Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB


(Keperawatan Medikal Bedah)

OLEH:

NI LUH PUTU MARDIANI


NIM : 23089142120

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS
I. Tinjauan Teori

A. Definisi
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak benar,
atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner
and Suddarth, 2001). Sedangkan menurut Mansjoer tahun 2001, gastritis akut adalah lesi mukosa
akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut
mukosa lambung. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung,
secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. (Suyono Slamet, 2001). Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala
sementara atau cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon yang baik dengan
antasid atau supresi
asam. (Grace, Pierce A,dkk, 2006).

B. Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong terletak pada bagian kiri atas perut
tepat dibawah tulang iga.Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi
dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila
lambung dalam keadaan kosong, makan ia akan meliputi, mirip seperti sebuah akordion. Ketika
lambung mulai terisi dan mengembang lipatan- lipatan tersebut secara bertahap membuka
lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara betahap melepaskannya ke dalam usus
kecil.
Ketika makanan masuk kedalam esofagus, sebuah cincin otot yang berada pada
sambungan antara esophagus dan lambung (esophagus sphincter) akan membuka dan
membiarkan makanan masuk kelambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup.Dinding
lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama , kelenjar-kelenjar
yang berada di mukosa pada dinding lambung akan mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk enzim-enzim dan asam lambung), untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida.Asam ini sangat korosif
sehingga paku besi dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa-
mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara
regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat
korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan
dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain:
1) Infeksi bakteri . Sebagian besar populasi di dunia teinfeksi oleh bakteri H.Pylori yang
hidup di bagian lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak
sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman
yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H.Pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak
dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H.Pylori ini
sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menjadi peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan
bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari
lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi
sebagaian besar orang yang terkena infeksi H. Pylori kronis tidak mempunyai kanker dan
tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang
membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.Obat analgesic anti inflamasi
nomsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxendapat menyebabkan peradangan
pada lambung dengan cara mengurangi prostalglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Jika pemaikaian pbat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaian dilakukan secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritisd dan peptic ulcer.
3) Penggunaan alcohol secara berlebihan. Alcohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa
pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap aam lambung
walaupun pada kondisi normal.
4) Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan
gastritis.
5) Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6) Kelainan aoutoimune.Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika system kekebalan
tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kenlenjar-
kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi factor intrinsic (yaitu sebuah
zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat
mempengaruhi seluruh system dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama
pada orang tua.
7) Crohn’s disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada
dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada
dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari crohn’s disease
(yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok dari pada gejala-
gejala gastritis.
8) Radiasi dan Kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang
menjadi gastritis dan peptic ulcer.ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan
yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan
tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung.
9) Penyakit bile refluk. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati ketika dilepaskan, empedu akan melewati
serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot
sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir
balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, balik ke dalam
lambung, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan
dan gastritis.
10) Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya
seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

C. Manifestasi klinis

Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :


1. Gastritis akut
a. Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
b. Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal
ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehinggs terjadi peningkatan
asam lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena,
kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
2. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian
kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan.

D. Patofisiologi
Menurut Priyanto, 2008 proses terjadinya gastritis yaitu awalanya karena obat-obatan,
alkohol, empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif),
mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin
ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap
kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-
gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus,
jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan
basa kuat yang bersifat korosif dapat mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding
lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan
akibat
berikutnya perdarahan dan peritonitis.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya
tersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
3. Pemeriksaan radiology.
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada
klien dengan gastritis kronik.
6. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang
rendah merupakan anemia megalostatik.
7. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
8. Gastroscopy: Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi
area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
F. WOC
Pemakaian obat penghilang
Infeksi bakteri nyeri, Alkohol, penggunaan Penyakit Bile Refluk
Stress Fisik Crohns Disease, Radiasi dan
kokain Kelainan Autoimune
Kemoterapi

teinfeksi oleh bakteri H.Pylori Menghambat sikloksigenase pembedahan besar, luka system kekebalan tubuh
yang hidup di bagian lapisan dari arakidonat trauma, luka bakar, atau menyerang sel-sel sehat yang Otot spingcher tidak bekerja
mukosa yang melapisi dinding infeksi berat berada dalam dinding dengan benar (pyloric valve)
lambung lambung

Kegagalan produksi prostaglandin,


mengganggu pembentukan mucus lambung empedu akan masuk ke dalam
lambung

Menurunkan barier terhadap asam


lambung

Peradangan / Iritasi

Gastritis

- Perdarahan - Nyeri Epigastrium - Mual muntah - Kurang Pengetahuan - Takut akan kondisi
- Mual muntah - Nausea - Anoreksia - Tidak Tahu Proses - Cemas
- Peradangan - Metabolism KH dan Penyakit
Protein terganggu

Deficit volume cariran Ansietas


Nyeri Akut Kurang Pengetahuan
Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
II. Tinjauan Kasus

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien Gastritis menurut Virginia Henderson.

1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama
Umur
Agama
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Suku Bangsa
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian
No. Register
Diagnosa Medis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama
Umur
Hub. Dengan Pasien
Pekerjaan
Alamat
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
2) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat
- Alergi
2) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
3) Riwayat Penyakit Keluarga
4) Diagnosa Medis dan therapy
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Bernapas
b. Pola makan-minum
c. Pola Eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola istirahat dan tidur
f. Pola Berpakaian
g. Pola rasa nyaman
h. Pola Aman
i. Pola Kebersihan Diri
j. Pola Komunikasi
k. Pola Beribadah
l. Pola Produktifitas
m. Pola Rekreasi
n. Pola Kebutuhan Belajar
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum :
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal:……….Psikomotor:……….Mata :……………..
b. Tanda-tanda Vital :
- Nadi
- Suhu
- TD
- RR
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher
2) Dada
 Paru
 Jantung
3) Payudara dan ketiak
4) Abdomen
5) Genetalia
6) Integumen
7) Ekstremitas
 Atas
 Bawah
8) Neurologis
 Status mental dan emosi
 Pengkajian saraf kranial :
 Pemeriksaan refleks :
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan
2) Pemeriksaan radiologi
3) Hasil konsultasi
4) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
5. Analisa Data

B. Diagnosa Keperawatan pada pasien Gastritis


1. Defisit volume cairan berhubugan dengan intake yang tidak adekuat, pengeluaran
yang berlebihan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi, agen injuri (biologi,
kimia, fisik dan psikologis), kerusakan jaringan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena
faktor biologis, psikologis dan ekonomi.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, keterbatasan
kognitif, interprestasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-suber informasi.
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, stress, perubahan status kesehatan,
ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi.
6. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang terjadi secara terus
menerus.
7. Potensial komplikasi anemia

C. Rencana Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubugan dengan intake yang tidak adekuat, pengeluaran yang
berlebihan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intake klien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Intake terpenuhi
b. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, S : 36-370 C)
c. Turgor kulit elastic

Rencana tindakan :

a. Kaji turgor kulit


Rasional : indikator dehidrasi atau hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan.
b. Catat intake dan output cairan
Rasional : mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan
elektrolit.
c. Pertahankan intake oral dan tingkatkan sesuai toleransi.
Rasional : mengurangi terjadinya dehidrasi.
d. Hindari cairan yang bersifat asam yang dapat meningkatkan asam lambung
Rasional : makanan atau minuman yang dapat merangsang asam lambung dapat
mengakibatkan mual dan muntah.
e. Observasi TTV
Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.
f. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic
Rasional : mengurangi mual dan muntah.

2. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi, agen injuri (biologi, kimia,
fisik dan psikologis), kerusakan jaringan.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah gangguan rasa nyaman :
nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Rasa nyeri berkurang
b. Keadaan klien tampak rileks
c. Skala nyeri : 0
d. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt,
S : 36-37 ̊ C)
Rencana tindakan :
a. Catat lokasi, lama, intensitas nyeri
Rasional : identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang berhubungan untuk memilih
intervensi.
b. Kompres hangat pada daerah nyeri
Rasional : meningkatkan relaksasi otot.
c. Observasi TTV
Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.
d. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : menurunkan rasa nyeri.
e. Ajarkan teknik manajemen nyeri
Rasional : menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi rasa nyeri
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : menghilangkan nyeri sedang sampai berat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis,
psikologis dan ekonomi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan bertambah
b. Mual dan muntah berkurang
c. Makan habis 1 porsi
d. Berat badan bertambah secara bertahap
Rencana tindakan :
a. Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya.
b. Berikan makanan yang hangat dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional : dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat
c. Hindari pemberian makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung
Rasional : mengurangi pemberian asam lambung yang dapat menyebabkan mual dan
muntah.
d. Hilangkan bau-bau yang menusuk dari lingkungan
Rasional : menurunkan stimulasi gejala mual dan muntah.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik dan antibiotik
Rasional : menghilangkan mual.
f. Kolaborasi dengan dokter ahli gizi
Rasional : Menentukan diit makanan yang tepat.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, keterbatasan kognitif,


interprestasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-suber informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mengerti tentang
penyakitnya.
Kriteria hasil :
a. Klien mengerti tentang penyakitnya
b. Pengetahuan klien bertambah
Rencana tindakan :
a. Beri penkes tentang penyakitnya
Rasional : membantu individu dan keluarga untuk menggunakan gaya hidup yang baik.
b. Berikan kesempatan pada klien untuk menanyakan hal yang ingin diketahui berhubungan
dengan penyakit yang dideritanya.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat mengontrol masalah
kesehatan.
c. Berikan kesempatan pada klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang diberikan
perawat
Rasional : mengidentifikasi keberhasilan penkes.
d. Lakukan evaluasi
Rasional : melihat apakah penkes berhasil atau tidak.

5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, stress, perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien rasa cemas teratasi
Kriteria hasil :
a. Klien mengerti tentang penyakitnya
b. Pasien mengatakan tidak cemas lagi
Rencana tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya antara perawat-pasien
Rasional : hubungan saling percaya adalah dasar hubungan terpadu yang mendukung
klien
dalam mengatasi perasaan cemas.
b. Pahami rasa takut/ ansietas pasien.
Rasional : perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka sehingga dapat
mendiskusikan dan menghadapinya.
c. Kaji tingkat ansietas yang dialami oleh pasien
Rasional : mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh pasien.
d. Temani atau atur supaya ada seseorang bersama pasien sesuai indikasi.
Rasional : dukungan yang terus menerus mungkin membantu pasien mengurangi
ansietas/
rasa takut ke tingkat yang dapat diatasi.
e. Berikan penjelasan pada pasien tentang penyakitnya.
Rasional : dapat mengurangi rasa cemas pasien akan penyakitnya.

6. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang terjadi secara terus menerus.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perdarahan dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi penurunan kesadaran
b. TTV dalam batas normal
c. Turgor kulit baik
d. Perfusi perifer baik (akral hangat, kering dan merah)
Rencana tindakan:
a. Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intra vaskuler yang
dapat meningkatkan perfusi jaringan.
b. Observasi TTV setiap 4 jam
Rasional : perubahan TTV dapat menjadi indicator terjadinya dehidrasi secara dini.
c. Observasi intake dan output cairan
Rasional : intake cairan yang adekuat dapat mengimbangi pengeluaran cairan yang
berlebihan.
d. Kolaborasi pemberian cairan infuse dan transfuse darah.
e. Pemerian koagulantia dan uterotonika
f. Pemeriksaan BJ plasma.

7. Potensial komplikasi anemia


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat meminimalkan
terjadinya komplikasi anemia
Kriteria hasil :
a. Hb >/= 10 gr/dl.
b. Konjungtiva tdk anemis
c. Kulit tidak pucat hangat
Rencana tindakan:
a. Monitor tanda-tanda anemia
Rasional : lelah, letih, lesu, lemas, lunglai menjadi indikator terjadinya anemia.
b. Observasi keadaan umum klien
Rasional : kesadaran yang rendah menjadi indikator munculnya anemia.
c. Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi klien yg bergizi
Rsional : Menentukan diit makanan yang tepat.
d. Kolaborasi untuk pemeberian terapi initravena dan tranfusi darah
e. Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, status Fe

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Herdhi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan diagnosis Medis & NANDA
NIC-NOC. Jakarta : MediAction

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika

Brunner &Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.

Harahap. 2005. Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperwatan Rufaidah
Sumatera Utara Volume 1

Herdman, T Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017.Jakarta :


EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba
Medika

Muttaqin. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Salemba
Medika. Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal.Indrawati, Lilis.Susanto,Joko. 2015. Ilmu Keperawatan


Dasar.Jakarta:Salemba Medika

Nanda International .2013. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC

SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi1.Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI.

SDKI DPP PPNI.2017.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan Indikator Diagnostik Edisi1.Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI.

SDKI DPP PPNI.2017.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Indikator Diagnostik Edisi1.Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai