Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS PADA TN.S
DI PAVILLIUN B RSU DR.DJASAMEN SARAGIH
PEMATANG SIANTAR

DISUSUN OLEH
NAMA :
NIM :

STIKES SUMATERA UTARA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MEDAN
2016
1. DEFINISI
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran,
2001).
Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan. ( J. Reves, 1999 ).
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik,
difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan
bakteri.

2. ETIOLOGI
1) Infeksi bakteri
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang
hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang
kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
2) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan
peptic ulcer.
3) Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada
kondisi normal.
4) Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5) Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6) Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi
seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama
pada orang tua.
7) Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding
saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan
pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari
Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih
menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8) Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi,
kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan
mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis
dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9) Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam
tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi
normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)
akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini
tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10) Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

3. KLASIFIKASI
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Gastritis Akut
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh
kesembronoan diit, misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-
makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab
lain termasuk alcohol, aspirin, fefluks empedu dan terapi radiasi. Gastritis
dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis akut
yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat aatu alkali, yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi.
2) Gastritis Kronis
Inflamasi yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak
maupun ganas, oleh bakteri H. Pylori . gastritis kronis mungkin
diklasifikassikan sebagai Tipe A atau Tipe B. Tipe A ini terjadi pada fundus
atau korpus lambung. Tipe B (H. Pylori)mengenai antrum dan pylorus.
Mungkin berkaitan dengan bacteria H. Pylori. Faktor diit seperti minuman
panas, bumbu penyedap,penggunaan obat, alcohol, merokok atau refluks isi
usus kedalam lambung.

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri ulu hati,
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan yang terjadi
akibat dari adanya iritasi pada mukosa lambung.
b. Anoreksia, Nausea dan Vomitus
Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan kadar asam lambung didalam tubuh khususnya pada organ
lambung.
c. Melena dan Hematemesis
Melena dan hematemesis disebabkan karena adanya suatun proses
perdarahanyang berawal dari adanya iritasi dan erosi pada mukosa lambung.

Manifestasi klinik yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu
Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada
Hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia. Sedangkan untuk
gastritis kronik kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian
kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan
pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan

5. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk
kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga
lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi
balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam
lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim pencernaan.
Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada
sel-sel dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi
seperti perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada
spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi
pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh
darah. Sehingga kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis
maupun melena.
6. PENGKAJIAN SECARA TEORITIS
 Identitas Pasien
 Keluhan utama
 Keluhan utama pasien dengan penyakit gastritis biasanya nyeri di ulu hati atau
nyeri didaerah Epigastrium dan perut sebelah kanan bawah. Individu memberi
respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut, gelisah, dan
cemas sedangkan yang lain penuh dengan toleransi dan optimis.
 Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan gastritis biasanya mengeluh nyeri. Pasien gastritis
biasanya juga mengalami mual dan muntah. Mual dan muntah dikendalikan
oleh pusat muntah pada dasar ventrikel otak keempat.. Peranan dari pusat
muntah adalah mengkoordinir semua komponen komplek yang terlibat dalam
proses muntah.
Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam sfinter
esophagus akan relaksasi, laring dan palatum mole tingkat dan glotis
menutup. Selanjutnya diafragma akan berkontraksi dan menurun serta
dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada lambung
dan sebagian isinya dimuntahkan. Peristiwa ini didahului oleh statis lambung,
kontraksi duodenum, dan antrum lambung. Mual dirasakan sebagai sensasi
tidak enak diepigastrium, dibelakang tenggorokan dan perut. Sensasi mual
biasanya disertai dengan berkurangnya motilitas lambung dan meningkatnya
kontraksi duodenum.
Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya adalah
penyakit psikogenik, proses – proses sentral, proses sentral tidak langsung,
penyakit perifer dan iritasi lambung atau usus. Konsekuensi dari muntah yang
berat dan lama akan meningkatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit serta gangguan asam basa.
 Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan kepada pasien tentang masalah masa lalu pada sistem
Gastrointestinal. dapatkan informasi lengkap tentang obat yang diresepkan
dan yang dijual bebas, baik saat ini dan yang digunakan sebelumnya, seperti
Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat memperberat
gastritis.
 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit Gastrointestinal yang dapat
mempengaruhi masalah kesehatan saat ini dan masa lalu pasien.

 Pemeriksaan Fisik Review of system (ROS)


 Keadaan umum   : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri
tekan di kwadran epigastrik.
 B1(breath)             : takhipnea
 B2 (blood)       : takikardi, hipotensi,  disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
 B3 (brain)        : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
 B4 (bladder)          : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
 B5 (bowel)        : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan pedas.
 B6 (bone)              :  kelelahan, kelemahan

 Fokus Pengkajian
 Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
 Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia /
hipoksemia), nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat / perlahan
(vasokonstriksi), warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah), kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
 Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan
tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
 Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya 
luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster.
Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda :
 nyeri tekan abdomen, distensi
 bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah
perdarahan.
 karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-
kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat
terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
 haluaran urine : menurun, pekat.
 Makanan / Cairan
Gejala :
 anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi      
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
 masalah menelan : cegukan
 nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau
tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi
mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
 Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada
volume sirkulasi / oksigenasi).
 Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
 nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres
samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis
akut)
 nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi
1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster)
 nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang
lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan
makanan atau antasida (ulkus duodenal)
 tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis)
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
 Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal)
 Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung
ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat
ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak
berhubungan (misal: trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis,
gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).

7. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan.
Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Gastritis Akut
 Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala  menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
 Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
 Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat
(untuk sitoprotektor).
 Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.
 Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
 Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau
tablet dapat menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit
akibat asam lambung dengan cepat.
 Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa
sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti
cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam
lambung yang diproduksi.
2) Gastritis Kronis
 Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
 Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS
secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya
adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
 Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam
lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini
adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat
golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
 H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan
tersebut meliputi :
a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H.
pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi
oleh bakteri H. pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat
dari sinar-X. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel
itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
e. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
9. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN APLIKASI NANDA,
NOC, DAN NIC
A. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Tn,S
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No.RM : 1018680
Suku : Jawa
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Jl.Bougenville
Pendidikan : SMA
Golongan darah :B
Pekerjaan : Pegawai Swasta

Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri perut.
 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan bahwa setiap pagi hari setelah bangun tidur pasien
sering merasa nyeri pada perut bagian sebelah kirinya. Rasa nyerinya itu
seperti diremas-remas serta terasa panas. Rasa nyerinya berada di skala 7
dari skala nyeri 0-10 menurut Bourbanis. Menurut Bourbanis skala 7
menggambarkan nyeri berat terkontrol dimana terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tetapi respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
nyeri tetapi tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi. Pasien  mengatakan merasa lebih baik
jika dibuat berbaring. Pasien juga mengeluh mual dan muntah yang
membuat nafsu makan pasien menurun.  Pasien mengatakan keluhan ini
terjadi hampir seminggu sampai akhirnya dia dibawa ke IGD
 Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama
(gastritis) pada tanggal 5 April 2014, dan diberi obat Antasida.
 Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan
seperti Diabetes Mellitus dan Hipertensi serta penyakit menular seperti
Hepatitis dan TBC.

Pola aktifitas sehari-hari


 Nutrisi
Di Rumah : makan tidak teratur ±1-2x sehari. Makan selalu habis dalam 1
porsi. Pasien mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan,
pasien minum 6-7 gelas ( ±1500-1700cc) setiap hari.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan pagi hanya makan bubur habis 1/4
porsi karena pasien merasa mual setiap kali mau makan dan sehabis makan
pasien sering muntah. Pasien minum air putih habis 4-5 gelas (1000-1200cc)
setiap hari.
 Eliminasi
Pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB dengan
frekuensi 1x sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat kecil), warna
hitam, bau khas dan pasien mengeluh sulit untuk BAB. Pasien mengatakan
BAK dengan frekuensi 5-6x sehari warna kekuningan, bau khas dan tidak
ada keluhan dalam BAK.
 Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan tidur selama 9 jam mulai pukul 21.00 WIB, kalau
malam sering terbangun karena suasana yang panas, pasien bangun pukul
06.00 WIB.
 Aktifitas Fisik
Pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan,
pasien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, pasien tidak mengalami
kesulitan dalam melakukan personal hygiene, pasien mengatakan lebih
banyak berbaring di tempat tidur karena perut terasa sakit saat bergerak.
 Personal Hygiene
Selama di rumah sakit, pasien diseka oleh keluarga 2 kali sehari yaitu pagi
dan sore dengan tidak memakai sabun.

Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
Keadaan umum kurang
 Kesadaran
CM (Composmentis)    4-5-6
 Tanda-Tanda Vital
TD    : 120/80 mmHg             S     : 37°C
N      : 80 x/menit                   RR  : 20 x/menit
 Kepala
Kulit kepala bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut warna hitam,
tidak ada nyeri tekan.
Bentuk wajah simetris, tidak ada luka, tidak ada edema.
Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik.
idung bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan pada
hidung.
elinga bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan
dan pembengkakan gusi.
 Leher
Tidak terdapat pembesaran tiroid.
 Dada dan Thorak
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : suara jantung pekak, suara paru sonor
Auskultasi : bunyi paru vesikuler, bunyi jantung normal (1,2)

 Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Palpasi : ada nyeri tekan terhadap abdomen (ulu hati)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus ± 8x/menit
 Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus RL 20 tpm (tetes per menit) pada tangan
kiri, tidak terdapat oedem.
Ekstremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi kelumpuhan, dan tidak
oedem.
 Genetalia
Tidak terpasang kateter.

Pemeriksaan Penunjang
WBC (SEL DARAH PUTIH) : 9,51 . 103m/l (4,00 – 10,00)
RBC (eritrosit) : 5,39 . 106m/l (3,50 – 5,50)
HGB (hemoglobin) : 14,3 g/dl (11,0 – 16,0)
HCT (hemotokrit) : 42,8% (37,0 – 50,0)
MCV (Volume Korpuskular rerata) : 79,4 fl (80,0 – 50,0)
MCH : 26,5 pg (27,0 – 100,0)
MCHC : 33,0 g/dm (32,0 – 31,0)
RDW : 12,9% (1,5 – 36,0)
PLT : 207 . 103m/l (150 – 450)
MPV : 7,0 fl (7,0 – 11,0)
PDW : 16,1 (15,0 – 17,0)

Terapi dan Penatalaksanaan


Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefotaxime (1gr)
Ranitidine    (2x1 mg)
Oral :
Antasida       (3x500 mg)

B. Analisa Data
Nama                           : Tn.S
Umur                           : 35 Tahun
Diagnosa medis           : Gastritis
ANALISA DATA
No. Tanggal PENGKAJIAN ETIOLOGI MASALAH
1. 20 DS: Peradangan Gangguan rasa
Februari Tn. “S” mengatakan kalau pada dinding nyaman (Nyeri)
2016 daerah ulu hatinya terasa mukosa
panas dan terbakar lambung
Tn.“S” mengatakan kalau (gaster)
nyerinya hilang timbul jika
epigastrium di tekan
Tn.“S” mengeluh sering
merasa mual dan muntah
DO:
 Diagnosa medis dari Tn.“S”
adalah gastritis
 Skala nyeri klien 7 dari skala
(0-10)
 Nyeri tekan pada daerah ulu
hati (epigastrium) Tn.“S”

2. 20 DS : Pemenuhan Ketidakseimbangan
Februari  Tn.“S” sering merasa mual nutrisi tidak nutisi: kurang dari
2016 dan muntah adekuat kebutuhan tubuh
 Tn.“S” mengatakan kalau
dia hilang selera makan
 Tn.“S” sering merasa
kenyang
DO :
 Diagnosa Medis dari Tn.“S”
adalah Gastritis
 Tn.“S” tampak lemah dan
tidak  berenergi
 Kesadaran Tn.“S”
Composmentis

3. 21 DS: Kurang Konstipasi


Februari  Tn.“S” mengatakan di aktivitas
2016 rumah sakit BAB dengan
konsistensi feses keras
 Tn. “S”  mengatakan lebih
banyak berbaring di tempat
DO:
 Palpasi abdomen : teraba
keras di perut sebelah kiri
bawah
 Auskultasi pada
abdomen : peristaltik ±
4x/mnt
 Tidur karena perut terasa
sakit saat bergerak
4. 21 DS: Kurang Kurang
Februari Tn.“S” mengatakan hal yang informasi pengetahuan
2016 dipikirkan
terhadap penyakitnya adalah
penyakit jantung karena di
ulu hati terasa perih, panas
dan kemeng-kemeng.
DO:
Tn.“S” tampak bingung
terhadap penyakitnya

C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10))
berhubungan peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
2. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan pemenuhan nutrisi tidak adekuat
3. Konstipasi berhubungan dengan kurang aktifitas
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama ; .Ny.R
No.RM : 012455908
Ruangan : Pavilliun B
Tanggal pengkajian : 12 Februari 2016

Perencanaan
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil

1. 20-2- Nyeri Akut NOC NIC


2016 Definisi: pengalaman Pain level  Pain management
sensori dan emosional Pain control Lakukan pengkajian nyeri
yang tidak Comfort level secara komperehensif
menyenangkan yang Kriteria hasil: termasuk lokasi,
muncul akibat Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan nyeri (tahu frekuensi, kualitas, dan
yang actual atau penyebab nyeri faktor presipitasi.
potensial atau Mampu Kontrol lingkungan yang
digambarkan dalam hal menggunakan dapat mempengaruhi nyeri
kerusakan sedemikian teknik seperti suhu ruangan,
rupa. nonfarmakologi pencahayaan, dan
DS: untuk mengurangi kebisingan.
Tn. “S” mengatakan nyeri Kurangi faktor presipitasi
kalau daerah ulu Melaporkan bahwa nyeri
hatinya terasa panas
dan terbakar nyeri berkurang Pilih dan lakukan
Tn.“S” mengatakan dengan penanganan nyeri
kalau nyerinya hilang menggunakan (farmakologi,
timbul jika epigastrium manajemen nyeri nonfarmakologi, dan
di tekan Mampu mengurangi interpersonal)
Tn.“S” mengeluh nyeri (skala Ajarkan tentang teknik
sering merasa mual intensitas, frekuensi nonfarmakologi
dan muntah dan tanda nyeri) Berikan anlgetik untuk
DO: Menyatakan rasa mengurangi nyeri
 Diagnosa medis dari nyaman setelah Evaluasi keefektifan kontrol
Tn.“S” adalah gastritis nyeri berkurang nyeri
 Skala nyeri klien 7 dari Tingkatkan istirahat
skala (0-10) Kolaborasikan dengan dokter
Nyeri tekan pada jika ada keluhan dan
daerah ulu hati tindakan nyeri tidak berhasil
(epigastrium) Tn.“S” Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
 Evaluasi efektivitas
analgesic tanda dan gejala
2. 21-2- Ketidakseimbangan NOC NIC
2016 nutrisi kurang dari  Nutritional status : Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh food and fluid Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Asuhan intake untuk menentukan jumlah
nutrisi tidak cukup  Nutritional status : kalori dan nutrisi yang
untuk memenuhi nutrient intake dibutuhkan pasien.
kebutuhan metabolik  Weight control Anjurkan pasien untuk
DS : Kreteria Hasil meningkatkan protein dan
 Tn.“S” sering merasa  Adanya peningkatan vitamin C
mual dan muntah berat badan sesuai Berikan substansi gula
 Tn.“S” mengatakan dengan tujuan Yakinkan diet yang dimakan
kalau dia hilang selera  Berat badan ideal mengandung tinggi serat
makan sesuai dengan tinggi untuk mencegah konstipasi
 Tn.“S” sering merasa badan Monitor jumlah nutrisi dan
kenyang  Mampu kandungan kalori
DO : mengidentifikasi Berikan informasi tentang
 Diagnosa Medis dari kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
Tn.“S” adalah Gastritis  Tidak ada tanda- Monitor lingkungan selama
 Tn.“S” tampak lemah tanda malnutrisi makan
dan tidak  berenergi  Menunjukan  Jadwalkan pengobatan tidak
 Kesadaran Tn.“S” peningkatan fungsi selama jam makan
Composmentis pengecapan dari Monitor kulit kering dan
menelan perubahan monitor turgor
 Tidak terjadi kulit
penurunan berat Monitor kekeringan rambut
badan yang berarti kusam dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor total protein Hb dan
kadar Ht
Monitor pucat, kemerahan,
jaringan konjungtiva
3. 22-2- Konstipasi NOC: NIC :
2016 berhubungan dengan Bowl Elimination  Identifikasi faktor-faktor
kurang aktifitas Hidration yang menyebabkan
DS: Setelah dilakukan konstipasi
 Tn.“S” mengatakan di tindakan  Monitor tanda-tanda ruptur
rumah sakit BAB keperawatan selama bowel/peritonitis
dengan konsistensi 3x24 jam, konstipasi  Konsultasikan dengan dokter
feses keras pasien teratasi tentang peningkatan dan
 Tn. “S”  mengatakan dengan kriteria penurunan bising usus
lebih banyak berbaring hasil:  Kolaburasi jika ada tanda
di tempat Pola BAB dalam dan gejala konstipasi yang
DO: batas normal menetap
 Palpasi abdomen : Feses lunak  Jelaskan pada pasien manfaat
teraba keras di perut Cairan dan serat diet (cairan dan serat)
sebelah kiri bawah adekuat terhadap eliminasi
 Auskultasi pada Aktivitas adekuat  Jelaskan pada klien
abdomen : peristaltik ± Hidrasi adekuat konsekuensi menggunakan
4x/mnt laxative dalam waktu yang
Tidur karena perut lama
terasa sakit  Kolaburasi dengan ahli gizi
saat bergerak diet tinggi serat dan cairan
 Dorong peningkatan aktivitas
yang optimal
 Sediakan privacy dan
keamanan selama BAB

CATATAN PERKEMBANGAN

No.
Tanggal Pukul Implementasi Keperawatan Evaluasi
1. 21 09.00 Diagnosa 1: Pukul 09.30 WIB
Februari WIB Lakukan pengkajian nyeri secara S:
2016 komperehensif termasuk lokasi,  Pasien mengatakan daerah ulu hatinya
karakteristik, durasi, frekuensi, terasa panas dan terbakar
kualitas, dan faktor presipitasi.  Pasien mengatakan nyerinya hilang
Kontrol lingkungan yang dapat timbul jika epigastrium di tekan
mempengaruhi nyeri seperti suhu  Pasien mengatakan sering merasa
ruangan, pencahayaan, dan mual dan muntah
kebisingan. O:
Kurangi faktor presipitasi nyeri TTV: TD: 90/60 mmHg,
Pilih dan lakukan penanganan RR:24x/menit HR:72x/menit,
nyeri (farmakologi, T:36.80C
nonfarmakologi, dan Skala nyeri pasien 7
interpersonal) A : Masalah belum teratasi
Ajarkan tentang teknik P:
nonfarmakologi  Monitor tanda vital
Berikan anlgetik untuk  Monitor intake dan output
mengurangi nyeri pasien
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri  Kolaborasi dengan dokter dalam
Tingkatkan istirahat pengobatan
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
pertama kali
 Evaluasi efektivitas analgesic
tanda dan gejala
10.00 Diagnosa 2: Pukul 10.30 WIB
WIB Kaji adanya alergi makanan S:
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk  Pasien mengatakan sering merasa
menentukan jumlah kalori dan mual dan muntah
nutrisi yang dibutuhkan pasien.  Pasien mengatakan kalau dia hilang
Anjurkan pasien untuk selera makan
meningkatkan protein dan vitamin  Pasien mengatakan sering merasa
C kenyang
Berikan substansi gula O:
Yakinkan diet yang dimakan Pasien tampak lemah dan tidak
mengandung tinggi serat untuk berenergi
mencegah konstipasi TTV:
Monitor jumlah nutrisi dan TD : 90/60mmHg
kandungan kalori RR : 20x/menit
Berikan informasi tentang HR : 86x/menit
kebutuhan nutrisi T : 36.80C
Monitor lingkungan selama A : Masalah belum teratasi
makan P:
 Jadwalkan pengobatan tidak  Monitor TTV sebelum dan setelah
selama jam makan beraktifitas
Monitor kulit kering dan  Monitor intake output
perubahan monitor turgor kulit  Monitor keluhan mual muntah
Monitor kekeringan rambut
kusam dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor total protein Hb dan
kadar Ht
 Monitor pucat, kemerahan,
jaringan konjungtiva
11.00 Diagnosa 3: Pukul 11.30 WIB
WIB  Identifikasi faktor-faktor yang S:
menyebabkan konstipasi  Pasien mengatakan di rumah sakit
 Monitor tanda-tanda ruptur BAB dengan konsistensi feses keras
bowel/peritonitis  Pasien mengatakan lebih
 Konsultasikan dengan dokter banyak berbaring di tempat
tentang peningkatan dan O:
penurunan bising usus  Palpasi abdomen : teraba keras di
 Kolaburasi jika ada tanda dan perut sebelah kiri bawah
gejala konstipasi yang menetap  Auskultasi pada abdomen : peristaltik
 Jelaskan pada pasien manfaat diet ± 4x/mnt
(cairan dan serat) terhadap A: Masalah belum teratasi
eliminasi P:
 Jelaskan pada klien konsekuensi  Monitor TTV dan intake output
menggunakan laxative dalam pasien
waktu yang lama
 Kolaburasi dengan ahli gizi diet  Pertahankan terapi IV line
tinggi serat dan cairan  Diet tinggi serat 3xsehari
 Dorong peningkatan aktivitas  Dorong peningkatan aktifitas
yang optimal optimal
 Sediakan privacy dan keamanan
selama BAB
2. 22 14.00 Diagnosa 1: Pukul 14.30 WIB
Februari WIB Lakukan pengkajian nyeri secara S:
2016 komperehensif termasuk lokasi,  Pasien mengatakan nyerinya sudah
karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang
kualitas, dan faktor presipitasi.  Pasien mengatakan mual dan muntah
Kontrol lingkungan yang dapat sudah berkurang
mempengaruhi nyeri seperti suhu O:
ruangan, pencahayaan, dan TTV: TD: 100/60 mmHg,
kebisingan. RR:20x/menit HR:78x/menit,
Ajarkan tentang teknik T:36.80C
nonfarmakologi Skala nyeri pasien 4
Berikan anlgetik untuk A : Masalah belum teratasi
mengurangi nyeri P:
Tingkatkan istirahat  Monitor tanda vital
Monitor vital sign sebelum dan  Monitor intake dan output
sesudah pemberian analgesic pasien
pertama kali  Kolaborasi dengan dokter dalam
 Evaluasi efektivitas analgesic pengobatan
tanda dan gejala
15.00 Diagnosa 2: Pukul 15.30 WIB
WIB Anjurkan pasien untuk S:
meningkatkan protein dan vitamin  Pasien mengatakan sering merasa
C mual dan muntah
Monitor jumlah nutrisi dan  Pasien mengatakan kalau dia hilang
kandungan kalori selera makan
Berikan informasi tentang  Pasien mengatakan sering merasa
kebutuhan nutrisi kenyang
Monitor lingkungan selama O:
makan Pasien tampak lemah dan tidak
Monitor kulit kering dan berenergi
perubahan monitor turgor kulit TTV:
Monitor kekeringan rambut TD : 100/70mmHg
kusam dan mudah patah RR : 20x/menit
Monitor mual dan muntah HR : 84x/menit
Monitor pucat, kemerahan, T : 36.60C
jaringan konjungtiva A : Masalah belum teratasi
P:
 Monitor TTV sebelum dan setelah
beraktifitas
 Monitor intake output
 Monitor keluhan mual muntah
16.00 Diagnosa 3: Pukul 16.30
WIB  Identifikasi faktor-faktor yang S:
menyebabkan konstipasi  Pasien mengatakan konsistensi feses
 Monitor tanda-tanda ruptur sudah tidak keras
bowel/peritonitis  Pasien mengatakan banyak berbaring
 Konsultasikan dengan dokter di tempat
tentang peningkatan dan O:
penurunan bising usus  Palpasi abdomen : teraba keras di
 Kolaburasi jika ada tanda dan perut sebelah kiri bawah
gejala konstipasi yang menetap  Auskultasi pada abdomen : peristaltik
 Jelaskan pada pasien manfaat diet ± 6x/mnt
(cairan dan serat) terhadap A: Masalah belum teratasi
eliminasi P:
 Jelaskan pada klien konsekuensi  Monitor TTV dan intake output
menggunakan laxative dalam pasien
waktu yang lama
 Kolaburasi dengan ahli gizi diet  Diet tinggi serat 3xsehari
tinggi serat dan cairan  Dorong peningkatan aktifitas
 Dorong peningkatan aktivitas optimal
yang optimal
 Sediakan privacy dan keamanan
selama BAB
3. 23 20.00 Diagnosa 1: Pukul 20.15 WIB
Februari WIB Lakukan pengkajian nyeri secara S:
2016 komperehensif termasuk lokasi,  Pasien mengatakan nyeri di daerahulu
karakteristik, durasi, frekuensi, hati sudahhampir tidak ada
kualitas, dan faktor presipitasi.  Pasien mengatakan tidak mual muntah
Ajarkan tentang teknik lagi
nonfarmakologi O:
Berikan anlgetik untuk TTV: TD: 1100/70 mmHg,
mengurangi nyeri RR:20x/menit HR:80x/menit,
Tingkatkan istirahat T:36.80C
Monitor vital sign sebelum dan Skala nyeri pasien 2
sesudah pemberian analgesic A : Masalah belum teratasi
pertama kali P : Intervensi dihentikan
Evaluasi efektivitas analgesic
tanda dan gejala
20.30 Diagnosa 2: Pukul 20.45 WIB
WIB Anjurkan pasien untuk S:
meningkatkan protein dan vitamin  Pasien mengatakan sering merasa
C mual dan muntah
Berikan substansi gula  Pasien mengatakan kalau dia hilang
Monitor jumlah nutrisi dan selera makan
kandungan kalori  Pasien mengatakan sering merasa
Monitor lingkungan selama kenyang
makan O:
Monitor kulit kering dan Pasien tampak lemah dan tidak
perubahan monitor turgor kulit berenergi
Monitor kekeringan rambut TTV:
kusam dan mudah patah TD : 110/70mmHg
Monitor mual dan muntah RR : 20x/menit
Monitor total protein Hb dan HR : 82x/menit
kadar Ht T : 36.70C
 Monitor pucat, kemerahan, A : Masalah belum teratasi
jaringan konjungtiva P: Intervensi dihentikan
21.00 Diagnosa 3: Pukul 21.15
WIB  Konsultasikan dengan dokter S:
tentang peningkatan dan  Pasien mengatakan konsistensi feses
penurunan bising usus lembek
 Kolaburasi jika ada tanda dan  Pasien mengatakan setiap pagi
gejala konstipasi yang menetap berjalan-jalan sekitar bangsal
 Jelaskan pada pasien manfaat diet O:
(cairan dan serat) terhadap  Palpasi abdomen : tidak teraba keras
eliminasi di perut sebelah kiri bawah
 Kolaburasi dengan ahli gizi diet  Auskultasi pada abdomen : peristaltik
tinggi serat dan cairan ± 8-10x/mnt
 Dorong peningkatan aktivitas A: Masalah teratasi
yang optimal P: Intervensi dihentikan
 Sediakan privacy dan keamanan
selama BAB
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah ; Buku Saku untuk Brunner dan


Suddarth, EGC, Jakarta.
Crowin, Elizabeth J. 2002. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arief. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapius; Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai