RESUME
PATOFISIOLOGI
Di Susun Oleh:
Dira Repuja
2001052
S1-3B
Dosen Pengampu :
A. Pengertian
Patofisiologi adalah gabungan patologi (studi tentang sebab dan akibat
penyakit) dengan fisiologi (studi tentang bagaimana sistem fungsi tubuh).
Patofisiologi dapat diartikan sebagai studi yang mempelajari bagaimana
suatu penyakit mempengauhi sistem tubuh.
Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan
sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan
medik. Kasus pada sistem gastrointestinal tersebut merupakan penyebab
utama kasus rawat inap di Amerika Serikat, salah satunya adalah
appendisitis. Walaupun gangguan pada saluran pencernaan bukan
merupakan penyebab langsung kematian seperti pada gangguan
kardiovaskuler, tetapi merupakan salah satu penyebab kematian tersering.
Angka kematian yang disebabkan oleh Appendisitis di Amerika Serikat
mencapai 0,2 – 0,8% dari angka kejadiannya
1. Dispepsia
Istilah dispepsia, yang menggambarkan keluhan atau kumpulan
gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh,
isendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada.
Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh
berbagai penyakit, tentunya termasuk juga di dalamnya penyakit
yang mengenai lambung, atau yang lebih dikenal sebagai penyakit.
Gejala dispepsia :
• Epigastric pain
Sensasi yang tidak menyenangkan; beberapa pasien merasa terjadi
kerusakan jaringan.
• Postprandiali fullness
Perasaan yang tidak nyaman seperti makanan berkepanjangan di
perut.
• Early satiation
erasaan bahwa perut sudah terlalu penuh segera setelah mulai
makan, tidak sesuai idengan ukuran makanan yang dimakan,
sehingga makan tidak dapat diselesaikan. Sebelumnya, kata “cepat
kenyang” digunakan, tapi kekenyangan adalah istilah yang benar
untuk hilangnya sensasi nafsu iakan selama proses menelan
makanan.
• Epigastrici burning
Terbakar adalah perasaan subjektif yang tidak menyenangkan dari
panas.
Patofisiologi :
a. Sekresi Lambung
b. Dismotilitas Gastrointestinal
c. Helicobacter pylori
Etiologi:
a. Factor infeksi
Jenis-jenis infeksi virus dan bakteri sebagai berikut :
a. Infeksi virus
1. Rotavirus
Penyebab tersering gastroenteritis akut pada bayi, sering
didahului atau disertai dengan muntah.
Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada
musim dingin
Dapat ditemukan deman atau muntah
Didapatkan penurunan HCC
2. Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas
3. Adenovirus
Timbul sepanjang tahun
Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernapasan
4. Norwalk
Epidemic
Dapat sembuh sendiri dalam 24-48 jam
b. Infeksi bakteri
1.Shingella
2.salmonella
3.Escherichia
coli
4.Campylobacter
5.Yersinia
enterecolitica
b. Factor Makanan
c. Factor lingkungan
a. Klasifikasi Konstipasi
- Konstipasi Kolonik
- Konstipasi dirasakan /persepsi
- Konstipasi Idiopatik
b. Manifestasi Klinik
- Distensi abdomen, borborigimus (gemuruh usus), rasa nyen
dan tekanan,
- penurunan nafsu makan, sakit kepala, kelelahan, tidak dapat
makan, sensasi pengosongan tidak lengkap
- mengejan saat defekasi, serta eliminasi volume feses sedikit, keras
dan kering
c. patofisiologi
Faktor dari Lumen Kolon dan Rektum:
Ada tiga faktor dari dalam lumen yang dapat menyebabkan konstipasi,
yaitu:
• Obstruksi kolon akibat keganasan, volvulus, atau striktur : obstruksi
pada kolon akan menyebabkan kesulitan pasase feses
• Berkurangnya motilitas usus : misalnya pada pasien yang
menggunakan laksatif secara berlebihan dalam waktu lama
• Obstruksi pada jalan keluar : misalnya akibat prolaps rektum, rectocele,
spasme sfingter anal eksternum, atau kerusakan nervus pudendus akibat
komplikasi persalinan spontan
Faktor dari Luar Lumen:
Beberapa faktor dari luar lumen yang dapat menyebabkan
konstipasi adalah :
• Pola makan yang rendah serat, kurang cairan, serta konsumsi alkohol
dan kafein yang berlebihan
• Penggunaan obat yang mempengaruhi neurotransmitter yang mengatur
gerakan kolon
Gangguan sistemik seperti gangguan endokrin dan gangguan neurologi
a. Gejala :
Nyeri abdominal sering pada epigastrik, ditandai dengan rasa
terbakar,ketidaknyamanan yang tidak jelas, rasa penuh di
perut atau keram.
Nyeri dimalam hari (antara jam 12 malam jam 3 subuh),
sehingga pasienterbangun.
Bervariasi tingkat keparahan nyeri tiap individu, bisa
musiman atau perperiode.
Perubahan karakteristik nyeri dapat menggambarkan
terjadinya nyerie)
Heartburn, sendawa dan bloating yang disertai nyerif)
Mual, muntah dan anoreksia
b. Patofisiologi
Faktor Agresif Merupakan faktor penyebab terjadi
kerusakan pada saluran cerna dan menimbulkan
penyakit.
Asam Lambung dan PepsinStress dan makanan dapat
memicu pelepasan asetilkolin, gastrin dan
histaminyang akan berikatan dengan resptornya,
sehingga dapat mengaktifkan pompa H /K ATPase dan
akan mensekresikan Asam (H) ke lumen lambung.
Infeksi Helicobacter pylori Beberapa faktor resiko yang
berperan terhadap timbulnya ulkus peptikum yaitu
infeksi Helicobacter Pylori, penggunaan NSAID (Non
Steroid Anti Inflamatory Drug’s) tarutama dalam jangka
waktu lama dan faktor-faktor lain sperti stress, kebiasaan
merokok, diet, sindrom Zollinger-Ellison, dll.
5. Gerd
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD/ Penyakit Refluks
Gastroesofageal) adalah suatu keadaan patologis yang disebabkan
oleh kegagalan dari mekanisme antireflux untuk melindungi
mukosa esophagus terhadap refluks asam lambung dengan kadar
yang abnormal dan paparan yang berulang.
1. Manifestasi Klinik
a. Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak
enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa
nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar
(heartburn), kadang-kadang bercampur dengan gejala
disfagia (kesulitan menelan makanan), mual atau
regurgitasi dan rasa pahit di lidah.
b. GERD dapat juga menimbulkan manifestasi gejala ekstra
esofageal yang atipik dan sangat bervariasi mulai dari
nyeri dada non-kardiak (non-cardiac chest pain/NCCP),
suara serak, laringitis, batuk karena aspirasi sampai
timbulnya bronkiektasis atau asma.
2. Etiologi
Penyakit refluks gastroesofageal bersifat multifaktorial.
Esofagitis dapat sebagai akibat dari refluks gastroesofageal
apabila:
1). Terjadi kontak – dalam waktuyang cukup lama antara
bahan refluksat dengan mukosa,
2). Terjadi penurunanresistensi jaringan mukosa esofagus,
walaupun waktu kontak antara bahan refluksatdengan
esofagus tidak lama.
Pertemuan II
A. Definisi
1. Diabetes Melitus
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri
berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan
sumber energi utama bagi sel tubuh manusia.
Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap
sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan
organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat
timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.
Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang
diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang
lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-
sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi
energi.
a. Dm Tipe 1
Defisiensi insulin secara absolute baik karena proses autoimun
maupun idiopatik.
b. Dm Tipe II
Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative hingga
defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
c. Dm Tipe Lain
Defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksogen pancreas, endokrinopati, drug-induced, infeksi,
sebab imunologi yang jarang, sindrom genetik lain yang berkaitan
dengan DM gestasional.
Komplikasi kronik DM :
1. Hipertensi
2. Infark Jantung
3. Stroke
4. Nefropati
5. Neuropati Otonom Perifer
6. Infeksi
7. Gangreen
8. Retinopati
GEJALA HYPOTHYROID:
Kekurangan Hormon ini di sebabkan :
1. RETARDASI METAL DENGAN
PERUBAHAN MORFOLOGI SYARAF
2. CRETINISME (PERTUMBUHAN TAK SEMPURNA)
3. INAKTIV
4. KULIT KEKUNINGAN, KERING DAN DINGAN
5. DENYUT JANTUNG LAMBAT
6. TEMPERATUR TUBUH RENDAH
7. GIGI LAMBAT TUMBUH
8. SELERA MAKAN KURANG
9. KONSTIPASI
Penyebab Hipotiroid:
Penyebab:
a. Pengertian
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru.Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk
berkembang biak, terdiri dari :
Testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya Reproduksi
atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu
faal(fisiologi).
Secara anatomi, organ kelamin Pria dibedakan menjadi organ kelamin luar
dan organ kelamin dalam.
Organ reproduksi luar terdiri dari :
o Penis merupakan organ kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin
jantandan betina untuk memindahkan semen ke dalam organ
reproduksi betina.Penis diselimuti oleh selaput tipis yang
nantinya akan dioperasi pada saat dikhitan/sunat. Penis sebagai
alat penting dalam hubungan seks baik untuk kreasi atau prokreasi.
o Scrotum merupakan selaput pembungkus testis yang berfungsi
sebagai untuk melindungi testis, skrotum mengandung otot polos
yang mengatur jarak jauh testis ke dinding perut dengan maksud
untuk mengatur suhu testis.
1. INFERTILITAS
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan
setelah 12 bulan atau lebih menikah melalui hubungan seksual secara
teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas
diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu primer dan sekunder.
Infertilitas primer terjadi ketika keadaan istri belum pernah hamil
sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi pada istri yang
pernah hamil.
Faktor penyebab infertilitas yang mendasar, yaitu faktor
pasangan pria, faktor servikal, disfungsi ovulasi, adanya masalah pada
rahim, atau organ pelvis pasangan wanita maupun keduanya dan
penyebab yang tidak dijelaskan. Diperkirakan faktor-faktor menjadi
penyebab infertilitas 40% dari faktor istri, 40% dari faktor suami dan
20% kombinasi keduanya
Pemeriksaan Riwayat infertilitas :
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Penilaian opulasi
• Uji Pasca Senggama (UPS)
Patofisiologi infertilitas wanita dapat disebabkan oleh gangguan
ovulasi, adhesi pelvis atau tuba, endometriosis, atau penyebab uterus
lainnya.
• Gangguan ovulasi menyebabkan infertilitas karena tidak adanya oosit yang
dikeluarkan. Kemungkinan kehamilan dan fertilisasi tidak akan terjadi
apabila tidak terdapat ovulasi. Gangguan ovulasi berdasarkan World
Health Organization (WHO) dapat dibagi menjadi empat subklasifikasi,
yaitu :
a. Anovulasi hipogonadotropik hipogonadal, disebabkan oleh :
• Gangguan makan atau aktivitas yang berlebih.
• Penurunan masukan kalori, penurunan berat badan
• aktivitas berlebih menyebabkan peningkatan kadar kortisol yang
kemudian menyebabkan supresi hormon gonadotropin (GnRH).
• Penurunan GnRH menyebabkan penurunan sekresi gonadotropin, follicle-
stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH) dari kelenjar
pituitari anterior.
b. Anovulasi normogonadotropik normoestrogenik
• Anovulasi normogonadotropik normoestrogenik umumnya disebabkan
oleh sindrom polikistik ovarium (PCOS). Infertilitas akibat PCOS umumnya
disebabkan oleh tidak terbentuknya folikel matur yang mengakibatkan
anovulasi
c. anovulasi hipergonadotropik hipoestrogenik
d. anovulasi hiperprolaktinemik.
Etiologi
Terdapat beberapa faktor penyebab infertilitas yang mendasar, yaitu
faktor pasangan pria, faktor servikal, disfungsi ovulasi, adanya masalah pada
rahim, atau organ pelvis pasangan wanita maupun keduanya dan penyebab
yang tidak dijelaskan. Diperkirakan faktor-faktor menjadi penyebab
infertilitas 40% dari faktor istri, 40% dari faktor suami dan 20% kombinasi
keduanya.
Pengobatan infertilasi
Saat ini terdapat berbagai opsi pengobatan infertilitas yang dapat
ditawarkan kepada pasien seperti intrauterine insemination (IUI) dan in vitro
fertilization (IVF). Akan tetapi, sebelum memberikan rekomendasi, dokter
perlu mengetahui jenis pengobatan mana yang paling sesuai untuk kondisi
masing-masing pasien.
Pengobatan noninvasif yang dapat dilakukan adalah konseling gaya hidup
yang sehat, tracking siklus ovulasi, induksi ovulasi, dan intrauterine
insemination (IUI). Program donor sperma juga dapat dipertimbangkan bila
diperlukan dan disetujui oleh pasien.
2. Dismenorea
Dismenore dapat diartikan sebagai gangguan aliran darah
menstruasi. Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan
miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri
ringan hingga berat pada abdomen bagian bawah, daerah pinggang
dan sisi medial paha. Jadi dismenore dapat disimpulkan rasa nyeri
pada saat menstruasi yang terasa di perut bagian bawah dan menyebar
ke bagian pinggang dan paha. Intensitas nyeri dapat diukur dengan
menggunakan numerical rating scale (NRS), verbal rating scale
(VRS), visual analog scale (VAS) dan faces rating scale (FRS) .
Gejala Klinis Dismenore primer ditandai dengan kram pada
panggul, nyeri biasanya datang sesaat sebelum atau pada awal
menstruasi yang akan berlangsung 1 sampai 3 hari. Selain dirasakan
pada suprapubik, nyeri juga dapat menjalar ke permukaan dalam paha
dan dirasakan paling berat pada hari pertama atau kedua bersamaan
dengan waktu pelepasan maksimal prostaglandin ke dalam cairan
menstruasi.
3. ENDOMETRIOSIS
Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan yang
membentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar
rahim. Jaringan yang disebut endometrium ini dapat tumbuh di indung
telur, usus, tuba falopi (saluran telur), vagina, atau di rektum (bagian
akhir usus yang terhubung ke anus).
Penyebab dan Gejala Endometriosis:
Endometriosis diduga terkait dengan gangguan sistem kekebalan
tubuh, atau aliran darah menstruasi yang berbalik arah.Kondisi ini
umumnya ditandai dengan beberapa gejala, seperti:
• Nyeri di perut bagian bawah dan panggul.
• Volume darah yang berlebihan saat menstruasi.
• Sakit saat buang air besar atau buang air kecil.
Pengobatan Endometriosis:
Pemilihan metode pengobatan tergantung tingkat keparahan dan
apakah penderita masih ingin memiliki anak. Pengobatan
endometriosis meliputi:
Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Terapi hormon untuk menghentikan produksi hormon estrogen.
Prosedur operasi, seperti laparoskopi kandungan,
laparotomi, histerektomi.
a. Pengertian
Sistem kardiovaskular merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri
dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi
memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan
tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem
kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi
regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada
organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan
mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
Gejala Klinis Tanda khas TIA adalah hilangnya fungsi fokal SSP secara
mendadak; gejala sepeti sinkop, bingung, dan pusing
tidak cukup untuk menegakkan diagnosis. TIA umumnya
berlangsung selama beberapa menit saja, jarang berjam-
jam. Daerah arteri yang terkena akan menentukan gejala
yang terjadi :
Karotis (paling sering) Hemiparesis, hilangnya
sensasi hemisensorik, disfasia, dan kebutaan
monocular (amaurosis fugax) yang disebabkan oleh
iskemia retina
Vertebrobasillar Paresis atau hilangnya
sensasi bilateral atau alternatif, kebutaan
mendadak bilateral (pada pasien usia lanjut),
dan diplopia,
ataksia, vertigo, disfagia – setidaknya dua dari tiga
gejala ini terjadi secara bersamaan
Diagnosa TIA dikenali berdasarkan riwayat penyakit. Pemeriksaan
penunjang ditujukan untuk mendeteksi penyebabkan
sehingga dapat mencegah rekurensi yang lebih serius
seperti stroke dengan melakukan pemeriksaan darah rutin,
LED, glukosa darah dan kolesterol, serologi sifilis dan
EKG. Dari hasil pemeriksaan dasar dan kondisi pasien,
mungkin diperlukan pemeriksaan lebih lanjut seperti
rontgen toraks dan ekokardiogram jika diduga terdapat
emboli kardiogenik, CT scan kranial mendeteksi penyakit
serebrovaskular yang telah ada sebelumnya, dan
menyingkarkan kemungkinan lesi structural seperti tumor
yang menunjukkan gejala seperti TI, USG karotis atau
angiografi untuk mendeteksi stenosis karotis pada pasien
TIA dengan lokasi lesi karotis (Gambar 11.5), kultur
darah jika terdapat dugaan endokarditis infektif.
Sistem Urinaria
A. Pengertian
2. Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm Pelvis Renalis adalah
ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum
berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga
disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk
beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid.
Kliks minor ini menampung urine yang terus keluar dari papila. Dari Kaliks
minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di
tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
3. Kandung Kemih
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-
buli, merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari
ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan
lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter.
Bagian vesika urinaria terdiri dari:
Fundus, bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale
yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferen, vesika seminalis
dan prostat.
Korpus, bagian antara verteks dan fundus.
Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubngan
dengan ligamentum vesika umbilikalis
4. Urosepsis
6. TB Urogenital
2. DENGUE FEVER
Demam dengue adalah infeksi akut yang dibawa nyamuk yang
disebabkan oleh virus dengue. Ini ditemukan di wilayah tropis dan sub
tropis di seluruh dunia. Singkatnya, demam dengue adalah [penyakit
endemis di banyak negara di Asia Tenggara. Virus dengue memiliki empat
jenis serotipe, yang setiap jenis itu dapat menyebabkan demam dengue dan
dengue berat (lebih dikenal sebagai demam haemorrhagic dengue).
Gejala – gejala Pada penderita penyakit DBD dapat ditemukan gejala-
gejala klinis sebagai berikut.
Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu
singkat, yakni antara 2-7 hari, yang dapat
mencapai 40◦C disertai gejala tidak spesifik:tidak
nafsu makan(anoreksia), lemah badan (malaise),
nyeri sendi dan tulang, serta rasa sakit di
daerahbelakang bola mata (retro orbita) dan
wajah yang kemerah-merahan (flushing).
Tanda-tanda perdarahan seperti mimisan
(epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada
kulit seperti tes Rumpeleede (+), ptekiae dan
ekimosis, serta buang air besar berdarah
berwarna merah kehitaman (melena).
Adanya pembesaran organ hati (hepatomegali).
Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai
dengan denyut nadi yang teraba lemah dan
cepta,ujung- ujung jari terasa dingin serta dapat
disertai penurunan kesadaran dan renjatan
(syok)yang dapat menyebabkan kematian.
3. HEPATITIS
Hepatitis adalah penyakit yang menyebabkan peradangan pada hati
karena toxin/racun, seperti bahan kimia atau obatobatan ataupun agent
penyebab infeksi seperti Virus. Berdasarkan dari jenisnya penyebab
terjadinya Hepatitis dibagi menjadi 2 jenis yakni Infeksi dan Hepatitis non
infeksi. Pada Hepatitis non infeksi terjadi adanya radang pada hati yang
diakibatkan oleh penyebab yang bukan sumber infeksi, seperti bahan kimia,
minuman alkohol, dan penyalahgunaan obat obatan. Hepatitis jenis non
infeksi termasuk drug induced Hepatitis, tidak tergolong dalam penyakit
menular, karena penyebab terjadi Hepatitis karena radang bukan oleh agen
infeksi seperti jamur, bakteri, mikoorganisme dan virus.
Ada beberapa jenis penyakit Hepatitis :
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis E
Patofisiologi 1. Gangguan pada prehepatic : Pada ikterik
prehepatik, penyakit dan kondisi tertentu, seperti
reaksi transfuse dan anemia sel sabit,
menyebabkan hemolysis massif. Sel darah
merah pecah lebih cepat, sebelum hati
mengonjugasi bilirubin, sehingga sejumlah besar
bilirubin yang tak terkonjugasi masuk ke dalam
darah, menyebabkan peningkatan konversi
bilirubin di usus menjadi urobilinogen yang larut
dalam air untuk dieksresikan melalui urin dan
feses.
(Bilirubin tak terkonjugasui tidak larut dalam air,
sehingga tidak bisa di eksresikan melalui urin).
2. Gangguan pada hepatic :Terjadi akibat
ketidakmampuan hati untuk mengunjungi lokasi
atau mengekskresi bilirubin, meningkatkan kadar
bilirubin terkonjugasi dan tak terkonjugasi di
dalam darah. Hal ini terjadi pada beberapa
kelainan seperti hepatitis, sirosis, dan metastasis
kanker, dan penggunaan obat yang
dimetabolisme di hati dalam jangka panjang.
3. Gangguan pada pasca hepatic : Terjadi pada
kelainan billiar dan pankreas, bilirubin terbentuk
dengan laju yang normal, tetapi inflamasi,
jaringan perut, tumor, batu empedu menyumbat
aliran empedu ke dalam usus. Hal ini
menyebabkan akumulasi bilirubin terkonjugasi di
dalam darah. Bilirubin terkonjugasi yang larut
dalam air diekskresikan melalui air.
4. MALARIA
Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
Gejala umumnya muncul 10 hingga 15 hari setelah tergigit nyamuk
Anopheles berupa demam ringan yang hilang-timbul, sakit kepala, sakit
otot dan menggigil bersamaan dengan perasaan tidak enak badan
(malaise).
Etiologi 1. Ras atau suku bangsa. Di Afrika, apabila
prevalens hemoglobin S (HbS) cukup tinggi,
penduduk lebih tahan terhadap infeksi P.
falciparum
2. Menghambat perkembangbiakan P. falciparum
baik sewaktu invasi maupun sewaktu
pertumbuhannya
3. Kekebalan. Adanya kemampuan tubuh manusia
untuk menghancurkan plasmodium yang masuk
atau menghalangi perkembangbiakan
4. Kurangnya suatu enzim tertentu. Ex :
Kurangnya enzim GPD (Glucose 6 Phosfat
Dehidrogenase)
Manifestasi klinik 1. Splenomegali adalah pembesaran limpa yang
merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit
dan jaringan ikat bertambah. Pembesaran limpa
terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar
sekitar 3 kali lipat.
2. Demam periodik yang berkaitan dengan saat
pecahnya skizon matang (sporolasi). Gejala
umum yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria
proxysm) secara berurutan yaitu Periode dingin.
(berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur.), Periode
panas (berlangsung 15 menit sampai 1 jam
diikuti dengan meningkatnya temperatur.) dan
Periode berkeringat (Bila penderita bangun akan
merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan
biasa)
3. Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit
dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin
dalam darah. Bilirubin adalah produk
penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis
ikterus antara lain :
a. Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah
merah yang berlebihan.
b. Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin
oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di
sebut dengan hepatoseluler.
c. Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu
keluar hati atau melalui duktus biliaris
Patofisiologi Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang
mengandung parasit. Demam mulai timbul bersamaan
pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-
macam antigen. Antigen ini akan merangsang
makrofag, monosit atau limfosit yang selanjutnya
menjadi sporozoit ini bersifat infektif dan siap
ditularkan ke manusia
5. COVID-19
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus yang baru muncul yang
pertama dikenali muncul di Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019.
Pengurutan genetika virus ini mengindikasikan bahwa virus ini berjenis
betacoronavirus yang terkait erat dengan virus SARS. Menurut (Garcés
Villalá et al.2020), COVID-19 adalah penyakit infeksi sistemik akut
menular yang mempengaruhi sistem pernafasan yang disebabkan oleh
virus SARS-CoV-2.
Etiologi Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel
120-160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan,
termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta.
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk
dalam genus betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik
menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus
yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada
2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini,
International Committee on Taxonomy of Viruses
mengajukan nama SARS-CoV-2
Patofisiologi Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi
protein spike virus dengan sel manusia. Setelah
memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan
memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi
virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome
virus corona 2) pada inang. Rekombinasi, pertukaran
gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan
perubahan
genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.
Manifestasi Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan
klinik infeksi akut saluran napas atas tanpa komplikasi, bisa
disertai dengan demam,fatigue, batuk (dengan atau tanpa
sputum), anoreksia, malaise,nyeri tenggorokan, kongesti
nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan
suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien
juga mengeluhkan diare dan muntah. Pasien COVID-
19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam,
ditambah salah satu dari gejala: frekuensi pernapasan
>30x/menit, distres pernapasan berat, atau saturasi
oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien
geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal.
Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2
menunjukkan gejala- gejala pada sistem pernapasan
seperti demam, batuk, bersin dan sesak napas.
2. Demam Typoid
Typus abdominalis atau demam thypoid adalah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan gangguan
kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular
yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada
sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses
dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum.
Etiologi Etiologi penyebab demam tifoid adalah infeksi
organisme Salmonella enterica serovar Typhi (yang
umum dikenal sebagai Salmonella Typhi) melalui jalur
fekal-oral dari konsumsi makanan atau minuman yang
telah terkontaminasi bakteri Salmonella Typhi. Bakteri
ini hanya menyebar dari manusia ke manusia karena
hanya manusia yang mampu menjadi inangnya.
Manifestasi 1. Nyeri kepala, lemah dan lesu
klinik 2. Penurunan kesadaran ; apatis atau somnolen
3. Bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat
emboli bakteri pada kapiler kulit.
4. Gangguan pada saluran cerna ; holitosis, bibir
ker ing dan pecah, lidah kotor (coated tongue),
meteorismus, mual, tidak nafsu
5. Demam tidak terlalu tinggi berlangsung selama
3 minggu, minggu pertama peningkatan suhu
tubuh berpluktuasi biasanya suhu meningkat
pada malam hari dan turun pada pagi hari.
Minggu kedua suhu tubuh terus meningkat.
Minggu ketiga suhu mulai turun dan dapat
kembali normal
6. Epistaksis
3. Candidiasis
Candidiasis atau kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan
oleh jamur Candida albicans. Infeksi jamur ini biasanya terjadi di kulit,
mulut, dan organ intim. Jika tidak mendapatkan penanganan, infeksi
akibat jamur ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain, seperti usus, ginjal,
jantung, dan otak. Candidiasis dapat dialami oleh siapa saja. Namun,
orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih berisiko terkena
infeksi ini. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh adalah diabetes, kanker, dan HIV/AIDS.
Etiologi Pada keadaan normal, jamur candida memang hidup di
kulit dan beberapa bagian tubuh, seperti mulut,
tenggorokan, saluran cerna, dan vagina, tanpa
menyebabkan gangguan kesehatan. Namun, jika jamur
candida berkembang biak tanpa terkontrol atau masuk
aliran darah, ginjal, jantung, dan otak, hal ini dapat
berbahaya bagi tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan
jamur candida yang tidak terkendali paling sering
disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang lemah
Faktor 1. Cuaca yang hangat dan lembap
Resiko 2. Kebiasaan jarang mengganti pakaian dalam
3. Kebersihan pribadi yang buruk
4. Kebiasaan menggunakan pakaian yang tidak
menyerap keringat.