Anda di halaman 1dari 16

KOLIK ABDOMEN

PADA ANAK
Presented by : Group 2
Astik Wijayanti
Hamsyah
Natalia A. Raolika
Rahmawati
Siti Hadijah
Pengertian Kolik Abdomen

Collic abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi


usus sepanjang traktus intestinal (Nettina,2001).
Obtruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus kedepan tetapi
peristaltiknya normal (Reeves,2001)
• Colic abdomen pada anak/bayi adalah suatu
kondisi yang membuat bayi menangis terus
menerus tanpa ada penyebabnya. Bayi dengan
kolik sering menangis lebih dari 3 jam sehari
selama 3 minggu atau lebih.
Etiologi
a. Alergi
b. Intoleransi laktosa
c. Gangguan pencernaan yang dihubungkan dengan kondisi bayi
prematur
d. Produksi gas dalam saluran cerna yang berlebihan
e. Usus yang sensitif terhadap jenis protein tertentu
f. Bayi mengalami kesulitan buang angin dan konstipasi
g. Bayi yang lahir prematur dengan kondisi sistem syaraf yang belum
berkembang dengan baik
Manifestasi Penyakit

• Nafsu makan berkurang


• Kram (abdomen tengah sampai bawah),
• kemudian terjadi muntah (fekulen),
• peningkatan bising usus,
• nyeri tekan difusi minimal.
• Bayi menangis intens tanpa alasan yang jelas
MEKANISME PENYAKIT
Pencernaan belum berkembang sempurna

intoleransi laktosa

Virus/bakteri

infeksi

Hipotalamus peradangan perubahan status kesehatan

Mediator nyeri peningkatan suhu tubuh mual muntah defisit informasi

Nyeri penurunan nafsu makan kurangnya pengetahuan

resiko gangguan pemenuhan nutrisi cemas


Pemeriksaan Penunjang
• Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
• Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang
tertutup.
• Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan antara lain:
• Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah
• Arteri gas dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik
• Nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau
dehidrasi.
• Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.
• Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk persiapan bedah, juga
dapat membantu menegakkan diagnosis yang lainnya.
Penatalaksanaan
(Farmakologis)
• Obat probiotik, untuk membantu menjaga keseimbangan alami bakteri baik pada saluran
pencernaan
• Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan jumlah sekresi
lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor H2 (ARH2).
• Ex. Simetidine, rantidine dan famatidin
• Antasida
• Obat pelindung mukosa
• Ex. Sukralfat.
Next..
• (Nonfarmakologis)
• Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
• Terapi Na+, K+, komponen darah
• Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
• Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
• Implementasikan pengobatan untuk syok dan peritonitis.
• Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
• Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
• Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
• Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan
reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
Asuhan Keperawatan
1      Pengkajian
a.       Identitas klien
1)      Nama
2)      Umur
3)      Jenis kelamin
4)      Suku bangsa
5)      Pekerjaan
6)      Pendidikan
7)      Alamat
8)      Tanggal MRS
9)      Diagnosis
b. Keluhan utama
• Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat
MRS. Biasanya klien menangis secara intens tanpa
sebab yang jelas, muntah dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik
• Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
• Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak
tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
• Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya.
• Sistem persyarafan
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala.
• Sistem gastrointestinal.
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan
berkurang, muntah.
• Sistem genitourinaria/eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.
2.  Diagnosa
• Data 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya
ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan
abdomen, respon autonomik.
• Data 2
Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai
dengan anak terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang
kontak mata, ekspresi wajah penderita.
• Data 3
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses
penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan.
• Data 4
Hipertermi/Demam hingga 38 derajat celsius atau lebih jika bayi berusia kurang dari 3
bulan, dan 39 derajat celcius atau lebih untuk bayi berusia 3 bulan keatas
c. Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor
yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga
dibawa ke Rumah Sakit.
• Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji apakah anak pernah sakit seperti yang dirasakan
sekarang.
• Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit
keturunan atau menular.
3. Intervensi
a. Observasi TTV anak
b. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan
c. Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi
d. Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, kurang kontak mata
e. Dorong orang terdekat tinggal dengan anak
f. Ciptakan suasana yang nyaman misal hindari suara berisik yang dapat
menggangu istirahat anak, gendong bayi dan timang pelan-pelan
g. Dorong anak untuk makan makanannya sedikit demi sedikit
h. Berikan makan secara bertahap pada anak
i. Menghentikan konsumsi susu sapi, ganti dengan susu yang lain ( non laktosa )
j. Ganti botol susu bayi dengan jenis lain
k. Kolabaorasi dengan gizi

Anda mungkin juga menyukai