DISUSUN OLEH
NAMA :
NIM :
2. ETIOLOGI
1) Infeksi bakteri
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang
hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang
kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
2) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan
peptic ulcer.
3) Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada
kondisi normal.
4) Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5) Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6) Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi
seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama
pada orang tua.
7) Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding
saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan
pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari
Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih
menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8) Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi,
kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan
mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis
dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9) Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam
tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi
normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)
akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini
tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10) Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
3. KLASIFIKASI
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Gastritis Akut
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh
kesembronoan diit, misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-
makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab
lain termasuk alcohol, aspirin, fefluks empedu dan terapi radiasi. Gastritis
dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis akut
yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat aatu alkali, yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi.
2) Gastritis Kronis
Inflamasi yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak
maupun ganas, oleh bakteri H. Pylori . gastritis kronis mungkin
diklasifikassikan sebagai Tipe A atau Tipe B. Tipe A ini terjadi pada fundus
atau korpus lambung. Tipe B (H. Pylori)mengenai antrum dan pylorus.
Mungkin berkaitan dengan bacteria H. Pylori. Faktor diit seperti minuman
panas, bumbu penyedap,penggunaan obat, alcohol, merokok atau refluks isi
usus kedalam lambung.
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri ulu hati,
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan yang terjadi
akibat dari adanya iritasi pada mukosa lambung.
b. Anoreksia, Nausea dan Vomitus
Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan kadar asam lambung didalam tubuh khususnya pada organ
lambung.
c. Melena dan Hematemesis
Melena dan hematemesis disebabkan karena adanya suatun proses
perdarahanyang berawal dari adanya iritasi dan erosi pada mukosa lambung.
Manifestasi klinik yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu
Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada
Hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia. Sedangkan untuk
gastritis kronik kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian
kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan
pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan
5. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk
kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga
lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi
balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam
lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim pencernaan.
Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada
sel-sel dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi
seperti perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada
spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi
pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh
darah. Sehingga kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis
maupun melena.
6. PENGKAJIAN SECARA TEORITIS
Identitas Pasien
Keluhan utama
Keluhan utama pasien dengan penyakit gastritis biasanya nyeri di ulu hati atau
nyeri didaerah Epigastrium dan perut sebelah kanan bawah. Individu memberi
respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut, gelisah, dan
cemas sedangkan yang lain penuh dengan toleransi dan optimis.
Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan gastritis biasanya mengeluh nyeri. Pasien gastritis
biasanya juga mengalami mual dan muntah. Mual dan muntah dikendalikan
oleh pusat muntah pada dasar ventrikel otak keempat.. Peranan dari pusat
muntah adalah mengkoordinir semua komponen komplek yang terlibat dalam
proses muntah.
Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam sfinter
esophagus akan relaksasi, laring dan palatum mole tingkat dan glotis
menutup. Selanjutnya diafragma akan berkontraksi dan menurun serta
dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada lambung
dan sebagian isinya dimuntahkan. Peristiwa ini didahului oleh statis lambung,
kontraksi duodenum, dan antrum lambung. Mual dirasakan sebagai sensasi
tidak enak diepigastrium, dibelakang tenggorokan dan perut. Sensasi mual
biasanya disertai dengan berkurangnya motilitas lambung dan meningkatnya
kontraksi duodenum.
Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya adalah
penyakit psikogenik, proses – proses sentral, proses sentral tidak langsung,
penyakit perifer dan iritasi lambung atau usus. Konsekuensi dari muntah yang
berat dan lama akan meningkatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit serta gangguan asam basa.
Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan kepada pasien tentang masalah masa lalu pada sistem
Gastrointestinal. dapatkan informasi lengkap tentang obat yang diresepkan
dan yang dijual bebas, baik saat ini dan yang digunakan sebelumnya, seperti
Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat memperberat
gastritis.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit Gastrointestinal yang dapat
mempengaruhi masalah kesehatan saat ini dan masa lalu pasien.
Fokus Pengkajian
Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia /
hipoksemia), nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat / perlahan
(vasokonstriksi), warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah), kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan
tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya
luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster.
Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda :
nyeri tekan abdomen, distensi
bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah
perdarahan.
karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-
kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat
terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
haluaran urine : menurun, pekat.
Makanan / Cairan
Gejala :
anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
masalah menelan : cegukan
nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau
tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi
mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada
volume sirkulasi / oksigenasi).
Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres
samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis
akut)
nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi
1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster)
nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang
lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan
makanan atau antasida (ulkus duodenal)
tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis)
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal)
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung
ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat
ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak
berhubungan (misal: trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis,
gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan
tersebut meliputi :
a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H.
pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi
oleh bakteri H. pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat
dari sinar-X. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel
itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
e. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
9. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN APLIKASI NANDA,
NOC, DAN NIC
A. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Tn,S
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No.RM : 1018680
Suku : Jawa
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Jl.Bougenville
Pendidikan : SMA
Golongan darah :B
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri perut.
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan bahwa setiap pagi hari setelah bangun tidur pasien
sering merasa nyeri pada perut bagian sebelah kirinya. Rasa nyerinya itu
seperti diremas-remas serta terasa panas. Rasa nyerinya berada di skala 7
dari skala nyeri 0-10 menurut Bourbanis. Menurut Bourbanis skala 7
menggambarkan nyeri berat terkontrol dimana terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tetapi respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
nyeri tetapi tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi. Pasien mengatakan merasa lebih baik
jika dibuat berbaring. Pasien juga mengeluh mual dan muntah yang
membuat nafsu makan pasien menurun. Pasien mengatakan keluhan ini
terjadi hampir seminggu sampai akhirnya dia dibawa ke IGD
Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama
(gastritis) pada tanggal 5 April 2014, dan diberi obat Antasida.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan
seperti Diabetes Mellitus dan Hipertensi serta penyakit menular seperti
Hepatitis dan TBC.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum kurang
Kesadaran
CM (Composmentis) 4-5-6
Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg S : 37°C
N : 80 x/menit RR : 20 x/menit
Kepala
Kulit kepala bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut warna hitam,
tidak ada nyeri tekan.
Bentuk wajah simetris, tidak ada luka, tidak ada edema.
Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik.
idung bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan pada
hidung.
elinga bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan
dan pembengkakan gusi.
Leher
Tidak terdapat pembesaran tiroid.
Dada dan Thorak
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : suara jantung pekak, suara paru sonor
Auskultasi : bunyi paru vesikuler, bunyi jantung normal (1,2)
Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Palpasi : ada nyeri tekan terhadap abdomen (ulu hati)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus ± 8x/menit
Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus RL 20 tpm (tetes per menit) pada tangan
kiri, tidak terdapat oedem.
Ekstremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi kelumpuhan, dan tidak
oedem.
Genetalia
Tidak terpasang kateter.
Pemeriksaan Penunjang
WBC (SEL DARAH PUTIH) : 9,51 . 103m/l (4,00 – 10,00)
RBC (eritrosit) : 5,39 . 106m/l (3,50 – 5,50)
HGB (hemoglobin) : 14,3 g/dl (11,0 – 16,0)
HCT (hemotokrit) : 42,8% (37,0 – 50,0)
MCV (Volume Korpuskular rerata) : 79,4 fl (80,0 – 50,0)
MCH : 26,5 pg (27,0 – 100,0)
MCHC : 33,0 g/dm (32,0 – 31,0)
RDW : 12,9% (1,5 – 36,0)
PLT : 207 . 103m/l (150 – 450)
MPV : 7,0 fl (7,0 – 11,0)
PDW : 16,1 (15,0 – 17,0)
B. Analisa Data
Nama : Tn.S
Umur : 35 Tahun
Diagnosa medis : Gastritis
ANALISA DATA
No. Tanggal PENGKAJIAN ETIOLOGI MASALAH
1. 20 DS: Peradangan Gangguan rasa
Februari Tn. “S” mengatakan kalau pada dinding nyaman (Nyeri)
2016 daerah ulu hatinya terasa mukosa
panas dan terbakar lambung
Tn.“S” mengatakan kalau (gaster)
nyerinya hilang timbul jika
epigastrium di tekan
Tn.“S” mengeluh sering
merasa mual dan muntah
DO:
Diagnosa medis dari Tn.“S”
adalah gastritis
Skala nyeri klien 7 dari skala
(0-10)
Nyeri tekan pada daerah ulu
hati (epigastrium) Tn.“S”
2. 20 DS : Pemenuhan Ketidakseimbangan
Februari Tn.“S” sering merasa mual nutrisi tidak nutisi: kurang dari
2016 dan muntah adekuat kebutuhan tubuh
Tn.“S” mengatakan kalau
dia hilang selera makan
Tn.“S” sering merasa
kenyang
DO :
Diagnosa Medis dari Tn.“S”
adalah Gastritis
Tn.“S” tampak lemah dan
tidak berenergi
Kesadaran Tn.“S”
Composmentis
C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10))
berhubungan peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
2. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan pemenuhan nutrisi tidak adekuat
3. Konstipasi berhubungan dengan kurang aktifitas
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama ; .Ny.R
No.RM : 012455908
Ruangan : Pavilliun B
Tanggal pengkajian : 12 Februari 2016
Perencanaan
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
CATATAN PERKEMBANGAN
No.
Tanggal Pukul Implementasi Keperawatan Evaluasi
1. 21 09.00 Diagnosa 1: Pukul 09.30 WIB
Februari WIB Lakukan pengkajian nyeri secara S:
2016 komperehensif termasuk lokasi, Pasien mengatakan daerah ulu hatinya
karakteristik, durasi, frekuensi, terasa panas dan terbakar
kualitas, dan faktor presipitasi. Pasien mengatakan nyerinya hilang
Kontrol lingkungan yang dapat timbul jika epigastrium di tekan
mempengaruhi nyeri seperti suhu Pasien mengatakan sering merasa
ruangan, pencahayaan, dan mual dan muntah
kebisingan. O:
Kurangi faktor presipitasi nyeri TTV: TD: 90/60 mmHg,
Pilih dan lakukan penanganan RR:24x/menit HR:72x/menit,
nyeri (farmakologi, T:36.80C
nonfarmakologi, dan Skala nyeri pasien 7
interpersonal) A : Masalah belum teratasi
Ajarkan tentang teknik P:
nonfarmakologi Monitor tanda vital
Berikan anlgetik untuk Monitor intake dan output
mengurangi nyeri pasien
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Kolaborasi dengan dokter dalam
Tingkatkan istirahat pengobatan
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
pertama kali
Evaluasi efektivitas analgesic
tanda dan gejala
10.00 Diagnosa 2: Pukul 10.30 WIB
WIB Kaji adanya alergi makanan S:
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Pasien mengatakan sering merasa
menentukan jumlah kalori dan mual dan muntah
nutrisi yang dibutuhkan pasien. Pasien mengatakan kalau dia hilang
Anjurkan pasien untuk selera makan
meningkatkan protein dan vitamin Pasien mengatakan sering merasa
C kenyang
Berikan substansi gula O:
Yakinkan diet yang dimakan Pasien tampak lemah dan tidak
mengandung tinggi serat untuk berenergi
mencegah konstipasi TTV:
Monitor jumlah nutrisi dan TD : 90/60mmHg
kandungan kalori RR : 20x/menit
Berikan informasi tentang HR : 86x/menit
kebutuhan nutrisi T : 36.80C
Monitor lingkungan selama A : Masalah belum teratasi
makan P:
Jadwalkan pengobatan tidak Monitor TTV sebelum dan setelah
selama jam makan beraktifitas
Monitor kulit kering dan Monitor intake output
perubahan monitor turgor kulit Monitor keluhan mual muntah
Monitor kekeringan rambut
kusam dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor total protein Hb dan
kadar Ht
Monitor pucat, kemerahan,
jaringan konjungtiva
11.00 Diagnosa 3: Pukul 11.30 WIB
WIB Identifikasi faktor-faktor yang S:
menyebabkan konstipasi Pasien mengatakan di rumah sakit
Monitor tanda-tanda ruptur BAB dengan konsistensi feses keras
bowel/peritonitis Pasien mengatakan lebih
Konsultasikan dengan dokter banyak berbaring di tempat
tentang peningkatan dan O:
penurunan bising usus Palpasi abdomen : teraba keras di
Kolaburasi jika ada tanda dan perut sebelah kiri bawah
gejala konstipasi yang menetap Auskultasi pada abdomen : peristaltik
Jelaskan pada pasien manfaat diet ± 4x/mnt
(cairan dan serat) terhadap A: Masalah belum teratasi
eliminasi P:
Jelaskan pada klien konsekuensi Monitor TTV dan intake output
menggunakan laxative dalam pasien
waktu yang lama
Kolaburasi dengan ahli gizi diet Pertahankan terapi IV line
tinggi serat dan cairan Diet tinggi serat 3xsehari
Dorong peningkatan aktivitas Dorong peningkatan aktifitas
yang optimal optimal
Sediakan privacy dan keamanan
selama BAB
2. 22 14.00 Diagnosa 1: Pukul 14.30 WIB
Februari WIB Lakukan pengkajian nyeri secara S:
2016 komperehensif termasuk lokasi, Pasien mengatakan nyerinya sudah
karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang
kualitas, dan faktor presipitasi. Pasien mengatakan mual dan muntah
Kontrol lingkungan yang dapat sudah berkurang
mempengaruhi nyeri seperti suhu O:
ruangan, pencahayaan, dan TTV: TD: 100/60 mmHg,
kebisingan. RR:20x/menit HR:78x/menit,
Ajarkan tentang teknik T:36.80C
nonfarmakologi Skala nyeri pasien 4
Berikan anlgetik untuk A : Masalah belum teratasi
mengurangi nyeri P:
Tingkatkan istirahat Monitor tanda vital
Monitor vital sign sebelum dan Monitor intake dan output
sesudah pemberian analgesic pasien
pertama kali Kolaborasi dengan dokter dalam
Evaluasi efektivitas analgesic pengobatan
tanda dan gejala
15.00 Diagnosa 2: Pukul 15.30 WIB
WIB Anjurkan pasien untuk S:
meningkatkan protein dan vitamin Pasien mengatakan sering merasa
C mual dan muntah
Monitor jumlah nutrisi dan Pasien mengatakan kalau dia hilang
kandungan kalori selera makan
Berikan informasi tentang Pasien mengatakan sering merasa
kebutuhan nutrisi kenyang
Monitor lingkungan selama O:
makan Pasien tampak lemah dan tidak
Monitor kulit kering dan berenergi
perubahan monitor turgor kulit TTV:
Monitor kekeringan rambut TD : 100/70mmHg
kusam dan mudah patah RR : 20x/menit
Monitor mual dan muntah HR : 84x/menit
Monitor pucat, kemerahan, T : 36.60C
jaringan konjungtiva A : Masalah belum teratasi
P:
Monitor TTV sebelum dan setelah
beraktifitas
Monitor intake output
Monitor keluhan mual muntah
16.00 Diagnosa 3: Pukul 16.30
WIB Identifikasi faktor-faktor yang S:
menyebabkan konstipasi Pasien mengatakan konsistensi feses
Monitor tanda-tanda ruptur sudah tidak keras
bowel/peritonitis Pasien mengatakan banyak berbaring
Konsultasikan dengan dokter di tempat
tentang peningkatan dan O:
penurunan bising usus Palpasi abdomen : teraba keras di
Kolaburasi jika ada tanda dan perut sebelah kiri bawah
gejala konstipasi yang menetap Auskultasi pada abdomen : peristaltik
Jelaskan pada pasien manfaat diet ± 6x/mnt
(cairan dan serat) terhadap A: Masalah belum teratasi
eliminasi P:
Jelaskan pada klien konsekuensi Monitor TTV dan intake output
menggunakan laxative dalam pasien
waktu yang lama
Kolaburasi dengan ahli gizi diet Diet tinggi serat 3xsehari
tinggi serat dan cairan Dorong peningkatan aktifitas
Dorong peningkatan aktivitas optimal
yang optimal
Sediakan privacy dan keamanan
selama BAB
3. 23 20.00 Diagnosa 1: Pukul 20.15 WIB
Februari WIB Lakukan pengkajian nyeri secara S:
2016 komperehensif termasuk lokasi, Pasien mengatakan nyeri di daerahulu
karakteristik, durasi, frekuensi, hati sudahhampir tidak ada
kualitas, dan faktor presipitasi. Pasien mengatakan tidak mual muntah
Ajarkan tentang teknik lagi
nonfarmakologi O:
Berikan anlgetik untuk TTV: TD: 1100/70 mmHg,
mengurangi nyeri RR:20x/menit HR:80x/menit,
Tingkatkan istirahat T:36.80C
Monitor vital sign sebelum dan Skala nyeri pasien 2
sesudah pemberian analgesic A : Masalah belum teratasi
pertama kali P : Intervensi dihentikan
Evaluasi efektivitas analgesic
tanda dan gejala
20.30 Diagnosa 2: Pukul 20.45 WIB
WIB Anjurkan pasien untuk S:
meningkatkan protein dan vitamin Pasien mengatakan sering merasa
C mual dan muntah
Berikan substansi gula Pasien mengatakan kalau dia hilang
Monitor jumlah nutrisi dan selera makan
kandungan kalori Pasien mengatakan sering merasa
Monitor lingkungan selama kenyang
makan O:
Monitor kulit kering dan Pasien tampak lemah dan tidak
perubahan monitor turgor kulit berenergi
Monitor kekeringan rambut TTV:
kusam dan mudah patah TD : 110/70mmHg
Monitor mual dan muntah RR : 20x/menit
Monitor total protein Hb dan HR : 82x/menit
kadar Ht T : 36.70C
Monitor pucat, kemerahan, A : Masalah belum teratasi
jaringan konjungtiva P: Intervensi dihentikan
21.00 Diagnosa 3: Pukul 21.15
WIB Konsultasikan dengan dokter S:
tentang peningkatan dan Pasien mengatakan konsistensi feses
penurunan bising usus lembek
Kolaburasi jika ada tanda dan Pasien mengatakan setiap pagi
gejala konstipasi yang menetap berjalan-jalan sekitar bangsal
Jelaskan pada pasien manfaat diet O:
(cairan dan serat) terhadap Palpasi abdomen : tidak teraba keras
eliminasi di perut sebelah kiri bawah
Kolaburasi dengan ahli gizi diet Auskultasi pada abdomen : peristaltik
tinggi serat dan cairan ± 8-10x/mnt
Dorong peningkatan aktivitas A: Masalah teratasi
yang optimal P: Intervensi dihentikan
Sediakan privacy dan keamanan
selama BAB
DAFTAR PUSTAKA