Anda di halaman 1dari 21

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pre- eklampsia –eklampsia


1.1.1 Pengertian
Pre-eklampsia adalah penyakit hipertensi yang khas dengan disertai proteinuria dan
edema yang timbul akibat kehamilan setelh usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan tanpa disertai kejang (Kapita Selekta Jikid I, 2001).Pre – eklampsia adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah 20 minggu atau
segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeclampsia yang disertai kejang dan atau koma
yang timbul akibat kelainan neurologi (kapita selekta kedokteran edisi ke 3).
Pre-eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rustam Muchtar, 1998).Pre-eklampsia adalah
penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan protein uria yang timbul karena
kehamilan. (Ilmu kebidanan, 2005)
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul akibat kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke -3 kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mula hidafidosa (Sarwono Prawiroharjo : 2006
: 282). Pre-eklampsia berat merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan
walaupun belum jelas bagaimana terjadi di Indonesia preeclampsia, eklampsia, disamping
perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian
perinatal yang tinggi (Prof. Dr. Sarwono Prawiroharjo, Ds06)
Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg, atau lebih disertai proteinuria dan atau diserati edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009).
Eklampsia berasal dari Yunani yang berarti halilintar karena gejala eklampsia dating
dengan mendadak dan mendatangkan suasana gawat dalam kebidanan. Dikemukakan
beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian preeclampsia dan eklampsia sehingga dapat
menetapkan upaya promotif dan preventfi ( Manuaba : 2009)
Pre-eklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat
bila satu atau lebih tanda gejala di bawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110 mmHg atau
lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam : 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif
3. Oligouria, air kencing 400ml atau kurang dalam 2-4jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
5. Edema paru dan sianosis. (Ilmu kebidanan : 2005)

1.1.2 Etiologi
Apa yang menyebabkan pre-ekslampsia dan eklampsia samapi sekarang belum
diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab yang
member jawaban yang memuaskan. Teori yang harus dapat menerangkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, keha primigravida, hamil ganda
dan molahidasidosa.
2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya usia kehamilan.
3. Gejala penyakit berkurang bila terjadi kematian janin.

1.1.3 Patofisiologi
Pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah di sertai dengan retensi garam dan
air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus, pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat di lalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah kan
naik. Sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan intertisia belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi
air dan garam.
1. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus.Pada organ-organ :
a. Otak
Pada pre-eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal.
b. Placenta dan rahim
Aliran darah menurun ke placenta dan menyebabakan gangguan janin dank arena
kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsia sering terjadi peningkatan
tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus premature.
c. Ginjal
Filtrasi glomelurus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun, hal ini menyebabkan
filtrasi natrium melalui glomelurus menurun. Sebagai akibatnya terjadi retensi garam dan
air. Filtrasi glomelurus dapat turun sampai 50 % dari normal sehingga pada keadaan
lanjut dapat terjadi oligouria dan anuria.
d. Paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat hidraminion, dan molahidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus,
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan –kehamilan berikutnya.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, kejang dan koma
Teori yang saat ini banyak dikemukakan sebagai penyebab pre-eklampsia ialah
iskema placenta, akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang
berkaitan dengan penyakit itu. Teori iskemia placenta dianggap dapat menerangkan berbagai
gejala pre-ekslampsia dan ekslampsia yaitu :
- Kenaikan tekanan darah
- Pengeluaran protein pada urine
- Edema kaki, tangan sampai muka
- Terjadinya gejala subjektif
Sakit kepala
Mata kabur
Nyeri pada epigastrium
Sesak nafas
Berkurangnya urine
- Menurunkan kesadaran wanita hamil samapai koma
- Terjadi kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, rennin,
dan aldosteran sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolism dapat
berlangsung. Pada pre-eklampsia dan eklampsia terjadi penurunan angiotensin, rennin, dan
aldosteran tetapi di jumpai edema, hipertensi, dan ptotein uria.
Bagaimana teori iskema implantasi dapat menerangkan gejala klinik tersebut.
Berdasarkan teori iskemia placenta bahan troflobos akan diserap ke dalam sirkulasi yang
dapat meningkatkan sensifitas terhadap angiotensin, rennin dan aldosteran, spasme pembuluh
darah arterio dan tertahannya garam air.
Teori iskemia daerah implantasi placenta di dukung pernyataan sebagai berikut :
1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada aspirasi. Kadang-kadang
ditemukan asbes paru-paru
e. Mata
Adanya edema retina spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut maka harus
dicurigai pre-ekslampsia berat pada ekslampsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan
edema intra okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan.
f. Keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-ekslampsia ringan tidak dijumpai adanya perubahan tapi pada pre-eklampsia berat
dan ekslampsia kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organic lainnya,
sehingga cadangan alkali akan turun (Prof. Dr Rustam Mochtar, synopsis obstetric jilid I)

1.1.4 Tanda atau gejala pre-ekslampsia berat


Pre-eklampsia berat, bila satu atau lebih tanda atau gejala dibawah ini ditemukan :
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus
Trombosit < 100.000/mm3
Oliguria < 400 ml / 24 jam
Protein uria > 30 / liter
Nyeri epigastrium
Perdarahan retina
Edema pulmonum
Gangguan cerebral dan virus
Pandangan mata kabur
Bengkak pada muka dan tangan
Eklampsia ditandai oleh gejala-gejala pre-ekslampsia berat dan kejang :
Kejang dapat terjadi tidk tergantung dari beratnya hipertensi
Kejang bersifat tonik klonik, menyerupai kejang pada epilepsy grand mal
Koma terjadi sesudah kejang, dapat berlangsung lama (berjam-jam).
(Sarwono, pelayanan kesehatan matemal dan neonatal)

1.1.5 Klasifikasi Pre-eklampsia


1. Pre-ekslampsia ringan
Gejala dan tanda :
Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam
Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam
Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih seminggu
Protein uria 0,3 gram atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1-2 pada urine kateter atau
urine aliran pertengahan.
2. Pre-eklmapsia berat
Gejala dan tanda :
Tekanan darah 160 / 110 mmHg
Oligouria, urine kurang dari 400 cc / 24 jam
Proteinuria lebih dari 3 gram/liter
Keluhan subjektif :
a. Nyeri epigastrium
b. Gangguan penglihatan
c. Nyeri kepala
d. Edema paru dan sianosis
e. Gangguan kesadaran
Pemeriksaan :
a. Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
b. Perdarahan pada retina
c. Trombosit kurang dari 100.000/mm
3. Eklampsia
Menjelang kejang-kejang dapat didahului gejala subjektif yaitu nyeri kepala di daerah frontal,
nyeri epigastrium, penglihatan semakin kabur dan terdapat mual dan muntah dan
pemeriksaan menunjukkan hiperfleksia atau makin terangsang.
1.1.6 Gambaran klinik
Biasanya tanda-tanda timbul dalam urutan pertambahan berat badan yang
berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan akhirnya protein uria. Pada pre-eklampsia ringan
tidak ditemukan gejala-gejala subjektif. Pada berat didapatkan sakit kepala di daerah
frontal.Skotoma, diplopia. Penglihatan kabur nyeri di daerah epigastrium, mual dan muntah.
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada TD yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa
eklampsia akan timbul. TD pun meningkat lebih tinggi, edema menjadi lebih umum dan
protein uria bertambah banyak.

1.1.7 Diagnosis
Pada umumnya diagnosis didasarkan atas adanya 2 dari tanda utama yaitu : hipertensi,
edema, dan proteinuria. Hal ini memang berguna untuk kepentingan statistik, tapi dapat
merugikan penderita karena tiap tanda dapat merupakan bahaya kendatipun ditemukan
sendiri. Adanya satu tanda harus menimbulkan kewaspadaan, apalgi karena cepat tidaknya
penyakit tidak dapat diramalkan dan bila ekslampsia terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun
bayi menjadi jauh lebih buruk.

1.1.8 Pencegahan
Pengobatan hanya dapat dilakukan simtomatis karena etiologi preeclampsia, dan faktor-
faktor apa saja dalam kehamilan yang menyebabkannya. Tujuan utama penanganan
mencegah terjadinya pre eklampsia berat dan eklampsia, melainkan janin hidup dan
melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya pengobatan atau penanganan preeclampsia terdiri atas pengobatan medic
dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat
optimal, yaitu sebelum janin dalam kandungan , akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup
di luar kandungan dari pada di dalam uterus.
Pengobatan preeklampsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena tindakan
tersebut mengingat sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia dengan bayi yang masih
prematur penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan eklampsia dan
kematian janin. Pada janin dengan berat badan rendah kemungkinan hidup pada preeclampsia
berat lebih baik di luar dari pada di dalam uterus. Cara pengobatan dapat dilakukan dengan
induksi persalinan atau persalinan atau section cesarean menurut keadaan pada umumnya.
a. Penanganan pre eklampsia ringan
Instirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan. Istirahat
dengan berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke placenta meningkat,
aliran darah ke ginjal juga banyak, tekanan vena pada ekstremitas bawah turun dan resorbsi
cairan dari daerah tersebut bertambah. Selian itu juga mengurangi kebutuhan volume darah
yang beredar. Oleh sebab itu dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema
berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 3 mg sehari akan menenangkan penderita dan dapat
juga menurunkan tekanan darah.
b. Penanganan pre eklampsia berat
Para penderita yang masuk sudah ada tanda-tanda dan gejala PEB segera harus diberi
sedative yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang. Apabila sudah 12 – 24 jam
bahaya akut dapat diatasi dapat dilakukan cara terbaik untuk menghentikan kehamilan,
tindakan ini perlu untuk mencegah eklampsia.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan:
Larutan sulfas magnesium 40% sebanyak 10 ml (4 gr) disuntikkan IM bokong kiri dan
kanan sebanyak dosis permulaan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan.
Tambahan sulfus magnesium hanya diberikan jika dieresis baik, reflek patela + dan
kecepatan pernafasan lebih dari 16x per menit. Obat tersebut akan menenangkan,
menurunkan tekanan darah, kemungkinan kejang dan eklampsia. Apa bila terjadi oligouria,
sebaiknya penderita diberi glukosa 20% secara IV. Obat diuretika tidak diberikan secara
rutin.
Kadang-kadang keadaan penderita dengan pengobatan tersebut diatas menjadi lebih
baik, akan tetapi umunya pada PEB sesudah bahaya akut sebenarnya sebaiknya di
pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan oleh karena dalam keadaan demikian harapan
janin untuk hidup terus tidak besar dan adanya janin dalam uterus menghambat sembuhnya
penderita dan penyakitnya.
Indikasi untuk pengakhiran kehamilan ialah ringan dengan kehamilan lebih dari cukup
bulan, dengan hipertensi atau protein uria menetap selama 10 – 14 hari, dan janin cukup
matur untuk dilahirkan.
BAB II

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN OBSTETRI

MRS : 20-04-2017 JAM : 16.44 WIB

DPJP : dr. Ade Permana, Sp.OG

A. DATA SUBJEKTIF

I. Identitas Pasien

Nama : NY.ES Nama Suami : TN. MS

Umur : 34 TH Umur : 41 th

Suku/Bangsa : Melayu Suku/Bangsa : Melayu

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan :- Pendidikan :-

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : RT. 2 parit 8 Tanjabar Alamat : RT.2 Parit 8 Tanjabar

II. Keluhan Utama :

Os rujukan dari RS tungkal dengan keluhan ingin melahirkan dan tekanan darah
yang tinggi.
III. Riwayat Perjalanan Penyakit

Ny. ES 34 th rujukan dari RS Tungkal, dirujuk ke RSUD Raden Mattaher dengan


keluhan ingin melahirkan dan tekanan darah yang tinggi. Pasien dirujuk dengan alasan
peralatan operasi sedang rusak.

III. Data Kebidanan

a. Haid
Menarche Umur : 12 tahun
Haid : teratur tidak teratur
Lama haid : 7 hari
Siklus : 28 hari
Dismenorrhea : Ya Tidak
Warna Merah Tua Merah Segar
Merah Kehitaman Coklat
Bentuk Perdarahan / Haid : encer bergumpal flek
Bau haid : anyir Busuk
Flour albous : Sebelum Sesudah
Jumlah : Banyak Sedikit
Lama : 2 Hari
Warna : Putih
Banyak : Sedikit

b. Riwayat Perkawinan
Status Perkawinan : Kawin : Ya Tidak
Jika Kawin : Berapa kali : 1 kali lamanya perkawinan 18 th
Usia : 16 Tahun
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tahun Umur Jenis Penolong Penyulit Nifas Anak ket
Kehamilan Persalinan JK BB

1 1999 aterm SC Dokter Sungsang LK (3800gr)


2 2002 aterm Normal Bidan - PR (3000gr)
3 ini

d. Riwayat Kehamilan Sekarang

GPA : G3 P2 A0

HPHT : lupa

TP : -

ANC : Bidan

Imunisasi TT : lengkap

Keluhan Umum : Ingin melahirkan dan Tekanan darah tinggi

e. Riwayat KB

Pernah mendengar tentang KB : Pernah Tidak

Pernah menjadi Aseptor KB : Pernah Tidak

Alat kontrasepsi yang pernah dipakai : Suntik Pil

Implant IUD

Tidak KB Lain-Lain

Alasan berhenti jadi aseptor : Ingin punya anak

IV. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keturunan Kembar : Ada Tidak ada


Penyakit menular/keturunan

Diabetes Mellitus Hepatitis PJK

Hipertensi TB

2. Perilaku Kesehatan yang lalu

Penyakit menular / keturunan

Diabetes Mellitus Hepatitis PJK

Hipertensi TB Tifoid

B. DATA OBJEKTIF

a.Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Lemah Baik Cukup

1. Kesadaran : Compos mentis

2. Tanda Vital

Tekanan darah : 170/100 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Temperature : 36,5oC

Pernafasan : 22 x/menit

Teratur Tidak teratur

Dalam Dangkal

Berat badan sebelum hamil : 74 Kg

Berat badan saat hamil : 84 Kg

Tinggi badan : 154 cm

Lingkaran lengan atas : 32 cm


b. Pemeriksaan Obstetri

1. Inspeksi

a. KEPALA

Wajah : Pucat Sianosis

Rambut : Kebersihan

Rontok : Ya Tidak

Cloasma gravidarum : Ada Tidak ada

Konjungtiva : Pucat merah muda

hiperemi

Sklera : Putih Ikterus

Perdarahan

Mulut dan gigi : Stomatitis Karies

Trismus Perdarahan gusi

Lidah : Bersih Kotor

Telinga : Serumen Perdarahan

Lain-lin, jelaskan :
………………………………………………………….....

b. Leher

Pembesaran Kelenjar Tiroid : ada tidak

Pembesaran Kelenjar Limfe : ada tidak

Pembesaran Vena Jugularis : ada tidak


Lain- lain,jelaskan : ada tidak

c. Dada

Tarikan : ada tidak

Bentuk : Simetris Asimetris

Mammae : Radang Ada benjolan tidak ada


benjolan

Putting susu : Menonjol datar


masuk

Areola Mammae : Hiperpigmentasi areola / papilla

Colostrum : keluar belum

Pembesaran Mammae : Simetris Asimetris

d. Abdomen

Pembesaran perut : simetris Asimetris

Linea : Alba Nigra

Striae : Albicans Livida

Bekas Luka Operasi : Ya Tidak

e. Genitalia Esterna

Labia Mayora / Minora : simetris Asimetris

Pembengkakan kelenjar Bartholini : ada tidak

Pengeluaran Vagina : -

f. Ekstremitas : edema Varises Simetris Asimetris

g. Reflexs Pattela Ka / Ki : +/+


2. Palpasi

Leopold I : TFU 32 cm.

Leopold II : PU-KI

Leopold III : Kepala. -

Leopold IV : Teraba Bokong, sudah masuk PAP

TBJ : 3720 gr

HIS : -

3.Auskultasi

DJJ : Positif Negatif

Lokasi DJJ : lumbal kiri

Frekuensi DJJ : 160 x/m

Bising Usus : Positif Negatif

4. Pemeriksaan dalam :

5. Pemeriksaan Panggul

a. Pintu Atas Panggul

- Linea ingeminta : TDP

- Promontorium : TDP

- Conjugata Vera : TDP

b. Pintu Tengah Panggul

- Dinding Panggul : TDP

- Os Sacrum : TDP

- Spina Ischiadica : TDP

c.Pintu Bawah Panggul


- Os Coccygeus : TDP

- Arcus Pubis : TDP

6. Pemeriksaan Laboratorium

a. Urine rutin

Protein : +2

Glukosa :(-)

b. Darah rutin

Hb : 10,9 g/dl

Leukosit : 7.2. 103 g/l

Eritrosit : 3.98. 10 12 g/l

Trombosit : 53. 109 /L

Hematokrit : 31,4 %

Golongan Darah :A B AB O

c. Kimia Darah

GDS : 138 g/dl

SGOT : 47 U/L

SGPT : 47 U/L

Ur : 25 mg/dl

Kr : 0.9 mg/dl

Albumin : 3.3 g/dl

Globulin : 1.9 g/dl

d. Elektrolit
Natrium : 146.27 mmol/L
Kalium : 4.63 mmol/L
Chlorida : 94.48 mmol/L
Calcium : 1.26 mmol/L

C. ASSESMENT (DIAGNOSIS)

- G3P2A0 hamil Aterm belum inpartu dengan Preeklampsia Berat + HELLP Syndrome

- Janin Tunggal Hidup Preskep

D. PLANNING

Rencana dan Pelaksanaan

Planning
20/4/2017 S: Ingin melahirkan
O : KU : sedang
TD: 170/100 mmHg RR: 22X/M
N: 80X/M T : 36.5
DJJ 160 x/m
A :- G3P2A0 hamil Aterm belum inpartu dengan Preeklampsia Berat +
HELLP Syndrome
- JTH Preskep
P: - IVFD RL xx gtt/I + drip 25 cc MgSO4
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gr IV)
- Inj. Dexamethasone 2x1 ampul IV)
- Nifedipin tablet 4x10 mg
- Dopamet 3x250 mg
- Observasi TTV, Reflek patella
- Rencana operasi

22.15 - Dilakukan SC
- Bayi lahir jenis kelamin lak-laki BB 4300 gram, A/S 9-10
- Operasi selesai jam 22.30
- Rawat ibu di ICU

21/4/2017 S: Nyeri luka operasi


O : KU : sedang
ICU
TD: 165/97 mmHg RR: 16 x/m
N: 82x/m T : 36.5
SpO2 = 97%
Hasil lab: 00.45 WIB
Hb : 8.0 g/dl
Leukosit : 7.4. 109 g/l
Eritrosit : 2.86. 10 12 g/l
Trombosit : 53. 109 /L
Hematokrit : 22,2 %
A : Post SC hari 1 a/I PEB + Hellp Syndrome
P: - IVFD RL xx gtt
- Inj. Dexamethasone 3x1 ampul (IV)
- Inj. Kalnex 3x1 ampul (IV)
- Inj. Metoclopramide 6x½ ampul (iv)
- Inj. Omeprazole 1x40 mg (IV)
- Pronalges Supp 3x1
- PO: - DC 6x 100 mg
- Dopamet 3x250 mg
- B 6 2x1 tab

16.00
S: Nyeri luka operasi
O : KU : sedang
TD: 139/76 mmHg RR: 22X/M
N: 79X/M T : 36.5
SpO2 = 97%
Hasil Labor tgl 21/4/2017 (16.25 WIB)
Hb : 8.6 g/dl
Leukosit : 11.4. 109 g/l
Eritrosit : 3.07. 10 12 g/l
Trombosit : 53. 109 /L
Hematokrit : 23,4 %
A : Post SC hari I a/i PEB + Hellp Syndrome
P: - IVFD RL xx gtt
- Inj. Dexamethasone 3x1 ampul (IV)
- Inj. Kalnex 3x1 ampul (IV)
- Inj. Metoclopramide 6x½ ampul (iv)
- Inj. Omeprazole 1x40 mg (IV)
- Pronalges Supp 3x1
- PO: - DC 6x 100 mg
- Dopamet 3x250 mg
- B 6 2x1 tab

22/4/2017
S :Nyeri luka operasi, perut kembung
O : KU : sedang
TD: 146/85 mmHg RR: 20X/M
N: 79X/M T : 36.5
SpO2 = 98%
A : Post SC hari 2 a/i PEB + Hellp Syndrome
P: - IVFD RL xx gt
- ACC pindah ruangan biasa oleh dr. Ade Permana, Sp.OG
- PO: - Nifedipin tablet 4x10 mg
- Dopamet 3x250 mg
- Disfiatil 2x1 tab
- Enzymflex 1x1 tab
Bila tidak ada obat di atas – vit B6 2x1 tab

23/4/2017
S :Nyeri luka operasi, perut kembung
O : KU : sedang
TD: 146/85 mmHg RR: 20X/M
N: 79X/M T : 36.5
A : Post SC hari 3 a/i PEB + Hellp Syndrome
P: - IVFD RL xx gt
- PO:
- Dopamet 3x250 mg
- B 6 2x1 tab

24/4/2017 S :Nyeri luka operasi


O : KU : sedang
TD: 146/85 mmHg RR: 20X/M
N: 79X/M T : 36.5
A : Post SC hari 4 a/i PEB + Hellp Syndrome
P: - IVFD RL xx gt
- Transfusi PRC 1 kantong
- Aff Kateter urin
- PO: - Nifedipin tablet 4x10 mg
- Dopamet 3x250 mg
- vit B6 2x1 tab
S: Nyeri luka operasi
25/4/2017 O : KU : sedang
TD: 170/100 mmHg RR: 22X/M
N: 80X/M T : 36.5
A : Post SC hari 5 a/I PEB + Hellp Syndrome
P: - Aff Infus
- Ganti Verband
- Nifedipin tablet 4x10 mg
- Dopamet 3x250 mg
- Os boleh Pulang, Kontrol ulang tanggal 29/04/2017 dengan Sp.OG
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien Ny. ES 34 th rujukan dari RS Tungkal, dirujuk ke RSUD Raden Mattaher dengan
keluhan ingin melahirkan dan tekanan darah yang tinggi. Pasien dirujuk dengan alasan
peralatan operasi sedang rusak. Pada pemeriksaan dijumpai Tekanan Darah 170/110
mmHg, proteinuria + 2 dan hamil aterm, pasien didiagnosa dengan G3P2A0 hamil Aterm,
belum inpartu dengan Preeklampsia Berat, JTH Preskep. Diagnosa PEB ditegakkan
berdasarkan kriteria penegakan,

Pre-eklampsia berat, bila satu atau lebih tanda atau gejala dibawah ini ditemukan :

Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg


Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus
Trombosit < 100.000/mm3
Oliguria < 400 ml / 24 jam
Protein uria > 30 / liter
Nyeri epigastrium
Perdarahan retina
Edema pulmonum
Gangguan cerebral dan virus
Pandangan mata kabur
Bengkak pada muka dan tangan
Pada pasien dengan PEB dilakukan penatalaksanaan sebagai berikut:
a. Pemberian sedative yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.
Apabila sudah 12 – 24 jam bahaya akut dapat diatasi dapat dilakukan cara terbaik
untuk menghentikan kehamilan, tindakan ini perlu untuk mencegah eklampsia.
b. Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan:
Larutan sulfas magnesium 40% sebanyak 10 ml (4 gr) disuntikkan IM bokong kiri
dan kanan sebanyak dosis permulaan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut
keadaan. Tambahan sulfus magnesium hanya diberikan jika dieresis baik, reflek
patela + dan kecepatan pernafasan lebih dari 16x per menit. Obat tersebut akan
menenangkan, menurunkan tekanan darah, kemungkinan kejang dan eklampsia. Apa
bila terjadi oligouria, sebaiknya penderita diberi glukosa 20% secara IV. Obat
diuretika tidak diberikan secara rutin.
c. Indikasi untuk pengakhiran kehamilan ialah ringan dengan kehamilan lebih dari
cukup bulan, dengan hipertensi atau protein uria menetap selama 10 – 14 hari, dan
janin cukup matur untuk dilahirkan.
Pada pasien ini tatalaksana yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Drip 25 cc MgSO4 dalam RL 500cc sebanyak 25 cc sebagai pengobatan untuk
mencegah terjadinya kejang
b. Injeksi antibiotic Ceftriaxone sebanyak 2x 1Gr sebagai antibiotik profilaksis
c. Pemberian Nifedipin tablet 4x10 mg dan Dopamet 3x250 mg sebagai anti hipertensi
d. Pasien direncanakan untuk menjalani sectiosecaria

Anda mungkin juga menyukai