Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

HIPERBILIRUBINEMIA

Disusun Oleh :
dr. Mediani Nurdianty Sari

RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA 1


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
KEMENKES REPUBLIK INDONESIA
JANUARI 2019
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membran


mukosa, dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin dalam
darah.
• Apabila kadar bilirubin total >5 mg/dl disebut dengan
hyperbilirubinemia.
EPIDEMIOLOGI
Angka kematian terkait ikterus sebesar
13,1%. Didapatkan juga data insidens
ikterus pada bayi cukup bulan sebesar
12,0% dan bayi kurang bulan 22,8%.
Dikemukakan bahwa angka kejadian
Ikterus terdapat pada 60% bayi cukup
bulan dan pada 80% bayi kurang bulan.
Di Jakarta dilaporkan 32,19% menderita
ikterus.
ETIOLOGI

ETIOLOGI FAKTOR RESIKO


• Faktor maternal : Ras, komplikasi
kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan
Rh), ASI
• Faktor Perinatal :Trauma lahir
(sefalhematom, ekimosis),Infeksi (bakteri,
virus, protozoa)
• Faktor neonatus: Prematuritas , faktor
genetic, Polisitemia , Obat (streptomisin,
kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol),
Rendahnya asupan ASI, Hipoglikemia,
Hipoalbuminemia
Bayi baru lahir dapat mengalami
hiperbilirubinemia pada minggu pertama
kehidupan berkaitan dengan:
• Meningkatnya produksi bilirubin (hemolysis)
• Kurangnya albumin sebagai alat pengangkut
• Penurunan uptake oleh hati
• Penurunan konjugasi bilirubin oleh hati
• Penurunan ekskresi bilirubin
• Peningkatan sirkulasi enterohepatik
KLASIFIKASI

1. IKTERUS FISIOLOGIS
Ikterus yang timbul pada hari ke 2-3

Tidak mempunyai dasar patologis

Kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau tidak mempunyai


potensi menjadi kern ikterus

Tidak menyebabkan morbiditas pada bayi

Ikterus tampak jelas pada hari ke 5 dan 6 dan menghilang pada hari ke 10
2. IKTERUS PATOLOGIS

• Ikterus klinis terjadi pada 24 jam Asfiksia, hipoksia, sindrom


pertama kehidupan gawat napas pada neonates
• Peningkatan kadar bilirubin serum (SGNN)
sebanyak 5mg/dL atau lebih setiap Infeksi
24 jam Trauma lahir pada kepala
• Ikterus yang disertai proses Hipoglikemia, hiperkarbia
hemolisis (inkompatabilitas darah, Hiperosmolaritas darah
defisiensi G6PD, atau sepsis)
• Ikterus yang disertai oleh: • Ikterus klinis yang menetap setelah
bayi berusia >8 hari (pada NCB)
 Berat lahir <2000 gram atau >14 hari (pada NKB)
Masa gestasi 36 minggu
PATOGENESIS
DIAGNOSIS

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus


secara visual, sebagai berikut:
• Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang
hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih
parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak
terlihat pada pencahayaan yang kurang.
• Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui
warna di bawah kulit dan jaringan subkutan.
• Tentukan keparahan Ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian
tubuh yang tampak kuning.
TATALAKSANA
Untuk mengatasi ikterus pada Indikasi terapi sinar adalah:
bayi yang sehat, dapat dilakukan – bayi kurang bulan atau bayi berat
beberapa cara berikut: lahir rendah dengan kadar
- Minum ASI dini dan sering bilirubin >10 mg/dL.
- Terapi sinar, sesuai dengan – bayi cukup bulan dengan kadar
panduan WHO bilirubin >15 mg/dL.
- Pada bayi yang pulang sebelum Lama terapi sinar adalah selama 24
48 jam, diperlukan pemeriksaan jam terus-menerus.
ulang dan kontrol lebih cepat
(terutama bila tampak kuning).
Teori terbaru mengemukakan bahwa terapi sinar
menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin. Bentuk
isomer ini mudah larut dalam plasma dan lebih mudah
diekskresi oleh hepar ke dalam saluran empedu.

Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu


menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu
ke dalam usus, sehingga peristaltik usus meningkat dan
bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus halus.
Sedangkan melalui proses oksidasi bilirubin juga dapat
diekskresikan langsung melalui urin. Sehingga pada kasus
ini terapi sinar sangat efektif untuk menurunkan kadar
bilirubin pasien yang sangat meningkat.
Terapi suportif: Monitoring :
• Minum ASI atau pemberian ASI • Bilirubin dapat menghilang dengan
peras. cepat dengan terapi sinar. Warna
• Infus cairan dengan dosis kulit tidak dapat digunakan sebagai
rumatan petunjuk untuk menentukan kadar
bilirubin serum selama bayi
mendapat terapi sinar dan selama 24
jam setelah dihentikan.
• Pulangkan bayi bila terapi sinar sudah
tidak diperlukan, bayi minum dengan
baik, atau bila sudah tidak ditemukan
masalah yang membutuhkan
perawatan di RS.
PENCEGAHAN

Pencegahan • Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 – 12


kali/ hari untuk beberapa hari pertama.
• Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau
Primer air pada bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi.

• Wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus


Pencegahan serta penyaringan serum untuk antibody isoimun yang tidak biasa.
• Memastikan bahwa semua bayi secara rutin di monitor terhadap
timbulnya Ikterus dan menetapkan protocol terhadap penilaian
sekunder Ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda – tanda vital bayi,
tetapi tidak kurang dari setiap 8 – 12 jam.
KOMPLIKASI
• Kern icterus atau ensefalopati bilirubin
adalah sindrom neurologis yang
disebabkan oleh deposisi bilirubin tidak
terkonjugasi (bilirubin tidak langsung
atau bilirubin indirek) di basal ganglia
dan nuclei batang otak
• Dengan gejala : menetek tidak kuat,
stupor, hipotonia, kejang, gangguan
pendengaran, keterampilan motorik yang
terlambat, opistotonus, demam.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS ANAMNESIS

• Nama : An. M • Anamnesis : Alloanamnesis


• Umur : 0 bulan, 4 hari
• Keluhan Utama : Badan
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat : Kp. Sukamantri Bekasi menguning sejak 1 hari yang
• Agama : Islam lalu
• Suku : Betawi
• Tanggal Masuk RS: 02 Januari 2019
• Tanggal Periksa : 02 Januari 2019
• Rekam Medis : 10-18-39-00
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien anak perempuan berusia 4 hari datang ke RS. Karya Medika 1


dengan keluhan utama badan kuning sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Ibu pasien menyadari kuning tersebut berawal dari wajah hingga ke seluruh
tubuh. Ibu pasien mengaku bahwa sebelumnya ASI yang keluar hanya sedikit,
dan pasien hanya meminum ASI tanpa meminum susu formula dan hisapan
masih adekuat. BAB berwarna kuning kehijauan, konsistensi cair. Ibu pasien
menyangkal adanya demam, dan menyangkal adanya BAK yang berwarna
kuning pekat. Sebelumnya pasien pulang atas permintaan sendiri di rumah
sakit lain dan dan dirawat dengan kuning dan kadar bilirubin total sebesar 22
mg/dL.
Pasien adalah anak ke empat, dilahirkan di rumah sakit, pada tanggal
29 Desember 2018 jam 08.15. Dikatakan oleh ibu pasien, bayi lahir spontan,
merah, tidak kuning, segera menangis, dengan BBL 3100 gr, PB 48 cm, tidak
ada kelainan.
Riwayat penyakit terdahulu
Keluhan seperti ini baru pertama kali dialami pasien.

Riwayat keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa anak keduanya juga mengalami hal serupa.

Riwayat kehamilan
Selama kehamilan, ibu dikatakan tidak ada keluhan dan tidak ada tanda-tanda
kelainan. Kehamilan ini adalah kehamilan keempat ibu pasien. Ibu pasien rutin
melakukan ANC di bidan setiap bulan. USG pada usia kehamilan 4 & 7 bulan di
dr. Sp. OG. Umur kehamilan 9 bulan. Nyeri BAK disangkal, keputihan disangkal,
gerak anak terasa baik. Riwayat penyakit Ibu seperti tekanan darah tinggi,
kencing manis, penyakit jantung, dan asma tidak ada. Ibu pasien tidak
menggunakan obat-obatan kecuali yang diberikan dibidan.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Komposmentis
• GCS : E4 V5 M6
• Nadi : 115x/menit
• Napas : 26x/menit
• Suhu : 36,5 oC
• Tinggi Badan : 48 cm
• Berat badan : 2800 gram

Status Generalisata
• Kepala : Normocephali, UUB datar.
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), pupil bulat isokor 2mm/2mm,
refleks cahaya (+/+)
Telinga : Bentuk normal simetris, secret (-/-), nyeri tekan (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), keluar cairan (-)
Leher :Pembesaran KGB (-), benjolan (-)
Toraks
• Pulmo :
• Inspeksi : bentuk dinding dada simetris, ukuran normal, pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-),.
• Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris
• Perkusi : sonor pada kedua lapang atas, tengah dan bawah paru.
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada lapangan paru kanan dan kiri, wheezing -/-, ronkhi (-/-), stridor (-/-)
Cor : BJ I – II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi : Distended (-)
• Auskultasi : bising usus (+) normal
• Perkusi : timpani
• Palpasi : Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba, turgor N
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), deformitas (-), Kramer V
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
Hiperbilirubinemia

PENATALAKSANAAN
• Rencana Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap dan bilirubin
• Rencana Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
– IVFD D10% 8 tetes mikro
– Pasien dan keluarga diberi edukasi mengenai
penyakit yang diderita pasien dan
penatalaksanaannya.
– Fototerapi 2x24 jam
– ASI diberikan setiap 2 jam

PROGNOSIS
• Quo Ad Vitam : Dubia Ad bonam
• Quo Ad functionam : Dubia Ad bonam
• Quo Ad sanationam : Dubia Ad bonam
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
• Ikterus merupakan deskolorasi kuning • Pasien berusia 4 hari
pada kulit, membran mukosa, dan
sklera akibat peningkatan kadar dengan keluhan badan
bilirubin dalam darah.Warna kuning
tersebut tampak pada sklera, membran kuning sejak 1 hari yang lalu
mukosa, wajah, frenulum, palmar dimulai dari wajah hingga ke
creases, yang meluas sesuai arah
sefalokaudal ke dada, perut, kemudian seluruh tubuh, ibu pasien
ekstremitas. mengatakan bahwa ASI
• Ikterus fisiologis timbul pada hari ke 2-
3, tidak mempunyai dasar patologis yang diberikan kepada
• Faktor yang mempengaruhi ikterus pasien sangatlah kurang,
salah satunya adalah rendahnya asupan
ASI karena ASI yang sedikit
keluarnya.
TEORI KASUS
• Jika ikterus dari wajah hingga • Pada pemeriksaan fisik
telapak tangan dan telapak kaki ditemukan sklera ikterik dan
termasuk Kramer V, dan perkiraan Kramer V, lain- lain dalam batas
bilirubin pada aterm > 15 mg/dL normal
• Pemeriksaan bilirubin serum • Pemeriksaan penunjang
merupakan baku emas penegakan didapatkan bilirubin total 22
diagnosis ikterus serta untuk mg/dL, lain-lain dalam batas
menentukan perlunya intervensi normal
lebih lanjut. Umumnya yang
diperiksa adalah bilirubin total
dengan nilai normal 0-1 mg/dL
TEORI KASUS
• Pemberian cairan dengan dosis rumatan Terapi yang diberikan adalah:
• Indikasi terapi sinar salah satunya
adalah bayi cukup bulan dengan kadar • IVFD D10% 8 tetes mikro
bilirubin >15 mg/dL. Lama terapi sinar
adalah selama 24 jam terus-menerus, • Fototerapi 2x24 jam
istirahat 12 jam, bila perlu dapat • ASI diberikan setiap 2 jam
diberikan dosis kedua selama 24 jam.
• Pemberian ASI dilakukan tiap 2-3 jam
DAFTAR PUSTAKA

• Richard E., et al. 2003. Nelson Textbook of Pediatrics 17th ed. Philadelpia: WB Saunders Company.
• Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985.
• ”Perinatologi”, dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak jilid 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,
• American Academy of Pediatrics. 2004. Clinical Practice Guideline. Management of hyperbilirubinemia in the
newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics 114:297316.
• WHO. 2003. Managing newborn problems:a guide for doctors, nurses, and midwives. Departement of
Reproductive Health and Research. Geneva: World Health Organization.
• Martin CR, Cloherty JP. 2004. Neonatal Hyperbilirubinemia. In: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, editors.
Manual of Neonatal Care, 5th edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
• Hamid, H.A. 2000. “Ikterus Neonatorum”, dalam: Suraatmaja, S., Soetjiningsih (eds), Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar, cetakan II, Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
UNUD/RSUP Sanglah.
• Kosim, M.S., Santosa, G.I., dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, edisi I, Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta, hal.296-300, 61-63.

Anda mungkin juga menyukai