, and diagnosis. Up To
Date. 2018.